Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D

Bimabet
Asik ada creampie, lancrotkan hu, ditunggu siapa tau ada analnya
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Pamungkas999 ..
Wah malah masa lalu Violin yg dijabarkan,
Kirain bakalan masa lalu Virgo..
Btw tadi udah nebak seh awal2 knp Vio ga diperhatikan sama nyokapnya..
Aku klo ceritanya menarik kayak gini, sering adegan SS aku lewatkan lho..
Ya sekilas2 aja..
Ya tiap orang memang beda2 cara menikmatinya..
Aku sih terserah TSnya aja,
Klo suka Aku baca, klo ga suka skip ajah..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 

PART 13​

ITU KAMU​








Seperti sebatang kayu yg terbawa arus air, kurang lebih seperti itulah sebuah takdir. Kita hanya bisa hanyut dan mengikuti kemana arus membawa.

Kadang tenang, kadang deras juga dirasa. Halangan dan rintangan, datang silih berganti untuk mengahalangi. Tak ada yg pasti, tak ada juga yg bisa diyakini.

Lalu?

Hanya satu hal yg bisa kita lakukan pada takdir yg sedang bekerja dalam hidup kita.

Nikmati.

Jangan melawan apa yg tak bisa di lawan. Sadar diri dan tahu batas adalah kunci dalam hidup, dan dalam kasus Virgo kali ini adalah takdir. Mustahil Virgo bisa melawan takdirnya, jadi cukup ikuti saja.

Itu yg dia pelajari dari Violin semalam atau fajar tadi.

Apa yg terjadi dengan dia dan Violin, adalah takdir. Dan juga, apa yg terjadi dengan dirinya dan Nessa belakangan ini, itu juga bagian dari takdir.

Takdir membawa kerumitan yg tak pernah Virgo sangka, tapi takdir juga membawa hal serta orang baru yg tak pernah ia duga. Lalu dia harus apa? Mengeluh? Tentu tidak. Apa yg harus di keluhkan? Satu-satunya hal yg bisa dia lakukan adalah beradaptasi dan menikmati.

Sore tadi dia baru saja sampai dirumah sejak dari kemarin ada di Malang bersama Violin. Setelah malam yg entah bagaimana mendeskripsikannya itu, dimana akhirnya terkuak masa lalu Violin yg sangat mengejutkan untuknya, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk pulang siang tadi karena harus menghadiri party ulang tahun Azalea yg akan di adakan kurang dari dua jam lagi. Sekarang masih pukul setengah delapan, sedang pestanya akan di mulai pukul sembilan di salah satu club daerah tengah kota.

Kemarin adalah malam yg sedih, namun di sisi lain juga menyenangkan.

Jika boleh jujur, ini adalah yg pertama kali untuk Virgo menghadiri pesta ulang tahun di sebuah club malam. Hal yg aneh menurutnya, sebab belum pernah sebelumnya. Normalnya atau biasanya, pesta di adakan dirumah, kafe, restoran atau mungkin di sebuah balroom hotel jika anak orang kaya, dan kali ini berbeda.

Satu hal yg harus kalian juga tahu, sebenarnya Virgo tidak terlalu menyukai sebuah kerumunan atau keramaian seperti pesta atupun yg lainya. Namun kali ini mau tak mau dia harus datang ke pesta karena secara mengejutkan Alea tiba-tiba menghubungi secara personal dan memintanya untuk benar-benar datang, yg seketika itu membuatnya bingung karena bagaimana bisa perempuan yg ternyata adalah sahabat Danang juga itu tahu nomornya. Tapi setelah di selidiki, ternyata Alea mendapatkannya dari mak lampir Violin berikut nomor Alam juga.

Untuk Danang sendiri, Virgo tak mengetahuinya, tapi mungkin lebih istimewa dari dirinya dan Alam. Seperti di datangi langsung dan di berikan hadiah berupa kecupan-kecupan manja atau kerlingan nakal dari Alea agar mau datang mungkin. Entahlah, dia tak tahu dan tak mau tahu.

Virgo sudah siap dengan outfitnya untuk datang ke pesta. Tak perlu bling-bling ataupun hypebeast, cukup dengan celana Chinos berwarna cokelat dan kemeja warna hitam sebab adalah dress code untuk pesta, yg dia masukan dengan gaya kekinian lengkap dengan lengan yg dia gulung sampai siku.

Selesai mengenakan Sneakers warna sama seperti kemejanya, Virgo segera bangkit dari atas kasur dan berjalan ke arah pintu karena dia harus datang dulu ke basecamp yg adalah kos Alam dan Violin sebelum berangkat menuju tempat ulang tahun Alea menggunakan satu mobil bersama-sama.

Baru saja tangan Virgo terulur ingin meraih gagang pintu, namun pintu di depanya itu lebih dulu terbuka dan langsung menampilkan sosok perempuan yg membuat senyumnya otomatis terbit dengan sendirinya.


Balasan senyum pun Virgo dapatkan dari Nessa yg harus sedikit mendongak untuk menatapnya. "Mau kemana?"

Virgo sigap menggerakkan tanganya mengelus pinggang Nessa sebelum akhirnya melingkar dengan nyaman disana. "Mau ke pesta ulang tahun temen." Setelahnya, dia bergerak mendekatkan kepala dan memberikan sebuah kecupan di pelipis Nessa.

Tak berhenti sampai sana saja, bibir Virgo kemudian turun dan memberikan kecupan di pipi sebelum akhirnya menuju bibir Nessa yg dengan senang langsung menyambut sembari memejamkan mata.

Tangan Nessa bergerak otomatis menuju bahu Virgo, begitu juga tubuhnya yg merangsek menempel. Kecupan pelan dia rasakan di bibirnya, sebelum akhirnya berubah menjadi lumatan yg segera dia balas dengan hal yg sama.

Dengan lembut, keduanya saling berbalas lumatan tak ingin cepat terselesaikan. Satu tangan Virgo yg berada di pinggang Nessa merambat naik menuju tengkuk leher, menyangga juga menekan untuk memperdalam ciuman mereka.

Tak ingin kalah dengan Virgo yg mulai agresif, Nessa mulai memainkan lidahnya untuk ikut serta. Mulai mengeksplor bibir Virgo yg kemudian dia gigit kecil sebagai pertanda agar di bukakan akses lebih untuk lidahnya.

Setelah mendapatkan akses yg di inginkan, Nessa lebih memperdalam ciumannya dengan lidahnya yg segera aktif mengeksplor mulut Virgo.

"Eemmhhh!!" Nessa terkejut, sebab dengan tiba-tiba Virgo malah mengulum lidahnya yg ada di dalam sana.

Saraf Virgo seperti tersengat aliran listrik yg sangat besar saat mendengar desahan keluar dari mulut Nessa. Segera tangannya aktif membelai sebelum akhirnya menelusup ke balik baju. Lembut dan halus di rasakan indera perabanya yg perlahan bergerak naik meyusuri halus kulit perempuan yg kian gelisah atas aksinya.

"Mmmmhhahh.." Kembali desahan Nessa terdengar, akibat tangan Virgo yg bergerak naik itu akhirnya sampai pada gundukan payudara yg masih terbungkus branya.

Lebih, Virgo ingin mendengar lebih suara desahan Nessa.

Virgo yg sebelumnya mengulum lidah Nessa kini memilih untuk mendominasi keadaan dengan bergantian mengeksplor mulut Nessa dengan lidahnya, sambil mendorong tubuh itu ke belakang hingga membentur pintu yg ikut terdorong hingga tertutup kemudian. Tenang saja, Virgo melakukannya dengan kehati-hatian, tangannya sudah lebih dulu mengamankan kepala Nessa agar tak langsung membentur pintu di belakangnya.

Tangan satunya yg berada di bukit kembar Nessa pun segera ikut melakukan serangan dengan meremasnya pelan.

Nessa merasa tubuhnya menjadi lemas akibat kenikmatan yg di berikan Virgo dari berbagai arah, melemaskan semua bagian tubuhnya hingga mau tak mau harus mengalungkan kedua tanganya di leher pria itu agar bisa tetap berdiri teguh.

Tak bisa di pungkiri jika Nessa menginginkan lebih dari ini, namun harus ada yg mengakhiri. Selain karena dia belum siap dengan apa yg akan terjadi selanjutnya, Virgo juga harus segera pergi untuk menghadiri sebuah acara. Jadi di antara keduanya, akhirnya Nessa memilih untuk mengakhiri kegiatan itu dengan melepas pagutan bibir mereka lebih dulu.

Deru napas memburu langsung terdengar dari Nessa yg segera meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk kembali mengisi paru-paru. Keningnya ia senderkan di dada Virgo yg kondisinya terlihat tidak jauh sama dengan dirinya. Detak jantung yg berdetak cepat dapat dia rasakan dari Virgo yg juga terengah-engah seperti dirinya.

"Maaf" Gumam Nessa di sela deru napasnya. Dia merasa tak enak karena lebih dulu menghentikan kegiatan yg sekarang menjadi hal rutin terjadi pada keduanya. Dia ingin lebih sebenarnya, namun belum siap.

Virgo tak membalas meskipun mendengarnya karena sibuk dengan libido yg sekuat tenaga sedang ia tahan.

Tak bisa di pungkiri jika dia tersiksa dengan kegiatan ini. Karena yg selalu terjadi, Nessa pasti menghentikannya di tengah jalan tanpa penuntasan.

Sekali dua kali mungkin Virgo bisa menahannya. Namun jika setiap hari, rasa-rasanya dia bisa gila karena harus menahan lonjakan libido tanpa penuntasan. Namun meski begitu, tak sedikitpun terbesit di pikirannya untuk memaksa Nessa dan melakukan hal lebih dari ini jika tidak Nessa izinkan. Dia tidak akan kemana-mana jika bukan Nessa sendiri yg menginginkannya.

Beberapa saat keduanya saling terdiam, mencoba mengatur napas dan juga mengendalikan hasrat yg meluap minta di tuntaskan.

Virgo menarik napas dalam yg dia keluarkan perlahan setelahnya, lalu akhirnya lebih dulu menarik kepalanya juga tubuh guna membuat jarak agar dapat melihat wajah Nessa.

Pipi bersemu merah dengan bibir yg sedikit bengkak dapat Virgo lihat setelahnya, tak lupa juga mata yg berkilat gairah di dapatkan dari Nessa. Ternyata mereka sama, keduanya saling mengingingkan lebih, namun butuh kesiapan untuk step selanjutnya.

Virgo menghadiahi sebuah kecupan di puncak kepala Nessa sebelum berganti dengan mengelusnya. "Kakak mau ikut?"

Nessa mendongakan kepalanya, menatap Virgo yg terlihat biasa saja, padahal Nessa tahu bahwa pria di depanya ini masihlah sangat berhasrat. Luar biasa memang.

Tangan Nessa bergerak naik merapikan kerah kemeja Virgo yg berantakan akibat dirinya. "Emang kakak boleh ikut?"

Anggukan Virgo berikan dengan cepat dengan tangank yg konsisten membelai surai lembut Nessa."Ngga ada yg ngelarang. Justru Virgo malah seneng"

"Emang dimana?"

"Di club tengah kota sana." Dan mata Nessa yg sebelumnya fokus pada kerah sigap berganti arah pada netra Virgo.

"Club?" Beo Nessa mengulang.

Alis Virgo terangkat sebelah mendapati raut Nessa yg berubah. "Iya, emang kenapa?"

"Jangan minum banyak-banyak."

Senyum geli Virgo bangkit tanpa bisa di tahan mendapati peringatan tegas dari Nessa barusan. Ia heran, karena Nessa malah membatasi dan bukannya melarang dia minum alkohol. "Kenapa ngga dilarang?"

Nessa memutar bola matanya jengah, menarik kedua tanganya dari bahu Virgo dan beralih bersedekap dada. "Modelan kayak kamu gini tuh dilarang malah semakin di lakuin." Kekehan kecil langsung keluar dari Virgo, membenarkan apa yg Nessa ucapkan. "Jadi lebih baik di kasih batas aja."

"Oke-oke kalo gitu." Angguk Virgo mengerti dengan tawa yg masih bertahan. Tanganya kemudian bergerak ke atas dan bersikap memberi hormat dengan sok tegas. "Siap boss!"

Mau tak mau kejutekan Nessa pun luntur dan berganti senyum melihat kelakuan pria di depanya. "Yaudah sana berangkat. Keburu malem. Hati-hati di jalan."

Setiap Virgo habis mengantar Nessa ke kantor atau saat akan berangkat kuliah, ucapan-ucapan perhatian seperti itu selalu dia dapat dari Nessa. Namun semenjak berubahnya hubungan mereka, entah kenapa perhatian itu terdengar lebih spesial sekarang. Terdengar lebih syahdu dan sungguh-sungguh dari perasaan, bukan hanya ucapan basa-basi seperti sebelumnya. Entahlah, itu yg dia rasakan.

Keduanya kemudian berjalan keluar beriringan dari kamar Virgo dengan tangan yg bergandengan. Tapi disaat menuruni tangga, tautan tangan mereka mau tak mau harus terlepas dan kembali bersikap seperti sewajarnya karena mendengar suara TV yg menyala.

Hingga sampai tangga terakhir, mata keduanya langsung dapat melihat Reno suami Nessa yg ternyata sedang tertidur di sofa. Tatapan mata Virgo menajam seketika, ketidaksukaan jelas terpancar dari raut wajahnya. Kekesalan dan marah timbul dengan cepat dalam dirinya melihat pria yg tertidur tenang seperti tak punya dosa itu.

Nessa yg mengetahui itu pun buru-buru mengelus pundak Virgo agar tenang dan segera mendinginkan kepalanya. Hawa tak enak dapat dia rasakan dari pria yg wajahnya sengit menatap suaminya itu. Dia tahu apa yg dirasakan Virgo, sebab dia juga merasakan meski tak sama. Kekecewaan lah yg lebih dominan dalam dirinya.

Helaan napas Virgo lakukan, tatapannya ia pindah kepada Nessa agar tidak emosi. "Yaudah Virgo pergi dulu."

Nessa mengangguk dengan senyum lembut menenangkan. "Hati-hati di jalan."

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi karena sudah mepet dari jadwal, Virgo segera berjalan keluar menuju garasi untuk mengambil motornya dan pergi menuju Basecamp kos sebelum bersama-sama berangkat ke tempat pesta Alea di adakan.




Lumayan menyetir dengan kebut-kebutan ala Fast and furious meski tanpa drifting, mobil yg berisi anggota Fantastic four yg di kemudikan Alam pun akhirnya berhasil sampai juga pada tempat acara yg lokasinya lumayan dekat dari kos Alam dan Violin.

Mesin di matikan, keempat pintu mobil secara bersamaan terbuka kemudian. Lalu bak seperti di film-film Holywood, kaki mereka berempat kompak menjejak tanah secara bersamaan sebelum akhirnya keluar sambil bergaya ala gangster ternama.

"Gue berasa anggota mafia Mexico anjirr!" Alam berdiri tegap dengan tangan yg mendorong pintu mobil agar kembali tertutup. "Keren banget kita kampret." Segera dia berjalan menuju Violin dan Danang yg sudah berdiri beriringan di sisi mobil satunya.

Alam dan Virgo sudah berhasil mensejajarkan diri di sebelah Danang dan Violin dengan wajah cerah sumringah. Mereka terlihat sangat kompak dengan outfit yg di dominasi warna hitam itu. Padahal saat di kos tadi mereka sempat adu mulut dengan Virgo yg dijadikan objek kemarahan oleh Violin dan Alam karena datang terlambat. Untuk Danang lebih tak peduli, karena sebenarnya dia juga malas datang ke tempat ramai seperti ini.

Virgo melirik pada ketiga teman di sampingnya dengan senyum cerahnya. "Gimana kalo kita buat seragam aja? Biar keren gitu!"

"Naahhhh!" Alam menyahut cepat dengan wajah sumringah atas ide briliant Virgo "Setuju banget gue! Bagus ide lo Vir."

"Ga ada." Tolak Danang mentah-mentah menatap tak suka Alam terutama Virgo yg mempunyai ide najis dan ngawur menurutnya itu. "Malu-maluin yg ada."

"Kerenn lohh itu Nang, ya kan Lam?" Virgo melirik Alam meminta persetujuan. Dengan patuh dan sigap Alam mengangguk antusias. "Biar kita keliatan kompak terus kayak sekarang."


"Kompak dari Zimbabwe." Jengah Violin yg ternyata satu pemikiran dan berada di kubu Danang. "Udah-udah ayo masuk deh, keburu dimulai ntar acaranya." Segera Violin pun berjalan lebih dulu dan sigap di ikuti Alam dan Virgo yg cepat bergerak menyusul dengan wajah masam, jelas ide mereka bakal gagal terealisasikan. Sedang Danang terlihat ogah-ogahan berjalan paling belakang.

Sampai di depan pintu masuk yg di jaga oleh beberapa pria bertubuh kekar, Violin yg membawa undangan pun sigap maju ke depan dan menyerahkan benda pipih yg ternyata di peruntukan sebagai tiket masuk itu pada salah satu penjaga yg sigap menerima.

Melewati lorong setelah di perbolehkan masuk oleh penjaga, mereka berempat kontan disambut dan disuguhkan pemandangan luar berupa lautan manusia yg penuh mengisi ruangan besar didepan mereka.

Kepala Virgo langsung pusing melihat kerumunan manusia di depanya. Engap sudah dia rasakan meski belum berdesakan bersama manusia yg dia lihat beraut gembira, tidak seperti dirinya. Gue benci rame. Gue benci pesta.

Hal yg sama sepertinya juga di perlihatkan oleh Danang yg menatap malas dengan apa yg tersaji didepanya. Bukan dia tak suka dengan keramaian, tapi jika bisa memilih, seharusnya tidak seramai ini juga. Apalagi di tempat yg tertutup seperti ini.

"Wuhhhhuuu!!" Heboh Alam menatap girang kedepan sembari mengangkat tinggi-tinggi tanganya ke udara. "Party's time!"

Violin juga terlihat sama senangnya, wajahnya cerah sumringah. Setelah sekian lama yg terasa berabad-abad, akhirnya dia bisa kembali ke tempat yg dulu sering disinggahinya saat stres melanda. Sungguh dia rindu suasana ini.

Mengusap wajah sekilas setelah mendengar teriakan Alam, Virgo pun mengalihkan tatapanya pada anggota F4. "Terus kemana kita ini?!"

"Kesana!" Sambar Alam cepat menunjuk pada tengah kerumunan manusia, yg seketika membuat pucat Virgo dan Danang yg kompak mendelik menatapnya.

"Nyari table dulu!" Sergah Violin cepat tak setuju, karena yg ditunjuk Alam adalah kerumunan yg semua di isi oleh wanita-wanita. Lagian dengan jelas dia bisa merasakan aura keengganan dari dua manusia lain di sebelahnya.

"Lantai dua aja yg enak." Usul Danang yg sigap berinisiatif melangkahkan kaki kemudian. Dengan terpaksa dia harus berjalan membelah kerumunan menuju ke tangga yg menghubungkan ke lantai dua untuk menghindari Alam yg berwajah kesal itu melakukan ptotes karena bisa memakan waktu panjang.

Dengan tenaga yg tak sedikit dikeluarkan karena harus berdesakan dengan manusia lainya demi mencapai tangga, akhirnya mereka berempat pun sampai di lantai dua yg ternyata masih cukup lenggang tidak seperti dibawah. Hanya ada beberapa meja saja yg sudah berpenghuni, yg mana itu jelas sebuah keuntungan bagi mereka.

Segera mereka mencari meja strategis yg tepat mengahadap langsung panggung tempat DJ bermain yg masih kosong saat ini. Beberapa botol minuman beralkohol pun juga sudah siap tersaji di atas meja yg mereka pilih.

Sofa panjang langsung di duduki oleh Alam dan Violin, sedang Virgo dan Danang memilih untuk duduk di sofa single yg melingkari meja di tengahnya.

Alam yg matanya berbinar senang mendapati beberapa botol bermerk di meja depanya pun sigap meraih satu dengan tangan culamitannya. "Gue open ya!" Tak apa dirinya tak bisa langsung mencari mangsa di bawah sana, minuman yg sedang di genggamannya saat ini pun tak kalah menggiurkan dari wanita-wanita berpakaian mini dan sexy di bawah.

"Selow napa sih." Jengah Virgo sambil mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus yg sebelumnya dia ambil dari kantong celana. Matanya terus mengawasi pergerakan Alam yg selesai membuka botol dan sedang menuang isinya ke dalam gelas. "Gue tinggal kalo lo tepar duluan ya."

"Tipis-tipis aja, sekalian nunggu acaranya dimulai" Violin sigap menerima gelas dari Alam dengan senang hati dan langsung meminum cairan dalam gelas itu dengan sekali tenggak. Selesai minum, gelas secara kasar Violin taruh ke atas meja kemudian, lengkap dengan ekspresi wajah yg menunjukkan rasa kepahitan dan terbakar di tenggorokan. "Fyuhhh!! Berat ini minuman.

Dengan cekatan Alam kembali menuangkan isi dari botol ditangannya kedalam gelas, lalu setelahnya diangsurkan pada Danang yg berada dekat denganya. "Silahkan bapak Danang yg terhormat!"

Namun Danang justru menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa, mengabaikan sodoran gelas dari Alam. "Gue skip. Ntar aja lah."

"Ini aja sekali, buat pembukaan." Danang kekeuh menolak dengan gelengan karena mulutnya sedang tersumpal rokok yg akan dia sulut. Tak mau memaksa, Alam pun mengalihkan target pada Virgo yg posisinya di dekat Violin. "Nih Vir!"

Tatapan malas Virgo berikan pada Alam yg setia menyodorkan untuk beberapa detik, sebelum akhirnya mau menerima. Dan seperti Violin yg sebelumnya meminum dengan cepat, hal yg sama pun dilakukan oleh Virgo.

Ekspresi yg Virgo tunjukan pun sama seperti yg ditunjukan Violin beberapa saat lalu. "Fak lah ini minuman!" Cepat-cpeat Virgi menghisap rokok di jarinya demi menghilangkam rasa aneh di mulut.

Cengiran terbit di wajah Alam mendapati ekspresi yg Virgo tunjukkan. "Enak kann?!"

"Lo apa aja mah enak kalo gratis." Wajah malas Violin berikan pada Alam yg hanya nyengir tak membantah sebelum berganti pada Virgo di depan sebelah kirinya. "Minta rokok dong Vir. Gara-gara lo lupa bawa Vape gue."

Tanpa banyak bicara Virgo langsung melempar bungkus rokok yg dia ambil dari atas meja pada Violin yg harusnya bisa menjangkau sendiri dengan tanganya jika tak malas, namun ia memilih diam agar tidak menjadi sebuah masalah.

Alam yg akhirnya selesai menuang minuman kedalam gelas dengan bahagianya langsung membenturkan gelas dan botol minuman di kedua tanganya untuk melakukan cheers sendirian, sebelum akhirnya meminum isi di gelas itu secara perlahan sangat menikmati.

"Bhhhuaahhh!!" Mata menyipit dan dahi mengkerut tertampil di wajah Alam yg sesekali mengecap rasa minuman masih yg tertinggal di mulutnya. "Emang ngga ada obat kalo minuman mahal mah." Pujinya sembari menggerakkan tangan untuk mengikuti tiga temannya yg sudah lebih dulu melakukan kegiatan menghisap nikotin.

Mata Virgo menatap Violin dan Danang bergantian, ada sebuah hal yg membuatnya penasaran. "Ngomong-ngomong, kenapa Alea milih tempat ginian buat rayain ultahnya sih?" Hanya dua temannya itu yg kemungkinan besar mengetahui alasannya, terutama Violin yg sangat dekat dengan Alea. Ini hal yg baru untuk Virgo, jadi wajar saja kalau dia sangat penasaran.

"Ide cowoknya" Sahut Violin membalas. "Ultah Alea sebenarnya udah dari lama, tepatnya pas waktu kita ke mall itu. Tapi hari itu dia balik dan ngerayain ultahnya bareng keluarganya di Malang. Jadinya ini kayak second party gitu yg di buat cowoknya buat temen-temen mereka yg ada disini." Sama seperti Virgo, hal yg sama pun Violin tanyakan pada Alea dari lama, sebab itulah dia tahu.

"Ohh gituuu." Beo Virgo mengangguk-angguk paham. Namun otak jeniusnya tiba-tiba menyimpulkan sesuatu secara cepat. Sebuah informasi barusan dia dapat dari Violin, dan itu seperti sebuah petunjuk yg terhubung dengan sebuah kejadian lama.

Pandangan Virgo beralih pada Danang, dan hanya dalam beberapa detik pria itu pun langsung membalas karena merasakan hawa tak enak seperti diawasi dan diperhatikan.

Keduanya saling menatap dalam diam. Virgo sibuk berfikir dan meyakinkan kebenaran akan kesimpulan yg ada di otaknya, sedang Danang jelas merasa aneh dan bingung di tatap seintens itu oleh Virgo.

Hingga akhirnya Danang yg sudah merasa sangat risih pun menaikan alisnya sebagai tanda agar Virgo mengeluarkan yg dipikirkan jika memang ada, dan bukanya saling tatap seperti pasangan homo yg sedang melempar kode.

"Berarti lo waktu itu balik ke Malang ya? Pas gue chat buat dateng ke mall tapi bilang sibuk itu." Tak perlu basa-basi lagi di depan yg lainya, karena mereka semua pun sudah tahu perihal Danang.

Senyum tipis dapat Virgo lihat terbit di bibir Danang setelahnya, dan hal itu jelas menguatkan dugaan yg ia ungkapkan barusan.

Di lain sisi, Danang sedang merasa takjub akan kepintaran temannya yg saling berhadapan denganya saat ini. Sepertinya Virgo memang tak bisa di kasih petunjuk barang sedikitpun jika tak ingin hal yg kalian rahasiakan terbongkar.

"Iya." Sudah tak ada gunannya menutupi. "Gue anter Alea balik waktu itu."

Sunggingan bibir terlukis di bibir Virgo, tebakanya benar. Hal berbeda tentu di tunjukkan Violin dan Alam yg kompak menatap Danang dengan nyalang karena terkejut.

"Bukanya terakhir lo bilang hubungan kalian ngga baik-baik aja?"

Violin mengangguk cepat, setuju dengan ucapan Virgo. "Lo jadi pacaran sama Alea Nang?" Dia jelas kaget dengan informasi dari Danang yg bahkan Alea saja tak memberitahunya tentang hal itu.

"Ya engga lah!" Tubuh Danang menegak cepat dengan pandangan yg terarah pada Violin. "Bisa-bisanya lo mikir gitu disaat kita lagi dateng di pesta yg di buat cowoknya." Kepala Danang menggeleng samar, heran dengan pemikiran ngawur dari Violin.

"Ya terus gimana bisa lo nganterin dia? sedangkan terakhir lo bilang kalian lagi berantem dan ngga ngomong satu sama laen. Jadi wajar dong gue mikir kesana. Bisa aja kan lo rangkap jabatan jadi selingkuhannya Alea sekarang." Violin mengendikan bahunya sekilas sebelum bersender pada sofa. "Who knows?"

Wajah Danang berubah datar seketika akan ucapan Violin yg semakin ngawur. "Liat sendiri tuh dia masih sama cowoknya."

Tangan Danang terulur menunjuk pada panggung, yg kemudian sigap di ikuti oleh mata ketiga temannya yg segera bisa melihat sepasang manusia yg sudah berdiri tepat di tengah panggung. Alea dan pacarnya Arsya.

"Gue ngga bakal jadi selingkuhannya." Bibir Danang membentuk lengkungan tipis ketika mengarahkan pandangannya untuk berfokus pada Alea yg terlihat luar biasa malam ini. "Kita udah baikan."

Seperti Fantastic Four yg langsung terfokus pada dua orang yg menjadi pasangan di atas panggung, hal yg sama juga di tunjukan oleh semua manusia didalam ruangan yg kompak mengalihkan atensi pada Alea yg di peluk mesra dan possesive oleh Arsya yg berdiri di sampingnya.

Suasana reda seketika, keramaian yg sebelumnya terjadi langsung lenyap bak di telan Alam sendiri. Pandangan memuja dari berbagai jenis terpampang nyata untuk pasangan yg tak bisa di pungkiri terlihat sangat-sangat serasi dan bahagia.



Alea sangat cantik dengan gaun panjang hitam yg simple namun sangat sempurna saat melekat di tubuhnya. Aura kecantikan memancar besar keluar bercampur dengan aura misterius yg menunjukan bahwa dia adalah orang yg sulit di tebak.

Arsya sang pacar yg ada di sampingnya pun tak kalah kerennya. Jas hitam yg di beri sedikit sentuhan putih di beberapa titik terlihat nyaman di pakai dengan celana bahan berwarna yg berwarna sama, membuat pria itu terlihat sangat maskulin. Apalagi di tambah dengan jambang tipisnya, maka terlihat semakin mempesona lah Arsya.

Dengan senyum indah terlihat jika sangat bahagia, Azalea yg sebenarnya sedikit gugup pun mengedarkan pandangan pada lautan manusia di depan dan sekeliling yg adalah teman-temannya juga Arsya. Sebuah mic diangsurkan Arsya pada dirinya kemudian, sebagai kode agar segera membuka acara pesta ulang tahun yg dibuat kekasihnya itu untuk dia.

Berusaha menghilangkan gugup dengan menarik napas dalam, secara perlahan Alea mulai mendekatkan mic ke bibir lengkap dengan senyum manisnya, sehinga kegugupan pun sangat apik bisa dia sembunyikan.

"Selamat malam semua!"

Suara halus, lembut, namun tegas itu langsung bergema mengisi seluruh ruangan, yg secara kompak segera di jawab oleh seluruh manusia di dalam sana.

"Terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk datang di pesta ulang tahun saya yg tempatnya memang anti mainstream ini." Tawa kecil kompak terdengar bersamaan dengan tawa Alea. "Yah ide siapa lagi kalau bukan orang di samping saya. Termasuk juga dress code yg seharusnya lebih cocok buat acara pemakaman ini." Lagi, tawa kembali terdengar dari orang-orang yg ada. Ternyata Alea sangat bisa dan pintar untuk mencairkan suasana, sehingga suasana asik pun tercipta

"Gila, cakep banget Alea." Gumam Violin mengungkapkan yg ada dipikirannya. Matanya setia menatap sahabat yg saat ini membuat iri dirinya atas kecantikan paripurna yg jelas terpancar di seluruh ruangan.

"Lo juga cantik kok."

Mata Violin sontak beralih pada Virgo yg mengucapkan pujian untuknya barusan itu meski dengan fokus yg terarah penuh pada panggung.

Senyum manis jelas tak bisa Violin tahan untuk muncul pada wajahnya. Tanganya secara sistematis langsung bergerak dengan sendirinya menuju punggung tangan Virgo yg dia genggam erat kemudian. "Thanks."

Alam yg tak sengaja melihat kebucinan dua orang manusia di sampingnya itu hanya bisa memasang wajah masam dan memilih untuk kembali menatap pasangan yg benar-benar padangan di atas panggung sana. "Mereka cocok banget ya Nang?"

Fokus Virgo dan Violin sontak berganti pada Alam yg segera mereka pelototi dengan ganas, memberi isyarat pada manusia paling tidsk peka sedunia itu agar tak membahas tentang hal sensitif terkait Alea di depan Danang yg meski beraut biasa tapi pasti sedang galau itu.

"Iya" Danang mengangguk setuju sekilas. Dua orang berlain jenis di atas panggung yg setia dia perhatikan memang terlihat sangat serasi dan cocok.

Bukannya Alam tidak mengerti dengan perasaan Danang saat ini, tapi dia memang sengaja sedang menabur garam pada luka yg Danang buat sendiri. "Sekarang lo gimana?"

Danang mengendikan bahunya dan mengalihkan tatapan dari pasangan di atas panggung yg masih asik berbicara. "Ngobrol ntar aja lah, ngga enak disini." Kedua tanganya dengan cekatan langsung mengambil botol yg sudah Alam buka juga gelas yg ada di atas meja. "Sekarang gue yg jadi bandar!"

Seakan dapat mengerti dengan apa yg Danang rasakan, ketiganya dengan kompak mengangguk dan langsung menaruh sikap antusias untuk menghilangkan aura tak enak yg beredar di sekitar mereka.

"Elo dulu lah! Bandar mah kudu yg awal." Tolak Alam tak mau menerima angsuran gelas yg terisi penuh dari Danang.

Mata Danang membulat menatap Alam sengit. "Tadi lo minum belakangan anjir!"

"Ya tapi elo kan belom tadi, jadi ya lo dulu sekarang. Terus abis itu minum lagi setelah selesai muterin ke kita." Elak Alam tak terima yg membuat Danang hanya bisa mendengus dan menurutinya saja.

Meminumnya dengan cepat tanpa ekspresi kepahitan seperti teman-temanya yg lain sebelum ini, Danang dengan cepat kembali menuangkan minuman ke gelas untuk di putar pada teman-temannya yg khidmat menanti untuk mendapat giliran.

Sayup-sayup suara ramai kembali terdengar. Ternyata Alea sudah mengakhiri sambutanya, yg berarti saatnya pesta di mulai.

Tak butuh waktu lama untuk mendengar suara music yg langsung menghentak terdengar di seluruh ruangan yg dimainkan oleh DJ perempuan di atas panggung. Lautan manusia sontak asik menghentakan tubuh mengikuti irama, menghilangkan semua keresahan yg ada dan menggantikannya dengan kesenangan yg perlu di akui hanya sementara.

Tapi tak masalah, meski hanya sekejap saja, itu sudah lebih cukup bagi mereka untuk merefresh diri dari rutinitasnya sehari-hari, dan salah satunya ya dengan ini.

Sama seperti kumpulan manusia yg ada di bawah juga orang-orang yg sudah mengisi meja di sekitarnya, Meja yg di isi Fantastic four pun ikut meramaikan suasana dengan minuman yg terus di putar sambil menikmati musik dengan goyangan ala kadarnya selagi menunggu efek minuman untuk turun menguasai tubuh mereka.

Alam yg sepertinya larut oleh hentakan musik pun secara mengejutkan bangkit berdiri dengan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. "IT'S HEAVEN!"

Sorakan heboh dari Vio ikut meramaikan suasana dengan kepala yg bergoyang, membuat tawa geli keluar dari Virgo yg tentu tak dapat terdengar di kebisingan yg ada saat ini. Sedang Danang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat dua manusia itu dengan senyum kecil di bibirnya.

Namun tatapan Danang secara cepat langsung beralih saat dengan tidak sengaja matanya menangkap kehadiran dari orang yg tak asing lagi untuknya, yaitu Alea yg sedang berjalan mendekat kearah mereka.

Senyum Danang tertarik lebih lebar untuk membalas senyum perempuan yg hanya tinggal beberapa langkah saja untuk sampai itu.

Sampai dibelakang Violin, tangan Alea secara cepat langsung menepuk kedua bahu sahabatnya itu untuk mengagetkan. "Happy amat!" Dan sepertinya hal itu berhasil, karena Alea sempat terlonjak kaget sebelum akhirnya dengan cepat langsung membalikan tubuh.

"Hay dear!" Dengan tak santai Violin langsung merangkak ke atas sofa dan menjadikan lutut sebagai tumpuan sebelum dengan heboh langsung memeluk tubuh puteri tercantik malam ini. "Happy birthday Alea tayannggg!!"

Tawa renyah tak bisa Alea tutup-tutupi untuk keluar atas kecerian Violin yg ada di pelukannya sekarang. "Makasih sayang!"

Sungguh Violin terlihat sangat antusias dan senang sekali. Sigap dia menarik diri mengangsurkan pelukan mereka namun minus dengan tangan yg masih saling tergenggam antar keduanya. Senyum bahagia pun kompak tercipta pada keduanya. "Lo cantik banget asli! Gue sampe ngiri tau ngga!"

Tak bisa di pungkiri jika Alea merasa tersanjung atas pujian Violin yg juga tak kalah cantik malam ini. "Lo juga cantik kok!"

"Kalin berdua cantik udah!" Pandangan kedua perempuan tersebut secara kompak langsung beralih ke asal suara yg ternyata dari Virgo. "Cewek selalu gitu ya basa-basinya?"

Senyum Virgo pasang dengan tangan yg terulur meminta jatah amplop serangan fajar dari Alea. Bukan!

jelas untuk mengucapkan selamat lah.

Gelak tawa kembali terdengar dari Alea yg segera mengulurkan tangan untuk membalas. "Itu bukan basa-basi!"

"Karena kita emang cantik!" Tambah Violin menimpali dengan cepat.

"Ya ya ya, whatever lah." Jengah Virgo mempelihatkan raut malas sekilas pada Violin, yg sigap berubah saat kembali menatap Alea. "Happy birthday! All the best for you." Tulus Virgo berucap sungguh-sungguh untuk perempuan di depanya ini. "And give the best for everyone around you."

"Thanks a lot." Senyuman setia Alea terbitkan. Namun ada satu hal yg sedikit membuatnya kebingungan. Yaitu ucapan dari Virgo barusan, karena entah kenapa, dia seakan merasa ada maksud lain dari ucapan itu. Apalagi di saat Virgo mengucapkan kalimat terakhir, genggaman pria itu sedikit lebih di eratkan pada tanganya. "Tapi makasih loh udah mau datang beneran. Soalnya Vio bilang lo ngga mau datang karena benci rame."

"Siapa sih yg ngga mau dateng ke pesta ultah seseru ini." Seperti kereta shikansen, Alam tiba-tiba menyambar obrolan lengkap dengan cengiran adalannya.

Virgo mengangguk setuju membenarkan. "Tadinya. Tapi kalo tahu gini mah ngga nyesel buat datang. Apalagi ini pesta lo."

"Gue ngga tau itu bohong apa engga, tapi gue jelas merasa tersanjung dengan itu." Balas Alea dengan tawa kecilnya.

Merasa cukup dan selesai dengan Virgo, Alea kontan berjalan beberapa langkah ke arah Alam yg sudah berdiri menunggu memberikan selamat untuknya.

"Happy birthday ya!" Tangan keduanya bertaut, cipika-cipiki pun mereka lakukan. "Kalo bisa ultahnya tiap minggu deh Lea!"

Tawa Alea langsung bergema bersamaan dengan tubuh mereka yg membuat jarak. Sebuah pukulan kecil dia berikan atas kekonyolan Alam. "Bisa bangkrut gue kalo tiap minggu!"

"Ya udah tiap bulan aja kalo gitu. Atau setiap ada yg baru, misal ultah ART atau peliharaan lo gitu." Lanjut Alam dengan jokesnya yg membuat tawa Alea semakin bertambah. "Eh! kalo ngga kayak bocil-bocil di sosmed gitu. Rayain Aniv tiap bulan!" Heboh Alam antusias saat otaknya menemukan ide itu.

Sontak Alea tergelak dengan kalimat terakhir dari Alam. "Lo aja deh kalo buat yg itu. Ntar tiap bulan gue bayarin asal cuma lo sama cewek lo doang."

"Beneran ya!" Tentu wajah Alam langsung sumringah. "Gue ini orang yg ngga bisa di kasih janji barang sedikit loh. Soalnya pasti bakal gue tagih."

"Iya-iya tenang aja." Alea menyerah dengan keabsurd'an Alam yg luar biasa lucu untuknya.

Ini dia yg di tunggu-tunggu.

Danang yg mengerti keadaan pun segera bangkit dari duduknya dengan senyum manis yg tak lupa ia pasang khusus untuk Alea yg sudah berfokus pada dirinya.

Satu langkah Danang lakukan untuk lebih mendekat pada Alea. Tanganya pun kemudian terulur tepat di depan tubuh, atau berada ditengah-tengah antar keduanya.

Sayangnya uluran tangan Danang tak di sambut oleh Alea. Karena dengan cepat tubuh perempuan itu langsung merangsek kedepan dan memeluk Danang yg hanya bisa diam terkejut meski hanya beberapa detik saja.

Danang yg sudah berhasil menyingkirkan keterkejutan dalam diri pun menerbitkan senyum. Kedua tangannya pun kemudian dia gerakan untuk melingkar di tubuh Alea walau ragu-ragu.

Sebuah kecupan di puncak kepala Danang berikan. Lalu setelahnya, satu tanganya naik dan mengelus surai lembut wanita yg menurutnya paling cantik malam ini, berlaku juga untuk malam-malam selanjutnya.

Kepala Danang bergerak menyamping, sebuah dorongan kecil dia berikan agar dagu Alea bisa bertumpu di pundaknya. "Semoga kamu selalu di kelilingi orang-orang terbaik yg sayang sama kamu."

Jelas Alea bisa mendengarnya walau sedang berada di tengah-tengah keramaian.

Tangis yg tiba-tiba ingin keluar pun sekuat tenaga sedang ia tahan saat ini. Setelah waktu yg tak bisa di bilang singkat berlalu, akhirnya semua membaik seperti keinginannya. Akhirnya pria yg sedang erat memeluk dirinya ini bisa kembali seperti dulu dengan utuh meski sempat memilih untuk menjauh.

Alea menarik kepalanya kemudian, karena sangat ingin melihat wajah pria yg paling dia sayang setelah ayahnya ini.

Pria yg sudah dan selalu bersamanya hampir selama dia hidup.

Pria yg selalu mengabulkan apapun yg dia inginkan.

Pria yg selalu mengalah untuk hal apapun demi dirinya.

Wajah yg tersenyum sangat manis dengan tatapan teduh pun dapat dia lihat setelahnya. "Dan kamu salah satunya."

Danang tak mengangguk mengiyakan, hanya mengerakan jarinya untuk mengusap air mata yg menggenang di pelupuk Alea. "Jangan nangis. Semua orang harus tahu kalo sahabatku ini jauh lebih cantik pas lagi senyum."

Alam dan Violin yg sedari tadi melihat interaksi kedekatan dua orang sahabat itu pun menerbitkan senyum senang karena bisa merasakan kehangatan yg tercipta antar keduanya. Sayangnya hal berbeda justru tertampil pada Virgo yg hanya berwajah datar saja melihat interasksi yg terlihat sangat manis itu.

Anggukan Alea berikan lengkap dengan senyum manisnya, sebelum akhirnya memilih untuk segera mengakhiri suasana haru yg tak seharusnya ada di saat bahagianya ini dengan menarik diri dari tubuh yg membuatnya nyaman.

Pandangan Alea secara sengaja kemudian dia arahkan pada samping panggung, tepatnya pada sebuah meja yg di kelilingi banyak orang termasuk orang yg dia cintai. Seakan mempunyai telepati yg kuat, Arsya yg berada di bawah juga melakukan hal yg sama.

Arsya mengalihkan tatapan menuju ke lantai dua, ke tempat yg kekasihnya tunjuk saat tadi berpamitan padanya. Senyum kontan terbit dari keduanya. Lalu dengan tanpa suara, Arsya pun memberikan gesture pada kekasihnya untuk turun dengan tak lupa agar mengajak teman-teman di sekelilingnya.

Anggukan sekilas Alea berikan sebelum beralih menatap pada empat orang di sekitarnya. "Turun yuk guys, gue kenalin ke cowok gue."

"Hayuukk lah!" Alam sigap bangkit dari duduknya." Gue pengen minta tips biar dapet cewek cantik dari pacar lo itu."

Hal yg sama pun Violin lakukan seperti Alam, dia bangkit dari duduknya. "Ayok deh, kangen juga gue sama Genk sompret. Udah lama ngga ketemu."

"Gue sama Danang ntar nyusul deh." Danang yg baru akan bangkit dari duduknya pun terpaksa urung melakukan dan menatap heran pada Virgo.

Mengerti dengan maksud Virgo, anggukan pun di berikan Danang setelahnya. "Iya, ntar kita nyusul. Kalian duluan aja."

Tak mau untuk memaksa, Alea pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. "Yaudah kita turun dulu ya." Tatapan Alea berikan pada Danang. Dia enggan pergi sebenarnya, tapi harus. Lalu setelah mendapatkan anggukan dari Danang, dia pun berangsur memberi jarak dan semakin menjauh secara teratur.

Violin pun melakukan hal yg sama, namun hanya selangkah saja dan berhenti tepat di samping Virgo. "Ntar turun ya?"

Virgo mengangguk mengiyakan. Lalu sebagai perpisahan, Violin pun santai menundukan tubuh dan memberikan sebuah ciuman di ujung bibir Virgo beberapa detik. Setelahnya baru dia meneggakan tubuh dan berjalan menyusul Alea dan Alam yg sudah yg sudah berjalan lebih dulu.

Decakan keluar dari bibir Virgo dengan kepala yg menggeleng gemas. "Mabok lo jelek Violin." Gumamnya yg kemudian memilih untuk bangkit dari duduk dan berjalan menuju pagar yg kokoh sebagai pelindung tak jauh darinya itu lengkao dengan sebuah botol minuman yg tak lupa dia ambil sebelumnya. Matanya terus mengawasi dua perempuan dan satu alien yg sedang menuruni tangga sembari tertawa-tawa entah karena apa.

Tak butuh waktu lama untuk Virgo merasakan sebuah kehadiran di sebelahnya yg tentu pasti dari satu-satunya teman yg tersisa.

Danang berdiri di sebelah kanan Virgo dengan menyandarkan kedua sikunya di atas besi sebagai tumpuan. Pandangannya terarah pada kumpulan orang-orang yg mengelilingi meja tepat di samping panggung Dj yg sedang me-remix musik.

"Gue kalah." Matanya fokus menatap pada wanita yg sedang tertawa dengan pelukan mesra pinggang oleh pasangannya. "Gue kalah sama dia."

"Lo bukan kalah atau nyerah." Virgo mengedarkan pandanganya ke area dance floor sambil menghisap rokok di tanganya, yg kemudian ia keluarkan secara perlahan. "Tapi lo milih buat ngalah. Itu yg gue lihat. Nebak deng."

Danang terkekeh kecil, menyerah membodohi Virgo yg sepertinya benar-benar seorang detektif. "Ngeliat dia senyum ternyata jauh lebih menyenangkan dari pada mertahanin ego gue buat milikin dia."

"Tapi lo masih cinta." Mirip sebuah pertanyaan, tapi itu sebuah pernyataan.

"Yap." Danang mengangguk mengiyakan. "Cinta ngga bisa hilang dalam sejam." Lalu kepalanya beralih pada Virgo, senyum simpul terbit di bibirnya. "Tapi kan ada lo yg bisa kasih tau caranya buat ngilangin itu."

Tawa keras langsung keluar tanpa Virgo bisa cegah. "Gue ngga bakal ada disini kalau tau caranya Nang."

Kernyitan jelas terpasang di wajah Danang akan kalimat ambigu dari Virgo. "Maksudnya?"

"Kapan-kapan gue ceritain" Ucap Virgo sok misterius dengan senyuman gelinya, lalu kembali melayangkan tatapan pada sekitar untuk melihat desakan manusia yg asik menggerakkan tubuh dengan berbagai macam gaya dibawah sana.

Tak ada percakapan lagi setelahnya, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing meski dalam kondisi yg sangat bising. Tidak seperti Danang yg larut dalam lamunan, Virgo sendiri lebih asik melihat kumpulan manusia di bawahnya yg sedang menikmati hidup itu satu persatu. Sesekali ia tak lupa menenggak minuman langsung dari botol dengan rokok yg selalu terselip diantara jarinya.

Waktu mereka berdua bunuh dengan versi mereka masing-masing.

Senyum geli Virgo bangkit saat melihat banyak pasangan yg asik berjoget namun dengan tangan yg saling raba di beberapa area dance floor. Ada juga kumpulan orang-orang yg menari dengan heboh membentuk sebuah lingkaran, lalu silih berganti menari di tengah-tengah yg langsung di hadiahi sorakan heboh sebagai penyemangat dan pembakar gairah. Di beberapa titik lainya, mata Virgo juga melihat beberapa orang yg hanya asik mengobrol bersama teman atau kenalan dengan gelas di tangannya.

Berbagai macam manusia bergabung bersamanya di satu ruangan ini. Meski banyak yg tak saling kenal, nyatanya mereka bisa kompak dan tertib untuk menikmati hidup demi menghilangkan penat dengan berbagai macam ekspresi dan gaya.

Mata Virgo terus berkelana menikmati apa yg tersaji dengan versi dirinya sendiri. Tapi itu hanya bertahan sebentar saja, karena sesosok wanita secara penuh langsung menarik fokusnya hanya dia seorang.

Pupil mata Virgo membesar, matanya membulat dengan ekspresi yg tak dapat dia kendalikan saat berhasil melihat dengan jelas siapa perempuan yg menarik fokusnya itu meski di tengah kerumunan juga penerangan yg tak sepenuhnya membantu.

'Deg'

Tubuh Virgo kaku seketika dengan mata yg setia menatap seorang perempuan yg asik tertawa mungkin karena candaan lawan bicaranya.

"Keyra"

Sebuah tetesan air jatuh mengenai pipi Virgo, ternyata berasal dari matanya yg sudah memerah tanpa berkedip.

Tubuh Virgo lemas seketika karena semua rasa langsung menyeruak dalam dirinya. Botol minuman yg coba di genggam erat nyatanya merosot juga dan jatuh kelantai. Untungnya botol yg jatuh tanpa bunyi karena tersamarkan keramaian itu sangat tebal, sehingga tak pecah belah dan hancur seperti hatinya saat ini.

Keyra. Lirih Virgo dalam pikirannya, merana dengan rindu yg tiba-tiba bangkit dengan sangat besarnya.

Dengan pandangan yg masih setia menatap perempuan yg menggunakan dress hitam di atas lutut itu, Virgo mencengkram batang besi di depanya sekuat tenaga. Demi apapun dia sangat ingin berlari ketempat perempuan itu saat ini, namun hanya keterdiaman yg terjadi karena tubuhnya tak mau diajak bergerak sedikitpun.

Danang masih asik dalam lamunanya, sehingga tidak menyadari perubahan dari Virgo di sebelahnya.

Di lain sisi namun masih dalam ruangan yg sama, perempuan yg tak sadar jika dirinya sedang di perhatikan oleh seorang pria dari lantai dua dengan mata merah dan wajah merana pun asik bercengkrama dengan teman atau bisa di bilang sahabatnya.


"Engga mau gue!" Gelengan tegas diberikan perempuan yg Virgo sebut Keyra pada teman didepanya.

"Sumpah cowok dibelakang lo dari tadi terus merhatiin deh." Seringai terlukis di bibir teman Keyra, sangat senang karena bisa menggoda perempuan yg hangat-hangat dingin di depanya ini. "Sekali aja deh serius. Cakep loh, ngga malu-maluin buat diajak jalan."

Keyra memutar bola matanya malas dengan kepala yg menggeleng teguh. "Engga ya engga drey! Ga ada cowok-cowok'an, berlaku buat sekarang dan nanti." Namun kepala Keyra mau tak mau harus beralih pada Smartphone di genggaman karena tiba-tiba bergetar tanda akan sebuah panggilan.

Wajah keyra berubah masam saat melihat nama orang yg tertera pada layar.

Audrey yg melihat perubahan di wajah sahabatnya itu pun ikut beralih menatap layar smartphone. "Bokap lo ya?"

Anggukan di berikan keyra dengan wajah yg sudah kembali seperti biasa dia tampilkan, datar. "Iya, Gue janji mau pulang ke rumah abis ini, soalnya bokap pulang juga, makanya di telponin terus." Tangan keyra dengan cekatan menari di atas layar ponselnya untuk merangkai kata-kata yg di tujukan pada Ayah tercintanya. Selesai dengan itu, Keyra kembali mendongakan pandanganya pada sahabta di depanya. "Lo mau di sini dulu apa bareng sekalian?"

Audrey tak langsung menjawab, sibuk menimbang mana yg baik untuk dia pilih. "Di sini aja deh gue, gabung sama Alea dan yg lain. Ada Violin juga walaupun kayaknya udah mabuk berat."

"Oke deh" Segera Keyra langsung mendekat dan memeluk sahabatnya itu sebagai perpisahan, sebab di harus pergi dari sini untuk melakukan kegiatan selanjutnya. "Gue balik dulu."

"Lo pake pesawat kan?" Tanya Audrey sambil mengurai pelukan mereka.

"Ngga mungkin gue bawa mobil sendiri dari sini ke semarang malem-malem Drey."

Audrey mengendikan bahunya sekilas. "Ngg ada yg ngga mungkin kalo itu seorang Keyra."

"Yaudah gue balik dulu, keburu telat ngejar pesawat." Pamit Keyra sekali lagi tanpa mau menjawab sindirian temanya itu. "Dahhh!!"

Setelahnya Keyra pun membalikan badan dan berjalan membelah kerumunan di depanya untuk keluar dari tempat yg aslinya tak mau dia kunjungi kalau bukan demi sahabatnya.

"Hati-hati!" Teriak teman Keyra melambaikan tangan, sebelum akhirnya ikut melangkahkan kakinya setelah memastikan Keyra hilang di kerumunan untuk bergabung dengan teman-teman lainya.

Panik melanda Virgo saat melihat orang yg akhirnya dapat ia temukan berjalan membelah keramaian. "No... no no no!" Entah mendapat kekuatan dari mana, Virgo yg semula hanya bisa diam terpaku sebelumnya tiba-tiba bisa berlari seperti orang kesetanan secara asal untuk menuju kebawah dengan mata yg setia mengawasi pergerakan Keyra.

Danang yg semula larut dalam lamunanya pun sampai kaget ketika ekor matanya melihat kelebatan Virgo yg hilang dari sampingnya.

"Mau kemana lo!" Teriak Danang menatap Virgo yg tak menghiraukan keselamatan karena menuruni 2-3 anak tangga sekaligus dengan melompatinya.

Tak ada jawaban sama sekali dari Virgo. Sepertinya dia tak mendengar teriakan Danang karena hanya satu fokusnya saat ini, mengejar Keyra.

I won't let you gone Keyra Batin Virgo berucap sungguh-sungguh. Please don't go anymore.




Jangan lari agar dikejar. Ajaklah, dan aku akan setia berlari bersamamu kemanapun dan dimanapun itu.
~J_bOxxx~
 
Terakhir diubah:
Finally

Chill, enjoy, aman. Kobam dusky lah.

Gara-gara beberapa chat dari mantan, rusak mood dan suasana nyaman yg udah di bangun penuh perjuangan.

Slow but sure. Semakin mendekati konflik utama, tapi ngga tau kapan jadinya.

Ngumpulin wangsit dulu biar mood bagus. Supaya greget nulisnya

Enjoy aman, silahkan!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd