SEMBILAN
Jalan Cikamiring merupakan salah satu jalan desa terbaik yang ada di Kabupaten Bandung Barat dan merupakan satu-satunya jalan desa yang memiliki trotoar di Kabupaten itu. Panjangnya hanya satu kilometer saja dan lebarnya lima meter. Jalannya terbuat dari aspal kualitas terbaik, berwarna hitam kebiruan. Tempatnya adem dengan sejumlah pepohonan tumbuh di kanan kirinya, rumah-rumahnya berhalaman luas dengan aneka tanaman menghiasinya dan penghuninya pun ramah dan baik.
Wajar jika jalan itu disukai warga dan menjadi salah satu ikon desa Cikamiring yang terkenal se kabupaten.
Pada hari-hari biasa, setiap pagi Sabtu atau sore, banyak warga yang berjalan-jalan di jalan Cikamiring sekedar untuk foto-foto, cuci mata atau jogging. Setelah menyusuri jalan itu, mereka biasanya berhenti di lapang Volley untuk nongkrong. Di pinggir lapangan itu ada sejumlah jongko pedagang makanan. sudah siap menjajakan dagangannya. Sementara pada hari minggu, trotoar sepanjang jalan Cikamiring. Sementara di pinggir jalan yang mengelilingi lapang volley itu terdapat mini market, warung nasi padang, tukang bakso dan tukang sate. Sedangkan Kantor Desa Cikamiring sendiri telah pindah lokasi agak kebelakang sedikit.
Setiap hari minggu atau hari-hari besar, jalan Cikamiring selalu berubah menjadi pasar tumpah. Para pedagang yang berasal dari kota Bandung dan yang berasal dari desa-desa tetangga sekitar, memenuhi jalanan itu untuk menjajakan dagangannya. Tak ada yang mengetahui secara persis bagaimana jalan itu bisa tiba-tiba menjadi pasar tumpah. Tapi semua orang setuju, itu sudah terjadi sejak 10 tahun yang lalu.
Tak ada pemberitahuan resmi yang dilakukan petugas desa dan kecamatan serta RT RW setempat bahwa jalan Cikamiring akan digunakan lokasi shooting. Tapi antusiasme warga yang mendapat informasi dari mulut ke mulut dan media sosial, demikian tinggi. Hingga siang itu, warga yang datang terus berbondong-bondong memenuhi sekitar jalan itu terutama di sekitar lapangan Volley.
Untung para Hansip bekerja dengan sigap merapikan massa agar tidak mengganggu jalannya shooting. Meski pun begitu, Eliza Subono, sutradara sekaligus produser film-film yang banyak digemari khalayak film Indonesia itu, merasa kesal. Soalnya para aktor dan aktris yang seharusnya fokus pada kerja film, terganggu oleh sejumlah warga yang berrebutan meminta selfie.
Pada break makan siang, Eliza uring-uringan tidak karuan. STW yang kharismatis dan agak nyentrik itu makan siang lesehan di halaman rumah Brian setelah sebelumnya meminta izin kepada Bu Iwan, Maminya Brian. Ditemani beberapa asisten sutradara dan co produser, Eliza mengeluhkan attitude para pemain filmnya.
Dengan gemas dan kesal, Eliza mengkritik sikap Karen Indah Sutopo, yang belum lama menyabet gelar aktris pendatang baru terbaik, sebagai si tukang selfie dengan penggemar. Salah seorang asisten sutradara rupanya tidak begitu setuju dengan Eliza.
"Dia mendekati penonton itu bagus, Liz." Katanya. "Lagi pula kenapa elu milih lokasi kampungan seperti ini." Kata sang asisten.
Emosi Eliza yang sedang kesal itu sontak meledak.
"Elu itu siapa berani-berani nyalahin gue, ha?" Katanya dengan nada tinggi. "Emang lu punya modal artistik apa? Lu pikir estetika film cuma ada di studio? Tolol kamu!" Katanya Eliza sambil melempar makan siangnya ke arah si asisten. Tapi si asisten yang sudah menduga hal itu akan terjadi, segera berkelit dan kemasan makan siang yang terbuat dari styrofoam tersebut melayang melewati kepalanya dan mengenai badan Brian yang berada di belakang si asisten, waktu itu Brian baru saja ke luar dari pintu hendak pergi ke luar.
Otomatis semua nasi, sayuran dan lain-lain yang terdapat dalam styrofoam makan siang itu berhamburan dan mengotori tubuh Brian. Si asisten sutrada dengan secepat kilat kabur dari tempat itu, sementara co produser dan script writer malah terperangah. Kaget.
Eliza juga sebenarnya terkejut. Tapi dia justru merasa terpesona oleh senyum kecil misterius yang tersungging di bibir brondong kampung yang segar dan polos itu.