Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 12

Perlahan Leli bangkit dari tempat tidur, terseok-seok dia berjalan menuju kamar mandi. Pelan-pelan disiraminya seluruh tubuh yang terasa remuk redam. Air dingin itu semakin menusuk, membuat pedih tubuh hingga meresap ke dalam sanubari. Airmata ikut bercucuran mengiringi siraman demi siraman gayung kecil berwarna ungu kesukaan Leli hadiah ulang tahun dari suami tercinta ketika hamil anak kedua. Leli begitu ngidam merengek-rengek ingin dibelikan gayung plastik berwarna ungu magenta.
Leli berharap semua noda ditubuh nya ikut larut dengan air siraman itu, digosoknya dengan seksama setiap lekuk tubuh, dan celah yang terdapat ditubuhnya.
Selesai membersihkan diri Leli bersiap ke dapur memasak untuk keperluan dirinya dan anak-anak. Tak terasa lapar mendera, aktifitas bercinta begitu menguras tenaga dan energi Leli. Sejenak Leli dapat melupakan luka hati meski itu hanya berlaku sesaat saja.

Kembali kepada Pak Basyir yang sedang khusyuk menyantap makanan di sebuah warteg di ujung gang sana. Pak Basyir sangat lahap, lapar yang mendera begitu menyiksa ditambah aktifitas seksual yang juga menguras tenaga membuat makan siang itu begitu nikmat ibarat oase di tengah gurun sahara.
Setelah menyelesaikan makan siang dan membayarnya, Pak Basyir kembali bergegas menuju kontrakan. Pak Basyir berpapasan dengan Lutfi dan istrinya yang telah rapih entah hendak kemana. Pak basyir berusaha menghindari mereka berdua namun terlambat, Lutfi menyadari kehadiran Pak Basyir,
“Ehhhhh Mas Basyir dari mana??” sapa Lutfi ramah.

“Ehhhh anuuuu...emmm itu dari Warteg” Pak Basyir salah tingkah.
“Mau kemana Mas Lutfi? Dah rapih bener?” berusaha mencairkan suasana.

“Ohhhh..ini kami ada urusan keluarga Mas, mungkin beberapa hari baru kembali, titip kontrakan yaa Mas, belum kembali ke Papua kan?” jawab Lutfi.

“Ehhh..iyaa, insyaAllah. Kayaknya masih beberapa hari lagi saya disini Mas...hehehehehehe. Mari permisi Mas....” keduanya berpisah, Pak Basyir lanjut menuju kontrakan.
Di kejauhan dilihatnya pintu kontrakan Leli terbuka sedikit, ragu Pak Basyir ingin menghampiri, diliriknya semua pintu kontrakan tertutup rapat.

Lutfi dan istrinya baru saja pergi, Sugiyono sepertinya belum kembali dari kampungnya, sementara Sari, gadis itu seingat Pak Basyir tadi pagi berangkat kerja. Tingggal dirinya dan Arief yang masih ada di kontrakan tersebut. Pak Basyir berlalu melewati kontrakan Leli, dilihatnya Arief masih terlelap dalam mimpi. Birahi pak Basyir kembali meninggi membayangkan Leli yang saat ini sendiri entah sedang apa di dalam kontrakannya.

Pak Basyir segera mencopoti seluruh pakaiannya, diraihnya kain sarung dan kaos oblong secepat kilat dia kembali keluar menuju kontrakan Leli. Mengendap-endap pak Basyir masuk perlahan tak ada suara apapun disana, perlahan Pak Basyir masuk menuju ruang dalam, dari balik tirai dia mengintip apa yang sedang dilakukan Leli. Matanya melotot menyaksikan Leli sedang memasak di dapur hanya dengan berbalut handuk dengan rambut masih basah, nampak Leli baru saja mandi. Pak Basyir menunggu dengan sabar bersembunyi di balik tirai, kali ini dia tak mau gegabah mangsanya terlepas lagi.

Leli yang sedang didapur tiba-tiba mematikan kompornya dan bergegas ke depan masih dengan berbalut handuk. Pak Basyir bersiap menerkam, persis ketika Leli membuka tirai, tangan kuat Pak Basyir membekap mulut Leli dan menyeretnya ke kamar. Leli yang tidak siap menerima serangan tiba-tiba gelagapan, tubuhnya berontak namun tenaganya kalah kuat dengan Pak Basyir. Handuknya terlepas seketika tubuhnya terseret ke kasur, Pak Basyir membanting tubuh Leli ke Kasur, ditubruknya tubuh montok itu dan dikuncinya agar tak lepas.

Sarungnya dia singkap hingga kontolnya bebas bergerak, ditekannya kontol itu menempel erat di depan bibir memek Leli. Tubuh Leli gemetar merasakan tersetrum memeknya tersentuh kontol Pak Basyir, namun dirinya tak menyerah begitu saja, dia berusaha menendang Pak Basyir.

Kali ini Pak Basyir lebih sigap menerima serangan Leli, ditekannya kedua paha Leli melebar oleh kedua paha Pak Basyir yang kokoh, otomatis tendangan Leli hanya menyapu ruang hampa.

Mulut Pak Basyir langsung mencaplok payudara Leli yang masih sekal dan mengeluarkan ASI. Disedotnya kuat-kuat dan menyesapi ASI yang deras menghambur keluar akibat ulah sedotan Pak Basyir. Leli meringis sakit namun terasa nikmat, “ahhhhhhhh......aaahhhh...mmmmhhhh...Ppaaakkk...Lepppassss...aahhhhh,”
Kepalanya menggeleng kiri dan kanan menikmati perbuatan lelaki jahanam itu. Leli sadar kali ini dia tidak lolos dari perbuatan mesum mertua Arief dan dirinya harus siap kembali diperkosa oleh lelaki paruh baya setelah tadi diperkosa Lutfi.

“emmmmmmhhh,.....ssssrrrluuppp....cupppp...cupppp...cklopppp...”
Bibir Pak Basyir sibuk menyosor dada Leli, kemudian berusaha turun ke bawah, kemudian sigap mencengkram pantat Leli. Wajah pak Basyir tepat berada di depan pintu sorga Leli yang kembali merekah berkedut-kedut mengeluarkan pelumas. Lidah pak Basyir lincah mengenyot itil Leli yang membuat wanita itu kelojotan mencengkram kepala Pak Basyir. Perlawanannya melemah, kakinya menjepit kepala Pak Basyir yang sibuk mengerjai memeknya. Tak lama berselang Leli menegang, orgasme pertamanya diperkosa Pak Basyir begitu nikmat.

Leli terbaring pasrah, ketika dirasa kontol Pak Basyir mulai menerobos gua sempit itu.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.....shhhhhhhh......aaouuuuwwww”
Leli mendesah keenakan.

“Awwwwwwwww......ouuuhhhhh.......memek mu enak sekali Neng, legit menggigit....ahhhhhh.....,”
Pak Basyir memuji Leli. Digenjotnya perempuan dengan cepat, bunyi persetubuhan itu menggema didalam kontrakan.

“Ahhhhhh....cloookk....cloookkk...ceplokkkk...ceplaooook...clookkk.....Pllaaaakkkk...plaaaakkk”
Leli mendesah dengan linangan air mata, matanya dipejamkan dia tak mau melihat lelaki yang sedang menggagahinya itu. Tiba-tiba bayi Leli menangis membuat anak leli yang pertama pun ikut terbangun, Leli panik
“Ahhhhhh....pak sebentar anak-anak saya bangun....ahhhhhh”
Pak Basyir tak peduli dihajarnya terus perempuan itu tanpa ampun.

“Bunda lagi ngapain?”
Pertanyaan anak polos itu mengiris hati Leli,

“Ini Bunda lagi kakek suntik dulu ya sayang, Bunda kamu tadi sakit jadi terpaksa kakek suntik..hehehhehe.....ahhhhh....hmmmm”
Pak Basyir terkekeh menjawab. Leli menangis merasa terhina, dia berusaha mendorong dada pak Basyir kuat-kuat namun sia-sia belaka.

“Ohhhhhhh...kakek bisa ngobatin juga ya, kayak Om Arief yang sering ngobatin Bunda.”
Kembali celoteh anak kecil itu membuat Pak Basyir dan Leli terkejut.

“Hehehehehehhee..***panya kamu nakal juga ya, mertua dan menantu kamu embat juga...ahhhhh...ooouuuhh...ghmmmmm,”
Pak Basyir menggeram sambil terus memompa Leli.

Leli kembali menangis, dirinya bukan perempuan murahan, dia justru diperkosa oleh mertua dan menantu, meski beberapa bulan ini Leli merasakan cinta yang berbeda terhadap Arief. Kedua insan itu sibuk mendaki birahi diiringi tangisan bayi dan tatapan bocah polos yang menyaksikan ibunya terlonjak-lonjak dibawah himpitan kakek tua. Leli sudah orgasme kedua kalinya, dirinya berharap Pak Basyir segera menuntaskan hajatnya agar siksaan ini segera berakhir.

Arief tersadar dari tidurnya, matanya dikerjap-kerjapkan, telinga seperti menangkap suara-suara aneh. Ditajamkan telinganya, setelah semuanya normal jelas terdengar sayup-sayup suara tangisan bayi, Arief menyapu seluruh ruangan kontrakannya, mertuanya entah kemana. Arief bangkit, tangisan bayi itu dikenalnya, entah kenapa bayi itu menangis dan kenapa Leli membiarkan anaknya menangis.
Arief segera bergegas keluar, didapatinya pintu kontrakan Leli sedikit terbuka, diraihnya gagang pintu itu dan masuk. Arief melangkah menuju ruang dalam. Suara tangisan semakin jelas, namun dia pun menangkap suara-suara desahan yang membuat darahnya bergetar mendidih. Amarahnya memuncak, Arief tak terima kekasihnya bercinta dengan lelaki lain selain dirinya.

Leli adalah miliknya, perempuan montok itu telah memikat hati Arief, cinta yang lahir dan tumbuh lantaran seringnya bersetubuh, membuat Arief diam-diam berencana menikahi Leli dan memboyongnya ke Papua. Mas Kawin sudah Arief siapkan, cincin emas bertahtakan berlian sudah Arief beli dan rencananya malam ini sambil memadu kasih, Arief memberikan kejutan itu kepada Leli. Disingkapnya tirai itu dengan kasar, tubuhnya mendadak kaku tak bergerak mendapati tubuh mertuanya sedang bergoyang di atas tubuh Leli yang terlihat menikmati sodokan-sodokan mertuanya.

Leli yang sadar kehadiran Arief menonton persetubuhannya dengan Pak Basyir hanya bisa menjerit kaget,
“Masss Arief.....ahhh.”

Pak Basyir yang orgasmenya sudah di ujung menoleh sesaat ke belakang, senyuman mesumnya mengembang di bibir tuanya. Dihentakkannya kontolnya kuat-kuat sambil menatap Arief yang mematung,
“Ahhhhhhhh....gggrrmmm....crooooot...crooooo...crooooot....serrrrr...serrr”
Pak Basyir menyemburkan pejuhnya kedalam rahim Leli, ada kepuasan tersendiri bagi Pak Basyir. Orgasmenya kali ini disaksikan jelas oleh Arief, Pak Basyir menyunggingkan senyuman sinis.

Arief mengepalkan tangan nya, diraihnya tubuh telanjang mertuanya,
“Apa yang telah Bapak lakukan hah?? Dasar orang tua bejat...,” Arief memaki mertuanya.

“Jaga ucapanmu Rief, aku ini mertua kamu, lagi pula kamu juga sama bejatnya, Leli sudah mengakui kalau kamu pun sudah sering mengentoti dia,”
Pak Basyir mengintimidasi, Arief menatap nanar ke arah Leli yang masih sesegukan di atas kasur, Leli menggelengkan kepala dirinya tak kuasa bersuara.
Arief melayangkan tinjunya ke arah muka mertuanya,
“Buukkkkk,,,plak...ooooww...ahhh,” tubuh Pak Basyir terjengkang ke belakang.

Arief kembali menerjang, Pak Basyir mantan TNI yang sudah terlatih dan banyak pengalaman, menyadari serangan Arief, ditangkisnya tangan Arief. Pak Basyir melihat selangkangan Arief kosong tak terlindung, dilayangkannya tendangan ke arah sana. Arief yang juga memiliki keahlian bela diri berusaha menghindari tendangan Pak Basyir. Terlambat bergerak, meskipun selangkangan Arief terbebas dari tendangan pak Basyir, namun tendangan itu tepat mengenai pinggulnya yang membuat Arief sempoyongan mundur menyentuh tembok kamar Leli.

“Sudah cukup, kalian jangan bertengkar.”
Leli menjerit keras melerai kedua lelaki yang sudah diliputi rasa amarah. Pak Basyir menghampiri Leli berusaha mendekap, Leli berusaha menjauh menghindari dekapan pak Basyir.

“Dasar perempuan jalang.......perempuan kegatelan...cuiiihhhh,”
Arief memaki kasar, cemburunya telah membutakan matanya, Arief keluar kontrakan dan membanting pintu kontrakan itu. Leli menjerit pedih, kekasihnya tega mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatinya, Pak Basyir kembali mendekap Leli.

Leli mengamuk
“Pergi kau...pergiiiii.....ahhhhhh hikkkkkssss...hikkkkks.......uuhuhuhuhuhuhu.....hikkssss”.

Pak Basyir memunguti sarung dan kaos oblongnya, ditinggalkannya Leli yang masih menangis tersedu-sedu disaksikan kedua anaknya yang gak paham apa yang sedang terjadi. Pak Basyir melangkah puas sudah berhasil menikmati tubuh montok Leli dan menyirami rahim Leli dengan pejuh supernya. Pejuh yang telah berhasil menghamili beberapa gadis dan istri orang. Semasa mudanya Pak Basyir yang sering berpindah-pindah tugas memang sering bertualang sudah tak terhitung berapa banyak gadis, janda bahkan istri orang yang sudah digagahinya dan beberapa diantaranya hamil oleh perbuatan Pak Basyir.

Arief mengemasi barang-barangnya ke dalam ransel tugasnya, rasa kecewa dan sakit hatinya terhadap mertua dan Leli membuatnya memilih pergi menjauh. Tugas ke Afrika mengirimkan bantuan bencana kelaparan di benua hitam itu tiba-tiba saja diambil Arief tanpa pikir panjang lagi. Airmatanya menetes perlahan, sakitnya begitu dalam membuat tubuh gagahnya bergetar menahan tangisan agar tak pecah.

Pak Basyir menatap menantunya dengan sinis,
“Mau kemana kamu Rief??” tegur pak Basyir.

Arief menoleh, jelas kebencian tergambar dalam sinar matanya, tanpa menjawab Arief bergegas keluar kontrakan membawa ransel tugasnya. Langkahnya pasti, melewati kontrakan Leli dan menjauh, Leli yang sudah berpakaian ala kadarnya menyaksikan kepergian pujaannya, refleks Leli berlari mengejar Arief.
“Masss...tunggu.....kamu mau kemana??” sambil terisak Leli mengejar.

Arief menghentikan langkah, tubuhnya kaku berbalik,
“Aku mau kemana itu bukan urusan mu, perempuan jalang.....”

Gigi Arief gemeretak menahan amarah, matanya tajam menatap Leli yang berdiri mematung jauh dihadapannya. Leli hancur hatinya, lidahnya tak kuasa lagi mengeluarkan kata-kata, Lelaki itu kembali menjauh meninggalkan luka yang menganga.

*Bersambung ke Episode berikutnya"
 
Terakhir diubah:
Episode 12

Perlahan Leli bangkit dari tempat tidur, terseok-seok dia berjalan menuju kamar mandi. Pelan-pelan disiraminya seluruh tubuh yang terasa remuk redam. Air dingin itu semakin menusuk, membuat pedih tubuh hingga meresap ke dalam sanubari. Airmata ikut bercucuran mengiringi siraman demi siraman gayung kecil berwarna ungu kesukaan Leli hadiah ulang tahun dari suami tercinta ketika hamil anak kedua. Leli begitu ngidam merengek-rengek ingin dibelikan gayung plastik berwarna ungu magenta.
Leli berharap semua noda ditubuh nya ikut larut dengan air siraman itu, digosoknya dengan seksama setiap lekuk tubuh, dan celah yang terdapat ditubuhnya.
Selesai membersihkan diri Leli bersiap ke dapur memasak untuk keperluan dirinya dan anak-anak. Tak terasa lapar mendera, aktifitas bercinta begitu menguras tenaga dan energi Leli. Sejenak Leli dapat melupakan luka hati meski itu hanya berlaku sesaat saja.

Kembali kepada Pak Basyir yang sedang khusyuk menyantap makanan di sebuah warteg di ujung gang sana. Pak Basyir sangat lahap, lapar yang mendera begitu menyiksa ditambah aktifitas seksual yang juga menguras tenaga membuat makan siang itu begitu nikmat ibarat oase di tengah gurun sahara.
Setelah menyelesaikan makan siang dan membayarnya, Pak Basyir kembali bergegas menuju kontrakan. Pak Basyir berpapasan dengan Lutfi dan istrinya yang telah rapih entah hendak kemana. Pak basyir berusaha menghindari mereka berdua namun terlambat, Lutfi menyadari kehadiran Pak Basyir,
“Ehhhhh Mas Basyir dari mana??” sapa Lutfi ramah.

“Ehhhh anuuuu...emmm itu dari Warteg” Pak Basyir salah tingkah.
“Mau kemana Mas Lutfi? Dah rapih bener?” berusaha mencairkan suasana.

“Ohhhh..ini kami ada urusan keluarga Mas, mungkin beberapa hari baru kembali, titip kontrakan yaa Mas, belum kembali ke Papua kan?” jawab Lutfi.

“Ehhh..iyaa, insyaAllah. Kayaknya masih beberapa hari lagi saya disini Mas...hehehehehehe. Mari permisi Mas....” keduanya berpisah, Pak Basyir lanjut menuju kontrakan.
Di kejauhan dilihatnya pintu kontrakan Leli terbuka sedikit, ragu Pak Basyir ingin menghampiri, diliriknya semua pintu kontrakan tertutup rapat.

Lutfi dan istrinya baru saja pergi, Sugiyono sepertinya belum kembali dari kampungnya, sementara Sari, gadis itu seingat Pak Basyir tadi pagi berangkat kerja. Tingggal dirinya dan Arief yang masih ada di kontrakan tersebut. Pak Basyir berlalu melewati kontrakan Leli, dilihatnya Arief masih terlelap dalam mimpi. Birahi pak Basyir kembali meninggi membayangkan Leli yang saat ini sendiri entah sedang apa di dalam kontrakannya.

Pak Basyir segera mencopoti seluruh pakaiannya, diraihnya kain sarung dan kaos oblong secepat kilat dia kembali keluar menuju kontrakan Leli. Mengendap-endap pak Basyir masuk perlahan tak ada suara apapun disana, perlahan Pak Basyir masuk menuju ruang dalam, dari balik tirai dia mengintip apa yang sedang dilakukan Leli. Matanya melotot menyaksikan Leli sedang memasak di dapur hanya dengan berbalut handuk dengan rambut masih basah, nampak Leli baru saja mandi. Pak Basyir menunggu dengan sabar bersembunyi di balik tirai, kali ini dia tak mau gegabah mangsanya terlepas lagi.

Leli yang sedang didapur tiba-tiba mematikan kompornya dan bergegas ke depan masih dengan berbalut handuk. Pak Basyir bersiap menerkam, persis ketika Leli membuka tirai, tangan kuat Pak Basyir membekap mulut Leli dan menyeretnya ke kamar. Leli yang tidak siap menerima serangan tiba-tiba gelagapan, tubuhnya berontak namun tenaganya kalah kuat dengan Pak Basyir. Handuknya terlepas seketika tubuhnya terseret ke kasur, Pak Basyir membanting tubuh Leli ke Kasur, ditubruknya tubuh montok itu dan dikuncinya agar tak lepas.

Sarungnya dia singkap hingga kontolnya bebas bergerak, ditekannya kontol itu menempel erat di depan bibir memek Leli. Tubuh Leli gemetar merasakan tersetrum memeknya tersentuh kontol Pak Basyir, namun dirinya tak menyerah begitu saja, dia berusaha menendang Pak Basyir.

Kali ini Pak Basyir lebih sigap menerima serangan Leli, ditekannya kedua paha Leli melebar oleh kedua paha Pak Basyir yang kokoh, otomatis tendangan Leli hanya menyapu ruang hampa.

Mulut Pak Basyir langsung mencaplok payudara Leli yang masih sekal dan mengeluarkan ASI. Disedotnya kuat-kuat dan menyesapi ASI yang deras menghambur keluar akibat ulah sedotan Pak Basyir. Leli meringis sakit namun terasa nikmat, “ahhhhhhhh......aaahhhh...mmmmhhhh...Ppaaakkk...Lepppassss...aahhhhh,”
Kepalanya menggeleng kiri dan kanan menikmati perbuatan lelaki jahanam itu. Leli sadar kali ini dia tidak lolos dari perbuatan mesum mertua Arief dan dirinya harus siap kembali diperkosa oleh lelaki paruh baya setelah tadi diperkosa Lutfi.

“emmmmmmhhh,.....ssssrrrluuppp....cupppp...cupppp...cklopppp...”
Bibir Pak Basyir sibuk menyosor dada Leli, kemudian berusaha turun ke bawah, kemudian sigap mencengkram pantat Leli. Wajah pak Basyir tepat berada di depan pintu sorga Leli yang kembali merekah berkedut-kedut mengeluarkan pelumas. Lidah pak Basyir lincah mengenyot itil Leli yang membuat wanita itu kelojotan mencengkram kepala Pak Basyir. Perlawanannya melemah, kakinya menjepit kepala Pak Basyir yang sibuk mengerjai memeknya. Tak lama berselang Leli menegang, orgasme pertamanya diperkosa Pak Basyir begitu nikmat.

Leli terbaring pasrah, ketika dirasa kontol Pak Basyir mulai menerobos gua sempit itu.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh.....shhhhhhhh......aaouuuuwwww”
Leli mendesah keenakan.

“Awwwwwwwww......ouuuhhhhh.......memek mu enak sekali Neng, legit menggigit....ahhhhhh.....,”
Pak Basyir memuji Leli. Digenjotnya perempuan dengan cepat, bunyi persetubuhan itu menggema didalam kontrakan.

“Ahhhhhh....cloookk....cloookkk...ceplokkkk...ceplaooook...clookkk.....Pllaaaakkkk...plaaaakkk”
Leli mendesah dengan linangan air mata, matanya dipejamkan dia tak mau melihat lelaki yang sedang menggagahinya itu. Tiba-tiba bayi Leli menangis membuat anak leli yang pertama pun ikut terbangun, Leli panik
“Ahhhhhh....pak sebentar anak-anak saya bangun....ahhhhhh”
Pak Basyir tak peduli dihajarnya terus perempuan itu tanpa ampun.

“Bunda lagi ngapain?”
Pertanyaan anak polos itu mengiris hati Leli,

“Ini Bunda lagi kakek suntik dulu ya sayang, Bunda kamu tadi sakit jadi terpaksa kakek suntik..hehehhehe.....ahhhhh....hmmmm”
Pak Basyir terkekeh menjawab. Leli menangis merasa terhina, dia berusaha mendorong dada pak Basyir kuat-kuat namun sia-sia belaka.

“Ohhhhhhh...kakek bisa ngobatin juga ya, kayak Om Arief yang sering ngobatin Bunda.”
Kembali celoteh anak kecil itu membuat Pak Basyir dan Leli terkejut.

“Hehehehehehhee..***panya kamu nakal juga ya, mertua dan menantu kamu embat juga...ahhhhh...ooouuuhh...ghmmmmm,”
Pak Basyir menggeram sambil terus memompa Leli.

Leli kembali menangis, dirinya bukan perempuan murahan, dia justru diperkosa oleh mertua dan menantu, meski beberapa bulan ini Leli merasakan cinta yang berbeda terhadap Arief. Kedua insan itu sibuk mendaki birahi diiringi tangisan bayi dan tatapan bocah polos yang menyaksikan ibunya terlonjak-lonjak dibawah himpitan kakek tua. Leli sudah orgasme kedua kalinya, dirinya berharap Pak Basyir segera menuntaskan hajatnya agar siksaan ini segera berakhir.

Arief tersadar dari tidurnya, matanya dikerjap-kerjapkan, telinga seperti menangkap suara-suara aneh. Ditajamkan telinganya, setelah semuanya normal jelas terdengar sayup-sayup suara tangisan bayi, Arief menyapu seluruh ruangan kontrakannya, mertuanya entah kemana. Arief bangkit, tangisan bayi itu dikenalnya, entah kenapa bayi itu menangis dan kenapa Leli membiarkan anaknya menangis.
Arief segera bergegas keluar, didapatinya pintu kontrakan Leli sedikit terbuka, diraihnya gagang pintu itu dan masuk. Arief melangkah menuju ruang dalam. Suara tangisan semakin jelas, namun dia pun menangkap suara-suara desahan yang membuat darahnya bergetar mendidih. Amarahnya memuncak, Arief tak terima kekasihnya bercinta dengan lelaki lain selain dirinya.

Leli adalah miliknya, perempuan montok itu telah memikat hati Arief, cinta yang lahir dan tumbuh lantaran seringnya bersetubuh, membuat Arief diam-diam berencana menikahi Leli dan memboyongnya ke Papua. Mas Kawin sudah Arief siapkan, cincin emas bertahtakan berlian sudah Arief beli dan rencananya malam ini sambil memadu kasih, Arief memberikan kejutan itu kepada Leli. Disingkapnya tirai itu dengan kasar, tubuhnya mendadak kaku tak bergerak mendapati tubuh mertuanya sedang bergoyang di atas tubuh Leli yang terlihat menikmati sodokan-sodokan mertuanya.

Leli yang sadar kehadiran Arief menonton persetubuhannya dengan Pak Basyir hanya bisa menjerit kaget,
“Masss Arief.....ahhh.”

Pak Basyir yang orgasmenya sudah di ujung menoleh sesaat ke belakang, senyuman mesumnya mengembang di bibir tuanya. Dihentakkannya kontolnya kuat-kuat sambil menatap Arief yang mematung,
“Ahhhhhhhh....gggrrmmm....crooooot...crooooo...crooooot....serrrrr...serrr”
Pak Basyir menyemburkan pejuhnya kedalam rahim Leli, ada kepuasan tersendiri bagi Pak Basyir. Orgasmenya kali ini disaksikan jelas oleh Arief, Pak Basyir menyunggingkan senyuman sinis.

Arief mengepalkan tangan nya, diraihnya tubuh telanjang mertuanya,
“Apa yang telah Bapak lakukan hah?? Dasar orang tua bejat...,” Arief memaki mertuanya.

“Jaga ucapanmu Rief, aku ini mertua kamu, lagi pula kamu juga sama bejatnya, Leli sudah mengakui kalau kamu pun sudah sering mengentoti dia,”
Pak Basyir mengintimidasi, Arief menatap nanar ke arah Leli yang masih sesegukan di atas kasur, Leli menggelengkan kepala dirinya tak kuasa bersuara.
Arief melayangkan tinjunya ke arah muka mertuanya,
“Buukkkkk,,,plak...ooooww...ahhh,” tubuh Pak Basyir terjengkang ke belakang.

Arief kembali menerjang, Pak Basyir mantan TNI yang sudah terlatih dan banyak pengalaman, menyadari serangan Arief, ditangkisnya tangan Arief. Pak Basyir melihat selangkangan Arief kosong tak terlindung, dilayangkannya tendangan ke arah sana. Arief yang juga memiliki keahlian bela diri berusaha menghindari tendangan Pak Basyir. Terlambat bergerak, meskipun selangkangan Arief terbebas dari tendangan pak Basyir, namun tendangan itu tepat mengenai pinggulnya yang membuat Arief sempoyongan mundur menyentuh tembok kamar Leli.

“Sudah cukup, kalian jangan bertengkar.”
Leli menjerit keras melerai kedua lelaki yang sudah diliputi rasa amarah. Pak Basyir menghampiri Leli berusaha mendekap, Leli berusaha menjauh menghindari dekapan pak Basyir.

“Dasar perempuan jalang.......perempuan kegatelan...cuiiihhhh,”
Arief memaki kasar, cemburunya telah membutakan matanya, Arief keluar kontrakan dan membanting pintu kontrakan itu. Leli menjerit pedih, kekasihnya tega mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatinya, Pak Basyir kembali mendekap Leli.

Leli mengamuk
“Pergi kau...pergiiiii.....ahhhhhh hikkkkkssss...hikkkkks.......uuhuhuhuhuhuhu.....hikkssss”.

Pak Basyir memunguti sarung dan kaos oblongnya, ditinggalkannya Leli yang masih menangis tersedu-sedu disaksikan kedua anaknya yang gak paham apa yang sedang terjadi. Pak Basyir melangkah puas sudah berhasil menikmati tubuh montok Leli dan menyirami rahim Leli dengan pejuh supernya. Pejuh yang telah berhasil menghamili beberapa gadis dan istri orang. Semasa mudanya Pak Basyir yang sering berpindah-pindah tugas memang sering bertualang sudah tak terhitung berapa banyak gadis, janda bahkan istri orang yang sudah digagahinya dan beberapa diantaranya hamil oleh perbuatan Pak Basyir.

Arief mengemasi barang-barangnya ke dalam ransel tugasnya, rasa kecewa dan sakit hatinya terhadap mertua dan Leli membuatnya memilih pergi menjauh. Tugas ke Afrika mengirimkan bantuan bencana kelaparan di benua hitam itu tiba-tiba saja diambil Arief tanpa pikir panjang lagi. Airmatanya menetes perlahan, sakitnya begitu dalam membuat tubuh gagahnya bergetar menahan tangisan agar tak pecah.

Pak Basyir menatap menantunya dengan sinis,
“Mau kemana kamu Rief??” tegur pak Basyir.

Arief menoleh, jelas kebencian tergambar dalam sinar matanya, tanpa menjawab Arief bergegas keluar kontrakan membawa ransel tugasnya. Langkahnya pasti, melewati kontrakan Leli dan menjauh, Leli yang sudah berpakaian ala kadarnya menyaksikan kepergian pujaannya, refleks Leli berlari mengejar Arief.
“Masss...tunggu.....kamu mau kemana??” sambil terisak Leli mengejar.

Arief menghentikan langkah, tubuhnya kaku berbalik,
“Aku mau kemana itu bukan urusan mu, perempuan jalang.....”

Gigi Arief gemeretak menahan amarah, matanya tajam menatap Leli yang berdiri mematung jauh dihadapannya. Leli hancur hatinya, lidahnya tak kuasa lagi mengeluarkan kata-kata, Lelaki itu kembali menjauh meninggalkan luka yang menganga.

*Bersambung ke Episode berikutnya"
Ntah kenapa ada rasa kasian sama laeli tapi aku juga ngerasain gimna cemburunya arief , pinter bunda buat ceritanyaa

Makasih updatenya bund
 
Saya kok GK merasa marah atau gimana ya, sy malah ttp membenci laeli,, dia berkhianat, jd GK aneh direndahkan, kcuali Sulaiman jg berkhianat, tp masak nama sebagus sulaiman berkhianat? Tp dia tertarik Narti jg kwkwkwkkwk mantap penulis,,
 
Bimabet
Ceritanya bagus bgt om, lanjutkan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd