Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Kiai Walang Sungsang

Part 63 : Dukuh Glagah


Rangga pun kembali ke Astrit dan segera mencium bibir Astrit dengan ganas dan Astrit merespon ciuman Rangga dengan senang hati

Kedua tubuh telanjang mereka bergulang guling kadang Rangga di atas kadang pula Astrit di atas tapi kini dalam kedudukan menyamping kaki bagian atas Astrit di buka dan penis Rangga segera masuk kedalam vagina Atrit yang terbuka di tekannya pantat Astrit lebih kedalam sehingga ke dua tubuh menyatu Rangga bisa merasakan buah dada kenyal Astrit di dalam dadanya sedang Astrit juga bisa merasakan bulu bulu halus di dada Rangga menggesek di buah dadanya terutama diputting Astrit yang merasa kegelian kedua perut juga menyatu dan tanggan Rangga yang ada di bawah mereguh tubuh Astrit supaya lebih menekan ke tubuhnya dan tangan yang di atas menekan pantat Asrtit dan merabai buah pantat Astrit yang sangat terasa hangat di tangan Rangga dan bibir mereka menyatu dalam ciuman yang sangat panjang dan sebentar lepas untuk mengambil udatra dan meyatu kembali tubuh Rangga lurus sedang kaki Astrit yang atas menumpang pada kaki Rangga yang kiri dan sodokam piggul Rangga membuat penis Rangga melesat masuk ke lubang senggama Astrit “AAhhhhh” triak Astrit menggema dan aksi Rangga ngak berhenti sampai disitu pinggul langsung bergoyang dengan kecepatan sedang tapi juga menguras tenaga kedua tubuh mereka sudah bermandikan keringat tapi Rangga tetap bertahan pada posisi ini lima belas menit waktu yang cukup lama dalan suatu persetubuhan membuat Astrit merasakan orgasme akan datang

“Massss aakkuuu maauuu piiiiipiiiissss” kata Astrit

Rangga mendorong tubuh Astrit terlentang dan mengatur posisi dan langsung menggerakkan pinggulnya dalam kecepatan penuh

“Ahhhh mmaaaassss” kata Astrit disertai kejang kejang di selutun tubuhnya

“Masssss jjugaaaa diikkkk” kata Rangga sambil menekan penisnya lebih dalam lagi masuk kedalan vagina Astrit akhirnya mereka tumbang berdua dan tampa melepas penis Rangga pun begelir kesamping kembali dan masih mememeluk Astrit yang mulai terpejam tidur kelelahan rangga pun sempat melihat jam dinding d kamar Andini sudah menunjukkan jam 1 malam berarti sudah dua jam Rangga berada di kamar Andini dan menarik selimut tebal untuk mereka bertiga Rangga miring kearah Andin dan memberikan pelukan dan tertidur pulas setelah memberikan ciuman ke kening masing msing istrinya

=====

pov: Arum

Hari minggu pagi Arum terbangun jam 4.30 untuk melakukan sholat subuh dan berganti baju daster lengan pendek panjang di bawah lutut langsung menuju dapur melihat mbak Tini istri mas Parjo sedang berkutat di dapur dan menyapanya

“Assalamualaikum mbak Tini” kata Arum

“Ehhh den Arum kok udah bangun”kata mbak Tini

“Biasa lah mbak aku selalu bangun jam segini dan sholat subuh juga sih” jawab Arum, lanjutnya “Mau bikin apa sih mbak”

“Ini den mau binin nasi goreng aja biar gampang” jawab mbak Tini

“Sini tak bantuin”kata Arum

“Ngak usah den ayu duduk aja didepan TV sebentar lagi tak buatin minum”kata mbak Tini

“Ya udah kalau ngak mau di bantuin, aku buat minum sendiri aja ada coklat susu mbak” kata Arum

“Ada tu den di sebelah kiri, kopi juga ada susu segar juga di alam kulkas” kata mbak Tini

Arum pum melangkah ke tempat yang di tunjukin mbak Tini mengambil gelas mengisi dengan colkat dan menuangkan susu dari dalam kulkas dan memberi satu sendoh teh kemudian menuangkan air panas dari juspenser setengahnya dan mengudaknya dan membawanya di ruang keluarga setelah meletakkan susu coklt buatanya kembali lagi

“Mbak mau tanya mana tempat sapu aku mau nyapu aja kalau begitu” kata Arum

“Itu mbak di pojok almari besar” kata Mbak Tini

Dan Arum mengambil sapu dan mulai menyapu rumah dari dalam kamarnya, kemudian kamar mas Rangga ternyata tidak ada di kamar, kamar mbak Astrit ternyata juga ngak ada dan terakhir kamar mbak Andini tenyata mereka pada kumpul disini sambil tersenyum menguak selimut tebal yang menutupi tubuh mereka bertiga ternyata mereka tidut tampa busana alias telanjang

Dengan pelan pelan Arum naik ke tempat tidur dan mencium laki laki yang baru tidur di tengah ke dua bidadarinya dan segera menyatukan bibirnya sehingga membuat Rangga terkejut dan terbangun

“Sudah bangum mas subuh hampir habis” kata Arum sambil memberi ciuman di bibir Rangga yang tanpak gelagapan mendapat ciuman dari Arum gadis imut ini

“Ehh dik Arum udah bangun” kata Rangga sekenanya

Arum tanpa merespon Rangga langsung mencium tetek Astrit yang berada di sebelah kiri Rangga dan memainkan putting Astit hingga Astrit terbangun dengan terkejut

“Ehh dik Arum mbak kira mas Rangga” kata Astrit

“Itu mas Rangganya baru menbangunkan mbak Dini” kata Arum dan melihat Rangga juga baru mencium buah dada Andini sampai di kenyot kenyot putting nya

“Eehhh mas Rangga bikin kagat aja” kata Andini

“Nih gegara adik imut kita yang membangunkan aku juga dengan ciuman di bibir aku dan membangunkan dik Astrit dengan menciumi teteknya aku pun ngak mau kalah aku nenyot kenyot tetek diajeng” kata Rangga

“Dasar dik Arum” kata Andini mau menagkap Arum tapi Arum sudah lebih dulu berlari keluar dari dalam kamar Andini lalu melanjutkan nyapu lantai yang belum selesai

“Ih awass yyaaaa” teriak Andini sampai Rangga dan Astrit tersenyum melihat tingkah Andini dan Arum

Lalu Andini Rangga dan Astrit mandi bersama di kamar Andini saling menyabuni saling raba dan saling cium setelahnya mereka sholat subuh bersama

Setiap hari minggu kalau pas dirumah Rangga dan Bags selalu menyempatkan diri latihan bela diri dan Rangga merasa puas melihat perkembangan Bagas dalam melatih pencak silat sekar kedaton tinggal pamantapan jurus jurusnya sehingga nantinya akan menjadi pendekar pilih tanding dan ketika Bagas melihat Rangga mengalahkan gank montor yang membuat motivasi yang bisa membuat Bagas lebih tekun berlatih

Rangga dan Bagas berlatih sampai jam 9 ketika panas matahari sudah mulai menyengat kulit mereka menyudai latihan mereka sedang ke tiga bidadari Rangga juga berlatih untuk memperhalus perasaan dan melancarkan jalan darah dengan latihan pernafasan kalau pada suatu saat mereka harus berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan bisa membela diri dengan bimbingan dari para emban Andini mendapat bimbingan dari jangger bang yang selalu mendampingi kemana mereka pergi juga merupakan penesehat sepiritual dalam mengambil keputusan demikian juga Astrit mendapat bimbingan dari Jangger ning yang selalu mendampingi nya dan selelu setia demikinan juga dengan Arum selalu di damping oleh Jangger bi dan ketiganya sudah tidak janggung lagi dalam memanggil penasehatnya walau hanya dalam hati

Setelah Rangga dan Bagas selesai latihan kanuragan di halaman belakang rumah mereka dan mereka bersih sersih demikinan juga dengan Andini, Astrit dan Arum juga sudah selesai berlatih dan mereka saling menyiapkan diri di kamar masing masing Rangga memakai kaus putih berlengan dengan celana selutut berwarna gelap sedang Andini memakai pakaian terusan warna merah muda cantik demikian juga dengan Astrit memakai gamis lengan panjang dengan jilbab senada dengan warna kesukaannya kuning gading juga cantik demikian juga si centil memakai pakaian sportif kaus berlengan dengan cenana ketat selutut dengan warna buru muda dan rambut terurai panjang sebahu dengan di beri bando dengan senada tambah lincah dan berkesan manja bukan hanya Arum yang berkesan manja juga Andini dan Astrit pun sangat manja dengan Rangga

Jam 10.30 mobil Rangga meninggalkan rumah ki Sudibyo menuju rumah eyang Sosra Kartono untuk sedera berangkat ke desa Glagah kurang lebih 10 km dari pusat kota kabupaten walau masih termasuk wilayah kabupaten ini

Sesampainya di rumah eyang Sosro kami berempat segera turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah

“Assalamualaikum eyang” kata Arum mendahului yang lain segera masuk ke dalam rumah

“Walaikumsalam” wajab eyang kakung dan eyang putri sekalian

Segera Arum meraih tangan eyang kakaug dan eyang putrinya sambil mencium biku biku tangannya kemudian di susul dengan Andini , Astrit dan terakhir Rangga dan mereka duduk di ruang keluarga sambil menanti persiapan eyang kakang untuk mengatar kami ke desa Glagah

“Eyang putri ngak ikut” kata Rangga

“Ngak lah biar eyang kakung saja yang ikut aku menyiapkan tempat untuk Narti dan anaknya Dari” jawan eyang putri

“Nanti biar bulik Narti dan dik Dari tidur di kamar tamu dulu yang” kata Arum

“Oh ia kalau boleh biar bulik Narti dan dik Dari di buatkan kamar sendiri di belakang kan masih ada pekarangan kosong nanti biar aku yang membangunkan kamar untuk mereka” kata Rangga

“Nanti lah di pikirkan lagi untuk kamar Narti dan Dari biar sementara di kamar tamu dulu” kata eyang Putri, lanjutnya “Kalau keinginan aku sih Narti dan Dari tinggal satu atap dengan aku dan eyang kakung kalau di buatkan kamat di luar kesanya keluarga sendiri biar bisa memantau kami setiap saat kalau di luar di bikini ruang sendiri kalau kayaknya keluarga sendiri”

“Ya udah kalau itu keinginan eyang putri biar di kamar tamu untuk mereka berdua sedang kamar aku tetap di kosongkan ya eyang sebab setelah pulang dari Jakarta aku masih tinggal di sini menunggu halal dulu sama mas Rangga” kata Arum

“Ya pasti lah kamar kamu selalu kosong itu kan dulu juga kamar swargi ibu mu to nduk” kata eyang putri

Sejurus kemudian eyang kakung sudah siap dan mereka segera pergi ke desa Glagah Rangga sebagai pengemudi eyang kakung duduk si samping Rangga sebagai penunjuk jalan sedang Andini, Astrit dan Arum duduk di bangku tengah

Setenngah jam kemudian mobil yang di kemudikan oleh Rangga meninggalkan jalan beraspal dan masuk jalan pengerasan kira kira panjang sampai 2 km baru sampai di desa Glagah tempat tinggal bik Narti dan Dari

Kedatangan mereka di sambut dengan suka cita hampir 50% penduduk di sini merupakan keluarga eyang Sosra putri yang berasal dari desa ini dan mereka berkenalan dengan eudara saudara dari Arum sedang Arum sendiri juga baru tau kalau hampir sebagian besar didesa itu adalah keluargaya

Setelah mereka duduk di rumah bik Narti yang lumayan besar yang terbuat dari setengah bata atrinya rumah ini tediri rumah bata tapi hanya setengahnya saja ke atasnya terbuat dari papan kayu yang di ambil dari kebun mereka sendiri dan modelnya seperti rumah pedesaan pada umum nya sedang lantainya masih plesteran sebagian bagian belakang masih tanah

Mereka duduk di ruang tamu yang masih lesehan tidak ada perabot apapun hanya digelari kelasa untuk duduk secara lesehan

“Maaf De (panggilan untuk pak de bapak gede kakak dari ibu atau bapak) tempat kayak begini hanya duduk di lantai” kata bik Narti kepada ey ang Sosro

“Ngak papa biasa sajalah” kata eyang kakunng setelah mereka semua duduk di dalam rumah, lanjutnya “Begini Narti aku dan bu de mu ingin kamu menemani aku dan bu de mu sebab sebentar lagi Arum keponakanmu juga akan pergi untuk berumah tangga membina keluarga sendiri dengan nak Rangga bergabung dengan ke dua istri nak Rangga dan kemungkinan besar akan tinggal di sana sedang yang dirumah aku dengan bu de mu sendiri ngak ada yang jaga juga kalau kamu mau tinggal bersama kami anakmu Dari juga bisa sekolah lagi di tempat nak Andini dia kepala sekolah dimana Arum sekolah saat ini”

“Terus rumah peninggalan suami ku ginana pak de” kata Narti

“Ya di kunci saja atau di pasrahkan ke ke adikmu Narto dulu biar di rawat dan juga bisa ngurusi kebun dan sawahmu juga” kata eyang Sosro

“Kapan pak de aku harus ke sana” kata Narti

“Ya kalau bisa ya sekalian mumpung nak Rangga bisa njemput kamu dan anakmu gimana” kata eyang Sasro

“Oh begitu ya kok mendadak banget si” kata Narti

“Ia bik rencana juga mendadak baru kemarin sore eyang cerita karena aku hari ini akan tinggal sementara di rumah mbak Andini sebelum keberangkatanku ke Jakarta sebagai petugas Paskibraka” kata Arum

“Sebentar ya Arum bu lik mau menghubungi pak lik Narto dulu mudah mudahan tidak keberatan untuk menunggi rumah ini” kata Narti, lanjutnya Narti memangil anaknya Sundari untuk ke tempatnya pak lik Narto d tunggu oleh pak de Sosro

“Ayok mbak ikut ke tempatnya pak de Narto” ajak Dari ke Arum

“Sebentar ya mas Rangga, mbak Dini dan mbak Astrit Arum ke tempatnya pak lek Narto dulu” kata Arum pamitan pada Rangga, Andini dan Astrit sambil berdiri mengandeng tangan Dari pergi ke tempatnya pak lek Narto adik dari bu lik Narti yang rumahnya tidak begitu jauh hanya 5 atau 6 rumah jaraknya

Sepeninggalan Arum dan Dari

“Itulah Narti Arum itu sudah punya calon ini calon nya nak Rangga sedang nak Rangga sendiri sudah punya istri 2 orang nak Andini dan nak Atrit

“Kok bisa pak de” kata Narti

“Ya siapa tau jodoh kita hanya semesta yang mengaturnya dan Arum sendiri yang meminta untuk merestui hubungannya dengan nak Rangga dan kedua istrinya bukan paksaan tapi keinginan yang tulus dari Arum sendiri dan aku sebagai orang tua hanya bisa tut wuri handayani nduk” kata eyang Sosro

“Oh begitu” komentar Narti

Sebentar kemudian Arum, Dari dan Narto sudah kembali

“Assalamualikum” kata Narto

“Waalaikumsalam” jawan mereka serempak

“Bagaimana kabarnya pakde” kata Narto sambil menyalimi eyang Sosro

“Baik le, piye kabarmu” tanya eyang Sosro

“Baik pak de” jawab Narto lanjutnya “Ada apa pak de memangil aku”

“Gini Narto, aku kesini bersama dengan nak Rangga, nak Andini dan nak Astrit” kata eyang Sosro sambil mengenalkan Rangga, Andini dan Astrit

“Salam kenal pak lik” jawab Rangga, Andini dan Astrit sambil mengatupkan ke dua tangan ke dada

“Ya kenalkan aku Narto kemenakan dari pak de Sosro putri” jawan pak lik Narto

“Seperti kamu ketahui aku hanya hidup bertiga aku, bu de mu dan Arum, sebentar lagi Arum akan ke Jakarta dan sebelumnya mau ke Bali juga dan aku hany berdua dengan bu de mu dan sudah tua tua juga takut kalau ada apa apa sehingga aku minta Narti untuk menemani aku dan bu de mu dan juga nak Andini juga sudah menjanjikan untuk Dari sekolah di sekolahan Arum bersama Arum tentunya” kata eyang Sosro

“Lha monggo pak de kalau mbak Narti ngak keberatan juga ngak papa” jawab Narto

“Mbak mu Narti masih kebingungan siapa yang menunggu rumah ini dan sawahnya di sini” kata eyang Sosro

“Iya dik kalau aku ikut ke kota otomatis rumah kosong dan yang menjaga sawah walau hanya 2 petak kan eman kalau di angurin dan kalau jadi mungkin dalam waktu yang lama karena Dari juga mau sekolah di sana ngak mungkin lah aku ninggalin Dari sendiri dikota bersama pak de bu de saja” kata Narti

“Kan disini ada aku juga mbak tentang rumah aku masih bisa ngawasi dan tentang ladang dan sawah mbak selama ini di kerjakam oleh mas Karto juga kan hanya bagi hasil juga” kata Narto

“Bukan begitu juga dik, kamu saudara dan adik aku yang paling dekat aku harus minta ijin padamu sebagai wali ayah suargi ia kan” kata Narti

“Ia mbak aku ngerti kok tapi semua itu kembali kepada mbak Narti juga sih aku sebagai adik hanya bisa mamberikan dukungan terutama untuk Dari mbak aku juga kasihan dari lulus SMP juga sudah nganggur setahun ngak bisa melanjutkan sekolahnya semanjak mas Kardi suami mbak Narti meninggal dunia” kata Narto

“Jadi kamu setuju dik” kata Narti

“Ya mengapa ngak kan untuk masa depan keponakan yang centil ini” kata Narto sambil mencolek pipi Dari

“Terima kasih ya dik katas dukunganya” kata Narti

“Mah mau ngapain” tanya Dari pada mamanya Narti

“Kita mau pindah ke kota Kabupaten sama kamu mau melanjutkan sekolah SMA di sana mau ngak” kata Narti

“Mau dong kalau sekolah sih nomer satu he he he” kata Dari lanjutnya “Sama sama dengan mbak Arum ya mah”

“Ya sama sama aku nanti jadi satu sekolahan, ini ibu kepala Sekolah aku bu Andini sedang ini guru Fisika aku bu Astrit dan ini guru ku juga pak Rangga guru Matematika ku juga tapi sekarang sudah menjadi calon suami aku” kata Arum dengan gaya centilnya

Dari, Narto dan Narti semua pada bengong setelah mengetahui siapa siapa tamu mereka

“Wah maaf pak dan ibu guru saya ngak tau” kata Narti dan Narto hampir bersamaan

“Ngak papa pak lik dan bu lik” jawan Rangga dengan senyum

“Wah ternyata ini semua guru guru mbak Arum ya dan ini juga calon nya mbak Arum kok bisa ya, hx hix hix ganteng sih” kata Dari dengan centilnya sama sepeti Arum

“Ternyan dik Dari itu sama dik Arum ya sama sama centilnya” kata Astrit

“Iya mbak kalau ngak ada Dari rumah jadi sepi je” kata Narti

“Ah mamah buka rahasia juga Dari kan jadi malu” kata Dari sambil tersenyum malu malu

“Ngapain malu coba” kata Narti

“Maaahhhh” teriak Dari sambil lari masuk kedalam rumah dan semua yang ada di situ tetawa lihat polah tingkah Dari yang lucu

“Wah nanti di rumah akan semkin seru nih” kata eyang Sosro

“Ia de kalau ngak ada Dari ngak ramai de” kata Narti, lanjutnya “Maaf lupa belum bikin minum, sebentar ya” lalu Narti meninggalkan mereka untuk bikin minuman di susul dengan Arum juga mengikuti Narti masuk ke dalam rumah untuk membantu Narti membuat minuman

Jam 15 mereka baru balik dari rumag Narti sekarang Narti dan Dari ikut mobil Rangga dalam mobil pengemudi Rangga di samping eyang Sosro sedang di bangku tengah Andini, Astrit dan Narti sedang Arum dan Dari di bangku belakang

Perjalanan terasa cepat sampai tanpa banyak cerita Arum yang di bangku belakan malah tertidur pulas hampir semua tertidur hanya rangga yang masih konsentrasi melihat jalan langsung menuju ke rumah eyang Sosro Kartono

Sesampainya di rumah eyang Sosro Kartono di sambit dengan eyang putri Sosro dengan senang hati soalnya kemenakannya sudah mau menemaninya dan cucu kemenakannya juga datang dengan wajah ceria sebeb tahun depan akan melanjutkan sekolahnya di SMA bersama dengan kakaknya Arum

“Dik tolong baju baju mas yan masih di kamar depan di pindahkan ke kamarmu saja” kata Rangga kepada Arum

“Siap mas ku” kata Arum sambil mengantar bik Narti dan Dari menuju kamar yang sering dipakai Rangga dengan sekarang untuk kamar bik Narti dengan Dari kamar ini juga sudah di renovasi tambah besar dan ada kamar mandi di dalam juga seperti kamar Arum dan kamar eyang Sosro juga sudah beAC dan kamar mandi di dalam kamar juga walau hanya untuk mandi saja kalau ke belakang harus ke kamar mandi keluarga yang letaknya ada di sebelah dapur

“Wah kamarnya sudah bagus mbak ada AC nya segala” kata Dari ke Arum

“Ya ini kamar mas Rangga kalau sewaktu waktu dia tidur disini, tapi aku kam mau pindah ke rumah nya mba Andini dan aku juga punya kamar sendiri di sana, kapan kapam aku ajak kamu ke sana ya” kata Arum

“Lha mbak Arum mau kemana” kata Dari

“Aku sekarang mau tidur di rumah mbak Andini dan besok kamis juga aku ke Bali tiga hari dan langsung berangkat ke Jakarta sebagai Paskibraka” kata Arum

“Wah mbak Arum jadi pasukan pengibar pusaka di istana Negara tanggal 17 Agustus mendatang to wah hebat mbak ku ini selamat ya” kata Dari sambil menjabat tangan Arum

“Kamu harus bisa kaya aku Ri makanya sekoah yang pandai biar jadi juara kelas dan ikut ekstra paski” kata Arum memberi motivasi

“Akan aku coba mbak” kata Dari

Kemudian Arum keluar mambawa beberapa pakaian Rangga yang masih tertinggal di kamar ini dan memasukan kekamarnya sendiri dan tak lama kemudian Rangga, Andini, Astrit dan Arum pamit untuk pulang dan eyang Sosro mengijinkan nya

Bersambung
Part 64
josss hu @Roo238 ....
sekali update buat penasaran lagi....
 
Kiai Walang Sungsang

Part 64: Pasanggrahan Halimun Putih


Pov Rangga

Selama tiga hari ke depan ini menjelang keberangkatan teman teman dik Arum study tour ke Bali dan setelah dik Arum sekarang tinggal di rumah ini rumah keluarga peninggalan ki Sudibyo yang sudah di hibahkan kepadaku sebagai pewaris ki Sudibyo

Banyak ruangan yang aku ronmbak sesuai dengan kebutuhan saat ini tentu saja atas perserujuan diajeng Andini, dik Astrit dan juga dik Arum tentunya yang semula di lantai dasar hanya ada 3 kamar kini di tambah 1 kamar lagi dengan menggeser ruang keluarga, ruang makan dan dapur pindah ke belakang keluar dari gedung utama, kamar tidur untuk diajeng Andini, dik Astrit dan dik Arum di buat sama dengan segala isinya yang ada di dalam kamar nya sedang untuk kamar tidur ku di buat lebih luas bersambung dengan ruang kerja dan ada juga meeting room yang bisa bergabung dengan perusahaan aku di luar sana untuk mengendalikan semua protek aku

PO Bima sakti pun sudah bertambah besar dengan tabahan armada yang nejumlah 100 armada lagi di antaranya 25 Armada bis besar dan 75 Armada jenis ALF yang tampak lebih kecil dan dan lebih lincah untuk masuk masuk ke kota kota yang dituju demikian juga dengan route juga di tambah terutama angkutan trevel hampir terjangkau di seluruh wilayah Jawa dan Bali

Demilian juga bisnis Salon dan butik pun aku perluas bukan hanya sebagai toko penjual saja juga sudah merambah pembuat pakaian Jadi dengan model model pakaina wanita dari disiner Astrit yang memang berbakat dan rencana akan aku perluas untuk pabrik grement yang rencananya akan berada di wilayah Tegal Pekalongan yang berdekatan dengan jalan toll setelah di operasikan jalan toll Semarang Jakarta untuk pengiriman barang barang dan menyerap tenaga di wilayah itu

Dalam tiga bulan ini aku sudah tidak aktif lagi di pendidikan semenjak ujian sekolah berakhir sebab aku sudah resent dari guru dengan mengembalikan bea siswa yang perah aku terima 1 tahun tahun sebelum masa pendidikanku berakhi di peguruan tinggi tapi kesibukan ku bertambah banyak di luar rumah untuk memperbesar PO Bima sakti dan Salon dan Butik Arimbi peniggalah ki Sudibyo yang di wariskan ke aku

Hari Senin ini aku punya banyak agenda yang harus aku selesaikam setelah pagi ini aku mengantar sekolah istri istri ku aku lansung ke PO Bima sakti menemui ayah yang aku angkat sebagai pimpina perusahan dan untuk memastikan kesiapan armada yang akan membawa rombongan wisata ke Bali dengan 6 bis baru dari pesanan 25 bis baru jadi 10 dan sudah di kirim dan rencana pembuatan bengkel moderen untuk servis kendaraan milik PO Bima Sakti juga dibuka untuk umum untuk servis PO Bima Sakti tentunya akan menekan biaya perawatan armada baik yang baru atau yang lama yang ada malah usulan dari ayahku untuk membuat karoseri sendiri bisa menghemat pengadaan armada armada dengan rancangan dan desain membuat bodi untuk PO Bima Sakti dan juga akan memerima pesanan bodi mobil yang ada dari berbagai pabrikan dan karoseri local

Selama tiga hari terakhir ini kegiatan aku bertambah sebelum tidur selalu menemani atau dengan istilah ngelonin si manja dik Arum tidur dulu setelahnya aku pindah ke tempat diajeng Andini atau ke tempat dik Astrit memadu cinta sambil memberi nafkah batin yang selama ini selalu dapat memuaskan mereka

Rencana keberangkatan hari Kamis siang dari berangkat dari kota kabupaten jam 13 siang diajeng Andini yang semula tidak ikut tapi setelah aku mendapat wisik dari kyai Walang Sunggang aku harus membawa ke tiga istriku untu bertemu dengan ki Rogojati di pesanggrahan Halimun putih dan kyai Walang sungsang berjanji untuk hari jumat pagi diajeng Andini sudah sampai di kota Kabupaten untuk mengambil pengumuman kelulusan di Rayon di kota Karesidenan dan membagikan ke sekolah sekolah yang tergabung dengan sub Rayon yang dipimpinannya

Setelah rombongan di lepas ibu kepala sekolah dan berangkat di pimpin oleh pak Kris sebagai ketua rombongan sedang Arum masuk ke rombongan bis 2 berkumpul dengan teman temanya se kelas dan aku bersama istri istriku diajeng Andini dan dik Astrit dengan mengendari mobil aku yang di kemudikan ayah Bambang Wijaya

Perjalanan sunggung lancar hanya berhenti sekali di Pasuruan untuk makan malam itu pun sudah jam 8 lebih dengan perjalanan sangat santai kemudian satu jam kemudian rombongan langsung berangkat ke Banyuwangi tempat penyebrangan angkutan darat yang di perkirakan jam 4 pagi baru sampai di dermaga ketapang dengan perjalanan santai

Dik Arum tidak kemali dalam bis bersama teman temannya tapi ikut robongan Rangga bersama Andini dan Astrit menggunakan mobil Rangga yang di kemudikan olah ayah Bambang Wijaya sebab mereka akan mampir dulu ke pasanggrahan Halimun putih di kawasan pasir putih utara gunung Argopuro 3 jam perjalanan baru sampai di kawasan pantai pasir putih mobil Ranga di masukkan ke dalam pekarangan yang luas dan Rangga, Andini, Astrit dan Arum turun dari dalam mobil tinggal pak Bambang sendiri di dalam mobil ditemani oleh salah satu hulu balang berpakain putih dan menunggu di luar pesanggrahan Halimun putih sedang Rangga, Andini, Astrit dan Arum mereka berempat di jemput oleh kyai Wonosegoro dengan pakaian serba biru dengan celana congkrang dengan baju tanpa kancing yang di dalamnya di lapisi dengan kaus hitam bergaris putih dengan ikat kepala ala pak sakerah dari Madura

“Selamat datang raden di pasanggrahan Halimun putih” kata ki Wonosegoro

Rangga kemudian memberi hormat sambil menangkupkan kedua tangan di dadanya

“Aku Rangga Dipati, kisanak boleh tau aku berhadapan dengan siapa” kata Rangga

“Aku Wonosonegoro raden yang bertugas menjemput raden sekalin istri” kata Wonosegoro sambil bertepuk tangan kemudian muncul kereta cukup besar di tarik 4 kuda, lanjutnya “Silahkan raden naik kereta swandaru” sambil membuka pintu kereta dan mempersilahkan Rangga Andini, Astrit dan Arum masuk ke dalam kereta setelah masuk kereta terjadilh keanehan Rangga, Andini, Astrit dan Arum yang tadinya berada di tengan alam belukar mendadak terang benderang menjadi tempat yang amat asri dengan pemandangan yang sangat menajupkan di kanan kiri kereta yang berjalan banyak penduduk di sana dan ada keramaian kota pun sangat indah terlihat walau bentuk kota masih sangat sederhana di bandingkan dengan kota kota di Indonesia lainnya sebentar kemudian Rangga, Andini, Astrit dan Arum sampai di pinggir lapang yang sangat luas dan ada juga pohon beringin kembar di salah satu bagiannya ada bangunan yang sangat megah terbuat dari batu bata merah berdiri dengan megahnya dan terlihat sangat menonjol di bandingkan dengan bangunan disekitarnya

Ki Wonsegoro pum membuka pintu dan mempersilahkan Rangga, Andini, Astrit dan Arum untuk turun dari kereta swandaru dan di antar masuk ke dalam rumah yang megah dan di sambut dengan ki Rogojati sendiri di dampingi oleh ketiga isttinya

“Selamat datang anak anak ku Rangga, Andini, Astrit dan Arum selamat datang di pasanggaran Halimum putih” Kata ki Rogojati

Ranggapun langsung duduk di pantai sambil menangkupkan ke dua tangan dan didekatkan pada hudungnya sambil mengucap “Terimalah samba hamba bopo”

“Ya sembah bektimu sudah aku teriama dan terimalah restu ku untuk mu dan keluargamu Rangga” jawab ki Ragajati sambil tersenyum puas

“Terima kasih semoga menjadikan jimat untuk kami dan keluargamu” jawab Rangga, lanjutnya “Perkenalkan ini istri istriku dan tunagnanku juga ikut menghadap bopo”

“Sembah bekti Andini untuk bopo Rogojati” kata Andini, sambil menangkupkan ke dua telapak tangannya dan di dekatkan ke ujung hidungnya seperti yang di lakukan oleh Rangga

“Ya nini Andini aku terima restuku saja kamu terima ya nini” kata ki Rogojati

“Sembah bekti Astrit untuk bopo” kata Astrit, sambil menangkupkan ke dua telapak tangannya dan di dekatkan ke ujung hidungnya seperti yang di lakukan oleh Rangga

“Ya nini Astrit aku terima restuku saja kau terima ya nini” kata ki Rogojati

“Sembah bekti Arum untuk bopo” kata Arum, sambil menangkupkan ke dua telapak tangannya dan di dekatkan ke ujung hidungnya seperti yang di lakukan oleh Rangga

“Ya nini Arum aku terima restu ku saja kau terma nini” kata ki Rogojati

“Anakku Rangga, Andini, Astrit dan Arum selamat datang di Pasanggrahan Halimun putih perkenalkan aku bertiga istri istri kakang Rogojati aku Ratu karonsih, ini nimas Sekar Lestari dan ini tentunya kalian sudah mengenal nimas roro Lasmini” kata Ratu Karonsih istri tertua dari ki Rogojati tubuhnya masih sangat bagus dengan menggunakan kebayak warna merah menyala dengan kalung sekar kantil berwarna merah persis punya Andini dan merupakan istri ke pertama ki Rogojati

“Ibu teima hormat kami berempat” kata Rangga mewakili semuanya sambil melakukan gerakan seperti tadi ketika melakukan sembah terhadap ki Rogojati

“Ya anak mas Rangga” jawab Ratu Karonsih

“Terimalah juga restu kami bertiga untuk anak mas Rangga dan ketiga permaisurinya” kata Sekar Lestari mewakili semuanya

“Andini, Astrit dan Arum mari ikit aku masuk ke kedaton ada yang akan aku bicarakan untuk putri putri ku yang cantik cantik ini” kata roro Lasmini, lanjutnya “Boleh to kangmas aku bawa dulu biar kangmas berbincang dengan anak mas Rangga terlebih dahulu”

“Boleh diajeng” kata Ragajati sambil tersenyum kepada ketiga istrinya

Semetara itu ki Rojojati dan Rangga yang masih berada di paseban agung Halimun putih

“Rangga anakku duduk lah di samping aku biar enak aku bercerita kepadamu” kata ki Rogojati lanjutnya setelah Rangga duduk di sisi ki Rogojati“ Begini Rangga sedah menjadi tradisi dari pewaris kyai Walang Sungsang yang bisa meyatukan ke tiga warokonya akan mendapat anugrah dan kekuatan super yang dapat menyatukan kekuatan istri istrimu yang kelihantan lemah lembut itu mempunyai potensi yang amat kuat kalau di satukan akan merupakan kekuatan yang dasyat tapi kalau sendiri sendiri mereka tidak mempuyai arti apa apa dan tidak semua pewaris mendapat kesempatan seperti ini anaku Rangga seperti romomu ki Sudibyo ketiga istrinya tidak hidup dalan satu wadah dan mereka meninggal dulu sampai kehabisan jatah dari warongkonya dan istrimu Andini lah sebagai pengganti semetara sambil menuggu pewaris selajutnya datang”

“Ya bopo saya mengerti” jawab Rangga

“Untuk membangkitkan kekuatan super ini lah kalian berempat harus berkumpul disini sehingga ketika aku tahu kamu akan melaksanam tour ke Bali yang meliwati Argadumilah maka timbul pemikira untuk menyatukan 4 kekuatan menjadi satu kekuatan dengan pusaka kyai Walang Sungsang sendiri, kamu di sini selama tiga hari Rangga kalau di hitung dengan waktu Argodumilah tapi kalau di ukur waktu di tempatmu 3 jam itulah perbedaan waktu di Argodumilah dan waktu di tempat asalmu artiya apa Rangga” kata ki Rogojati

“Dalam waktu 3 jam di tempat kami sama dengan 3 hari di tempat ini bopo” jawab Rangga

“Bagus kau bisa mengerti semuanya dan itu perbedaan waktu di dunia kajiman dan waktu di duniamu Rangga dan dalam waktu itu kalian bisa melajar menyatukan diri untuk mengeluarkan kekuatan masing masing warungko dan di satukan dengan kekuatan pewaris dan membangunkan kekuatan dari kyai Walang Sungsang sendiri Rangga, biar istri istrimu juga belatih dengan di temani istri istriku biar cepat tuntas dan kamu disini juga akan belajar untuk mengendalikan kekuatan itu disamping akan memperdalam latian olah kanuragan yang kamu punya dan aku ingi tau olah kanuragan yang kamu kuasai dan senjata apa yang menjadi andalanmu Rangg” kata ku Rogojati

Rangga meneluarkan tasbih yang terbat dari klungsu pemberian dari kyai Zaenal dari puncak Lawu

“Ini senjata andalanku yang selelu bersamaku tapi aku merasa kurang cocok dengan ilmu kanuragan yang aku miliki bopo dengan senjata tasbeh yang berasal dari kyai Zaenal ini Romo” kata Rangga

“Aku tau kalau olah kanuragan itu bernama Sekar Kedaton yang di peruntukan untuk kaum hawa sebenarnya punya dasar kekerasan tapi penampilannya saja diperhalus sedang gerakab yang kasar kan terlihat gemulai bagai orang menari sedang tasbehmu itu mempunyai daya lentur yang tinggi dan akan bertentangan dengan sekar kedatonmu yang mempunyai gerakan lemah lebut itu tapi pada dasarmya sangat bertentanga dengan olah kanuragan yanga kamu kuasai tapi ada olah kamuragan yang cocok untuk senjata andalamu itu kalau kamu gunakan jurus jurus dari cemeti suci yang mempunyai sifat lentur dan benar benar bersifat lembut, kalau keras di lawan dengan keras akan terjadi ledakan dan kalau di lawan dengan kelenturan dan kelembutan bukan berdasarkan gerakan saja tapi juga mempunyai sifat yang lembut maka sesuatu yang keras itu akan menjadi hampa tak bertenaga karena terbungkus dengan sifat lembut dan lentur lawan yang mempunyai sifat kasar dan keras akan segera sirna walau bagaimana pun akan segera melunak berbeda dengan sekar kedaton mu mula mula mempunyai sifat keras baik dalam gerakan maupun peringainya tapi di buat lemah gemulai sedang sifat kerasnya tidak hilang sehingga menyerupai orang menari saja itulah kelebihan dari kakek gurumu Rangga” kata ki Rogojati, lanjutnya “Jadi besok aku sendiri yang akan melatihmu olah kanuragan cemeti suci untuk kamu pergunakan sebagai ilmu kanuragan yang sesuai dan cocok dengan pusaka tasbehmu dan Rangga dan satu lagi kamu harus bisa memadukan gerakan olah kanuragan itu baik untuk gerakan cemeti suci atau sekar kedaton akan lebih bagus lagi dan aku sangat percaya kalau kamu bisa melakukannya”

“Terima kasih bopo” kata Rangga

“Dari mulai sekarang sampai besok pagi kamu berlatih semedi umtuk menyatukan kekuatan ke tiga waronkomu yang juga berlatih mengaktifkan kekuatan dari masing masing warokomu Rangga” kata ki Rogojati, lanjutnya “Mari ikut aku ke sanggar pemeleng”

Ki Rogojati berdiri dan melangkah masuk rumah dan memasuki salah satu kamar yang cukup luas di salah satu tempat di dalam pangsanggahan Halimun putih

Sanggar Pameleng adalah tempat untuk besemedi dan meditasi yang terdiri dari ruangan cukup besar dan ada 4 tempat semacam panggung yang tiga berada di bagian luar ligkaran sedang yang satu berada di dalam lingkaran tengah tengahnya dan ki Rogajati duduk di tegan ruangan dan Ranggapun di suruhnya duduk di hadapannya dan melalukan semedi kedua kaki saling di lipat dan ke dua tangan berada di depan dada dengan jari jari saling menyatu mengarah ke atas

=====

Semetra kita kinggal Rangga da ki Ragajati yang baru semedi

“Mari Andini, Astrit dan Arum ikut aku” kata Ratu Karonsih sambil berjalan meninggalkan ki Rogojati dan Rangga yang masih berada di paseban agung sedang Andini, Astrit dan Arum di bawa masuk ke belakang rumah yang terdapat taman yang sangt indah di tepian pantai pasir putih yang tampak tenang dan mereka duduk diatas karpet tebal Andini duduk di sebelah kiri ada ibu Ratu Karonsih sedang disebelah kirinya ada Astrit berturut turut ibu Sekar Lestari kemudian Arum sedang di kanan Andini adalah ibu roro Lasmini

Mereka berenam saling berhadap hadapan dan meligkar

“Andini anakku aku berterima kasih pada mu kamu sudi meluangkan waktunu yang begitu padat dengan urusan kedinasan yang kau pikul sebagai rasa tanggung jawabmu sebagai kepala Sekolah dan aku bersama sama dengan nimas Sekar dan nimas Roro sungguh senang dapat bertemu dangan anak anak ku semua secara lengkap seperti ini sebab jarang jarang ini terjadi pada saat yang sama sang pewaris didamping oleh ke tiga warongkonya secara utuh dari 11 generasi pemegang pusaka kyai Walang sungsang hanya ada 3 yang didamping secara lengkap dan utuh dari ketiga warongkonya seperti saat ini dan ini tentunya merupakan kebahagiaan tersendiri di antara kami dan kalian bertiga” kata Ibu Ratu Karonsih

“Ibu Ratu aku jadi malu sendiri ibu dan mohon maaf atas kelancangan aku menolak ajakan mas Rangga untuk ikut dengan nya menghantar anak anak karya wisata ke Bali tapi setelah aku tau alasan sebenarnya dari mas Rangga untuk mengajak aku bertujunan ingin menghadap bopo Rogojati suatu kesempatan yang tak mudah untuk aku dapatkan pada kesempatan yang kedua dan kepusan aku untuk ikut rombongan ini pun baru 1 jam sebelum rombongan ini berangkat jadi aku ngak punya pesiapan sama sekali ibu, maafkan sekali lagi” kata Andini

“Ya udah anakku mengapa aku begitu mengharap kedatangan mu bertiga sebeb ada sesuatu yang akan kami sampaikan dalam membina keluarga yang terdiri banyak istri seperti yang kalian hadapi sebab aku juga mengalami hal semacam itu menyatukan dua pribadi itu sudah begitu sulit apalagi ini ada empat pribadi bisa di bayangkan kesulutan kesulitan yang di hadapi tapi ibu percaya kalau kamu bertiga akan bisa mengatsai semua persoalan yang akan datang dengan satu kunci kesabaran, kejujuran dan keterbukaan” kata ibu Ratu Karonsi, lanjutnya “Dan ini tugas paling berat untuk mu anakku Andini sebab semua kunci itu ada pada mu Andini yang bisa mendidik ke dua adik mu yang masih sangat dangkal pengalaman terutama yang bontot dan paling centil dan paling gemesin bukan begitu Andini putriku”

“Betul ibu Ratu dik Arum paling ngemesin dan banyak maunya dan paling dimanja demikian juga dengan dik Astrit walau masih kalah centilnya dengan dik Arum tapi kalau dik Arum tidak bersama kami Dik Astrit lah menjadi sangat manja” kata Andini

“Mbak Diniiii aahhhh” kata Astrit dan Arum bersama dengan muka cemberut keduanya metunduk malu baik Astrit maupun Arum dengan semburat pipi semu merahnya setelah semuanya di buka oleh Andini

“Yang sabar ya anakku Andini sebuah keuntungan besar kamu sudah lulus 15 tahun mwndapat gemblengan dari kyai Walang Sungsang sendiri ketika menjadi istri bayangan ki Sudibyo kami disini selalu memantau kamu melihat sepak terjang kamu usaha kamu untuk tetap mandiri dengan tugas yang banyak belum lagi harus mengurusi anak kamu juga dan yang lebih mambuat kamu jengkel tentunya berhubungan dengan ki Sudibyo sendiri yang sudah lanjut usianya dan banyak maunya ya kan Andini” kata ibu Sekar

“Benar ibu sekar kalau ingat jaman itu aku merasa tidak kuat tapi aku juga tidak tau kekuatan dari mana selalu menganggap ki Sudibyo bukan sebagai suami aku tapi sebagai orang tua aku sendiri yang harus aku hormati dan itu yang membuat aku kuat menerima cobaan ini” kata Andini, lanjutnya “Aku juga baru tau kalau semua itu adalah ujian dari kyai Walang Sungsang sendiri dan ini hasil yang aku petik aku mendapatkan berkah dari Kyai Walang Sungsang melalui diri mas Rangga terima kasih ibu Sekar telah pencerahan dan membuat hati ini kuat mengatasinya”

“Bener kata mbak ayu Ratu tidak semua pewaris dapat menyatukan semua warongkonya menjadi satu kesatuan yang sangat harmonis semacam ini pesam ibu kalian semua harus saling dukung seperti anak anak ku saat ini sudah cantik cantik dan saling dukung satu sama yang lain pasti akan mendatangkan berkah yang sangat melimpah dari penguasa alam semesta” kata ibu Sekar, lanjutnya sambil menoleh pada Astrit yang ada di sampingnya dan memegang tangannya “Apa yang akan kamu sampaikan cah Ayu Astrit jangan ragu untuk mengutaran suara hati mu sendiri dan ini adalah salah satu latihan keterbukaan yang di sampaikan oleh mbak ayu Ratu”

“Aku bingung ibu Sekar” kata Astrit, kemudian diam sejenak dan melanjutkannya “Ibu Ratu, Ibu Sekar dan Ibu Roro dan juga mbak Dini dan adikku Arum sebenarnya aku masih tidak percaya atas semua kehendak semesta memang mas Rangga adalah cinta pertamaku dan aku selalu berharap akan menjadi cinta terakhirku tapi setelah aku diangkat menjadi pegawai negeri aku berkenalan dengen mas Dodi adalah teman kakak aku mas Wigyo ketika masih SMA dulu dan yang sebenarnya aku tidak punya rasa apa apa sama dia sampai saat ini tiba tiba mas Dodi melamar aku untuk menjadi istrinya dan lamaran itu di terima oleh romo dan disaat itu aku ngak punya pilihan setelah satu minggu aku bertunangan datang lah mas Rangga dan aku saat itu sunggung kecewa mengapa semesta mempertemukan aku dengan mas Rangga setelah aku baru saja bertunangnan dengan mas Dodi teman Mas Wigyo apa lagi setelah mendengar dari mbak Dini sendiri bahwa mbak Dini juga sangat menyukai dengan mas Rangga pada saat itu hati ini merasa sakit mau marah tapi tak ada alasan yang tepat untuk sandaran kemarahanku dengan siapa aku harus marah, mau menangis tapi ngak tau untuk apa aku mengais semua serba salah hati aku sudah putus asa untuk mendapatkan cintaku kembali dan hati ini bertambah sakit ketika aku dengar tau tau mas Rangga sudah menikah dengan mbak Dini aku patah hati sepatah patahnya walau pada kenyatannya aku punya tunangan aneh juga aku patah hati sementara aku punya pacar bener benar membuat aku gila, dalam kegalauaanku tiba tiba mbak Dini memanggil aku dan dik Arum untuk membantu persiapan pertemuan yang akan di adakan 3 hari lagi, gila ngak tiba tiba mas Rangga dan mengutarakan cintanya dan aku di depan mbak Andini dan dik Astrit yang pada saart itu mbak Andini sudah menjadi suami istri yang syah menurut agama dan dengan beraninya aku menerima cintanya walau aku masih terikat pada tali pertunangnan dan memberikan ciumanku yang pertama untuk mas Rangga sedang mas Dodi yang saat itu menjadi tunaganku belum aku ijini mencium bibir aku dan gilanya lagi aku pasrah ketika mas Rangga juga menyatakan cintanya dengan dik Arum dan menciumnya di depan mataku dan mbak Andini yang saat ini masih menjadi siswa siswa kami tidak ada rasa cemburu aku tehadap mabak Dini dan dik Arum dan hampir setiap pagi sebelum mengajar aku, mbak Dini dan dik Arum mendapat kekuatan dari sebuah ciuman dari mas Rangga walau masih belum jelas status untuk kami berdua aku segalau galaunya dan setelahnya aku dan dik Arum mau diperkosa oleh mas Dodi dan teman temannya yang beralasan untuk membalas demdam ke romo walau sebenarnya romo tidak melakukan kesalahan apapun dan akhirnya romo memutuskan aku di nikahkan dengan mas Rangga di saat romo Sudibyo meninggal dunia dengan alasan dari romo tidak mampu melindungi aku dari teman teman mas Dodi sampai saat ini”

“Itulah nini Astrit semua sudah di hariskan oleh kyai Walang Sungsang sendiri dan semua yang sudah di gariskan oleh kyai Walang Sunggang cepat atau lambat pasti akan terlaksana percara itu adalah anugrah dari semesta untuk mu nini” kata ibu Sekar

“Nini Arum ibu melihat sejak kedatanganmu di sini kok kelihatan kamu punya beban yang membebani hidup mu nini apa itu nini kalau boleh aku tau” kata ibu Roro pada Arum secara Langsung

“Ibu Roro, ibu Ratu dan ibu Sekar dan juga mbak Dini dan mbak Astrit sebenarnya aku sangat iri terhadap mbak Dini dan mbak Astrit yang saat ini seudah resmi menjadi istri istri mas Rangga dan aku sendiri yang belum apakah aku juga harus menanti sampai aku lulus SMA setahun lagi ibu” kata Arum sambil menundukan kepalanya

“Jadi nini Arum ingin segera menikah dengan mas Rangga apa sebenarnya yang menjadi motivasimu nini” kata ibu Ratu

“Ya ibu Ratu karena mbak Dini dan mbak Astrit bebas bercinta dengan mas Rangga sedang aku harus sembunyi sembunyi dari masyarakat itulah yang menjadi motivasi aku ibu” kata Arum sambil tersenyum malu

“Ibu sunggung mengerti kegalauan hatimu nini Arum cah ayu sebenarnya kalau nini sudah menerima mustika kalung bungan kantil dari mas Rangga nini seudah syah menjadi istri mas Rangga kalau masalah yang lain lain itu merupakan seremonial belaka nini dan nini berhak mendapatkan nya kasih sayang dan cinta dari mas Ranggamu secara adil dan untuk memantabkan hati mu dan hati mas Rangga nanti akan kita bicarakan dengan kangmas Rogojati tentang keingnanmu itu ini dan besok pagi atau lusa nini sudah resmi menjadi istri mas Ranggamu yang behak mendapat kasih sayang sama dengan kakak kakakmu nini” kata ibu Roro

“Tapi ibu Roro kan aku hanya ada waktu 3 jam saja ibu Roro sebab besok pagi jam 4 sudah mulai study tour nya ibu Roro” kata Arum

“Benar ibu Roro besok jam 8 pun aku harus menghadiri rapat kelulusan yang tak dapat di wakilkan ibu” kata Andini mulai cemas

“Perlu kamu ketahui nini Andini, nini Astrit dan nini Arum ada perbedaan waktu yang sangat sinifikan antara waktu di Argodumilah dengan waktu di duniamu nini” kata ibu Ratu sambil tersenyum, lanjutnya “Satu jam di duniamu sama dengan satu hari di Argodumilah sehingga cukup lah waktu 3 jam di duniamu itu adalah 3 hari di Argodumilah nini”

Berita itu membuat Andini, Astrit dan Arum menjadi bengong berkepepanjangan dan ada rasa lega di hati mereka

“Itulah nini apa sebabnya jin setan dan sejenisnya lebih panjang umur dari umur manisia di dunia mu bisa berumur sampai ratusan tahun bahkan ada yang ribuan tahun ini kalau di bandingkan dengan umur manusia pada umum nya hanya 100 tahun itu sudah meksimum nini” lanjut ibu Roro memberi pengertian pada Andini, Astrit dan Arum

“Ada satu lagi yang akan aku sampaikan kepada putri putri ku yang cantik cantik ini aku bersama diajeng Sekar dan diajeng Roro akam mengajarkan meditasi untuk menyepurnakan menjadi istri istri sang pewaris dari warongko kyai Walang Sungsang memang benar dari abdi kinasih Janggerbang, Janggerning dan Janggerbi sudah memberi petunjuk dan mengajari dasar dasar meditasi secara umum itu bagus tapi masih kurang sebab setiap warongko mempunyai sifat sifat yang berbeda satu sama lain demikian juga perlakuan juga berbeda nanti nini Andini akan bersama aku mempelajari meditasi yang aku beri nama Mediabang meditasi ini khusus untuk pewaris dengan warongko kembang kantil merah, sedang nanti nini Astrit juga sama tapi yang memberi latihan meditasi adalah diajeng Sekar sama intinya mempedalam meditasi dan di beri nama medianing yang khusus untuk pewaris dengan warongko kembang kantil kuning sedang untuk nini Arum akan mendapat bimbingan dari diajeng Roro dalam memperdalam mediabi untuk pewaris dengan warongka kembang kantil biru tapi sekarang istirahat dulu” kata ibu Ratu

Kemudian ibu Sekar memanggil seorang dayang untuk mempersiapkan jamuan untuk tamu tamu termasuk untuk Rangga Dipati

“Sudah kami persiapkan raden ayu Sekar silahkan di ruang makan” kata dayang tadi

“Termasuk untuk kangmas Rogojati kan dengan tamunya” kata ibu Sekar

“Betul sudah kami pesiapkan semua” kata dayang

“Ya sudah terimasih ya” kata ibu Sekar

Andini, Astrit dan Arum di ajak ke ruang makan yang terdapat meja makan dengan 8 korsi yang saling berhadap hadapan dan saling melingkar Andini berhadapan dengan ibu Roro sedang Astrit berhadaan dengan Ibu Sekar dan Arum berhadapan dengan ibu Ratu dan sebelah kirinya untuk ki Rogojati yang berhadapan dengan Rangga Dipati

Dala jamuan makan sederhana ini saling mengkrapan diri bagai orang tua dengan anak anaknya saling bercengkrama

“Kangmas” kata ibu Ratu

“Ada yang akan kamu sampaikan diajeng Ratu” jawab ki Rogojati dengan kesabaran

“Tadi setelah kami saling bertemu dengan semua warongko waronko ki Walang Sungsang ada sedikit keluhan dari nini Arum kangmas” kata ibu Ratu melanjutkan

“Apa itu diajeng” kata ki Rogojati

“Nini Arum sedikit protes dan agaknya sedikit cemburu pada nini Andini dan nini Astrit, sebab diantara warongko warongko kyai Walang Sungsang hanya nini Arum yang yang belum bebas bercinta dengan anakmas Rangga sebab belum resmi sebagai suam istri tidak seperti nini Andini dan nini Astrit sudah bebas bercinta kapan saja tidak ada yang menegurnya sedang dengan nini Arum harus dengan sembunyi sembunyi” kata ibu Ratu

“Jadi kata lainnya nini Arum ingin segera di resmikan sebagai suami istrinya Rangga ya nini Arum” kata ki Rogojati kepadaArum yang tersenyum malu malu

“Ini sumua karena mas Rangga tidak mau melanggar aturan yang ada bopo” kata Arum

“Benarkah begitu Rangga” kata ki Rogojati pada Rangga

“Benar sekali bopo aku tidak bisa melanggar aturan agama dan masyarakat” kata Rangga

“Ketahuilah Rangga untuk mendapatkan kekuatan super dari ki Walang Sungsang sendiri dari ketiga istrimu salah satu syarat kalau kamu sudah resmi menjadi suami dari ketiga istrimu Rangga kamu sudah mempercayakan Arum sebagai salah satu warongko dari pusaka kyai Walang Sungsang dengan memberi nini Arum dengan kalung kantil itu artinya kamu sudah syah menjadi suami istri tentu saja nini Arum protes kepadamu Rangga kamu kurang tanggap terhadap situasi dan kondisi dan apalagi yang menjadi kendala dari kamu Rangga” kata ki Rogojati, lanjutnya “Kita punya tiga hari dalam perhitungan waktu di Argodumilah maka aku yang akan langsung menikahkan Rangga dan Arum dengan upacara nikah di puncak Argodumilah pada besok lusa atau hari ketiga sedang besok Rangga akan mendapat gembengan dariku secara langsung tentang olah kanuragan sedang ke tiga istrinya pun akan mendapat bemblengan dari nyai Ratu, nyai Sekar dan nyai Roro, begitu rencanaku dalam tiga hari kedepan lalu sorenya Rangga bersama nini Astrit dan nini Arum akan di antar sampai ketemu rombongan ke Bali sedang nini Andini akan diantar dengan nyai Ratu sendiri untuk kembali ke Kabupaten” titah ki Rogojati simple dan tegas (sabdo pendito ratu = apa yang di ucapkan adalah undang undang yang harus di laksanakan)

Setelah selesai jamuam makan mereka di antar oleh para dayang untuk istirahat sebuah peraduan Rangga menempati kamat tersendiri sedang Andini,Astrit dan Arum berada di kamar sendiri berbeda dengan kamar Rangga

Malam harinya mereka semua berkumpul di sanggar pameleng untuk bermeditasi dan lengsung di beri pengarahan dari ki Rogojati untuk Rangga, Ratu Karonsih untuk Andini, Seka lestari suci untuk Astrit dan Roro Lasmini utuk Arum dan seudah menempatkan diri di tempat masing masing

Rangga dan ki Rogojati menggunakan baju warna putih yang berupa kain yang di belitkan ke tubuhnya sehingga seluruh tubuhnya tebungkus kain putih hanya kepalanya yang terlihat sedang Andini, Astrit dan Arum juga sama seperti yang Rangga pakai hanya yang membedakan warna kain yang berbeda yang melili seluruh tubuhnya Andini dengan kain berwarna merah cerah sedang Astrit dengan warna kuning ke emas emas sedang Arum denga wara biru muda

Dalam Sanggar pameleng Rangga duduk bersila yang berhadapan dengan ki Ragajati dan tak lama kemudian mereka saling berkomonikasi dengan mata hati mereka

“Anakku Rangga” kata ki Rogojati dalam semediya

“Ya bopo” jawab Rangga

“Ketahuilah untuk menyatuka ketiga warongkomu itu tidak mudah tapi juga tidak sulit kalau kamu tau kuncinya untuk menyatukan kekuatan itu salah satu kunci adalah tetap sadar akan semua kehidupan ini berasal dari semesta dan akan berakhir kepada semesta juga dan pancaran warna dari auramu adalah putih seperti aku perlambang pengayoma, warna putih adalah warna kesucian yang hakiki yang dapat meyatukan semua warna dan akan melebur menjadi warna yang netral disamping juga mempunyai kemampuan berbagi dalam kehidupan dengan dasar selalu sadar pada sang pencipta semua akan berjalan dengan aturan jalannya sendiri sendiri dan akhirnya akan melebur menjadi satu, sekarang satukan alam pikir ke dalam raksajati yang tedapat di telening hati atau pusat kehidupan yang ada di hati sanbarimu dan rasakan apa yang terjadi Rangga” kata ki Rogo jati

Selang beberapa lama

“Ya Bopo aku merasakan semua bergerak tak terkendali seakan mempunyai kekuatan sendiri sendiri dan bergerak lambat membuat tubuh ini rasaya melayang layang” kata Rangga

“Jangan kau lepas Rangga ikuti semua yang terjadi ini baru proses awal” kata ki Rogojati

“Aku melihat berbagai warna bertebaran di sekitar aku bagai warna warna pelangi yang sangat indag bopo” kata Rangga

“Coba cari warna putih dan ikuti pergeraknya Rangga” kata ki Rogojati

“Warna putih bopo” kata Rangga

“Ya warna putih” tegas ki Rogojati

“Bopo warna putih terus membubung tinggi dan akan aku kejar bopo”

“Ya betul Rangga Warna putih adalah warna jati dirimu Rangga tangkap dan simpan di dalan kantung rasajatimu Rangga” kata ki Rogojati

Sementara tejadi kejar mengejar antara Rangga dan warna putih jati dirinya warna putih sangat lincah dan gesit sekali beberapa kali Rangga terkecoh karena egesitan warna putih yang terus berlari menjauh meninggi tapi Rangga dengan gesit mengejar bagai lomba renag dalan kolam kehidupan Rangga dengan susah payah dan akhirnya mendapatkan apa yang di inginkan dengan perjuangan yang cukup keras dan ….

“Sudah bopo warna putih sudah tertangap dan sudah aku masukkan kedalam kantung Raksa jati bopo, kini aku melihat pancaran warna merah kuning dan biru sangat indah dan terpencar pencar bopo semua terpencar ke tiga sisi kiri kanan dan atas bopo” kata Rangga

“Bagus Rangga kejar dan tangkap warna merah muda akau pink dan satukan dengan warna putihmu ke dalam katung raksajatimu Rangga” karta ki Rogojati

Kembali Rangga berusaha mendekat warna merah muda yang berada di samping kanan tapi warna pink sunggung gesit untuk di tangkap tapi tidak jauh jauh dari Rangga seakan mengejek Rangga kalau mau di tangkap lari menghindar dengan gesitannya Rangga pun berhenti untuk mengejarnya sedikit demi sedikit warna pink mendekat tapi kau mau di tangkap cepat mengelak sehingga luput sasaran akhirnya Rangga mengubah dengan seakan akan capek untuk mengejarnya warna pink semakin berani mendekat tapi dengan suatu siasat di tangkapnya pakai tangan kanan tapi sudah menyiapkan tangan kiri untuk menanti kemana warna pink bergerak dan akhirnya tertangkap juga dan di maksukkan ke kantung raksajati

“Bopo tertangkap bopo warna merah mudanya sudah aku satukan dalam kantung raksa jati bopo” kata Rangga

“Bagus Rangga kamu melihat warna kuning keemasan Rangga” kata ki Rogojati

“Tampak jelas sekali berada di sisi kiri bopo” kata Rangga

“Tangap Rangga warna kuning emas dan satukan dengan yang lain dikantung raksajati” kata ki Ragajati

Rangga medekati warna kuning dengan diam diam dan tersenyum senyum sambil bersiul siul seakan acuh terhadap warna kuning emas tapi dengan gerakan yang cepat warna kuning segera di tangkap dengan mengantisipasi gerakan warna kuning emas

“Hahaha mudah bopo warna kuning emas paling mudah bopo tertangkap bopo” kata Rangga

“Kamu melihat warna biru muda Rangga awas jangan sampai terkecoh dengan warna biru biru yang lain” kata ki Rogojati

“Ada bopo wana biru muda paling jauh bopo tampaknya sulit untuk di jangkau” kata Rangga

“Ya kamu harus berusaha untuk menangkapnya Rangga, dan satukan dengan ketiga warna yang sudah kamu dapatkan Rangga” kata ki Rogojati

“Susah bopo aku kejar kekiri dia berkelir kekanan bopo pas aku kekejar ke kanan malah masuk lipatan kain bopo geli bopo hix hix hix” kata Rangga menahan kegelian ketika warna marna biru muda meyusup ke pakaian putih yang di pakainya sehingga Rangga mendapat kesulitan dengan tangkas warna biru muda terus bergerak di sekitar tubuh Rangga dan menyusup ke celah celah sambungan kain yang menyatu ditubuh Rangga tanpa jaitan Rangga agak kerepotan juga karena warna biru muda

“Pakai akalmu Rangga jangan pakai ototmu” kata ki Rogojati

Akhirnya Rangga duduk bersila dan diam sambil mengatur nafas dan lalu mengheningkan cipta sambil membayangkan wajah Arum dan selang 5 menit kemudian warna biru muda pum berhenti dan muncul si depan Rangga sehingga dengan mudah Rangga bisa memegang warna biru tersenut kemudian di ciumnya dan simpan di kantong Raksajati

“Berhasil bopo” kata Rangga

Bersambung …..
Part 65
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd