Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D


PART 5​

BAWANG MERAH BAWANG PUTIH​







Untuk menentukan baik atau buruknya hari, itu sebenarnya bisa di lihat dari bagaimana kamu mengawali pagi. Jika terbangun dengan senyum, maka sejak detik itu dan selanjutnya akan menjadi hari baik untukmu yg akan terreset saat kembali tidur, dan begitu juga sebaliknya.

Apa kalian percaya tentang teori itu? Virgo mempercayainya. Jadi sebisa mungkin setiap harinya, ketika mengawali hari dengan bangun dari mimpi Virgo selalu berusaha untuk terbangun dengan senyum yg menghiasi bibir. Entah percaya atau tidak, menurut Virgo itu terbukti berhasil.

Seperti pagi ini, hari minggu ini, dia mengawali hari dengan tersenyum meski hari tak lagi pagi sebab matahari yg sudah mulai meninggi. Tak ada senyum setulus yg pernah ia lakukan seperti saat ini. Alasanya tentu bukan karena teori tadi, tapi lebih karena dia bisa bangun siang di hari ini.

Virgo sangat percaya bahwa harinya ini akan sangat baik. Selain karena dia sudah tersenyum saat bangun tadi, otaknya juga sudah memberikan gambaran bahwa dia bisa bermalas-malasan karena hari ini weekend.

Oh indahnya.

Tapi gambaran yg di berikan otak Virgo langsung buyar tak kala telinganya menangkap sebuah suara dua benda yg saling beradu sehingga membentuk sebuah irama yg bernama ketukan.

Segera mata Virgo menatap ke arah samping dimana sebuah kayu yg di bentuk menjadi pintu terletak di situ. Perasaannya berubah menjadi tak enak, namun secepat imaginasinya yg tadi buyar, secepat itu pula Virgo mengenyahkan perasaan tak mengenakan yg datang.

"Vir, kamu udah bangun?" Seru sebuah suara dari balik pintu.

Mendengar suara itu, Perasaan tak enak Virgo kembali datang dengan hebat dan menyerang dengan kuat. Hilang senyum di bibirnya, berganti dengan perasaan kalut yg kuat merajut.

"Vir?" Lembut suara kembali terdengar dari balik pintu. Namun untuk Virgo, itu lebih terdengar seperti suara lembut sebuah teror dari hantu.

Hati Virgo kuatkan, Tekad ia bulatkan, Namun nasib sudah ia pasrahkan. "Iya kak, Virgo udah bangun."

'cklek'

Suara pintu terbuka yg memang tak pernah Virgo kunci. Dari sana munculah sesosok wanita matang yg walaupun masih menggunakan baju rumahan namun sudah terlihat sangat menawan.


"Baru bangun?" Tanya wanita tersebut berjalan masuk yg adalah Nessa, kakak sepupu Virgo.

Virgo mengangguk mengiyakan, namun diam-diam hatinya kokoh mempersiapkan.

"Anterin kakak ke mall yuk?"

Ambyar. Hati Virgo yg sudah dia matang persiapkan hancur berceceran tepat sedetik setelah kakaknya itu selesai mengucapkan maksud dan tujuan datang ke kamar sang bujangan yg belum ada pacar.

Raut merana terlukis di wajah Virgo sebagai ekspresi. Hari minggunya dengan jadwal luar biasa yg sudah di susun otaknya buyar seketika.

Tapi meski begitu, Virgo tak mau menyerah begitu saja. Ludah ia teguk sebagai pelancar tenggorokan agar kata-kata yg akan dia keluarkan lancar tanpa hambatan. "Bang Reno mana?"

Tiga kata. sebuah pertanyaan. Tapi memiliki banyak makna. Harapan, penolakan, malas dan yg lainya.

Tentu tak butuh otak jenius Einstein ataupun Nicola tesla untuk Nessa mengetahui makna terselubung dari pertanyaan yg di ajukan Virgo si adik sepupu yg masih terlentang di atas kasur di bawah selimut yg ada di hadapanya.

Helaan napas kecewa di keluarkan Nessa, raut wajah sedih juga tak lupa. "Ada dua laki-laki di rumah ini, tapi ngga bisa di andelin semuanya." Menggeleng kecewa, Nessa pun membalikan badan dan berjalan dengan gontai untuk keluar kamar.

Dadah hari minggu ku sayang Batin Virgo merana.

"Iya, Virgo mandi bentar." Pasrah Virgo yg kemudian bangkit dari rebahan tentu dengan raut wajah yg sangat memilukan.

Seperti yg sudah bisa Virgo tebak lagi, kakanya kemudian berbalik dengan dramatis dan tak lupa juga dengan senyum sangat manis yg di sematkan di bibirnya.

Sangat tidak settingan sekali.

"Kamu emang laki-laki paling debest di rumah ini. " Puji Nessa tak lupa dengan dua jempol yg di acungkan untuk adiknya.

"Aku ngga denger." Balas Virgo malas dengan wajah datar atas pujian kakanya yg entah sudah keberapa puluh kali itu, yg selalu di utarakan setelah mendapatkan apa yg di inginkan.

Dan seperti yg sudah-sudah juga, Nessa kembali di buat tertawa dengan kalimat andalan dari Virgo jika dia memujinya.

"20 menit no ngaret. Kakak tinggal ganti baju doang ini." Titah Nessa pada Virgo seperti ratu pada pembantu yg wajib di patuhi.

Virgo mengangguk malas. "Iya udah sono. Ganti baju kakak lebih lama dari mandi Virgo."

"Mana ada!" Tentu sebagai wanita Nessa tak mau mengakuinya walaupun itu benar adanya.

"Iya-iya udah sana ah. Virgo mau mandi." Usir Virgo malas meladeni kakanya, karena yg sudah-sudah jadi panjang urusannya.

"Yaudah cepet bangun mandi." Balas Nessa yg kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun setelah sampai di depan pintu Nessa kembali berhenti dan memutar tubuhnya menatap Virgo yg tertunduk lesu. "Ingat! 20 menit no ngaret." Peringat Nessa lagi sebelum keluar kamar dengan tak lupa menutup pintu kembali.

"Fak minggu lah!" Maki Virgo sebal langsung menyibak selimut dari tubuhnya yg polos dan hanya menggunakan boxer.

Bangkit dari ranjang, dengan gontai Virgo melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yg ada di pojok kiri ruangan untuk melakukan titah dari sang tuan putri.

Oh iya, sepertinya teori yg sudah Virgo kemukakan di atas hanyalah fana, jadi jangan percaya karena sudah ada buktinya.






Tepat dua puluh menit, Virgo keluar dari kamarnya dengan jari tangan kirinya yg mengapit batang rokok yg sudah di sulut sebelumnya. Celana chinos pendek berwarna coklat muda yg di padu dengan kaos lengan pendek hitam, juga dengan topi yg berwarna sama menjadi outfit yg dipilihnya untuk siang yg dirasa cukup panas ini. Tak lupa juga sepatu sneakers berwarna sama seperti celananya.

Santai berjalan menuruni tangga karena kamarnya yg terletak di lantai dua, Virgo mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruang tengah yg menghubungkan ke segala ruangan, namun ia tak menemukan manusia yg membuat hari minggunya hancur berantakan.

Girls will be girls. Jangan pernah percaya dengan omong kosong bahwa mereka bisa cepat dalam melakukan sesuatu terutama dalam hal berdandan. Apalagi Virgo sudah punya pengalaman dengan hal yg sama sebelumnya.

Sesampainya di ruang tengah, Virgo menatap sebuah pintu yg berada di pojok ruangan sebelah kirinya yg adalah kamar Nessa sambil mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Kak! Buruan!" Teriak Virgo dengan pandangan yg masih menatap ke arah pintu kamar Nessa. "Virgo tinggal tidur lagi kalo ngga keluar sampe hitungan ke tiga!"

"Bentar ih! Maklumin cewek dandan kenapa sih!" Sahutan yg sama kerasnya terdengar dari balik pintu kamar yg Virgo lihat. Tak lupa juga dengan suara grasak-grusuk yg entah dari suara apa.

"Satu!" Ucap Virgo memulai hitungannya.

"Bentar Virgo! Lima menit!" Teriak Nessa terdengar kesal, namun ada juga nada kepanikan yg Virgo dengar.

"Dua!" Virgo benar-benar tak memperdulikan permintaan Nessa. Lagian Nessa sendiri yg bilang dua puluh menit tadi, dan Virgo sudah mematuhinya. Tapi justru yg membuat kesepakatan malah yg melanggarnya sendiri.

Kali ini tak ada sahutan dari Nessa. Namun grasak-grusuk masih jelas terdengar di indera pendengaran Virgo.

"Tiga!" Hitung Virgo untuk terakhir kalinya. "Oke, Virgo balik tidur!" Virgo langsung membalikan tubuh dan berjalan menuju ke tangga untuk naik kembali ke kamarnya.

'Ceklek'

"Udah ayo!" Seru judes dari Nessa yg keluar kamar dengan buru-buru berjalan menuju ke arah Virgo. "Jadi cowok ga sabaran banget kamu itu! ngga bisa ngertiin cewek!" Kentara sekali jika Nisa sebal dengan adik sepupu di depanya yg hanya diam menatap dirinya dengan acuh sambil menghisap rokok seperti tak ada derita.

"Kan situ sendiri yg ngasih waktu. Virgo mah tinggal ngikutin aja." Cuek Virgo namun matanya menatap Nessa dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan seksama tak lupa juga dengan kerutan di dahinya. "Lagian kakak kenapa dandan kayak gitu sih? Inget umur sama suami kenapa."

Nessa mengerutkan dahinya, jelas bingung dengan Virgo yg mengomentari dandanannya. "Kenapa emangnya? Ada yg salah?" Bingung Nessa yg juga ikut melihat dirinya sendiri dari bawah ke atas.

"Dandan yg sesuai umur gitu loh yg menggambarkan kalo udah punya suami." Jelas Virgo menilai dandanan Nessa yg saat ini menggunakan Celana pendek dengan atasan kaos polos berwarna hitam yg dilapisi dengan jaket Levis oversize. "Jangan kayak Abege gini. Ntar dikira Virgo jalan sama gebetan bukan sama kakaknya."

Jelas Nessa sama sekali tak tersinggung dengan penjelasan Virgo barusan. Justru ia malah senang karena di sebut Virgo seperti abege. Alhasil wajah kesalnya pun berubah menjadi manis.

Jika di teliti secara objektif, memang tak ada yg salah dengan apa yg Nessa kenakan. Nessa terlihat cocok dan cantik menggunakan itu. Dan juga seperti kata Virgo, Nessa menjadi lebih muda dan terlihat seperti seumuran dengan Virgo. Apalagi tinggi Nessa yg tak lebih dari sedagu Virgo, menjadikanya lebih imut. Padahal usia mereka terpaut hampir sepuluh tahun.

"Kakak keliatan kayak abege ya?" Tanya Nessa dengan senyum yg mengembang sempurna tanda bahagia. Tak sia-sia memang waktu yg dia habiskan hampir setengah jam tadi hanya untuk berdandan.

Virgo mengangguk malas. Ternyata kakaknya tipe-tipe manusia yg haus pujian. Padahal apa yg dia ucapkan tadi tadi cuma pengalihan agar Nessa tak mencercanya lebih lama. "Iya, padahal aslinya tua."

Sebuah tabokan sukses mendarat sempurna di lengan Virgo yg di berikan Nessa secara cuma-cuma tanpa pamrih. "Mulut kamu sembarangan banget ya!" Kesal Nessa namun senyum masih menghiasi bibirnya. "Jangan nyinggung masalah umur sama cewek, ngga sopan." Tapi kemudian Nessa mengandeng lengan kiri Virgo dan di ajaknya berjalan keluar untuk segera berangkat karena sudah terlalu siang.

Virgo mengerutkan alisnya bingung sambil mengikut langkah Nessa yg menggiringnya. "Emang kenapa ngga boleh ngomongin masalah umur sama cewek?"

Nessa menghembuskan napas lelah sambil mengelengkan kepalanya dramatis. Dimana-dimana memang cowok sama, tidak suaminya tidak adik sepupunya yg dia gandeng ini memang sama saja, tidak peka terhadap perempuan. "Cewek tuh sensitif kalo soal umur dan penampilan. Masa gitu aja ngga tau sih!" Jelas Nessa agak kesal.

"Ya aku kan bukan cewek, mana ngerti lah." Saat melewati ruang tamu Virgo menjejakan rokoknya pada asbak yg ada di atas meja saat berpapasan. "Lagian kenapa musti sensitif sih. Kalo tua mah tua aja. Masalah umur aja di bikin pusing." Tambah Virgo berbicara tanpa saringan yg mengakibatkan dia mendapat hadiah tabokan lagi dari Nessa.

"Dasar cowok! emang ngga pernah peka!" Sebal Nisa melepaskan gandengannya saat mereka sudah di luar rumah. Lalu dengan kaki yg di hentakam Nessa berjalan cepat menuju garasi untuk masuk kedalam mobil BMW milik suaminya yg akan mereka gunakan untuk pergi.

Sedangkan Virgo hanya bisa menaikan bahunya cuek sambil berjalan dengan santai seperti tak punya beban. Dia yakin tak ada yg salah dengan ucapanya, hanya para perempuan saja yg terlalu lebay dengan masalah-masalah sepele seperti itu. Dasar wanita.






Sampai saat ini Virgo masih tidak paham, dan jelas dia sebenarnya tidak tertarik juga untuk memahaminya, namun hal ini jelas sangat membuatnya penasaran. Yaitu, bagaimana bisa seorang wanita berkeliling dari toko satu ke toko lainya selama berjam-jam tanpa ada satupun barang yg di beli? Apa tujuan dia melakukan hal itu jika tak berniat membeli sesuatu?

Apa alasannya? Tak ada yg menarik? Oh ayolah! Sudah berapa pakaian yg kalian bilang bagus di setiap toko? Masalah harga? Membandingkan? Berapa sih selisihnya dari satu toko ke toko lain hah? Seratus juta?!

Sungguh Virgo masih tak mengerti akan hal itu. Bukankah ke efisiensian tenaga dan waktu jauh lebih penting di banding itu semua? Bayangkan saja kalian menghabiskan beberapa jam hanya untuk membeli satu dua pakaian, bahkan tak jarang hanya tangan kosong. Lalu kenapa kalian tidak masuk kedalam satu toko, pilih satu dua baju yg di suka, lalu beli. Beres kan? Sungguh, paling lama itu hanya akan menghabiskan waktu 30 menit untuk memilih, mencoba, lalu membayar. Dan kalian bisa melakukan sisa waktu berjam-jam itu untuk melakukan hal yg bisa di bilang lebih bermanfaat seperti makan atau pun melakukan hal lainya ketimbang hanya melihat-lihat pakaian namun tak ada yg di beli.

Kenapa kalian suka mempersulit sesuatu yg sebenarnya bisa sangat mudah di selesaikan!

Dan alasan kenapa Virgo bisa mengatakan hal diatas tentu tak lain dan tak bukan karena Nessa kakak sepupunya juga melakukan hal yg sama seperti diatas. Berkeliling masuk keluar toko selama berjam-jam namun baru satu paper bag saja yg ada di tangannya.

Serius, jika kalian ingin melatih kesabaran, mengajak perempuan ke mall adalah ujian final yg harus kalian lakukan. Jika kalian tidak mengeluh sama sekali meski dalam hati, ataupun masih bisa tersenyum, kalian adalah pria sejati yg penuh kasih sayang dan kesabaran.

Virgo yg biasanya cukup sabar dan lebih memilih mengalah pada Nessa dari pada harus cek-cok sampai tak sanggup menunggu dan terus merecoki perempuan itu dengan keluhan-keluhannya. Hingga akhirnya Nessa tak betah juga dan menuruti kemauan Virgo untuk berhenti setelah rengekan Virgo yg entah sudah berapa puluh kali dia lancarkan sebagai serangan.

Semuanya sudah selesai, itu yg Virgo kira sebelumnya, namun tentu saja perkiraan Virgo meleset jauh. Karena bahkan untuk urusan makan saja ternyata menjadi sebuah masalah untuk Nessa yg sampai sekarang masih belum menentukan ingin makan dimana.

Alhasil mereka saat ini berjalan tak tentu arah karena tak tahu mau kemana, seperti seorang anak kehilangan ibunya di taman bermain yg sedang ramai-ramainya.

Tapi jujur saja, jika di lihat-lihat Virgo dan Nessa yg saat ini berjalan dengan tangan yg saling bertaut lebih terlihat seperti pasangan di banding kakak dan adik sepupu. Virgo dengan wajah tertekuk sebal dan malas yg terlihat seperti seorang pacar yg sedang ngambek kepada ceweknya. Namun terlihat tetap romantis karena tangan mereka yg masih saling bergandengan erat.

"Jadi mau kemana ini kita sih kak?!" Keluh Virgo yg berhenti berjalan karena sebal, lelah. Sudah hampir 15 menit mereka berjalan tak tentu arah dan tujuan.

"Ini kakak lagi nyari enaknya makan di mana." Jawab Nisa yg cuek karena fokus mengedarkan pandangannya mencoba mencari restoran yg menarik minatnya.

"Mekdi atau ka ep si aja udah ayo! Ribet amat barang ngisi perut doang"

Nessa yg sudah mencoba sabar dari tadi ketika mendengar rengekan-rengekan Virgo akhirnya hilang kesabaran juga. Dia kemudian menolehkan kepalanya menatap orang bermuka semprawut di sampingnya ini dengan tatapan yg mengerikan. "Kamu ini jadi cowok comel banget sih! Sabar ngertiin cewek dikit kenapa!"

"Lha emang dari tadi engga sabar apa nungguin kakak berjam-jam?" Balas Virgo tak mau kalah argument.

"Cowok apaan baru gitu aja udah ngeluh." Sinis Nessa menatap Virgo dengan pandangan remeh. "Pantes ngga laku-laku. Udah ngga peka, ngga sabaran, comel lagi." Hina Nessa yg tentu saja membuat Virgo melebarkan matanya tak percaya.

"Wah-wah kok jadi bawa-bawa status gini sih kak. Ngga asik ah" Virgo menarik tanganya dari tautan lalu bersedekap dada, ngambek ceritanya.

Namun bukan Nessa jika tak mengacuhkanya. "Udah ayo kesana dulu" Tunjuk Nisa pada arah depan mereka. "Kalo ngga ada yg bagus baru terserah kamu." Lalu Nessa melangkah lebih dulu meninggalkan Virgo dengan muka semprawutnya beberapa langkah di belakang.

Mau tak mau Virgo mengikuti titah dari perempuan berparas peri namun bermulut tajam bak belati di depanya ini. Ya bagaimana tidak coba? Masa mengolok-olok status kesendirian dirinya yg sudah terbilang lama ini? Padahal bukan ingin dia juga lama-lama menyendiri, tapi lebih kepada wanita yg dia inginkan tak kunjung di temukan saja.

Berjalan di belakang Nessa, Virgo jadi menyadari beberapa hal yg terlewatkan atau bisa di bilang hal yg tak di sadari oleh pandangannya saat berjalan beriringan bersama Nessa. Yaitu, Kakak sepupu di depanya adalah wanita cantik yg menarik, yg membuat padangan hampir semua orang akan tertuju padanya saat mereka berpapasan. Virgo tak tahu kenapa, tapi mungkin karena daya tarik dan aura yg keluar dari Nessa, atau juga karena Nessa memanglah wanita yg bisa di bilang dambaan hampir semua pria. Entahlah, Virgo tak tahu yg mana.

Tapi satu yg jelas, ia harus segera menyusul Nessa sebelum ada pria yg cukup nekat dan berani untuk mendekati ataupun menggoda. Karena tugas Virgo salah satunya adalah untuk menjaga, selain jadi sopir dan kacung pembawa barang yg ada di tangan kirinya.

Maka dengan langkah lebar yg sedikit di percepat, Virgo berhasil menyusul Nessa dengan cepat. Lalu tanpa permisi ataupun meminta izin, tangan kanan Virgo segera merangkul pundak Nessa dan menariknya mendekat pada tubuh tingginya.

Tentu saja hal itu menimbulkan kekagetan dari Nessa. Sempat terbesit di otaknya bahwa ia mendapat pelecehan, sebelum akhirnya dia menoleh dan mendapati bahwa Virgo lah yg menarik dirinya.

"Kamu ngagetin kaka aja deh!" Semprot Nessa namun tak mencoba menarik dirinya. Justru ia malah mengalungkan tangan kirinya di pinggang Virgo.

Lengkap sudah, mereka terlihat seperti benar-benar pasangan di mabuk asmara yg tiba-tiba mengklaim bahwa bumi dan seisinya hanya milik mereka berdua saja.

"Bang reno suka posesif atau ngambek-ngambek ngga jelas gitu ngga sih kak kalo kalian lagi jalan?" Tanya Virgo dengan sedikit menundukan kepala agar dapat melihat Nessa.

Tentu itu sebuah pertanyaan yg aneh untuk Nessa. Pasalnya Virgo baru saja ngambek tidak jelas padanya, namun beberapa saat kemudian malah mendekat dan merangkulnya, ditambah sekarang menanyakan hal itu padanya. "Emang kenapa?"

"Tuh" Virgo menunjuk sekeliling mereka dengan edaran pandangannya.

Nessa cukup mengerti untuk mengikuti arahan Virgo dan melihat orang di sekelilingnya. "Kenapa dengan mereka?"

"Mereka ngeliatin kakak kayak gitu emang bang Reno ga kesel apa kalo tau pas kalian jalan?" Tanya Virgo lagi dengan mata yg masih melihat sekelilingya.

"Gitu gimana?" Tanya Nessa sok polos. Yg di dukung juga dengan raut wajah yg di buat bloon menatap Virgo.

Virgo menghela napas jengah, tau bahwa kakaknya ini sedang pura-pura tak mengerti. "Ngga usah sok bego kak. Emang kakak ngga risih gitu di liatin kayak mau nelanjangin kakak gitu?"

Sebuah senyuman terbit dari bibir mungil Nessa, namun tidak seperti senyum sebelum-sebelumnya. Kali ini ada yg beda dengan senyuman Nessa, tapi Virgo tak tahu apa dan kenapa.

"Mas Reno bukan tipe cowok yg posesif. Dia juga bukan tipe orang yg cemburuan. Tapi itu bukan berarti dia ngga sayang sama kakak. Karena setiap orang berbeda dan punya caranya sendiri-sendiri dalam memperlakukan dan menyampaikan." Jelas Nessa sambil menatap Virgo dengan teduh."Dan untuk tatapan-tatapan mereka" Nessa melihat sekitarnya kembali."Di bilang risih, ya kakak pasti risih. Tapi kalo di bilang terganggu, kakak ngga begitu terganggu karena emang itu resiko dari apa yg kakak pilih. Kita ngga bisa nyalahain orang lain yg ngelihat kita dengan pandangan ngelecehin kayak mereka kalo kitanya sendiri yg mengundang. Dengan pakaian ataupun hal lainya apapun itu."

Virgo menatap Nessa dengan mata yg di sipitkan, merasa tak setuju dengan penjelasan Nessa. "Tapi ngga-"

Namun Nessa tak membiarkan Virgo menyela, sebab dia belum selesai berbicara. "Ngga ada yg salah dengan apa yg kita pakai apapun itu. Ngga ada salahnya juga dengan ngerawat badan dan lainya. Tapi mereka juga ngga salah ngeliatin kita dengan berbagai macam pandangan. Karena itu memang hukum sebab akibat. Justru yg jadi masalah adalah ketika kita mempermasalahkan hal yg sebenarnya ngga bisa di permasalahin. Dan kamu tau betul seperti apa contohnya."

Virgo diam, mencoba menelaah perkataan kakaknya barusan. Mencerna setiap kalimat dengan matang-matang.

Sebenarnya permasalahan ini adalah sebuah hal yg bisa di bilang cukup complicated. Di bilang masalah serius juga tidak, tapi di bilang masalah sepele jelas ini bukan masalah sepele karena banyak faktor yg menjerat dalam kasus ini.

Jadi sepertinya memang benar apa yg di katakan Nessa, kuncinya adalah dari diri kita sendiri. Bagaimana cara kita merespon dengan hal-hal seperti ini, dan bersikap cuek sepertinya adalah jalan termudah.

Ada sebuah kebiasaan unik ketika Virgo sedang berfikir keras. Yaitu menaikan sebelah alisnya dan menggaruknya meski tak gatal. Halnya seperti manusia lainya yg punya hal-hal unik dalam dirinya, maka begitu juga dengan Virgo.

"Tapi kalo Virgo punya cewek, Virgo pasti kesel sih kak kalo cewek Virgo di tatap kayak mereka natap kakak gini." Virgo menyuarakan apa yg menganjal dalam hatinya. "Apalagi kalo udah berani lancang ganggu, pasti Virgo sikat." Tambahnya sambil memperagakan gerakan memukul.

Nessa tertawa geli dan geleng-geleng kepala menatap Virgo. "Tugas cowok emang jagain cewek, Tapi inget" Tatapan Nessa berubah serius. "Jangan malah berlebihan dan jadi posesif akut, karna jatuhnya bisa jadi toxic relationship nantinya."

"Kok bisa toxic relationship sih?" Tanya Virgo meminta penjelasan lebih.

"Ya kan nantinya jadi bakal ngatur-ngatur dan ngelarang ini itu." Tambah Nessa lagi.

"Tapi kan itu sebagai bentuk pencegahan kak. Lagian cowok tuh kayak singa kak, ngga suka kalo teritory nya di usik hewan lain."

"Tapi kan ngga boleh berlebihan. Sesuatu yg berlebihan kan ngga baik" Argument Nessa, kurang setuju dengan ucapan Virgo.

"Nah makanya itu Virgo ngga mau kayak singa. Virgo lebih suka kayak serigala yg ngawasin kawananya dari belakang. Bukan karena takut, tapi justru karena lebih waspada kalau ada yg nyergap dari belakang diam-diam. Soalnya itu titik yg paling lemah." Terang Virgo dengan senyum sok iye nya, membuat Nessa kembali terkekeh geli.

"Halah apaan banget perumpamaan kamu" Cibir Nessa sambil mencubit pinggang Virgo.

Karena tak siap, Virgo jadi tak bisa mengelak dan hanya bisa menerimanya. "Tapi beneran loh kak, Virgo lebih suka-"

"VIRGO!"

Sebuah teriakan yg menggelegar mengaggetkan Virgo, yg tentu bukan dari Nessa, karena dia sendiri juga sama terkejutnya dan langsung menoleh ke arah suara yg mirip perempuan itu, begitu juga orang-orang sekitar yg mendengarnya.

Virgo mengenal jelas suara tersebut, namun ia tak mau menoleh ataupun berhenti dari jalanya. Suara dari perempuan tersebut jelas menarik perhatian banyak orang di sekitarnya, dan Virgo jelas malu jika orang sekitar tau bahwa namanya lah yg di teriakan.

"Itu ada cewek yg manggil kamu." Info Nessa yg masih menatap cewek yg berjalan mendekat ke arah dia dan Virgo. "Berhenti dulu kenapa sih!" Gemas Nessa karena Virgo justru malah menyeretnya untuk berjalan lebih cepat. Jelas Nessa kalah tenaga jika ingin melawan.

Virgo sama sekali tak menggubrisnya dan menatap lurus ke depan pura-pura tak tahu. "Udah ngga usah ladenin, Virgo malu."

Tepat setelah Virgo mengatakan hal itu, sebuah jambakan di rambut belakangnya sukses membuat Virgo mengaduh keras dan menjadi perhatian lagi untuk sekitarnya.



"Ohh jadi gitu yaaa! Pura-pura ngga tau kalo di panggil orang!" Geram perempuan tersebut yg adalah Violin. "Jadi malu ya gue teriakin? Iya?!" Violin menambah kekuatan jambakanya yg mengakibatkan Virgo langsung meringis kesakitan.

"Iya iya ampun." Tangan Virgo menggengam pergelangan tangan Vio dan berusaha untuk melepaskan rambutnya dari jambakan psikopat perempuan itu. Namun yg terjadi justru Vio semakin menguatkan lagi jambakanya. "Adu-duhh! iya-iya sorry Lin sorry!"

"Kapok ngga lo hah?!" Violin menambah siksaan dengan menggoyang-goyangkan jambakanya, sehingga damage yg di terima Virgo berkali-kali lipat jadi lebih kuat.

"Iya-iya! ngga lagi suer!!" Erang Virgo semakin kesakitan. "Lepasin pliss... Ngga lagi janji!"

Jika di perhatikan secara seksama, orang-orang di sekitar yg melihat kejadian ini pasti akan berfikir jika Virgo sedang tertangkap basah selingkuh oleh pacarnya.

"Awas lo berani-berani lagi." Ancam Vio yg akhirnya mau melepaskan jambakannya dari Virgo meski belum puas. Tapi tenaganya sudah melemah, jadi mau tak mau dia harus melepaskan mangsanya.

Sungguh Virgo sangat bersyukur siksaanya sudah selesai walaupun rasa dari jambakan Vio belum juga hilang. Ringisan di wajahnya sudah cukup jadi bukti nyata betapa kuat dan niatnya Vio untuk menjambaknya. "Lo bar-bar banget sih jadi orang!" Virgo mengusap belakang kepalanya yg masih berdenyut nyeri. "Puyeng anjir."

"Siapa suruh di panggil sok ngga denger!" Garang Vio bersedekap dada dan memberikan tatapan ganas bak kucing yg mengira dirinya singa.

"Lagian lo teriak-teriak kayak mall punya bapak lo! Ya malu lah gue." Sengit Virgo yg mendongak menatap Violin.

"Emang punya bokap gue! Lagian kan biar lo denger." Balas Vio tak mau di salahkan.

"Sakit banget asli jambakan lo. Pengen lepas rasanya otak gue ikut sama rambut." Keluh Virgo masih setia mengusap-usap rambutnya. Karena memang rasa sakitnya belum hilang juga.

Tapi sebuah toyoran tiba-tiba mendarat di kepala Virgo lagi dari samping. "Lebay lo!"

Virgo sempat kaget, dan ketika menoleh dia mendapati si bangke Alam dengan raut wajah yg sedang menahan tawa.

"Si anjing!" Virgo langsung bangkit dari jongkoknya dan balas menoyor jidat Alam dengan kuat. "Lain kali di pegangin yg bener talinya kalo bawa peliharaan."

Dan sebuah cubitan kecil yg sangat amat menyakitkan kembali di terima Virgo di pinggangnya. "Lo kurang puas gue jambak hah! Lo kira gue anjing apa?!"

Virgo mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Ringisan sakit ia tahan. "Gue ngga bilang lo anjing loh. Bisa aja kucing kan?"

"Kok lo ngelunjak sih!" Tangan Vio meluncur dengan cepat menuju ke arah perut Virgo karena gemas. Namun Virgo yg sudah waspada lebih dulu berhasil mengelak dan bersembunyi di belakang Alam.

"Bercanda Lin ahh! Tangan lo enteng banget kayak kapas deh!" Keluh Virgo dengan raut wajah merana.

"Makanya jangan suka jail jadi orang" Timpal Nessa kembali begabung, setelah memilih hilang dulu tadi dari arena tempur.

Dia tadi lebih memilih untuk menyingkir dari arena perang saat Virgo di jambak habis oleh perempuan yg saat ini ada di sampingnya. Tak ada keinginan darinya untuk membantu atau melerai Adik sepupunya itu. Lagian tadi dia sudah mengingatkan Virgo untuk berhenti kan? Jadi bukan salahnya jika tak mau ikut campur.

Lagian, Jarang-jarang juga dia bisa melihat Virgo yg tengil itu di hajar habis oleh seorang perempuan, jadi lebih baik ia menyingkir dan menikmati tontonan yg ada di depannya sambil ketawa-ketawa.

Violin yg tadi sempat lupa kalau Virgo bersama seorang perempuan yg di peluk mesra langsung merasa tak enak dengan perempuan yg terlihat luar biasa cantik di sebelahnya ini. "Eh hai, maaf ya pacarnya abis gue siksa." Cengir Violin merasa tak enak, lalu mengulurkan tanganya kemudian untuk bersalaman. "Gue Violin, temen dia." Tambahnya memperkenalkan dirinya.

Nessa menyambutnya dengan senyum lebar "Nessa" Lalu mendekatkan dirinya meminta bercipika-cipiki yg segera di mengerti oleh Vio. "Ngga papa kok, justru malah seneng liat Virgo tersiksa. Jarang-jarang liat dia kayak gitu soalnya." Info Nessa memberi tahu sambil terkikik geli.

"Siapa nyet?" Bisik Alam sambil menyikut Virgo pelan dengan tetap memperhatikan perempuan cantik di depanya."Bangke lo ngga ngenalin ke gue cewek cantik kayak gini."

Raut malas langsung terbit di wajah Virgo yg mengambil langkah ke samping Alam. "Gausah ganjen, di sambit suaminya mampus lo."

Kepala Alam sontak menoleh cepat pada Virgo dengan mata melotot. "******! Lo macarin bini orang?!"

"Hah?" Vio yg mendengar pun ikut menoleh terkejut pada Virgo.

Tangan Virgo dengan santai terulur kembali untuk menoyor kepala Alam. "Ya engga lah tolol! Ini kakak sepupu gue yg rumahnya gue tumpangin tinggal."

"Oohhh" Koor serempak dari mereka berdua yg kemudian menghembuskan napas lega karena ternyata tidak seperti yg dikira.

Alam mengusap dadanya dengan lebay kentara sekali lega. "Bikin orang jantungan aja lo bangke." Kemudian Alam beralih mendekat ke arah Nessa dan mengulurkan tangannya "Saya Alam kak, teman Virgo yg paling debest." Jelas Alam memperkenalkan diri dengan senyum yg di buat semenawan mungkin.

Nessa menyambutnya dengan tawa renyah. "Saya Nessa kakaknya Virgo. Oh iya jangan terlalu formal ya, kita seumuran kok"

"Boong banget!" Seru Virgo dengan cepat, jelas tak terima dengan kebohongan Nessa. "Mau aku sebutin ini umurnya?"

"Kakak tabok ya!!" Ancam Nessa sambil mengangkat tasnya.

"Makanya sadar diri." Cibir Virgo pelan agar tak terdengar sambil mengalihkan pandangannya dengan malas.

"Kalian berdua aja?" Tanya Nessa mengalihkan pembahasan yg di angguki Vio sebagai tanggapan. "Terus mau kemana ini?"

Merasakan sebuah kejanggalan yg terjadi, dengan lebay Virgo menatap Violin dan Alam bergantian sambil berfikir. "Oh iya, kalian kok berduaan?" Selidik Virgo menyipitkan matanya lengkap dengan jari yg mengusap dagu bak seorang detektif yg sedang berjuang memecahkan kasus besar. "Jangan-jangan..."

"Gausah mikir aneh-aneh!" Jengah Vio malas jika di kira mereka berdua sedang berkencan.

"Lo kayak ngga tau aja sih kalo peyek udang satu itu ada mau." Jelas Alam jengah, kesal karena kembali teringat bagaimana segala pemaksaan dan ancaman yg Vio berikan pada dirinya agar mau mengikuti keinginannya.

Mengerti dengan yg di maksud Alam, Virgo pun menepuk-nepuk bahu Alam dengan maksud menguatkan. "Yg sabar ya. Gue tau lo kuat dengan segala kedzaliman yg dia lakukan"

Dan drama pun dimulai.

"Gue tuh ngga kuat di giniin." Alam menenggelamkan wajahnya di bahu Virgo dengan lebay dan dramatis. "Gue capek di jahatin bawang merah terus." Lanjutnya dengan lirih namun kemudian menangis sesenggukan yg justru terlihat seperti orang sakit asma.

Hanya helaan napas mencoba sabar dan tatapan malas yg Vio lakukan sebagai ekspresi atas hal yg sudah tak asing di lihatnya ini. Sedangkan Nessa sendiri sudah tertawa sambil memegangi perutnya melihat kelakuan Virgo dengan temannya.

"Yg sabar ya" Virgo mengelus-elus kepala Alam dengan lembut, mencoba lebih menjiwai peran. "Ibu peri yakin, kalau kamu akan mendapat kebahagiaan yg hakiki suatu hari nanti." Tambah Virgo yg kemudian mengecup puncak kepala Alam sekilas.

"Fak!" Vio yg sudah mencoba menahan diri dari tadi akhirnya tak kuat dan ikut meledakan tawanya bersama Nessa yg sudah berjongkok terpingkal.

"Adu-duh, Kakak ngga kuat!" Seru Nessa di sela tawanya sambil memegangi perutnya yg hampir kram. Bahkan matanya sudah berair.

Drama berakhir.

Hampir 5 menit lamanya, waktu yg di butuhkan Nessa dan Violin untuk meredakan tawanya. Mereka sudah tak memperdulikan orang sekitar yg melihat mereka dengan aneh.

"Asli, bobrok banget kalian emang." Ucap Vio yg sudah berhasil meredakan tawanya. Wajahnya yg putih pun sampai memerah terlihat seperti habis main panas-panasan di bawah terik matahari langsung. Begitu juga Nessa yg tak jauh mengenaskan kondisinya.

"Udah-udah lo pada mau kemana ini?" Tanya Virgo menatap bergantian Alam dan Vio. "Mau pulang apa kemana? Gue udah laper, mau nyari makan. "

"Ya sama. gue dari tadi juga laper mau nyari makan, eh malah Vio ngeliat lo"

"Yaudah ayok kemana? Sekalian bareng aja." Usul Nessa yg akhirnya bisa bersuara meski senyum geli masih tersemat di wajahnya.

"Boleh-boleh" Vio mengangguk semangat. "Ke Restoran Jepang mau ngga kak?"

Nessa mengangguk semangat. "Ayok! Kakak udah lama ngga makan sushi." setuju Nessa dengan binar di matanya.

"Anjir gue ngga doyan yg mentah-mentah." Keluh Alam dengan raut suram membayangkan daging-daging mentah yg menurutnya sangat menjijikan itu. Namun tepukan di bahu dari Virgo di sebelahnya membuyarkan bayanganya.

Virgo menggeleng samar pada Alam, memberi tahu bahwa argumennya akan percuma pada dua wanita di depan mereka ini. "Udah ikutin aja apa mau mereka. Ada ramen yg bisa kita makan. Itung-itung latihan jadi ninja kayak Naruto." Di beri tahu seperti itu oleh Virgo, mau tak mau kepala Alam pun mengangguk sebagai tanda persetujuan.

"sippp! Udah ayok jalan" Seru Nessa yg kemudian menggandeng tangan Vio. Keduanya berjalan beriringan sambil saling melempar canda bak sahabat akrab yg sudah lama bersama. Sedangkan di belakang mereka, hanya ada raut nelangsa dari dua pria yg terlihat tertekan lahir batin oleh pasangan sadis di depanya.

Sungguh pemandangan yg kontras.




Kau adalah oksigen yg tak tercemar, sedang aku polusi bahan bakar.
Di udara kita berdampingan, namun di lab kimia kita tak sejalan.

~DCW~


 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd