Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 15 Bagian Pertama

Sesampainya di kontrakan Leli segera masuk ke dalam kontrakannya, disusul oleh Sugiyono. Leli dan Sugiyono merebahkan anak-anak di tempat tidur, mereka terlelap dalam perjalanan pulang dari kantor Polisi tadi. Leli beranjak ke dapur menyeduhkan secangkir teh hangat untuk Sugiyono, mereka berdua bercengkrama di ruang tamu. Sugiyono menanyakan keadaan Leli yang dijawab oleh Leli bahwa dia baik-baik saja.
Leli tak ingin Sugiyono tahu apa yang telah di alaminya tadi di ruang visum, dia berusaha melupakan kejadian yang tak diinginkannya. Leli meninggalkan Sugiyono di ruang tamu. Badannya letih dan lelah sekaligus kotor, rasanya mandi akan mengurangi segala rasa yang ada di dada. Leli asyik dengan kegiatan mandinya, dirinya tak sadar jika Sugiyono sudah masuk ke dalam kamar mandi dan telanjang bulat. Leli mengusapi seluruh tubuhnya dengan sabun. Dirabanya kedua payudara dan bagian intimnya, bibirnya mendesah perlahan birahinya kembali naik.

Kehamilan ini memang membuat Leli mudah sekali terangsang, hanya dengan sedikit sentuhan saja vaginanya sudah becek tak karuan. Leli terperanjat ketika ada dua tangan kekar yang mendekapnya dari belakang. Hampir saja dia menjerit sebelum tahu bahwa yang memeluknya adalah Sugiyono. Sugiyono tersenyum menatap Leli yang sudah dilanda birahi.

"Lenapa gak minta bantuan saya Mbak ? Saya siap kok memuaskan rasa dahaga yang Mbak rasa.”
Tangan Sugiyono lincah menjamah setiap jengkal tubuh montok Leli yang hanya bisa mendesah dan mengerang perlahan menerima sentuhan lelaki gagah itu.

Keduanya kembali tenggelam dalam lautan birahi dalam kamar mandi. Sugiyono menggenjot Leli dari belakang. Leli menungging bertumpu pada bak mandi, pantatnya bergoyang menjemput tiap sodokan kontol Sugiyono. Erangan dan desahan mesum silih berganti bersahutan menggema di dalam kontrakan kecil itu. Keringat bercucuran pada tubuh mereka berdua, bercampur dengan siraman air kamar mandi, hingga tak lama berselang keduanya menegang, mengerang menjemput puncak kenikmatan hewani. Sugiyono menyemburkan spermanya mengisi rahim Leli yang sedang bersemayam janin Arief di dalamnya. Leli sendiri orgasme hingga cairannya meleleh keluar paha.

Sugiyono memagut bibir Leli dengan mesra, keduanya berciuman lama saling menghisap, lidah keduanya saling berbelit bertukar saliva. Setelah mereda mereka melanjutkan acara mandi membersihkan diri dari lendir-lendir sisa-sisa persetubuhan. Sugiyono kembali ke kontrakannya, suasana masih sepi, Arief pergi membawa lukanya ke Afrika, Lutfi dan istrinya belum juga kembali sementara Sari gadis itu sudah lama tak terlihat.

Leli sedang asyik memasak dan membereskan dapur, ketika sesosok laki-laki masuk ke kontrakannya. Lelaki itu menatap Leli dari belakang penuh dengan kerinduan, matanya berbinar, perlahan mendekati Leli yang belum sadar juga akan kehadirannya. Disentuhnya pantat montok Leli, perlahan nafasnya mendengus di belakang telinga Leli yang hanya menggelinjang mendapat perlakuan si Lelaki. Leli merasa takjub akan kemampuan Sugiyono yang baru saja memacu birahi dengannya setengah jam lalu, kini Sugiyono kembali menggerayangi tubuhnya. Ada perasaan bangga di hatinya mendapati bahwa tubuhnya masih bisa membangkitkan gairah setiap lelaki yang menatapnya.

Diputarnya tubuhnya perlahan, Leli ingin memberikan pelajaran yang tak terlupakan pada Sugiyono, agar lelaki itu semakin tergila-gila padanya. Senyumnya mengembang lebar, tangannya merengkuh leher lelaki itu dan mulutnya menganga ketika keduanya saling menatap. Lelaki ramah nan baik hati itu juga mengembangkan senyum manisnya, disambarnya bibir istrinya yang menganga lebar, dikecupinya dengan ganas.

Leli tak menyangka lelaki itu adalah Sulaeman suaminya, dia terkejut dan merasa beruntung karena belum sempat mulutnya bersuara memanggil Sugiyono, bibirnya keburu disambar Sulaeman. Leli bernafas lega, gugup membalas ciuman Sualeman yang begitu menggebu. Leli pasrah saja ketika Sulaeman membopong tubuh sintal istrinya menuju tempat tidur dan direbahkannya perlahan.

Sulaeman mempreteli gamis Leli dan dalemannya, tanpa melepaskan kerudung istrinya. Leli menatap sayu lelaki yang saat ini sedang sibuk membuka bajunya sendiri setelah berhasil membuat bugil dirinya.

Sulaeman begitu bernafsu menggerayangi tubuh istrinya, haus selama ini yang dia pendam karena jarak yang cukup jauh dia tumpahkan malam ini. Lidahnya menjelajah setiap inchi kulit leli yang halus lembut, kulit yang selama Sulaeman pergi dinikmati oleh para tetangganya yang durjana. Perlahan dan pasti Sulaeman menggosok-gosok kelaminnya pada bibir vagina Leli yang merasa gatal meski baru beberapa waktu lalu memek itu telah dipuasi oleh Sugiyono.

“Ahhhhhh.....Ayaaahhhhh.....aaaahhhhh....shhhhhhh.”
Leli mengerang hebat saat kontol Sulaeman menembus memeknya perlahan. Batang keras itu membelah tajam, sedangkan Sulaeman memejamkan matanya menikmati gesekan kelamin mereka, memek istrinya begitu menggigit dirasa.

“Ouuuuuhhhhhhh shhhhmmmmm enaaaak banget Bunnnn.....hmmmmm”.
Plok...plok...plok...ceplakkkk...ceplaaakkk...ceploookk....plak...plakkk suara benturan kelamin mereka berirama erotis yang membuat kedua anaknya semakin terlelap, memberikan kesempatan pada kedua orang tuanya untuk saling melepaskan kerinduan dan nafsu binatang keduanya.

“Yaaahhhh....keras Yahhh..lebih kenceng lagi Yaahhhh....”
Leli mendesah binal. Memeknya terasa begitu gatal menuntut dipuasi kontol pemilik yang sah, memek Leli sepertinya tahu betul bahwa kontol yang saat ini keluar masuk di dalamnya adalah pemilik sebenarnya.

Keringat kembali membasahi tubuh Leli, bibirnya menyosor bibir suaminya. Sulaeman pun sangat bernafsu menciumi istrinya seolah-olah baru pertama kali mereka bertemu. Pantat Sulaeman mengayun cepat menumbuk memek merekah istrinya dengan semangat empat lima, payudara Leli telah habis dikenyotinya hingga meninggalkan bekas-bekas merah di kedua payudara putih itu. Sepasang mata menatap cemburu aksi persetubuhan suami istri itu, Sugiyono yang berharap akan mengeloni tetangganya yang montok menggoda, langkahnya tertahan mendengar desahan-desahan mesum dari kamar Leli.

Awalnya Sugiyono mengira ada pemerkosa kembali yang menyusup, hampir saja dia mengayunkan pipa untuk menghajar lelaki yang sedang semangat menggenjot perempuan idamannya, namun dibatalkan setelah matanya menangkap sosok Sulaeman yang dia kenal. Perlahan Sugiyono mundur, hatinya dilanda cemburu, sementara sepasang suami istri tersebut tetap bergoyang dan mendesah mengejar puncak kenikmatan. Berlomba-lomba untuk memuncratkan cairan dari dalam kelamin masing-masing.

“Ayaaaahhhhhhh.....bundaaaa keluarrrrrrrrrr ahhhhh...serrrr......serrrr.....serr......”
Leli menjerit, disambut dengan dengusan Sulaeman yang menghantam dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam, tangannya mencengkram pantat istrinya dan crooooootttt...croooottt.....crooottt.... semburan demi semburan spermanya menyirami rahim istrinya, memberikan makanan bagi janin yang tenang bersemayam tanpa merasa terganggu sedikitpun oleh aktifitas ibunya. Keduanya berpelukan terlelap dalam buaian mimpi, orgasme yang melanda keduanya membuat tubuh mereka lelah dan kantuk menyerang keduanya.

Kokok ayam bersahutan membangunkan kedua insan yang masih telanjang berpelukan. Leli perlahan bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Leli menyibukan dirinya menyiapkan sarapan untuk kedua anak dan suaminya. Nasi Goreng terasi kesukaan Sulaeman kali ini dia racik dan masak sangat istimewa. Sulaeman pun bangun dari tidurnya kemudian membersihkan diri. Hidung Sulaeman menghirup aroma nasi goreng terasi favoritnya. Dihampirinya istrinya, dipeluk dari belakang.
“Cantik, kamu makin cantik saja sayang.”

“Eehmmmmm gombal banget sih Ayah ini ahhhhh,”
Leli merona manja.

“Ayah kok masuk gak mengucapkan salam sih??? Bunda kan gak tahu klo Ayah sudah pulang,”
Leli pura-pura cemberut. Pipinya dikecupi Sulaeman,
“Sengaja Ayah mau ngasih kejutan, hehehehehehehehehe.”.

“Ayah nakal ahhhhhh...”
Leli mencubit pinggang suaminya mesra. Suami istri itu kemudian menyantap sarapan mereka, saling menyuapi saling bercanda seumpama pengantin baru saja. Ada cinta di setiap tatapan mata. Ada asmara disetiap candaan mereka berdua.

“Ayah mengambil cuti Bun”.
Sulaeman membuka suara sambil menikmati teh hangat.
"Ayah kangen banget sama kalian, beberapa hari ini Ayah akan menjaga kalian,”
Tatapan Sulaeman menusuk hati Leli, tak terasa airmatanya menetes perlahan.

“Kenapa sayang???”
Sulaeman mengusap airmata dipipi halus Leli.

“Bunda bahagia memiliki suami Ayah...hikssss...hikkkssss...hikssss,”
tiba-tiba tangisnya pecah, Sulaeman memeluk istrinya, diusapnya punggung yang terguncang dalam pelukannya.

Aktifitas keduanya seharian ini berjalan seperti biasa saja, Sulaeman asyik ngobrol dengan Sugiyono sambil menunggu Leli masak. Lalu makan siang bersama dengan tetangganya itu, Sugiyono mencuri-curi pandang pada Leli yang sibuk menghidangkan makanan di depan mereka. Perempuan itu begitu cerah ceria, menyisakan setitik cemburu di hati Sugiyono.

Empat hari sudah Leli dan Sulaeman melepaskan segala rindu dan dendam asmara, malam itu Sulaeman sedang di teras bersama Sugiyono ngobrol ngalor-ngidul menikmati teh hangat. Sulaeman memang selalu mengajak Sugiyono ngobrol terlebih Sugiyono hanya seorang diri ditinggal istrinya ke kampung. Keduanya terbahak-bahak entah apa yang membuat keduanya tertawa, mata mereka menangkap dua orang petugas yang bergegas menghampiri mereka.

“Selamat malam Pak, kami dari Kepolisian menindak lanjuti laporan Ibu Laeli beberapa hari lalu,” salah seorang dari mereka mengucapkan salam.

Sulaeman bingung,
“Laporan apa ya Pak?”
Sugiyono segera menenangkan Sulaeman.

“Silahkan Pak, ada yang bisa kami bantu?”
Tanya Sugiyono menggantikan Sulaeman yang masih bengong tak paham situasi.

Sambil mendengarkan penjelasan kedua petugas tersebut, Sugiyono berusaha menerangkan bahwa beberapa hari lalu Pak Basyir berusaha memperkosa Leli. Beruntung Sugiyono berhasil menggagalkan percobaan perkosaan itu. Sulaeman yang seksama mendengarkan tubuhnya lemas membayangkan kepedihan istrinya selama ditinggalkan dia.

Angannya melayang jauh merasa bersalah karena telah menelantarkan istri dan kedua anaknya, hingga mereka terancam tanpa ada yang melindungi. Rasa bersalah dan amarah menjadi satu di dada Sulaeman, tubuhnya bergetar sementara Sugiyono masih berbicara dengan kedua petugas itu, sesekali berusaha menenangkan Sulaeman.

*Lanjut ke Episode 15 Bagian Kedua*
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd