Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Laeli, IRT Kesepian Pemuas Birahi

Episode 15 Bagian Kedua

Leli yang sedang meninabobokkan anak-anak, keluar kontrakan mendengar suara berisik. Badannya kaku menatap petugas yang pernah melecehkannya saat visum lalu. Sulaeman memberikan isyarat agar Leli mendekat.

“Maksud kedatangan kami ke sini ingin mengadakan olah TKP untuk melengkapi laporan kemarin.”
Petugas itu kembali membuka suara,
“Mohon tunjukkan kepada kami lokasi kejadian perkara...!!!” jelas perintahnya.

Leli sejenak menatap Sulaeman yang dibalas dengan anggukan oleh suaminya. Bergetar Leli beranjak masuk kedalam,
“Si...silahkan Pak...”
Petugas A mengikuti di belakang Leli. Sugiyono dan Sulaeman serentak berdiri dan hendak mengikuti mereka, namun langkah keduanya tertahan oleh Petugas B yang pernah memeriksa Leli.

“Mohon maaf, karena ini wilayah barang bukti dan agar terjaga keasliannya bapak-bapak tetap disini bersama saya.”
Ucapnya sambil menyentuh gagang senjata api di pinggangnya. Sugiyono dan Sulaeman serentak mematung ditempat, keduanya saling bertatapan namun tidak bisa berbuat banyak.

“Silahkan duduk kembali Pak,” ucap petugas B.
Sugiyono dan Sulaeman terpaksa duduk Kembali. Keduanya gelisah, sesekali menatap ke dalam kontrakan. Mata keduanya terhalang gorden yang tergerai memisahkan ruang tamu dan ruang dalam kamar tidur, dapur dan kamar mandi.

Leli ragu melangkah ke dalam, dirinya menatap Petugas A, lelaki berperawakan tegap berkulit bersih. Sepertinya Petugas A ini atasan Petugas B, terlihat dari pangkat di pundaknya.

“Dimana posisi Ibu malam itu??” pertanyaan itu membuyarkan lamunan Leli.

“Di...di..siniii...Pak,” jawab Leli sambil menunjukkan kasur didalam kamar tidur.

“Bagaimana posisi Ibu waktu itu?” kembali pertanyaan terlontar.

“Be..begini Pak,” Leli menjawab sambil mempraktekkan posisi dia malam itu saat diperkosa Pak Basyir.

“Apakah berpakaian lengkap seperti ini...???” Perugas A kembali bertanya.

“Ehhhh....anuu..***k Pak, saya....sayaaaa...saya..anu...emmmm...” Leli bingung hendak menjawab apa.

“Gak perlu takut Bu, kami perlu kejelasan. Silahkan Ibu lakukan seperti malam itu, tunjukkan ke kami kondisi Ibu sebenarnya.”

Leli terkejut apa dia harus membuka pakaiannya di sini, di depan Petugas A ini, lalu bagaimana suami dan Sugiyono yang berada di depan. Petugas A sepertinya paham kegalauan Leli, perlahan tangannya menyentuh ujung senjata di pingggangnya. Gerakan Petugas A tersebut tertangkap mata Leli, yang membuat Leli semakin ketakutan. Perlahan namun pasti Leli gemetar membuka satu persatu pakaiannya, tubuh bugilnya kini terpampang di depan petugas A yang tersisa hanya kerudungnya saja. Kedua tangan Leli berusaha menutupi payudara dan vaginanya. Petugas A terlihat menatap penuh nafsu.

“Silahkan posisi Ibu malam itu bagaimana” suaranya memecahkan kesunyian.

Leli perlahan bergerak kearah tembok kamar membelakangi Petugas A. Tubuhnya sedikit dibungkukkan kedua kakinya melebar ke samping. Jelas kini perempuan montok itu dengan posisi sedikit menungging memperlihatkan vaginanya yang merekah membelakangi Petugas tadi.

“Bee...begini Pak posisinya.”
Pelan sekali hampir tak terdengar suara Leli menjelaskan. Bergidik dia membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya pada tubuhnya.

“Apa yang dilakukan lelaki itu Bu??” suara petugas A sudah berada tepat di belakangnya.

Tanpa menoleh Leli berusaha menjelaskan apa saja yang dilakukan pak Basyir malam itu denagn terbata-bata. Perlahan tangan petugas A menyasar memek Leli dari belakang, Leli seperti tersengat listrik merasakan sentuhan tangan itu, memeknya perlahan mengeluarkan lendir yang membuat memeknya becek.

“Ahhhhhh....sshhhh......iyy...iyaaa begitu Paakkk.....ahhhh.....” suaranya parau.

“Lalu apalagi yang dilakukan laki-laki itu Bu?”
Petugas A membisikkan kata-kata ditelinga Leli, hembusan nafasnya menyentuh tengkuk Leli dan membuat merinding seluruh tubuhnya.

“Ahhhh...anu...anu...sa...sayaa...diperkosanya dari be....belakang..Paakk”.

“Begini kah Bu?”
Sekali hentak Petugas A sudah berhasil memasukkan kontolnya dengan keras. Entah kapan Petugas A menurunkan celananya.

Leli mendapat serangan tiba-tiba menjerit keras
“Ouuuuwwww.....ahhh...aaawwww...shhhhh” teriakannya jelas terdengar di telinga Sugiyono dan Sulaeman, keduanya kompak berdiri dan menengok ke dalam kontrakan mencari tahu apa yang terjadi.

Petugas B segera menenangkan mereka berdua.
“Tenang bapak-bapak, atasan saya sedang menjalankan tugasnya olah TKP, silahkan duduk kembali”
Tatapan nya tajam mengancam. Sugiyono dan Sulaeman merungkut duduk kembali.

Tak lama telinga keduanya mendengar desahan-desahan dan suara benturan pantat,
“Ssshhhhh....ahhh...ehhmmm....ahhhhh, Ploookkkk...ploookkk...plaaakkk..plakkkk...jleb..clep...clokkkk”

Leli tubuhnya terguncang menahan gempuran petugas A yang gagah menyetubuhinya dari belakang dengan posisi sedikit berdiri. Kedua tangan Petugas A memilin putingnya, kemudian merayap ke bawah mengusap-usap klitoris Leli dari belakang. Leli semakin kelojotan, desahannya semakit kuat terdengar. Tubuhnya tiba-tiba mengejang, Leli mendapatkan orgasme pertamanya, tubuhnya lunglai lemas tak kuasa berdiri.

Petugas A membopong tubuhnya dan direbahkannya dikasur, dibuka kedua paha Leli lebar-lebar, kontolnya diposisikan tepat dibibir memek Leli dan Blesssshhhh,
“Ahhhh.....stop...stop...Pak...ahhh....”

Petugas itu tetap menggempurnya,
“Lalu apakah lelaki itu menghentikan gerakannya saat Ibu bilang Stop?”
Leli menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Petugas A yang tetap menggoyang pantatnya menyetubuhi Leli. Kedua kaki Leli diletakkan di pundak petugas A. Kontolnya bergerak maju mundur menusuk-nusuk memek Leli.

Leli merasakan orgasmenya sudah di ujung, goyangan pinggulnya semakin meliuk-liuk menyambut sodokan kontol Petugas A, yang tampaknya juga akan menyemburkan spermanya. Petugas A mencengkram pantat Leli, kontolnya dihujamkan ke dalam memek Leli hingga mentok dan keduanya menegang bersama serrr.....serr....serr...crooot...crooot...crooot. Tubuh petugas A ambruk di atas tubuh montok Leli, keduanya berpelukan melepaskan ketegangan yang melanda. Perlahan petugas A bangkit dan memakai kembali pakaiannya kemudian berlalu keluar kontrakan.

Senyumnya mengembang ketika diluar dan berhadapan dengan Sulaeman,
“Terimakasih Pak, tugas kami sudah selesai kami mohon pamit laporannya akan segera kami proses.”

Kedua petugas beranjak pergi menyisakan Sugiyono dan Sulaeman yang sejenak mematung kemudian keduanya bergegas ke dalam. Leli masih telanjang terbaring lemah, Sulaeman teriris hatinya menyaksikan kondisi istrinya. Sugiyono berinisiatif menutupkan selimut ke tubuh Leli, Sulaeman berteriak sekencang-kencangnya kepalan tangannya menghajar tembok kamar.

Sulaeman bergegas keluar meninggalkan Sugiyono yang masih bingung mau berbuat apa, sementara Leli menangis tersedu-sedu dirinya pasrah dengan apa yang akan terjadi. Sulaeman lari ke jalan, hatinya hancur, dia ingin melampiaskan kemarahannya tapi entah pada siapa. Sugiyono berusaha mengejar Sulaeman, sebagai tetangga dia merasakan kepedihan dan kemarahan Sulaeman saat ini, tapi dia juga tak ingin terjadi apa-apa kepada Sulaeman. Sulaeman terus berlari menyusuri jalan yang mulai sepi, tak tahu harus pergi ke mana, sementara Sugiyono berlari mengejar Sulaeman ke lain arah.

Setelah dilanda lelah Sulaeman berhenti pada sebuah taman di tengah kota itu. Dirinya tersungkur di atas rumput meratapi nasibnya yang tak bisa membela kehormatan istrinya hingga harus merasakan perkosaan di depan mata kepalanya sendiri. Sugiyono yang berusaha mengejar setelah beberapa saat tak juga mendapati Sulaeman kemudian memutuskan kembali ke kontrakan. Sepi dan sunyi kontrakan itu ditinggalkan beberapa penghuninya. Sugiyono perlahan masuk ke kontrakan Leli, dia segera melihat kondisi Leli. Didapatinya Leli masih terbaring lemas, dihampirinya kemudian perlahan membuka selimut yang menutupi tubuh Leli.

Sugiyono kaget, mulut Leli sudah berbusa, Sugiyono cekatan meraba denyut nadi Leli. Lemah.
Sugiyono berusaha mengguncang-guncang tubuh Leli. Namun Leli tetap diam tak bergerak, susah payah Sugiyono mencoba membopong tubuh Leli menyetop sebuah taksi dan memerintahkan ke klinik terdekat segera. Panik Sugiyono memasuki ruang IGD membopong tubuh lemah Leli dia berharap masih bisa menolong tetangganya ini. Perawat dan petugas IGD segera menangani Leli, Sugiyono mondar-mandir di ruangan IGD dirinya berharap Leli masih bisa diselamatkan.

Dirinya teringat untuk segera memberitahukan Sulaeman tentang kondisi Leli saat ini, diraihnya ponsel kemudian dicari kontak Sulaeman. Jaringannya sedang sibuk, Sugiyono kemudian mengirimkan sebuah pesan agar Sulaeman bisa membaca dan mengetahui kondisi istrinya. Setelah itu Sugiyono kembali mondar-mandir menanti kabar dari petugas medis yang menangani Leli. Sulaeman sudah agak tenang kondisinya, pikirannya kembali jernih kemudian memutuskan kembali ke kontrakannya yang lumayan cukup jauh sudah dia tinggalkan.

Kontrakannya masih terlihat sepi, Sulaeman masuk ke dalam kontrakan yang tak terkunci, dilihatnya kedua anaknya terjaga, si Bayi menangis mencari Ibunya sementara si Sulung hanya diam tak tahu harus berbuat apa. Sulaeman segera menenangkan anaknya, dia berusaha mencari Leli dan Sugiyono. Kontrakan Sugiyono pun kosong, kondisinya tak terkunci sepertinya Sugiyono lupa mengunci kontrakannya. Berdebar Sulaeman mencari ponselnya, dia ingin menelpon Sugiyono untuk menanyakan istrinya.

Sebuah pesan masuk, Sulaeman membacanya dan kembali tubuhnya menggigil shock, bersama kedua anaknya Sulaeman bergegas mencari taksi dan segera menuju lokasi klinik sesuai petunjuk Sugiyono. Sulaeman tergopoh-gopoh memasuki ruangan IGD, dia mencari Sugiyono, keduanya bertemu. Sugiyono menjelaskan kronologisnya kepada Sulaeman yang mendengarkan dengan seksama. Sulaeman merasa menyesal dan mengutuk dirinya sendiri karena terlalu terbawa emosi sehingga mengakibatkan istrinya berusaha bunuh diri.

“Keluarga Ibu Laeli??” terdengar suara dari dalam.
Sugiyono dan Sulaeman segera menghampiri sumber suara.

“Bapak suaminya??” tanya perawat ketika Sugiyono dan Sulaeman dihadapan. Sugiyono menunjuk ke arah Sulaeman yang menganggukan kepala menjawab pertanyaan perawat tersebut.

“Mari ikut saya Pak.”
Sulaeman menitipkan anaknya ke pangkuan Sugiyono kemudian bergegas mengikuti langkah perawat tadi. Sulaeman masuk ke dalam sebuah ruangan kemudian duduk di depan seorang dokter yang masih memegang hasil pemeriksaan laboratorium.

Dokter senior itu menyilahkan Sulaeman untuk duduk,
“Begini Pak, istri Bapak sepertinya meminum racun serangga, kondisinya saat ini Alhamdulillah bisa kami tangani, namun kami harus meminta maaf, janinnya tidak bisa kami selamatkan,”
Ujar dokter senior itu perlahan.
“Kami turut berduka cita Pak, yang sabar ya dan saya berharap untuk sementara ini istri Bapak dihibur dulu jangan membuat dirinya stress.”

Dokter kembali memberikan saran. Sulaeman hanya mengangguk kecil. Dirinya terpukul mengetahui istrinya hamil, dirinyakah yang menghamili atau siapa?? Segala pertanyaan bergejolak dalam otak Sulaeman namun dia teringat pesan dokter untuk menjaga kondisi Leli saat ini.

**********************************************************************

Kicau burung terdengar sahut-sahutan menyambut pagi hari, Leli sedang sibuk tenggelam dalam runitinitas pagi menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sudah 6 bulan berlalu sejak kejadian malam itu, Leli berusaha untuk melupakan segala kesedihan dan kepedihan yang terjadi. Yang lalu biarlah berlalu. Kehidupan harus tetap berjalan, Leli perlahan menghampiri suaminya yang sedang duduk di teras rumah sederhana. Rumah yang mereka bangun di tanah orang tua suaminya. Suaminya memutuskan pulang ke kampung halaman meninggalkan pekerjaannya dan memilih bertani di kampungnya.

“Silahkan Mas, tehnya....” Leli lembut menyapa sang suami yang asyik memangku anak kecil.

“Terimakasih sayang, muuuaaachhh..,” sebuah ciuman mendarat di pipi Leli yang meraih anaknya dari pangkuan suaminya.

Sang suami menyeruput teh hangatnya sambil matanya tetap memperhatikan anak tersebut.
“Salman sudah berumur dua tahun Neng, apa Mas Sulaeman pernah menghubungimu?” tanya suaminya.

Leli menunduk lemas, hatinya kembali teriris mengingat luka lama. Ditatapnya lekat-lekat lelaki yang tulus menikahinya setelah diceraikan Sulaeman yang pergi meninggalkannya dengan membawa serta si sulung entah kemana. Sulaeman tak bisa menerima kenyataan bahwa Leli telah hamil akibat perbuatan Arief tetangganya. Setelah kondisi Leli membaik dan pulang dari klinik, Sulaeman berusaha menerima Leli dan melupakan segalanya. Namun semakin hari Sulaeman berusaha menerima dan melupakan, justru kenyataan itu semakin membuat Sulaeman uring-uringan, puncaknya Sulaeman memutuskan menceraikan Leli kemudian pergi membawa si Sulung.

Leli pasrah menerima kenyataan pahit hidupnya, beruntung tak berapa lama Sugiyono melamar Leli untuk jadi istrinya. Sugiyono menerima kondisi Leli apa adanya, toh dirinya pun seorang duda tanpa anak, Narti istrinya tercinta meninggal dunia saat melahirkan anak pertamanya. Narti dan bayinya tidak bisa diselamatkan, Sugiyono sempat terpukul namun berusaha tabah. Setelah semua urusannya selesai dan masa iddah Leli sudah berlalu, Sugiyono memberanikan diri melamar tetangganya itu. Ada perasaan senasib dan sependeritaan yang menggerakkan hati Sugiyono, ditambah perasaan cinta pun mulai tumbuh sejalan mereka pernah berhubungan badan sebelumnya.

Kini keduanya memutuskan tinggal di kampung halaman Sugiyono, menggarap tanah orang tua Sugiyono yang sudah tua dan aktifitasnya mulai terbatas. Sugiyono memeluk Leli mesra, keduanya berciuman lalu beranjak ke dalam melanjutkan mengarungi bahtera cinta bersama. Keduanya larut dalam lautan asmara, melupakan segala duka lara, mengarungi samudera menuju pulau harapan untuk menyongsong masa depan dan meninggalkan segala kenangan pahit.

Keduanya saling menghisap, saling membelit, saling merangkul. Sugiyono tak pernah bosan bercinta dengan Leli, perempuan itu selalu bisa memuaskan hasrat seksualnya. Tubuhnya yang sintal menggoda dengan kulit halus lembut bak pualam selalu membuat Sugiyono kangen untuk menjamah dan menyetubuhinya. Leli pun merasa bahagia mendapatkan Sugiyono sebagai suaminya, lelaki gagah perkasa itu selalu bisa membuatnya lemas orgasme berkali-kali. Kemampuan seksualnya masih sangat bagus ditambah batang kontolnya yang keras dan berurat menambah kenikmatan yang dirasakan Leli.

Mereka asyik memadu kasih menikmati saat-saat bulan madu, meninggalkan masa lalu, menyongsong masa baru.

TAMAT.
 
Terima kasih banyak sudah mw berbagi kisah ya hu....semoga ada kisah lain yg bisa di bagi lagi....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd