Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

Wew... shenny kayaknya hanya akan dijadikan object penelitian si dokter
 
Wew... shenny kayaknya hanya akan dijadikan object penelitian si dokter
 
lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 10

------------------------------

villa-10.png

Bali, subuh. Asrul dan Razi duduk di pinggir kolam renang kering yang ada di Villa itu. Katy juga ada di sana, menatap kepulan asap rokok dari mulut Asrul. Komang dan Kadek Mantra yang mendampingi mereka dari tadi, tewas tertidur di ruang tengah, bergelimpangan. Sedangkan Sandi dan dokter Ida Bagus Mantra sedang berada di kamar utama, dengan Shenny.

Sudah semalaman sang dokter memeriksa Shenny. Mengambil darahnya, memotong sedikit sampel rambutnya, dan mengambil foto badan Shenny dari segala macam sudut. Sekarang, dia dan sang kakak sedang mengobservasi kondisi Shenny yang makin parah.

“Terjadi gitu aja….”
“Sori?” Asrul kaget karena Razi mendadak bicara.
“Itu… Jari tangan dan rambut Shenny….” Razi merujuk ke perubahan badan Shenny.

“Itu… Kenapa? Ini apa sih?” tanya Katy, dengan bingungnya.

“Udah muter-muter kita, tetep aja gak ada jawaban” Asrul membuang puntung rokok yang belum mati itu ke dalam kolam kosong. Dia mengambil sebatang lagi dan membakarnya. “Gue gak bisa tidur, terlalu banyak informasi dan pertanyaan di kepala gue”

“Kenapa semua orang yang kena hal ini mesti ngilang?” tanya Razi ke Asrul, yang sama-sama tidak tahu apa-apa.

“Gak tau. Tapi gue punya beberapa tebakan”
“Apa?”

“Apapun yang keluar dari mulut gue, lo gak akan suka Zi… Karena pasti skeptis, realistis, dan pasti menurut kalian semua gak berperasaan”

“Ngomong aja, gue udah terlalu shock gara-gara kejadian kemaren malem dan gue siap sama obrolan seanjing apapun” balas Razi.

“Mereka meninggal. Entah meninggal tiba-tiba, karena kejadian ini atau…….”
“Atau apa?” Katy bingung, sambil menatap ke arah dua lelaki itu.

“Atau mereka berubah jadi sesuatu yang bener-bener inhuman. Somehow gue jadi makin yakin kalo ini tuh penyakit” sambung Asrul.
“Yaah… Tapi, kalo penyakit, kenapa dua ibu-ibu itu mereka….”

“Bau kematian” Asrul mengisap rokoknya dalam-dalam. “Mungkin emang bener ada beberapa orang yang bisa nyium kematian… Macam tabib pengobatan alternatif yang bisa deteksi kanker atau bakal tumor kali… Bakat-bakat alami aneh yang kayak gitu, yang sulit dijelasin sama science”

“Bisa jadi” balas Razi. “Berarti….. Shenny…”

“AAAH!!!!”

Mendadak mereka bertiga diam. Mereka semua saling berpandang-pandangan.

“Serangan subuh-subuh?” bingung Asrul.
“Setahu gue ini gak pernah kejadian…” Razi bangkit dan merangsek masuk ke dalam Villa. Kadek Mantra dan Komang yang tadi tertidur, juga bangkit, karena terbangun oleh teriakan Shenny.

“SAKITTT!!! SAKIT!!!!!!!!!!”

Mereka semua saling bertatap-tatapan. Razi langsung lari menuju arah tangga, menaikinya, dan meluncur menuju kamar utama. Tanpa bilang permisi, dia langsung membuka pintu kamar.

“AAHH!!!! AKU KENAPA?? KENAPA????”

Lampu kamar terang. Sepertinya sengaja dinyalakan oleh dokter Ida Bagus Raksa untuk keperluan observasi. Sang dokter tua duduk di kursi, sambil menutup matanya dengan tangannya. Dia terlihat begitu lelah dan begitu hancur.

“Shenny? Kenapa? Kya!!” Katy yang masuk mendadak berteriak.

Shenny sedang dipeluk oleh kakaknya, Sandi. Mata sang kakak merah dan berkaca-kaca. Semua yang baru melihat kondisi Shenny, tampak kaget.

Kaki dan tangan Shenny mengurus, seperti tidak ada daging atau otot sama sekali. Mukanya sangat tirus. Matanya sudah tidak ditutupi oleh kacamata hitam lagi, dan matanya gelap.

“AKU KENAPA!!!” tangis Shenny, menatap ke tangan dan kakinya yang mengecil itu. Dia terlihat lemas, dengan mata hitam legam, melihat ke seluruh ruangan. “SAKIT… MAS.. SAKIT….”
“…” Sandi tidak mampu berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa memeluk adiknya yang terlihat berbeda itu.

“Matanya…” Asrul berbisik sambil melihat horor yang ada di depannya itu.

“KENAPA SEKARANG AKU BISA LIAT KALIAN SEMUA DENGAN JELAS???!?!?!! KENAPA!!!” teriak Shenny histeris. Matanya sudah tidak silau lagi oleh cahaya apapun. Dia menatap ke seluruh ruangan dengan ekspresi yang mengerikan. Kulitnya pucat sekali, energi kehidupan tampak hampir menghilang.

“Shen…” Razi maju, mendekati Shenny yang gemetaran di dalam pelukan Sandi.
“Razi.. Gue kenapa….. Sakit….” Teriakan Shenny menghilang, sepertinya dia sudah lelah berteriak, ataupun rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang.

“Gapapa, Shen… Kita kan mau cari tahu ini kenapa, ya kan dokter?” Sang dokter cuma mengangguk lemah.

“Pagi ini saya mau cari lab yang bisa kasih tau kita, ada apa di dalam darah ini……..” jawab Sang dokter. “Dan kalau memungkinkan, kita rontgen lagi..”

“Dengan kondisi seperti ini dok?” tanya Sandi dengan suara bergetar. Yang dituju hanya mengangguk lemah.
“Sandi… Rambutnya” Razi menatap dengan heran ke arah Sandi.

Rambut Shenny menjadi coklat tua. Rambutnya yang tadi hitam berubah warna.

“Bener Zi? Aku bakal mati atau jadi sesuatu yang aneh?” tanya Shenny.
“Kenapa kamu bisa denger??” Razi kaget, dia langsung melihat ke arah Asrul yang melongo. Shenny bisa dengar percakapan mereka di bawah. Telinganya yang super sensitif itu, kini menjadi permanen, dan tampaknya dia sudah terbiasa dengan semua suara-suara itu secara ajaib.

“Razi” Sandi tampak marah, sedih, geram, dan desperate. “Gue bakal ke warteg itu… Asrul dan Komang tolong temenin gue… Oke?”

“Iya….” jawab Asrul dengan gelisah, walau sebenernya dia tidak tahu, untuk apa mereka harus pergi ke sana.
“Razi please, temenin Shenny…..”

“Aku bisa temenin Shenny Babe….” Katy mendadak bersuara, di tengah kengeriannya. “Razi mungkin bisa bantuin kalian….. Dan..”

“Diem, please”
“Babe?”

“Kamu tau alasannya, kenapa aku selalu minta Razi yang nemenin Shenny?” nada bicara Sandi terdengar geram.
“Mas, please….” Shenny berbisik lemas, karena ini bukan saat yang tepat untuk kakaknya melampiaskan kemarahannya ke semua orang.

“KARENA KAMU GAK BISA DIANDALIN!!!! ITU ALASAN KENAPA RAZI YANG NUNGGUIN SHENNY!!! KAMU SAMA SEKALI GAK BISA BANTU ADIK AKU!!!”

“Babe… Aku..” Katy kaget dengan ledakan Sandi.

“Kamu ganggu, gak guna… Ada gak satupun kerjaan kamu yang bantuin Shenny? Yang ada kamu malah bawa aku ke romo, kita Islam, gila!”

“Babe… Jangan marah….”
“Dan gak usah pake sok-sok inisiatif. Kita butuh orang yang bisa bantu! Bukan yang kayak kamu!”

“San…. Bukan waktu yang tepat buat kayak gini.. Udah, lo berangkat, gue temenin Shenny…. Oke?” Razi berusaha menenangkan Sandi. Sandi, dengan muka marah dan napas yang berat, diam, dan menatap Razi dengan pandangan nanar. “Kita lakuin apa yang bisa kita lakuin” sambung Razi, berharap emosi temannya reda.

Katy keluar ruangan, entah karena dia menangis, atau karena dia marah kepada Sandi. Emosi Sandi yang dipendam terlalu lama keluar pagi ini. Dan mereka semua, tidak ada yang berani bersuara.

------------------------------

jalan-10.jpg

Komang menyetir mobil dengan gusar. Empat orang di mobil itu matanya merah. Tidur mereka tidak cukup. Pagi itu mereka sedang menyusuri jalan yang akan membawa mereka ke Ubud. Jalan kecil yang pernah mereka lewati waktu itu. Jalanan yang menjadi awal dari semua tragedi ini.

Muka Sandi masih marah. Dia ada di kursi belakang bersama Asrul. Mobil itu dipenuhi oleh asap rokok yang dibakar oleh Kadek Mantra, Asrul, dan Komang.

“San…”
“Ya?”
“Gue pikir, lo gak seharusnya bentak-bentak Katy kayak tadi”
“Kenapa?” nada bicara Sandi penuh emosi.

“Dia ngelakuin apapun yang dia bisa”
“Which is gak guna….”
“Yah….” Asrul tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sudah mendengar cerita tentang itu. Cerita bagaimana permintaan tolong Katy ke seorang pastur ditolak mentah-mentah. Tidak aneh, karena memang begitu cara kerjanya pastur dan eksorsisme.

“Lewat sini?” tanya Komang ke Sandi yang sedang uring-uringan.
“Iya” Sandi memperhatikan jalan yang terbelah dua itu. Dia berpikir, dengan mendatangi tempat di mana Shenny mendapat perlakuan aneh dari ibu-ibu pemilik warteg, dia bisa mencari tahu ada kejadian apa yang pernah terjadi di sana.

“Kalau dari sini kita buntu, mau ngapain lagi?”
“Kita ke desa bisu tuli itu” jawab Sandi.

“Kita semua tidak ada yang bisa bahasa Kolok, sepertinya agak percuma” balas Kadek Mantra dari kursi depan. “Kalau nanti tak ada satupun warga yang mau bicara, saya akan coba cari pecalang atau pandita di daerah itu, siapa tahu ada yang bisa diajak bicara”

“Masalahnya, dari pengalaman kita, area di tempat warteg itu banyaknya warga pendatang…..” sambung Asrul.
“Hmmm…..” Kadek Mantra

“Itu” Sandi menunjuk ke sebuah bangunan semi permanen yang terletak di dekat pohon tua yang besar. Pohon tua tempat Razi dan Shenny iseng foto-foto seekor kalong, alias kelelawar besar. Mobil mereka parkir di pinggir jalan, dan dengan gerakan yang tergesa-gesa, Sandi langsung menghampiri bangunan itu dan mengintip ke dalam.

“PERMISI!!!” Sandi memukul-mukul dinding bangunan itu. Asrul mengernyitkan jidatnya dan dia ikut mengintip ke dalam.

“Gak ada tanda-tanda kehidupan”

Beberapa orang yang lewat tampak menghentikan kegiatan mereka, tertarik oleh keributan kecil yang disebabkan oleh Sandi. Kadek Mantra dan Komang mengikuti dua orang itu, sambil mencoba bersikap wajar terhadap sekeliling.

“Bagaimana?” tanya Komang ke Sandi.
“Gak ada yang ngerespons”
“Pintunya gak dikunci” Asrul membuka pintu, dan dia masuk ke dalam. Dan benar, tidak ada barang apa-apa lagi di dalam sana yang menandakan kehidupan manusia.

“Sial!” Sandi menendang dinding bangunan itu dengan penuh kemarahan. Asrul tampak berusaha mengeksplorasi, dia masuk ke dalam, mencoba melangkah ke bagian dapur warteg reyot itu. Dan mendadak, ada mata hitam pekat yang menatap balik ke Asrul.

“ANJIR!!”

90534d10.jpg

“Kenapa??” Sandi mengikuti arah suara kaget Asrul dan menemukan Asrul sedang mengusap-ngusap dadanya sendiri.

“Ini, kok ada kalong di sini” Asrul menunjuk ke arah sudut gelap di ruangan kecil tersebut, yang tak tersentuh oleh cahaya matahari. Ada seekor kalong yang bertengger di atap reyot itu, diam dengan manisnya, menunggu malam tiba, saatnya dia mencari makan.

Sandi menatap ke arah mata binatang itu, dan mendadak dia merinding. Dia seperti merasakan sensasi yang familiar.

“Yuk, gak ada guna kita di sini” Asrul mengajak Sandi keluar, tapi Sandi diam saja, tertegun melihat binatang malam itu. “San?”
“Eh? Iya…. Oke…” Sandi berlalu dan keluar dari bangunan semi permanen itu dengan langkah kesal, hanya untuk menemukan beberapa warga tampak berkerumun, berbicara dengan nada tak nyaman ke Kadek Mantra dan Komang. Logat-logat di sana tercampur. Ada logat Jawa dan Bali. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang terlihat seperti memiliki otoritas. Mereka adalah warga sekitar, kebanyakan pendatang, tidak terlihat tanda-tanda figur masyarakat seperti ketua RT ataupun pecalang.

“Guys?” Sandi tampak bingung dengan situasi seperti itu. Nada bicara mereka terdengar marah dan tak jelas. Beberapa di antara mereka menyuruh Komang dan Kadek Mantra segera pergi. Dan juga ada yang merasa kalau mereka akan diintimidasi agar pindah demi pembangunan.

“Bapak-Ibu, kita pergi…” Kadek Mantra membuat gesture menghormat di tangannya dan dia memberi tanda agar yang lain mengikutinya. Dengan langkah cepat di tengah omelan orang-orang, mereka berjalan setengah berlari ke arah mobil.

Komang dengan cepat menyalakan mesin mobil dan mereka berlalu, meninggalkan tempat itu.

“Kenapa tadi?” Asrul bertanya ke Kadek Mantra.
“Kita berusaha tanya, soal pemilik warteg itu” jawab Kadek Mantra.
“Ada yang menjawab, tapi ada beberapa penduduk yang merasa tidak nyaman. Mereka meminta kita pergi, dan tadi ketika ada sedikit keributan, beberapa sangka kita intimidasi agar mau jual tanah dengan harga murah ke pengembang”
“Hmm” Sandi memutar otaknya, berusaha mencerna semua itu.

“Soal ibu itu?”
“Kata warga, ibu itu pergi di satu hari… Entah ke mana….”
“Gak coba nanya backgroundnya ibu itu?”
“Iya tadi ada yang bilang ibu itu tadinya tinggal berdua dengan anaknya, lalu suatu hari anaknya sakit aneh, lalu kemudian menghilang…………”

“San…”
“Shit..” Sandi menarik napas gusar. Berarti, anak si ibu itu kemungkinan besar mengalami hal yang sama dengan Shenny. Tapi kenapa waktu itu dia histeris? Apa dia melihat hal yang sama di Shenny?

“Kalo gak salah… inget gak, sesaat sebelum ibu itu histeris….” sambung Asrul.

“Apa?”
“Dia ngeliat Razi sama Shenny foto-foto di depan pohon tua itu….”
“Mereka berdua foto… Apa?”

“Kalong. Ada di instanya Shenny kok……”
“Kenapa ibu itu histeris kalo Shenny fotoin kalong?”
“Seinget gue, kalong yang tadi bikin gue kaget, adalah kalong yang sama dengan kalong waktu itu… Gue gak bisa bedain binatang itu antara satu dan lainnya, jujur, tapi entah kenapa, rasanya kok itu kalong yang sama…..”

“Artinya apa?” tanya Sandi dengan gusar.
“Gak tau”

“Ada hubungannya atau enggak antara ngamuknya si ibu sama Shenny?!” bingung Sandi.
“Mungkin ada…”

“Sekarang bagaimana?” tanya Komang yang menyetir tanpa arah di balik kemudi.
“Desa Bisu Tuli” sambung Sandi.
“Saya ulangi lagi, kita tidak ada yang bisa bahasa Kolok” Kadek Mantra menegur Sandi.

“Kalau Kadek mau menghalangi saya, turun sekarang!” bentak Sandi dengan nada tak sopan. Kadek Mantra menatap ke arah Komang dan dia menelan ludahnya. “Kita cari tahu sampai tuntas!! Peduli amat gak ada yang bisa bahasa isyarat…. Mereka harus ngomong!!”

------------------------------

ilustr10.jpg

Asrul bisa merasakan tatapan dingin dari orang-orang di Desa itu. Sejak kapan balai desa bisa jadi tempat semencekamkan ini?

Sandi duduk dengan gusar, menunggu Men Bagus didatangkan ke balai desa. Mata para penduduk desa ini begitu tajam, seperti tidak menerima kedatangan mereka. Kalau bukan karena Kadek Mantra yang mati-matian meyakinkan kepada otoritas setempat agar mereka diberi kesempatan untuk bicara, tentu pertemuan ini tidak akan terjadi.

“Lama” kesal Sandi ke Asrul.
“What do you expect?”
“Jawaban” balas Sandi tanpa memahami maksud pertanyaan Asrul, yang mencoba mengajak Sandi berpikir lurus.

Asrul merasakan kemarahan yang begitu besar dari Sandi. Sejak kemarin, dia tampak begitu uring-uringan dan terdisorientasi.

“Gue gak yakin” Asrul menatap ke sekeliling. Mata-mata yang curiga melihat ke arah mereka. Kadek Mantra dan Komang ikut besama mereka di balai desa itu. Dan karena mereka datang bersama Asrul dan Sandi, mereka pun menghadapi tatapan yang tidak bersahabat dari penduduk di sana.

Dari kejauhan, semua bisa melihat kalau Men Bagus sedang berjalan, dipapah oleh seorang pemuda. Men Bagus yang bisu tuli, akan hadir menghadapi Sandi dan Asrul.

“Kita harus dapat jawaban, hari ini”

Men Bagus lalu hadir di depan mereka berdua. Pemuda yang bersama Men Bagus hadir sebagai translator.

“Saya bakal mengartikan pertanyaan Bapak” mulai si pemuda dengan suara tak bersahabat.
“Ya. Tanya dia, apa dia ingat dengan kami” Sandi mulai memberikan pertanyaan. Semua orang melihat ke arah Men Bagus. Sang pemuda menanyakan hal tersebut dengan menggunakan bahasa isyarat khas desa itu.

“Dia ingat. Tapi dia ingin lupa” jawab si pemuda.
“Tanya lagi… Apa dia ingat dengan perempuan yang membuatnya histeris?”

Setelah menunggu sang pemuda menerjemahkan, dia kembali mengatakan jawabannya ke Sandi.

“Ingat. Dan dia ingin lupa pak…” wajah Men Bagus mengeluarkan aura yang tak bersahabat. Dia tampak ingin Sandi dan Asrul cepat pergi, tapi dia tidak punya alasan untuk mengusir mereka.

“Kenapa waktu itu takut?”

“Saya bisa jawab” seorang tokoh desa mengangkat tangannya. Sandi menatap sinis ke arahnya.
“Apa jawabannya?"
“Men Bagus, sewaktu masih sehat dan segar, dia adalah semacam tabib… Dan dia bisa mendeteksi penyakit… Dan tentunya…”

“Tentunya dia akan panik kalau dia mencium kematian atau bencana?” tanya Sandi dengan suara penuh emosi.
“Ya itu…”

Mendadak, Sandi bangkit dan merangsek ke arah orang tua itu. Dia mencengkram kerah baju orang tua itu sambil berteriak, meracau, dan mengamuk.

“KENAPA GAK BILANG DARI DULU!!! KENAPA BARU SEKARANG!! BANGSAT!!” sebuah tamparan keras mendarat di wajah orang tua itu. Orang-orang panik, berusaha melerai, dan ada juga yang balik emosi dan berusaha menyerang Sandi. Di tengah kondisi chaos itu, sang pemuda menuntun Men Bagus yang ketakutan untuk menyingkir.

Asrul berusaha untuk menahan Sandi yang mengamuk. Beberapa pemuda tampak berusaha menyakiti Sandi, di mana Kadek Mantra dan Komang setengah mati menahan orang-orang tersebut supaya tidak mengamuk.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Komang! Lempar kunci mobil ke gue!” teriak Asrul, dan Komang menurutinya. Asrul dengan gerakan yang panik, menarik Sandi ke arah mobil, menghindari amukan warga yang tak terarah. Bagaimana tidak, datang dengan aura tak nyaman, memaksa seorang perempuan renta untuk di interograsi, lalu menyerang tokoh desa yang sudah berumur. Siapapun pasti akan mengamuk.

Asrul membuka kunci mobil dan dia langsung masuk, menyalakan mesin mobil. Komang dan Kadek Mantra ikut berlari, karena kondisi sudah semakin bahaya. Ada warga yang membawa senjata tajam maupun peralatan tani untuk merusuh.

Komang dan Kadek Mantra bisa masuk dalam mobil sebelum semuanya terlambat, dan begitu mobil meluncur, sebuah bongkahan batu dilempar ke kaca belakang mobil dan pecah.

“BANGSAT!!!”

“Elu yang bangsat!” teriak Asrul sambil menyetir dengan panik. “Sekarang kita gak dapet apa-apa!”
“Kenapa mereka harus nyembunyiin fakta tadi??”
“Kalo lo bisa liat orang laen bakal kena kejadian buruk, lo bakal kasih tau dia gak???”
“Fuck…” Sandi memukul dashboard mobil, dan di tengah kepanikan mereka berempat, mendadak handphone Sandi berbunyi. Dengan gerakan buru-buru dan tak nyaman dia langsung mengangkatnya.

“Halo? Siapa?” tanyanya tanpa melihat nomer yang tertera.
“Babe…” suara Katy terdengar sangat ketakutan.
“Ada apa?!” bentak Sandi.

“Shenny dia….”
“Kenapa Shenny??”

“Dia…..”

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd