Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 9 :

Siang berlalu senja pun mulai menampakkan wajahnya, sepasang manusia yang baru saja menyelesaikan perzinahannya, sedang berkemas memakai kembali pakaian yang berserakan di lantai kamar.
“Terima kasih ya dek, Om sudah di ijinkan menikmati tubuh indah mu” Pak Basyir membuka percakapan. Narti hanya terseyum manja, dia sibuk bersolek karena sesaat lagi Sugiyono suaminya pulang dari tugas.

“Om pamit dulu dek” kembali Pak Basyir berucap, kemudian mengecup kening Narti yang sedang mengoleskan perona pipi. “terima kasih kembali ya Om” Narti membalas dengan centilnya. Dicubitnya selangkangan Pak Basyir sejenak sebelum lelaki tua itu meninggalkan kamarnya. Pak basyir beranjak keluar kontrakan, setelah dirasa situasi luar aman, Pak Basyir perlahan membuka pintu kontrakan Sugiyono.

Saat bersamaan, Leli membuka pintu kontrakan nya hendak membuang sampah. Mata pak Basyir bertemu dengan mata Leli, keduanya tampak canggung, Pak Basyir memucat pasi, sedangkan Leli jadi salah tingkah. Sungguh Leli tak menduga Mertua Arief itu keluar dari kontrakan narti. Leli mencoba menenagkan diri, dilontarkannya senyuman menyapa pak Basyir. Sementara Pak Basyir hanya menyengir kuda, garuk-garuk kepala tanda tak gatal.

Leli gemetar didalam kontrakan nya setelah membuang sampah, hatinya bergejolak, menduga-duga apa gerangan yang sudah dilakukan Mertua Arief dengan Narti tetangganya. “Masa sih Pak Basyir berselingkuh dengan dek Narti??” Leli bergumam sendiri. Dia merasa yakin ada apa-apa antara Mertua Arief itu dan tetangganya, namun dia tak mau gegabah menuduh tanpa bukti yang jelas. “hmmmmmmm....ahhhhhhhh” Leli menarik nafas panjang, diliriknya anak-anak sedang asyik menonton TV, Leli hendak beranjak ke dapur ketika terdengar ketukan pintu.

Leli bergegas membuka pintu kontrakannya, terkejut Arief sedang berdiri tersenyum mesum kepadanya. Arief mendorong tubuh Leli ke dalam, ditutupnya pintu, dan ditariknya tubuh Leli ke Kamar. “Ehhhhh...ada om Alief, Om main kuda-kuda an yuuuukkkkk” anak pertama Leli menyambut kedatangan Arief. “Anak ganteng, sebentar ya Nak, Om mau main kuda-kuda an dulu sama Bunda” jawab Arief sekenanya. Leli melotot dan mencubit pinggang Arief. “ouuwwww...sakit tahu” Arief menjerit, “biariiiiinnnnn......se enaknya aja klo ngomong didepan anak-anak” Leli tampak marah.

“Iyaaa...maaf deh aku kan becanda aja, lagian emang aku kesini mau ngajak kamu main kuda-kuda an kok!!!” Arief memeluk tubuh Leli, Leli berusaha menghindar, “Massss.....aaahhhh anak-anak belum tidur” Leli berusaha mengingatkan Arief. Arief tak peduli dia terus melancarkan serangannya terhadap Leli, “Om boleh gak main kuda-kudaan sama Bunda, Sayang???” Arief sengaja mengajak ngobrol Anak Leli. “Boleh kok Om, tapi janji ya...habis sama Bunda main sama aku” celoteh anak Leli yang tak tahu maksud perkataan Arief.

Leli tak bisa lagi menghindar ketika dengan sigap Arief menerkam tubuhnya dan mendorong tubuhnya di atas kasur. Ciuman bertubi-tubi yang dilancarkan Arief membuat Leli gelagapan, “Ahhhhhhh...hmmmmm...cup...cup...cup..cup” suara pagutan bibir mereka bersahutan dengan suara film kartun yang sedang ditonton anak Leli. Anak itu tetap fokus pada layar TV tanpa peduli Ibunya sedang di zinahi tetangganya. Pakaian leli sudah berserakan dilantai, sementara Arief masih sibuk menjilati memek Leli yang sudah becek berlendir. “srrrlluuupppp...slruupppp...cup...cup...cup” seperti anak yang kehausan Arief menyedot dan menjilat setiap inchi dari memek Leli yang merekah pink.

Leli menggapai selimut disamping tubuhnya, ditutupinya tubuh telanjang mereka agar tak terlihat oleh anak-anak. Dibawah sana Arief masih sibuk menghisap dan menggigit Itil Leli, Leli menggeliat sesaat kemudian tubuhnya menegang cairan dibawah sana deras mengucur keluar. Arief dengan sigap menyedot habis semua cairan itu, “hmmmmm....hmmmm..seger Sayang, gurih....” ucapnya sambil tersenyum mesum. Leli hanya tergolek pasrah dirasakan batang itu mulai menggesek-gesek kelaminnya. “Ouuuuuuhhhhhhh ahhhhhhh.....ahhhhh...ssshhhhhhh” Leli mendesah panjang, ketika kontol Arief berhasil menerobos memek yang baru saja mengeluarkan cairan cinta.

“Ahhhhhh....shhhh...hmmmm.....memek kamu masih sempit aja Sayaaaaanggg....aaahhhhh...” Arief pun melenguh merasakan sensasi nikmat pertemuan kelamin mereka. Dipompanya pinggulnya menghujam tajam memek Leli yang terkangkang lebar. Ckckckckckcckk...ceplookkkkk...ceplakkkk....ceppploookk...clok....clok...clok.. suara itu beralun ritmis seirama dengan benturan pantat Leli dan kontol Arief. “Ahhhhh....Ahhhh....Ahhhh....Masssss...pelaaannnnn...Pelaaannnn” Leli merintih lirih menerima tusukan-tusukan tajam kontol Arief.

Arief semakin gencar dan buas memborbardir memek Leli, keringat mulai bercucuran. Anak Leli tetap tak terganggu dengan aktifitas Bunda dan Om Ariefnya dibawah kain selimut tebal itu. Arief menyedot puting payudara Leli bergantian kiri dan kanan, sambil tetap menggenjot Leli secara konstan. Clokkkk...cloookkkk...cllooookkk....ceplaaaakkk...ceplokkkk....clokkk... “Ahhhhhh.......ssssshhhhh...ouuuuhhhwww” Leli semakin kencang suaranya merasakan nikmat yang tiada tara di gagahi Arief. Arief sendiri merasa nikmat yang sama, dirinya selalu dibuat mabuk kepayang oleh rasa memek tetangganya yang baik hati ini.

“Akuuuuhhh mauuuu keluarrrr Sayaaaangggghhhh” Arief bergumam tak jelas. Leli mengencangkan kakinya menjepit pinggang Arief, dilumatnya bibir Arief maka bibir mereka saling membelit seirama dengan genjotan Arief dan Leli pun menegang.....”oooohhhhh......Ahhhhhhh......hmmmmmm.....” serrrr.....serrrr.....serrrr.... cairan orgasme Leli menyiram hangat kontol Arief. Arief memeluk pinggang Leli, dihujamkan nya keras kontolnya kedalam memek Leli menyemburkan benih-benih cinta. “ahhhhhhh...mmmmmm....sshshhhh...ahhhhh” Arief menggeram berbarengan dengan semburan spermanya memenuhi rahim Lei...croooootttt...croooot....croooot.

Sesaat keduanya terdiam, menikmati sisa-sisa pergulatan disenja hari. Arief menciumi mesra wajah Leli, bibir mereka kembali berpagutan. Hening tanpa suara, keduanya terlelap sejenak berpelukan. Hingga suara tangisan Bayi Leli membangunkan Leli dari tidurnya, digesernya Tubuh Arief yang masih memeluknya erat. Leli mengenakan kain untuk menutupi tubuh telanjangnya, meraih Bayinya kemudian menyusuinya. Sementara anak sulung Leli sudah terlelap disamping Arief, entah kapan anak itu tertidur tanpa diketahui Ibunya yang kelelahan mengayuh biduk asmara.

Tak berapa lama Bayi Leli tertidur, Leli beranjak kedapur dia mulai menghangatkan masakan yang tadi siang di masaknya. Setelah selesai Leli bergegas ke kontrakan Arief, tugas Leli memberikan makan pagi, siang dan malam untuk Arief dan mertuanya tetap harus dilaksanakan. Arief masih terlelap dikamar Leli, wajahnya mengulas senyuman kebahagiaan. Leli mengetuk pintu kontrakan Arief, “Yaaa...masuk” teriak pak Basyir dari dalam. Leli perlahan membuka pintu tersebut, ruangan itu kosong. Leli segera menaruh nasi dan lauk-pauknya dilantai, “Pak makan dulu, ini saya bawakan sayur lodeh” Leli bersuara menyilahkan Pak Basyir. Tak berapa lama Pak Basyir keluar dari dalam kamar, bertelanjang dada dan memakai sarung. Leli masih sibuk menata Nasi dan lauk pauknya dilantai membelakangi Pak Basyir.

Pak Basyir yang menyaksikan tubuh montok Leli meski berbalut gamis yang lebar, tak ayal membuat kontol Pak Basyir menegang. Direngkuhnya tubuh Leli yang sedang jongkok dari belakang, Leli tersentak didorongnya Pak Bastir kuat-kuat, namun kuncian tangan Pak Basyir terlalu kuat. “Pakkkk...ahhhhhhh jangaaannnnn Pak...saya sudha bersuamiiiiihhhh” Leli menjerit lirih. Dia berusaha melepaskan diri dari dekapan Pak Basyir, mendapat penolakan dari Leli Pak Basyir semakin beringas, ditariknya kerudung Leli dan diciumi tengkuk Leli hingga belakang telinga Leli.

Leli hanya mendesah kegeli-an “Ahhhhhhhhh.....shhhhhh......Paakkkkkk.....sudaahhh lepaskan saya...hiksss...hikkksss...hikkks....” Leli mulai menitikkan air matanya. Pak Basyir berusaha menaikan gamis Leli keatas, dibalikannya tubuh Leli, sekarang mereka berhadapan. Pak Basyir menindih tubuh Leli dengan ketat, di bukanya gamis itu keatas hingga terpampanglah memek Leli yang becek masih mengeluarkan sperma Arief. Tangan Pak Basyir menjamah memek ranum Leli, diusapnya celah surga itu dan jarinya mulai menerobos jalan sempit. “Hmmmmmm...kamu habis ewe ya?” “ini sperma siapa???” Pak Basyir melihatkan jarinya yang belepotan lendir kedepan mata Leli, dekapannya mengendur. Kesempatan itu digunakan Leli untuk menendang tubuh Pak Basyir. Lelaki tua itu menjengkang tak siap dengan serangan mendadak perempuan montok yang sedang di gagahinya.

Secepat kilat Leli bangun kemudian keluar kontrakan Arief, meninggalkan Pak Basyir yang mengerutu karena buruannya lolos. Leli terengah-engah dikuncinya rapat-rapat pintu kontrakan kemudian mengintip keluar khawatir Pak Basyir mengejarnya. “Kamu dari mana??? Aku bangun kamu sudah gak ada” Suara Arief mengagetkan Leli yang sedang mengintip keluar. “Anuu...anu...aku habis ngantar makan malam untuk Bapak” Jawab Leli. Leli memang selalu memanggil Pak Basyir dengan Bapak, meski berkali-kali Pak Basyir memintanya memanggil Om. Namun Leli merasa tidak sopan saja jika memanggil mertua dari lelaki yang diam-diam sudah dianggapnya sebagai suaminya.

Arief menghampiri Leli, “Kerudung mu mana??? Dan bajumu kenapa berantakan begini?” Arief menyelidik. Leli takut, dia tadi tak sempat menyambar kerudungnya, yang ada dibenaknya tadi hanya segera lari dari cengkaraman tua bangka itu. “Emmmmhhh...emmmhhh...anu..itu tadi...hmmmm..anu” Leli gagap berusaha menjelaskan. “Itu kerudung ku, tadi buru-buru buka gerah, belum sempat mandi juga” Leli menunjuk kerudung yang tergeletak dipojok ruang tamunya. Beruntung ada kerudung yang tergeletak menyelamatkannya. Leli tak mau bercerita terus terang tentang baru saja yang terjadi, dirinya khawatir akan ada pertumpahan emosi antara menantu dan mertua tersebut.

Leli memutuskan diam merahasiakan kejadian ini dari kekasihnya. Dihampirinya Arief yang masih telanjang, diciumnya bibir lelaki pejuang kemanusiaan itu. Diraihnya tangan Arief kemudian diarahkan ke selangkangannya, “Nihhhh.....aku masih becek belum sempat cebok tadi” Ucapnya. Arief merasakan jarinya berlendir, dipagutnya bibir wanita montok itu kemudian perlahan dibawa nya ke kamar mandi. Arief dan Leli tenggelam dalam aktifitas mandi junub, saling menggosok badan dan saling menyabuni.

Tak memakan waktu lama kegiatan mandi mereka selesaikan, Leli kemudian memakai baju kembali dan menyiapkan makan malam. Berdua seumpama sepasang suami istri, Arief dan Leli menghabiskan santapan makan malam. Malam semakin larut, masing-masing penghuni kontrakan sibuk dengan urusannya, begitupun dengan Arief dan Leli, mereka berdua sibuk menggayuh lautan birahi. Malam itu dihabiskan mereka untuk mereguk madu asmara sepuasnya, Arief tidak pulang ke kontrakannya menyisakan Pak Basyir yang bengong sendirian. Beberapa saat lalu menantunya mengabarkan lewat telpon genggamnya jika malam ini dia tidak pulang karena ada tugas mendadak dari kantornya.

Pak Basyir gelisah, ingin rasanya mengetuk pintu kontrakan Leli dan meminta maaf, namun dia khawatir perempuan montok itu akan histeris sehingga membangunkan warga sekitar, maka diurungkan niatnya untuk mengunjungi Leli. Pak Basyir kemudian membayangkan tubuh hamil Narti, sambil tersenyum Pak Basyir menuju kontrakan Narti. Namun baru beberapa langkah dirinya ingat kalau Sugiyono maghrib tadi sudah pulang kerja. Langkahnya gontai kembali ke dalam kontrakan, malam itu dihabiskan Pak Basyir untuk mengkhayal hingga kantuk menjemput.

*Bersambung ke Episode Berikutnya*
 
Episode 9 :

Siang berlalu senja pun mulai menampakkan wajahnya, sepasang manusia yang baru saja menyelesaikan perzinahannya, sedang berkemas memakai kembali pakaian yang berserakan di lantai kamar.
“Terima kasih ya dek, Om sudah di ijinkan menikmati tubuh indah mu” Pak Basyir membuka percakapan. Narti hanya terseyum manja, dia sibuk bersolek karena sesaat lagi Sugiyono suaminya pulang dari tugas.

“Om pamit dulu dek” kembali Pak Basyir berucap, kemudian mengecup kening Narti yang sedang mengoleskan perona pipi. “terima kasih kembali ya Om” Narti membalas dengan centilnya. Dicubitnya selangkangan Pak Basyir sejenak sebelum lelaki tua itu meninggalkan kamarnya. Pak basyir beranjak keluar kontrakan, setelah dirasa situasi luar aman, Pak Basyir perlahan membuka pintu kontrakan Sugiyono.

Saat bersamaan, Leli membuka pintu kontrakan nya hendak membuang sampah. Mata pak Basyir bertemu dengan mata Leli, keduanya tampak canggung, Pak Basyir memucat pasi, sedangkan Leli jadi salah tingkah. Sungguh Leli tak menduga Mertua Arief itu keluar dari kontrakan narti. Leli mencoba menenagkan diri, dilontarkannya senyuman menyapa pak Basyir. Sementara Pak Basyir hanya menyengir kuda, garuk-garuk kepala tanda tak gatal.

Leli gemetar didalam kontrakan nya setelah membuang sampah, hatinya bergejolak, menduga-duga apa gerangan yang sudah dilakukan Mertua Arief dengan Narti tetangganya. “Masa sih Pak Basyir berselingkuh dengan dek Narti??” Leli bergumam sendiri. Dia merasa yakin ada apa-apa antara Mertua Arief itu dan tetangganya, namun dia tak mau gegabah menuduh tanpa bukti yang jelas. “hmmmmmmm....ahhhhhhhh” Leli menarik nafas panjang, diliriknya anak-anak sedang asyik menonton TV, Leli hendak beranjak ke dapur ketika terdengar ketukan pintu.

Leli bergegas membuka pintu kontrakannya, terkejut Arief sedang berdiri tersenyum mesum kepadanya. Arief mendorong tubuh Leli ke dalam, ditutupnya pintu, dan ditariknya tubuh Leli ke Kamar. “Ehhhhh...ada om Alief, Om main kuda-kuda an yuuuukkkkk” anak pertama Leli menyambut kedatangan Arief. “Anak ganteng, sebentar ya Nak, Om mau main kuda-kuda an dulu sama Bunda” jawab Arief sekenanya. Leli melotot dan mencubit pinggang Arief. “ouuwwww...sakit tahu” Arief menjerit, “biariiiiinnnnn......se enaknya aja klo ngomong didepan anak-anak” Leli tampak marah.

“Iyaaa...maaf deh aku kan becanda aja, lagian emang aku kesini mau ngajak kamu main kuda-kuda an kok!!!” Arief memeluk tubuh Leli, Leli berusaha menghindar, “Massss.....aaahhhh anak-anak belum tidur” Leli berusaha mengingatkan Arief. Arief tak peduli dia terus melancarkan serangannya terhadap Leli, “Om boleh gak main kuda-kudaan sama Bunda, Sayang???” Arief sengaja mengajak ngobrol Anak Leli. “Boleh kok Om, tapi janji ya...habis sama Bunda main sama aku” celoteh anak Leli yang tak tahu maksud perkataan Arief.

Leli tak bisa lagi menghindar ketika dengan sigap Arief menerkam tubuhnya dan mendorong tubuhnya di atas kasur. Ciuman bertubi-tubi yang dilancarkan Arief membuat Leli gelagapan, “Ahhhhhhh...hmmmmm...cup...cup...cup..cup” suara pagutan bibir mereka bersahutan dengan suara film kartun yang sedang ditonton anak Leli. Anak itu tetap fokus pada layar TV tanpa peduli Ibunya sedang di zinahi tetangganya. Pakaian leli sudah berserakan dilantai, sementara Arief masih sibuk menjilati memek Leli yang sudah becek berlendir. “srrrlluuupppp...slruupppp...cup...cup...cup” seperti anak yang kehausan Arief menyedot dan menjilat setiap inchi dari memek Leli yang merekah pink.

Leli menggapai selimut disamping tubuhnya, ditutupinya tubuh telanjang mereka agar tak terlihat oleh anak-anak. Dibawah sana Arief masih sibuk menghisap dan menggigit Itil Leli, Leli menggeliat sesaat kemudian tubuhnya menegang cairan dibawah sana deras mengucur keluar. Arief dengan sigap menyedot habis semua cairan itu, “hmmmmm....hmmmm..seger Sayang, gurih....” ucapnya sambil tersenyum mesum. Leli hanya tergolek pasrah dirasakan batang itu mulai menggesek-gesek kelaminnya. “Ouuuuuuhhhhhhh ahhhhhhh.....ahhhhh...ssshhhhhhh” Leli mendesah panjang, ketika kontol Arief berhasil menerobos memek yang baru saja mengeluarkan cairan cinta.

“Ahhhhhh....shhhh...hmmmm.....memek kamu masih sempit aja Sayaaaaanggg....aaahhhhh...” Arief pun melenguh merasakan sensasi nikmat pertemuan kelamin mereka. Dipompanya pinggulnya menghujam tajam memek Leli yang terkangkang lebar. Ckckckckckcckk...ceplookkkkk...ceplakkkk....ceppploookk...clok....clok...clok.. suara itu beralun ritmis seirama dengan benturan pantat Leli dan kontol Arief. “Ahhhhh....Ahhhh....Ahhhh....Masssss...pelaaannnnn...Pelaaannnn” Leli merintih lirih menerima tusukan-tusukan tajam kontol Arief.

Arief semakin gencar dan buas memborbardir memek Leli, keringat mulai bercucuran. Anak Leli tetap tak terganggu dengan aktifitas Bunda dan Om Ariefnya dibawah kain selimut tebal itu. Arief menyedot puting payudara Leli bergantian kiri dan kanan, sambil tetap menggenjot Leli secara konstan. Clokkkk...cloookkkk...cllooookkk....ceplaaaakkk...ceplokkkk....clokkk... “Ahhhhhh.......ssssshhhhh...ouuuuhhhwww” Leli semakin kencang suaranya merasakan nikmat yang tiada tara di gagahi Arief. Arief sendiri merasa nikmat yang sama, dirinya selalu dibuat mabuk kepayang oleh rasa memek tetangganya yang baik hati ini.

“Akuuuuhhh mauuuu keluarrrr Sayaaaangggghhhh” Arief bergumam tak jelas. Leli mengencangkan kakinya menjepit pinggang Arief, dilumatnya bibir Arief maka bibir mereka saling membelit seirama dengan genjotan Arief dan Leli pun menegang.....”oooohhhhh......Ahhhhhhh......hmmmmmm.....” serrrr.....serrrr.....serrrr.... cairan orgasme Leli menyiram hangat kontol Arief. Arief memeluk pinggang Leli, dihujamkan nya keras kontolnya kedalam memek Leli menyemburkan benih-benih cinta. “ahhhhhhh...mmmmmm....sshshhhh...ahhhhh” Arief menggeram berbarengan dengan semburan spermanya memenuhi rahim Lei...croooootttt...croooot....croooot.

Sesaat keduanya terdiam, menikmati sisa-sisa pergulatan disenja hari. Arief menciumi mesra wajah Leli, bibir mereka kembali berpagutan. Hening tanpa suara, keduanya terlelap sejenak berpelukan. Hingga suara tangisan Bayi Leli membangunkan Leli dari tidurnya, digesernya Tubuh Arief yang masih memeluknya erat. Leli mengenakan kain untuk menutupi tubuh telanjangnya, meraih Bayinya kemudian menyusuinya. Sementara anak sulung Leli sudah terlelap disamping Arief, entah kapan anak itu tertidur tanpa diketahui Ibunya yang kelelahan mengayuh biduk asmara.

Tak berapa lama Bayi Leli tertidur, Leli beranjak kedapur dia mulai menghangatkan masakan yang tadi siang di masaknya. Setelah selesai Leli bergegas ke kontrakan Arief, tugas Leli memberikan makan pagi, siang dan malam untuk Arief dan mertuanya tetap harus dilaksanakan. Arief masih terlelap dikamar Leli, wajahnya mengulas senyuman kebahagiaan. Leli mengetuk pintu kontrakan Arief, “Yaaa...masuk” teriak pak Basyir dari dalam. Leli perlahan membuka pintu tersebut, ruangan itu kosong. Leli segera menaruh nasi dan lauk-pauknya dilantai, “Pak makan dulu, ini saya bawakan sayur lodeh” Leli bersuara menyilahkan Pak Basyir. Tak berapa lama Pak Basyir keluar dari dalam kamar, bertelanjang dada dan memakai sarung. Leli masih sibuk menata Nasi dan lauk pauknya dilantai membelakangi Pak Basyir.

Pak Basyir yang menyaksikan tubuh montok Leli meski berbalut gamis yang lebar, tak ayal membuat kontol Pak Basyir menegang. Direngkuhnya tubuh Leli yang sedang jongkok dari belakang, Leli tersentak didorongnya Pak Bastir kuat-kuat, namun kuncian tangan Pak Basyir terlalu kuat. “Pakkkk...ahhhhhhh jangaaannnnn Pak...saya sudha bersuamiiiiihhhh” Leli menjerit lirih. Dia berusaha melepaskan diri dari dekapan Pak Basyir, mendapat penolakan dari Leli Pak Basyir semakin beringas, ditariknya kerudung Leli dan diciumi tengkuk Leli hingga belakang telinga Leli.

Leli hanya mendesah kegeli-an “Ahhhhhhhhh.....shhhhhh......Paakkkkkk.....sudaahhh lepaskan saya...hiksss...hikkksss...hikkks....” Leli mulai menitikkan air matanya. Pak Basyir berusaha menaikan gamis Leli keatas, dibalikannya tubuh Leli, sekarang mereka berhadapan. Pak Basyir menindih tubuh Leli dengan ketat, di bukanya gamis itu keatas hingga terpampanglah memek Leli yang becek masih mengeluarkan sperma Arief. Tangan Pak Basyir menjamah memek ranum Leli, diusapnya celah surga itu dan jarinya mulai menerobos jalan sempit. “Hmmmmmm...kamu habis ewe ya?” “ini sperma siapa???” Pak Basyir melihatkan jarinya yang belepotan lendir kedepan mata Leli, dekapannya mengendur. Kesempatan itu digunakan Leli untuk menendang tubuh Pak Basyir. Lelaki tua itu menjengkang tak siap dengan serangan mendadak perempuan montok yang sedang di gagahinya.

Secepat kilat Leli bangun kemudian keluar kontrakan Arief, meninggalkan Pak Basyir yang mengerutu karena buruannya lolos. Leli terengah-engah dikuncinya rapat-rapat pintu kontrakan kemudian mengintip keluar khawatir Pak Basyir mengejarnya. “Kamu dari mana??? Aku bangun kamu sudah gak ada” Suara Arief mengagetkan Leli yang sedang mengintip keluar. “Anuu...anu...aku habis ngantar makan malam untuk Bapak” Jawab Leli. Leli memang selalu memanggil Pak Basyir dengan Bapak, meski berkali-kali Pak Basyir memintanya memanggil Om. Namun Leli merasa tidak sopan saja jika memanggil mertua dari lelaki yang diam-diam sudah dianggapnya sebagai suaminya.

Arief menghampiri Leli, “Kerudung mu mana??? Dan bajumu kenapa berantakan begini?” Arief menyelidik. Leli takut, dia tadi tak sempat menyambar kerudungnya, yang ada dibenaknya tadi hanya segera lari dari cengkaraman tua bangka itu. “Emmmmhhh...emmmhhh...anu..itu tadi...hmmmm..anu” Leli gagap berusaha menjelaskan. “Itu kerudung ku, tadi buru-buru buka gerah, belum sempat mandi juga” Leli menunjuk kerudung yang tergeletak dipojok ruang tamunya. Beruntung ada kerudung yang tergeletak menyelamatkannya. Leli tak mau bercerita terus terang tentang baru saja yang terjadi, dirinya khawatir akan ada pertumpahan emosi antara menantu dan mertua tersebut.

Leli memutuskan diam merahasiakan kejadian ini dari kekasihnya. Dihampirinya Arief yang masih telanjang, diciumnya bibir lelaki pejuang kemanusiaan itu. Diraihnya tangan Arief kemudian diarahkan ke selangkangannya, “Nihhhh.....aku masih becek belum sempat cebok tadi” Ucapnya. Arief merasakan jarinya berlendir, dipagutnya bibir wanita montok itu kemudian perlahan dibawa nya ke kamar mandi. Arief dan Leli tenggelam dalam aktifitas mandi junub, saling menggosok badan dan saling menyabuni.

Tak memakan waktu lama kegiatan mandi mereka selesaikan, Leli kemudian memakai baju kembali dan menyiapkan makan malam. Berdua seumpama sepasang suami istri, Arief dan Leli menghabiskan santapan makan malam. Malam semakin larut, masing-masing penghuni kontrakan sibuk dengan urusannya, begitupun dengan Arief dan Leli, mereka berdua sibuk menggayuh lautan birahi. Malam itu dihabiskan mereka untuk mereguk madu asmara sepuasnya, Arief tidak pulang ke kontrakannya menyisakan Pak Basyir yang bengong sendirian. Beberapa saat lalu menantunya mengabarkan lewat telpon genggamnya jika malam ini dia tidak pulang karena ada tugas mendadak dari kantornya.

Pak Basyir gelisah, ingin rasanya mengetuk pintu kontrakan Leli dan meminta maaf, namun dia khawatir perempuan montok itu akan histeris sehingga membangunkan warga sekitar, maka diurungkan niatnya untuk mengunjungi Leli. Pak Basyir kemudian membayangkan tubuh hamil Narti, sambil tersenyum Pak Basyir menuju kontrakan Narti. Namun baru beberapa langkah dirinya ingat kalau Sugiyono maghrib tadi sudah pulang kerja. Langkahnya gontai kembali ke dalam kontrakan, malam itu dihabiskan Pak Basyir untuk mengkhayal hingga kantuk menjemput.

*Bersambung ke Episode Berikutnya*
Anee ngehayaal jadi arief , nnikmatnya hidup kwkwwk


Makasih banyak sist ,updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd