Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Jadi gini ya rasanya punya tread sendiri
Senengnya plus banget liat komentar para suhu disini:kbocor:

Mohon maaf atas keterlambatan saya hu, karena di real life sedang sibuk. ada perang batin yang menguras tenaga dan materi.
Saya usahakan untuk segera update,mungkin nanti malam atau besok.
 
Jadi gini ya rasanya punya tread sendiri
Senengnya plus banget liat komentar para suhu disini:kbocor:

Mohon maaf atas keterlambatan saya hu, karena di real life sedang sibuk. ada perang batin yang menguras tenaga dan materi.
Saya usahakan untuk segera update,mungkin nanti malam atau besok.
Siap menanti hu..,mg suhu d lncarkan urusan RL nya
 
Bimabet




Part 2





Esok harinya jam 3.30 di desa Margo Mulyo, Suyanti terbangun dari tidur lelapnya.
Sudah biasa baginya bangun pagi2 begini untuk menyiapkan sarapan, cuci baju dan kegiatan rumah lainnya.

Suyanti meraba raba tubuhnya,tak lupa meraba dan mengecek lubang belakang yang terasa membengkak. dasternya masih terpakai,namun posisi daster bagian bawah tersingkap hingga atas payudaranya.
ia melihat sang suami yang telah menjebol duburnya masih mendengkur, dengan posisi miring menghadap sang istri dan tangan kanan berada di payudara kiri istrinya.

dia cium pipi sang suami dan berkata,
"Terimakasih ya mas, gak nyangka bakal senikmat itu persetubuhan kita semalam.."
Ucapnya sambil mengingat kenikmatan yang telah ia lalui semalam.

Suyanti beranjak dari tempat tidur dengan memegang pantat, sekilas ia teringat esok harinya setelah malam pertama.
Rasa sakit, perih dan serasa ada yang mengganjal. Cara berjalannya pun agak mengangkang, untuk meminimalisir gesekan dipantatnya.
ia berjalan perlahan menuju sumur yang ada dibelakang rumah dengan mengernyitkan dahinya karena masih merasa perih.

Jarak sumur dan rumah Suyanti sekitar 3 meter.
terdapat 2 kamar, untuk mandi dan untuk buang air besar.
Karena sumur itu hanya bangunan tanpa dinding seperti joglo,angin pagi mulai menusuk pori2 Suyanti hingga membuatnya merinding.
Bergegas ia masuk ke kamar bab, ia basuh 2 lubang miliknya.
Suyanti meringis menahan perih karena duburnya sedikit robek dan membengkak.
namun disela kesibukannya, ia mendengar suara tangisan perempuan. pelaaan....

bulu kuduknya berdiri,
Suyanti yang mulai takut pun mempercepat gerakan tangannya yang masih membersihkan area dubur. rasa perih yang tadinya sangat terasa, secara ajaib hilang karena dia memang orang yang paling takut dengan hal hal berbau ghoib.

Serasa sudah cukup bersih,Suyanti keluar dari ruangan tersebut. Karena dia juga orang yang suka penasaran,telinganya agak difokuskan agar bisa mendengar suara tangisan lirih itu.

"huuuu... huu huuuuuu..."

Benar saja,suara tangisan itu masih terdengar ditelinganya.
menurut anal-isis Suyanti,ini bukanlah tangisan makhluk ghoib.
Karena menurut dia,suara ghoib akan makin hilang jika fokus didengarkan.
Alasan itu diperkuat dengan rasa takut dan bulu kuduk yang tadinya berdiri, sekarang sudah duduk bersila sambil ngopi.

dia yakin,suara tersebut berasal dari rumah pak Sumarto (65tahun) yang rumahnya berada disebelah kanan rumah Suyanti.
Jarak antar rumahnya sekitar 2 meter,dipisah pagar bambu sepinggang orang dewasa.

tak habis akal, Suyanti mengambil kursi kecil yang biasa digunakan saat mencuci pakaian untuk landasan agar bisa melompati pagar tersebut.

Setelah melompati pagar,Suyanti mulai berjalan pelan-pelan bagaikan pencuri profesional yang waspada agar tidak diketahui kedatangannya.

Suara isak tangis makin terdengar lebih jelas ditelinga Suyanti,namun anehnya Isak tangis tersebut diiringi dengan suara benturan kulit.

Siapapun yang mendengar, pasti akan merasa tidak asing dengan suara benturan kulit yang khas ini.

Suyanti makin penasaran...
Dia yakin, suara tangisan tersebut berasal dari kamar Eli Astuti cucu dari pak Sumarto sang pemilik rumah.
sesampainya di jendela kamar Eli,Suyanti mencari cari celah untuk mengintip kejadian didalam kamar tersebut.

Memang ada fentilasi diatas jendela yang terbuka lebar,namun mustahil. Tingginya mencapai 2 meter'an dan membutuhkan tangga agar bisa menggapainya.

Beruntung,jendela tersebut tidak sebagus jendela dirumahnya yang berbahan kayu jati tua dan ada kaca setebal 4 mm ditengahnya.
Jendela yang ada di kamar Eli memang berbahan kayu,namun itu hanya kusennya saja. Sedangkan bagian tengah tidak dipasangi kaca,melainkan anyaman bambu yang sudah mulai berjamur terkena air hujan dan terik matahari.

Dengan pelan dan hati hati agar tidak menimbulkan bunyi...
Suyanti mencongkel sedikit demi sedikit anyaman bambu yang ada di jendela itu, agar bisa membuat lubang untuk mengintip.

Dirasa cukup,lalu dia memposisikan mata kirinya agar bisa melihat kejadian yang ada di dalam kamar.

Sesuai dugaan Suyanti,suara tangisan yang ia dengar sejak di sumur berasal dari mulut Eli. Gadis itu sedang telentang dan menangis tersedu-sedu sambil tangannya yang lentik itu menutup mukanya.

Dan betapa terkejutnya Suyanti,dia melihat pak Sumarto yang akrab dipanggil " pak Marto" sedang menyetubuhi cucunya sendiri.

Sempat tidak percaya yang ia lihat,Suyanti mengucek kucek matanya dan melihat kedalam lagi.

"Benar,itu pak Marto dan Eli" ucap Suyanti dalam hati.


"Huuuu hu huu udah Mbah,ampuuuunnn..."
" Ahhhh... uhhhh eemmmhhh aahhhh.."
"uhhh.. aahhhh hah huuuu..."
Eli meminta kakeknya untuk menghentikan aksinya, namun tidak digubris oleh kakeknya.
hati Eli berkecamuk. rasa malu, sedih dan rasa kecewanya terhadap sang kakek bercampur jadi 1.
Namun ada 1 kenyataan yang membuatnya bingung.

Eli menikmatinya


Suyanti mulai "mundur Alon Alon" dan menjauhi tempat tersebut menuju rumahnya.
Pikirannya campur aduk.
Dia kasihan dengan Eli yang ia anggap seperti adiknya, merengek dan menangis karena digagahi kakeknya sendiri.

Suyanti mulai membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya. Entah sejak kapan pak Marto menggauli cucunya,Suyanti takut jika aksi bejat orang tua tersebut akan terus berlanjut. Dia takut,Eli yang periang dan supel akan menjadi sosok yang murung karena ulah kakeknya.

Suyanti mengepalkan tangan dan membulatkan tekad. Dia akan mengadukan aksi tersebut ke suaminya, agar Giwarno melapor ke pak RT dan mengajak warga agar menggerebek rumah pak Marto.

Sesampainya dikamar,dia masih melihat Giwarno tidur nyenyak. Merentangkan tangan dan kaki dengan keadaan setengah bugil (hanya memakai kaos singlet),mulut terbuka mengeluarkan suara seperti babi.

"Mas,bangun maasss..."
"Mas banguuunn... Bahaya maaasss..."
"Maaasss"
Suyanti membangunkan suaminya..
namun sayang,jam 4 dini hari adalah waktu yang paling nikmat untuk tidur karena suhu makin terasa dingin.

Karena tidak mau menunggu lama, Suyanti menyentil palkon milik suaminya yang masih tertidur. Al hasil sang empu langsung melolong kesakitan dengan tindakan istrinya

"Wadooooooowww"
teriak Giwarno sambil meringis menahan rasa ngilu dan sakit dipalkonnya

"ada apa to buneee....
ya ampun,bisa bisanya senjataku jadi sasarannya lhoo..."

"Ssstttttt... Pelan pelan,nanti anak anak pada bangun"
Ujar Suyanti sambil menempelkan jari telunjuk didepan mulutnya.

Giwarno ingat dengan persetubuhan mereka berdua semalam. Lalu dengan PD dia berkata,
"Owalaaaahhh... Mau nambah to,ya ayo
Hihihihii"
Jawabnya sambil cengengesan

Suyanti yang mendengar malah merasa diejek suaminya,lalu tangan kanannya melesat di selangkangan Giwarno dan menyentil palkon suaminya untuk ke dua kali

"tleep !"

kira kira seperti itu suaranya,memang tidak kencang namun rasanya tidak bisa dibayangkan

"Duh gustiiiiiiii...
Ampun buuuu...
Ono opo to,kok kasar banget kamu ini.
Kesurupan apaa?"

tanya Giwarno sambil menggenggam alat kelaminnya

"Udah! diem!!
Buruan cucui muka, cuci kontol, terus pake baju sama celana panjang!!"
Perintah suyanti dengan mata agak melotot

Merasa ada yang tidak beres, Giwarno mengiyakan perintah istrinya sambil meminta agar diberi penjelasan kenapa sang istri seperti orang kesetanan. Membangunkan suaminya dengan cara yang kasar dan Merintah suami dengan tatapan seperti itu.

Suyanti pun mengikuti suaminya dari belakang setelah mengambilkan celana panjang dan baju Giwarno dari dalam almari. Suyanti mulai menceritakan dari mendengar suara tangis disumur hingga disamping kamar Eli Astuti tetangga mereka secara detil dan tanpa ditutup tutupi.

Mendengar cerita sang istri, Giwarno langsung cepat cepat membersihkan tubuhnya lalu ganti pakaian yang telah disiapkan istrinya.

Keluar dari kamar mandi,Giwarno berlari menuju ujung Utara desa untuk menemui ketua RT nya.

Ada sebagian warga yang sudah bangun melihat Giwarno berlari ke arah Utara hanya bisa menerka nerka sambil mengikuti Giwarno.

Sesampainya dirumah pak RT,Giwarno pun mengetuk pintu rumah tersebut dan memberikan salam. Beruntung,pak RT sudah bangun dan siap siap untuk pergi ke masjid untuk menunaikan kewajibannya.

Tanpa ba bi bu,Giwarno mengutarakan niatnya dan menceritakan kejadian yang telah dilihat Suyanti.
Pak RT pun langsung bergegas mengajak Giwarno menuju ke kediaman par Marto.

Ditengah jalan,mereka bertemu beberapa warga yang berkumpul menunggu dan bersiap siap dengan kabar yang dibawa oleh Giwarno. Sebab mereka khawatir jika ada apa apa dengan keluarga Giwarno.

Giwarno pun menerangkan dengan singkat kejadian dirumah pak Marto dan mengajak warga untuk ikut menggerebek rumah pak Marto.
Ada 3 warga yang ikut,
yaitu pak Kadir, pak Sujono, dan Bu Juminten.


-------------------- <O> ----------------------


Sesampainya di TKP,mereka melihat Suyanti yang sudah berada di pelataran rumah pak Marto. Melambaikan tangan tanda mengajak mereka untuk mendekat.

"Gimana Bu,Eli masih di ewe?"
Tanya Giwarno frontal

"Masih pak,tapi suara tangis Eli udah nggak kedenger.
Sepertinya dia kecapean udah menangis dari tadi."
Jawab Suyanti yang terlihat panik

Giwarno yang melihat ekspresi kepanikan istrinya langsung berinisiatif mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu depan rumah pak Marto.

"Duk!
Duk!!
Gubraaakkk!!"

Dengan 3x percobaan pintu tersebut terbuka lebar hingga berbenturan dengan tembok samping pintu.

Mereka semua langsung masuk. Giwarno yang hafal betul dengan denah rumah tersebut langsung memimpin didepan menuju kamar Eli Astuti, gadis perawan yang bulan depan genap berumur 20 tahun.

sesampainya di kamar Eli,Giwarno langsung menyibakkan kain gorden yang digunakan sebagai pintu kamar dan menariknya hingga gagang alumunium dengan gorden terpisah.

Mereka semua terkejut,Eli Astuti terlihat pingsan dikasur dengan keadaan telanjang dan pipi kanan yang membiru. Pak Marto gelagapan sambil membetulkan kain sarungnya.

Tak kuasa menahan amarah,Giwarno mendekati pak Marto lalu memukul muka dan perutnya. Pak Kadir dan pak Jono yang terbawa suasana pun ikut menyerang pak Marto.

"Bug! Bug! Bug!
Plak!
Duk!
Bug bag bug bag bug!"
Hantaman, tendangan, injakan hingga tamparan mereka lancarkan ditubuh pak Marto.

"Uhuk uhuk!
Aaarrghhhhhh...
Uhhuuuuukkk
Ampun mas, ampuuunn!"
Pak Marto meminta ampun karena kesakitan menerima siksaan dari tetangganya.
Darah segar mengalir di pelipis kepala pak Marto.
ia juga sempat memuntahkan sedikit darah disela batuknya.

Mendengar rengekan pak Marto,pak RT pun memisah dan menyarankan agar mengikat pak Marto dan dibawa ke polres kota agar segera diadili.
Mereka pun berhenti dan menuruti apa yang dikatakan ketua RT tersebut, mengikat tangan pak Marto dibelakang.

Suyanti dan Bu Juminten tak kuasa menahan tangis,mereka memeluk tubuh Eli yang masih dalam keadaan pingsan.
memakaikan Eli pakaian agar tidak kedinginan dan memakaikan selimut tipis dikasur itu. Suyanti berinisiatif mengangkat Eli untuk ditidurkan dirumahnya saja,agar dia bisa lebih leluasa merawat tubuh Eli yang ternyata ada beberapa bagian tubuhnya berwarna kebiru-biruan.

Suyanti meminta izin ke suaminya dan pak RT agar dia yang merawat Eli dirumahnya sendiri. Mereka pun menyetujui, Giwarno pun mengangkat tubuh Eli diikuti istrinya dan Bu Juminten.

Pak RT, pak Kadir dan pak Jono berdiskusi sebentar mencari solusi untuk mengantar pak Marto ke polres kota.
Keputusan pun sudah dibuat.
Pak RT meminta pak Kadir selaku satu satunya orang yang mempunyai mobil didesa tersebut untuk mengantarkan pak Marto bersama pak RT.

Pak Kadir pun segera pulang untuk menyiapkan mobilnya,diikuti Pak RT dan pak Jono yang memapah pak Marto karena engkel kaki kanannya bengkak setelah diinjak keras oleh pak Kadir.

Tubuh Pak Marto terlihat lemas dengan tangan terikat dibelakang badannya.
mukanya hampir tak bisa dikenali lagi. Tatapannya kosong, ia benar-benar seperti orang linglung.
Sungguh kasihan bila dilihat dari keadaannya.

Sesampainya di rumah pak Kadir, mereka langsung memasukkan pak Marto dan berangkat menuju polres kota.

Sempat terlintas dibenak pak Marto akan memory kenikmatan beberapa jam yang lalu ia rasakan. Disamping itu,amarah pak Marto juga tersulut lagi.

Tiba tiba pak Marto tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepala. Matanya tertutup namun fikirannya fokus akan 1 hal.

yaitu "balas dendam"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd