Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 9

------------------------------

rab10.png

“Mana orangnya ini….” Sandi tampak gelisah. Dia tidak sabar menunggu kedatangan dokter Ida Bagus Raksa, yang menurut penunggu rumah, sedang mengambil berkas-berkas di rumah sakit tempat dia bertugas dulu. Dokter pensiun, mengambil berkas. Pasti ada hubungannya dengan kasus Shenny.

“Ditunggu aja Babe…” Katy menatap ke arah Sandi yang gusar.
“Ditunggu gimana, ini udah mau gelap….”
“Iya….” Katy menunduk, tak ingin memancing emosi pacarnya lebih dalam lagi.

“Bali sekarang memang suka macet” Komang bersuara, berusaha menenangkan Sandi lagi. Sandi kesal. Jakarta macet. Bali macet. Semuanya macet. Semua informasi yang ia butuhkan untuk menyelamatkan adiknya, semuanya datang kepadanya dengan lambat.

“Gak ada pilihan lain kan?” Asrul menatap dengan tajam ke arah Sandi. Lagipula, Shenny aman di villa. Ada Razi. Kalaupun ada serangan lagi, Razi tahu harus berbuat apa.

“Iya….” Sandi bernapas dengan tak lega. Pikirannya kalut karena nasib adiknya tak jelas. Kutukan, Ajik Made bilang. Random, dia bilang. Kalau random, kenapa harus Shenny? Kenapa bukan orang lain yang bukan adiknya. Kenapa?

------------------------------

messy-10.jpg

“Gue benci sebenernya ngomong gini Zi, tapi gue ngerasa ini semua gak bakal membaik” bisik Shenny. Razi memeluknya dengan lembut, Razi cuma bisa menggelengkan kepalanya. Mereka berdua sudah berpakaian kembali.

“Tiap hari gue selalu ketakutan, gak bisa keluar rumah, gak berfungsi dengan baik, makan pun sudah gak bisa makan makanan biasa…. Cuma buah aja yang bisa masuk ke mulut dan perut gue tanpa harus mual. Sekarang tambah mata gue makin menghitam…. Bakal kayak gimana besok-besok?”

“Lo bakal membaik”
“Gue seneng dengernya, tapi kalo itu lo sebutin cuman buat nyenengin gue aja, gue malah semakin pesimis…. Sorry…..” Shenny menghapus air matanya yang menetes. Dia memeluk badan Razi dengan lemah, dan dia pun masih berharap keajaiban yang bisa menyelamatkan dia.

“Yang lain lagi cari pertolongan kan? Pasti ada titik cerah. Ngapain jauh-jauh ke sini kalo gak ada gunanya” sambung Razi.

“Iya sih…..”
“Sekarang mereka lagi di tempat dokter yang diceritain Kadek Mantra itu…. Kalau tadi sama pamannya Kadek Mantra, cuma nyocokin sama apa yang dia liat aja, dan gejalanya sama…..” Razi memberitahu info yang dia dapat dari Sandi dan Asrul. Dia harap, itu bisa sedikit menenangkan Shenny.

------------------------------

rab10.png

“Ada mobil datang” Kadek Mantra menatap ke arah jalan dan memang pintu gerbang carport sedang dibuka oleh seseorang. Orang tersebut masuk lagi ke mobil setelah membuka pintu. Sebuah sedan bermerek Jepang masuk. Orang tadi pasti supirnya dokter Ida Bagus Raksa.

Tak lama kemudian, seorang pria tua berperawakan gempal keluar. Rambutnya sudah memutih semua, juga dengan kumis dan jenggotnya.

“Sore, Dokter” sapa Kadek Mantra.
“Sore…. Maaf nunggu, kita masuk ke dalam?” dokter Ida Bagus Raksa menunjuk ke arah dalam rumah. Mereka semua mengangguk dan mengikuti langkah sang pensiunan dokter yang menenteng handphonenya. Sang Supir mengikuti langkah mereka juga dan dia membawa tumpukan berkas di tangannya.

Mereka lantas semua duduk di ruang tamu yang terang karena cahaya lampu itu. Supir Sang Dokter menaruh tumpukan berkas itu di meja.

“Terima kasih” ucap dokter.
“Macet tadi di jalan, dokter?” tanya Kadek Mantra dengan sopannya.
“Macet, ada peringatan di sebuah pura ketika jalan ke mari…. Kalian pasti sudah lama menunggu… Saya Ida Bagus Raksa…. Kalian pasti kerabat dari korban?”

“Iya, dokter, saya Sandi, kakaknya… Ini Asrul, teman saya, dan ini Katy”
“Salam kenal, dokter”

“Salam kenal juga” dia menarik napas panjang, dan kemudian dia melanjutkan kalimatnya. “Mungkin Kadek Mantra sudah bilang, kalau saya pernah menangani kasus seperti ini di tahun 90-an. Dua kasus, dengan waktu yang agak berjauhan…… Tapi dua-duanya ya beginilah….”

“….” mereka semua terdiam, menatap ke mata teduh sang dokter itu.

“Hasil dokumentasi yang ada, di sini semua” dia menepuk tumpukan dokumen itu. “Rontgen, tes darah, dan semua-semuanya…..”

“Apa hasil temuan dokter?” tanya Asrul dengan tajam. Dia menatap ke arah tumpukan berkas itu seperti menatap ke onggokan emas.

“Ini cukup aneh. Dan asal kalian tahu, semuanya saya dokumentasikan dan saya ajukan ke jurnal internasional, ditolak mentah-mentah. Alasannya ada dua. Tidak ada cukup bukti soal fenomena ini, dan spesimen, alias penderitanya tidak bisa diteliti lagi….. Mereka menghilang tanpa bukti, dan semua hal yang terlihat seperti dari film horor ini, jelas ikatan dokter menolak dan menertawai saya…. Yang mendatangi saya malah beberapa paranormal……”

“Hmm…” Sandi menatap ke arah Dokter dan Asrul bergantian. Hatinya berdegup kencang. Di hadapannya, tumpukan dokumen itu terlihat seperti kotak pandora.

“Semuanya gejalanya sama…. Jadi over sensitif kepada cahaya matahari, lalu badan lemas, mengurus, tidak bisa makan dengan lancar….. Dan mata menghitam….”

“Ada satu lagi dokter, soal mendengar suara-suara aneh…….”
“Ah soal itu…”

------------------------------

messy-10.jpg

“Katanya dokternya udah datang, mereka lagi mau lihat berkas-berkas soal kondisi yang sama dengan elo pas tahun 90-an itu…. Mudah-mudahan dari sana, lo bisa membaik, karena kan teknologi kedokteran sekarang lebih canggih” senyum Razi sambil membelai rambut Shenny, yang entah kenapa, di tangannya, terasa agak kasar.

“Amin” jawab Shenny dengan lemahnya. Razi memeluknya, merasakan tubuhnya yang dingin.
“Eh, bentar, gue ambil charger dulu ya, dan udah gelap, gue nyalain lampu-lampu di luar…”
“Iya”

Razi lalu bangkit di tengah kegelapan. Dia merayap ke arah tasnya, mengambil charger handphone, dan dia mencari stop kontak, dan pada saat itulah, sudut matanya menangkap sesuatu yang mengagetkan.

“Shen?!”

Shenny duduk dengan kaku di atas kasur. Matanya melotot, hitam sempurna, dan mulutnya mulai mengeluarkan bunyi-bunyian aneh.

“KKK… KKKRKKK… KKKK….KKK… KCKKK.. KKKKRRRKKK…”

“Shit..” Razi yang sudah beberapa kali melihat serangan yang terjadi pada Shenny, langsung mendekati Shenny, dan bersiap untuk menolongnya. Setelah bersuara aneh dan blank seperti ini, biasanya sebentar lagi dia mendengar suara-suara aneh.

“KKKK…. KKCKK… KKKRKKKKKK” mulut Shenny terbuka lebar dan matanya benar-benar hitam. Tapi kalau diperhatikan lagi, matanya sebenarnya sedang berkontraksi. Bagian gelap kini memenuhi mata Shenny, dan pipinya terlihat semakin tirus.

“Shen…” Razi mendekat, dan dia memeluk bahu Shenny.

“KKKK… KKKKKRRRRKKKK…. KKKKCKCKCKCKCKKKKKKKK”

Razi membacakan doa apapun yang ia tahu di dalam hati, sambil berharap ini segera berakhir.

“Ahhh….. Razi.. Berisik!!!!!” suara-suara apapun yang biasa menghantui Shenny, mulai terdengar di dalam kepalanya.

“Sshh.. Sini….” Shenny tampak kaku, dan Razi berusaha menenangkannya.

“BERISIK BANGET!!!! DIEM!!! DIEM!!!” Shenny tampak terlihat kepayahan, dan Razi menelan ludahnya. Walaupun dia beberapa kali melihat Shenny mengalami serangan, tapi tetap saja, semuanya terlihat menyakitkan untuknya.

Shenny memejamkan matanya dan dia terlihat begitu tersiksa. Tapi entah kenapa, Razi memperhatikan ada yang berbeda. Tampaknya dia merasa kesakitan. Biasanya tidak pernah begitu. Biasanya, dia hanya merasakan keberisikan yang luar biasa. Tapi sekarang, dia terlihat seperti menahan sakit yang amat sangat.

“AH!! SAKIT!!! HNN…. BERISIK!!! UDAH!! UDAH!!!”
“Shh…” Razi mengenggam jari-jari tangan Shenny yang kurus.

Kurus? Bukannya tadi jari tangan Shenny masih terlihat biasa. Razi mendadak kaget, ketika dia melihat jari tangan Shenny yang ada di tangannya. Jari-jari Shenny terlihat begitu kurus, semuanya terlihat seperti jari kelingking dengan panjang yang berbeda-beda. Shenny memejamkan matannya erat-erat, menahan rasa sakit yang berputar-putar di badannya, melengkapi suara berisik yang ia dengar.

Kepala Shenny menempel di bahu Razi dan dia bisa merasakan rambut Shenny menyentuh pipinya. Kasar. Apa ini? Pikir Razi. Kenapa tekstur rambut Shenny jadi seperti tekstur bulu kucing liar?

Karena panik, dan dia bingung melihat jari Shenny yang mendadak mengecil, serta tesktur rambutnya yang berbuah, dia lantas bangkit dan dalam gerakan yang buru-buru dia langsung mengambil handphonenya dan menelepon nomer yang muncul sekenanya.

“Halo?”

------------------------------

rab10.png

“Apa dokter bilang?” Sandi tampak bingung.
“Iya…. Itu yang terjadi…”

Mendadak, telpon Asrul berbunyi. Dengan gerakan cepat, dia mengangkat telpon itu.

“Ya, Razi, ada apa… Apa? Jarinya Shenny jadi kurus dan kecil???” Muka Asrul terlihat begitu aneh ekspresinya. “Apa? Rambutnya teksturnya jadi kasar? Ngomong apa lo?”

“Ini sudah semakin parah…” dokter Ida Bagus Raksa menelan ludahnya.
“Jadi… Telinganya jadi sangat-sangat sensitif?”
“Bukan… Kasih tahu ke yang nelepon, suruh korban menutup telinganya, pakai apapun, headset atau tangan….”

“Eh?” Asrul kaget, karena konsentrasinya terpecah antara telpon Razi dan perintah dokter.

“Cepat!”
“Zi! Suruh Shenny tutup kupingnya… Iya! Tutup, pake apa kek, pake headphone, sumpel pake apa…. Kalo lo punya ear plug buat di pesawat, pakein, cepetan!!” bentak Asrul ke Razi lewat sambungan telpon.

“Jadi, pendengarannya jadi sensitif banget?” Sandi menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pusing.
“Iya, seaneh itu… Saya pada awalnya juga tidak percaya…” dokter Ida Bagus Raksa menatap Sandi dengan tatapan prihatin. “Tapi itu kenyataan”

“Iya Zi… Gue juga gak tau, ntar gue kasih tau ke elo pas pulang, ini belom selesai ngobrol…” sambung Asrul. “Oke… Take care, kabarin kalo ada yang gak biasa”

“Bagaimana?” tanya dokter.
“Dia gak panik lagi setelah telinganya ditutup pake ear plug” Asrul menatap ke arah dokter Ida Bagus Raksa dengan tidak percaya.

“Dia tidak mendengar suara-suara aneh dari mahluk halus atau halusinasi…. Itu semua karena telinganya jadi super sensitif… Satu kasus pada pasien saya yang dulu…” Dia menunjuk pada foto rontgen yang terpampang di meja. “Dia bisa dengar apa yang saya obrolkan di ruangan sebelah, ketika kejadian yang kalian sebut serangan itu terjadi”

“Ini gak masuk akal!” teriak Sandi dengan kesalnya. Dia menatap dengan marah ke arah Sang Dokter.
“Tidak ada satupun yang kita lihat dan alami di sini masuk akal….”
“Terus apa penyebabnya?”
“Andai saya tahu”

Mendadak, handphone Sandi berbunyi. Dia langsung mengangkatnya.

“Halo Ma…” dia menyapa ibunya dengan suara bergetar. “Apa? Bisa difotoin dan dikirim lewat wassap ke aku? Iya… Aneh, ini juga aku lagi ngomong sama dokter yang pernah nanganin kasus ini…….” Sandi menatap mata orang yang ada di ruangan itu satu persatu dengan tatapan blingsatan. Katy, Asrul, Komang, Kadek Mantra, dan Dokter Ida Bagus Raksa. Ini semua terlalu aneh.

“Apa kata Tante, Babe?” tanya Katy, setelah Sandi menutup handphonenya. Sandi tidak menjawab, dan dia langsung membuka media sosial, sambil melihat foto yang dikirim oleh ibunya. Dia lantas membandingkan dengan hasil rontgen yang dari berkas tahun 90-an itu.

“SHIT”
“Kenapa San?” Asrul tampak gelisah juga.

“Sama”
“Apanya?”

“Struktur tulangnya” Sandi memperhatikan tulang rusuk Shenny yang menjadi tipis, dan menempel semuanya dengan sempurna ke tulang dada dan tulang punggung. Tulangnya begitu tipis dan kecil, seperti bukan tulang manusia. Bayangan jantung Shenny pun terlihat aneh.

Katy menutup mulutnya, menahan kagetnya. Mata mereka semua melotot dengan takutnya, kecuali Sang Dokter.

“……..”
“Kalau… Itu… Hasil tes darahnya yang baru gimana?” tanya Katy dengan nada bergetar, takut Sandi tiba-tiba mengamuk karena terganggu.

“Gak ada hasilnya… Gak bisa dites, darahnya aneh”
“Dan darah kedua pasien yang pernah saya tangani ini pun sama. Tidak ada yang bisa dites lagi… Seakan-akan bukan darah manusia” sambung dokter.

“Jadi?”
“Andai saya bisa jawab”
“Dokter bilang, pasien dokter menghilang kan?” Kadek Mantra membuka mulutnya dan dia meremas celananya, tanda dia pun makin bingung atas semua fakta-fakta dari misteri yang belum terungkap ini.

“Mereka hilang. Saya datangi keluarganya, semua bungkam. Saya sudah hubungi polisi untuk bantu mencari, tapi mereka tidak mau bergerak karena bukan keluarga yang melaporkan orang hilang…..”

Kadek Mantra terdiam.

“Cuma ini yang saya punya. Rekaman medis seperti ini. Tidak cukup untuk mengambil kesimpulan apapun….”
“Ini kutukan atau penyakit??” bingung Sandi, karena semua obrolan ini terasa gamang.
“Andai saya tahu……..”

“Sial!” Sandi tampak marah. Dia tidak bisa mencerna apapun yang baru saja ia dengar.

“Apa dokter mau lihat, korban kondisinya seperti apa?”
“Pasti……” jawab Dokter Ida Bagus Raksa atas pertanyaan Asrul.

Sandi menatap Asrul. Lalu dia menatap Katy. Lalu dia menatap ke arah Kadek Mantra dan Komang. Mata mereka semua adalah mata kebingungan. Dokter ini memang lebih tahu dari mereka, tapi dia juga belum punya jawaban.

“Saya ingin lihat, dan saya harus lihat…. Adik kamu adalah kunci dari semua fenomena ini, sekarang. Setelah kedua pasien saya menghilang, saya seperti punya kewajiban untuk menolong adik kamu…”

“Dan mencari penyebab kejadian ini kan dokter?” potong Asrul.
“Juga jalan keluarnya….” balas Sang Dokter.

“Kapan dokter mau lihat?” tanya Kadek Mantra.
“Malam ini juga….” mukanya tampak gusar, sekaligus penasaran.

“Telpon Razi dulu, buat nanya kondisi Shenny gimana…” bisik Asrul ke Sandi.
“Iya, bentar……”

------------------------------

villa-10.png

“Halo…” Razi mengangkat telpon dari Sandi. Dia memeluk Shenny yang gemetaran, ketakutan. “Iya…. Serangan udah lewat dan abis itu gak ada apa-apa lagi, tapi dia ketakutan banget….”

“Zi…. Siapa?”
“Kakak lo…” Razi menjawab pertanyaan Shenny yang meringkuk di dalam pelukan Razi. “Enggak… Ini dia nanya siapa yang telepon…. Oke….. Iya, seperti yang gue bilang tadi, emang aneh…. Sip.. Ditunggu”

“Kenapa?” bisik Shenny, yang tampaknya agak kesulitan bernapas.
“Dokter yang mereka datengin, yang katanya pernah liat kasus ini di taun 90-an dulu, mau dateng ke sini…..”

“Oh….”
“Good news kan?” bisik Razi sambil mengusap-usap punggung Shenny.
“Gue harap gitu……”

Razi menelan ludah melihat jemari Shenny yang sekarang berubah bentuk. Semuanya terlihat begitu kurus, seperti kelingking. Mata Shenny sudah gelap total, tidak kembali ke normal seperti biasa dan rambutnya menjadi kasar. Pipinya jadi semakin tirus, dan itu semua terlihat mengkhawatirkan.

“Zi… Kenapa gini….”
“Kenapa apanya….”
“Tangan gue rasanya aneh….”
“Yah….”

Razi tidak sampai tega untuk memberitahu Shenny, kondisinya sekarang. Pipi yang tirus, rambut yang kasar, jari yang aneh dan mata yang hitam sempurna. Entah bagaimana reaksi Shenny kalau dia tahu kondisinya seperti apa sekarang.

Yang bisa dia lakukan adalah menunggu yang lainnya datang ke sini. Dia memeluk Shenny erat dan dia berharap semuanya akan baik-baik saja.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
Sementara, malam semakin gelap. Fajar dan terang masih jauh. Shenny dan Razi berpelukan di dalam kegelapan pekat, menunggu ketidakpastian.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Thx updatenya om

Pak dokter Ida keknya gak punya skill buat nyembuhin Shenny ya?
Pertanyaannya apakah Shenny benar-benar menghilang seperti korban-korban sebelumnya atau bisa tetap kontak dengan teman-temannya.... ;)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd