Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 8

------------------------------

villa-10.png

Asrul duduk di kursi yang menghadap ke kolam renang kosong itu. Villa yang terletak di Gianyar itu sekarang menjadi base camp sementara mereka.

Dia mengisap rokoknya dalam-dalam. Komang duduk di kursi sebelahnya dan mereka menunggu kedatangan Kadek Mantra yang akan menghampiri mereka. Pagi tadi mereka sampai Bali dan setelah dijemput oleh Komang di Bandara, mereka langsung menuju villa yang disiapkan oleh Kadek Mantra ini.

“Apa mungkin waktu jalan ke Ubud? Waktu malem-malem itu?” tanya Komang ke Asrul. Mereka berdua mencoba melakukan reka ulang kejadian-kejadian di Bali waktu itu. Waktu di mana mulai ada serangan ke Shenny.

“Bisa. Mungkin waktu di warteg”
“Apa ada arwah atau apa ya, yang tidak suka dengan pembangunan hotel itu, lalu mengganggu sekitar?”

“Lima tahun sebelumnya? Terus yang di Nusa Dua? temuannya Kadek Mantra dari dokter itu gimana? Kayaknya ini wabah, entah apa…. Atau mungkin semacam kutukan, kalau kata kalian yang percaya sih” sambung Asrul dengan nada kesal.

“Mengerikan ya, saya sendiri belum pernah lihat…” bisik Komang dengan nada prihatin.
“Kasian Shenny. Dia yang paling ceria dan paling menyenangkan dari semua orang di sini, dia juga yang kena…. Ngeri aja ngeliat semangat idupnya habis disedot sama hal gak jelas ini”

“Guys?” Katy mendadak muncul dari pintu. “Kadek Mantra udah dateng”

“Oh? Oke” Asrul berdiri, mematikan rokok dengan sendalnya dan dia melempar puntung rokok yang masih setengah batang itu ke dalam kolam renang kosong. Komang mengikuti langkahnya dan mereka berdua masuk ke dalam Villa.

“Halo” seorang pria tegap, dengan tangan penuh tato dan muka penuh percaya diri melambaikan tangannya ke Asrul.

“Halo Bli” sapa Komang.
“Halo juga”
“Asrul”
“Kadek Mantra” mereka berdua bersalaman, dan Asrul bisa melihat keseriusan Kadek Mantra dalam ekspresi wajahnya.

“Apa kabar?”

“Baik, begini… saya mau lihat teman kalian..” Kadek Mantra langsung ke inti permasalahan. Shenny ada di lantai atas, bersama dengan Razi dan Sandi. Sedari pagi, Shenny yang badannya semakin terasa lemah ketika sampai Bali, hanya bisa tiduran di kamar utama Villa. Tentu saja kamarnya sudah digelapkan dan dikondisikan agar Shenny merasa nyaman, di tengah ketidaknyamanannya.

Asrul menatap ke Katy, berharap Katy menyuarakan persetujuan, karena Asrul dari tadi ada di luar villa dan tidak melihat kondisi Shenny sekarang.

Tapi Katy tampak diam saja, bingung memberi jawaban. Asrul tampak kesal dan bertanya langsung kepada Katy.

“Shenny bisa diganggu gak?”
“Eh?”
“Kadek mau liat Shenny, bisa gak?”

“Oh bentar-bentar…” Katy langsung ngacir ke atas, bertanya ke orang-orang yang sedang bersama Shenny, soal kondisi Shenny sekarang, apakah bisa diganggu oleh orang asing yang ingin melihatnya.

Asrul tersenyum tipis kepada Kadek Mantra, berusaha menghilangkan suasana awkward yang tadi tercipta gara-gara Katy. Tak berapa lama kemudian, Katy turun ke bawah.

“Kalau mau ketemu boleh katanya” Kadek Mantra mengangguk dan menunggu Asrul atau Katy menuntunnya ke lantai atas. Asrul mengambil langkah, dan mereka semua pergi ke atas, ke kamar tempat Shenny berada. Katy lalu mempersilahkan Kadek Mantra untuk masuk.

“Selamat Siang…” sapanya pelan di tengah ruangan yang gelap itu.

“Siang…” jawab Shenny lemah. Dia tertidur di kasur, dengan diselimuti oleh selimut tebal. AC menyala dengan dingin, agar Shenny merasa nyaman.

“Kenalkan, Kadek Mantra” Kadek Mantra memberi tanda salam ke Shenny.
“Hai, Shenny”

“Halo, saya kakaknya Shenny, Sandi”
“Kadek”
“Razi”
“Kadek” mereka saling berkenalan karena ini kali pertama mereka semua bertemu.

“Kondisinya agak memburuk setelah landing tadi, kayaknya karena kecapekan di perjalanan”
“Iya…. Jadi… Ehm… Lebih sesak napasnya dan… Mata juga berkunang-kunang” Shenny menyambungkan kalimat Razi.

“Siang ini, kita sudah berencana ketemu dengan paman saya, dan sore menjelang malam, bertemu dengan dokter Ida Bagus Raksa lagi…. Jadi, kalau berkenan, boleh saya foto?” Kadek Mantra, dengan logat Bali yang hampir tak terdengar, dengan nada yang sopan, meminta izin kepada Shenny.

Shenny melihat ke arah kakaknya. Dengan lemah, Shenny mengangguk.

“Oke, kita nyalain lampu dulu, Shenny pake kacamata item dulu” Sandi berjalan ke arah saklar lampu dan Razi memberikan kacamata hitam milik Shenny.

Setelah lampu menyala, tanpa diminta Shenny bangkit dengan gerakan yang lemah dan Razi membantunya. Dia kemudian beringsut pelan, membuka selimutnya, dan duduk di pinggir kasur. Kaki Shenny yang mengenakan celana pendek terlihat pucat dan lemah. Shenny lantas membuka jaket yang dari tadi ia pakai.

Di dalam jaket tersebut, Shenny mengenakan tank top dan badannya terlihat begitu kurus. Urat-urat darahnya begitu terlihat karena badannya pucat. Tulang selangkanya kini terlihat menonjol, dan jiwanya tampak tak ada di sana. Razi menelan ludah melihat Shenny. Walaupun setiap hari dia melihat Shenny yang seperti itu, tapi tetap saja, dalam suasana terang, pucatnya Shenny sungguh terlihat.

“Cukup” Kadek Mantra sudah mengambil beberapa foto dengan handphone nya. “Sebenarnya saya mau foto matanya, tapi bingung, karena pasti dia merasa silau”

“Saya bisa tahan”
“Shen?” Razi mengenggam tangan Shenny. Shenny terlihat begitu bertekad, jadi dia tidak mengindahkan perkataan siapapun lagi”

Shenny lantas membuka kacamata hitamnya. Dia menutup matanya erat-erat.

“Saya hitung sampai lima, supaya tidak terlalu lama lihat cahaya. Di hitungan satu, kamu buka mata, dan di hitungan lima, kamu tutup mata….” lanjut Kadek Mantra. Shenny mengangguk. “Siap, satu!” Shenny lantas membuka matanya dengan buru-buru. Ketika cahaya masuk ke matanya, pipinya mengeras dan dia meremas tangan Razi dengan erat.

“Dua”

Kadek Mantra lalu mengambil beberapa foto sambil berhitung. “Tiga”

Asrul, Sandi, Katy dan Razi terperangah melihat mata Shenny. “Empat”

Shenny seperti sedang menahan rasa sakit. Dia terus diam, tak memedulikan rasa silau yang aneh itu. “Lima”

Shenny menutup matanya kembali, dan dia mengenakan kacamata hitam lagi dengan cepat. Dia tampak kelelahan karenanya. Dia menggelengkan kepala dengan keras, dengan sisa tenaganya, karena rasanya sungguh tak nyaman.

“Shen…” Sandi menelan ludahnya.
“Ya?”
“Mata kamu…”
“Kenapa mataku?”

“Tadi sebelum lampu nyala gak kayak gitu……..”
“Kayak gimana sekarang?”
“Tadi masih biasa, sekarang entah kenapa, bagian hitamnya besar banget…. Gak item penuh sih, tapi…”

“Sepertinya, serangan ini makin lama makin menggerogoti. Saya harus cepat pergi ke paman dan dokter hari ini”

“Kita ikut” sambung Asrul.
“Iya, sesuai rencana awal…”

“Oke, kita siap-siap dulu”

------------------------------

1_angk10.jpg

“Persis seperti lima tahun lalu” Pamannya Kadek Mantra, yang biasa dipanggil Ajik Made, memperhatikan foto-foto Shenny. “Waktu itu, bapak itu juga seperti ini, warna kulitnya sama, dan bentuk matanya sama….. Didoakan serta pengusiran setan tak berhasil…. Belum beres waktu itu, dia keburu menghilang….”

“Hmmm” Kadek Mantra terdiam, menatap Pamannya. Asrul mengetuk-ngetukkan jarinya ke pahanya.

“Menurut bapak, ini apa, yang pasti bukan kesurupan kan?” tanya Asrul dengan penuh percaya diri.
“Menurut saya? Kutukan”

“Kalau kutukan, berarti ada pola-nya kan, Pak… Apa yang bisa kita lakukan ya untuk menghentikan kutukan ini….” Sandi menggaruk-garuk kepalanya dan Katy yang ada disebelahnya terlihat khawatir. Sementara, Razi ada di villa menemani Shenny.

“Adik salah” jawab Ajik Made.
“Salah?” Sandi bingung dan dia saling bertatapan dengan Asrul.

“Kutukan tidak bekerja seperti itu… Kita sangka kutukan itu ada pola, kalau bajunya hijau, ditenggelamkan… Kalau pakai baju merah, susah jodoh… Tidak seperti itu, itu namanya mitos….”

“Jadi?” Asrul tampak penasaran.

“Adik masuk swalayan misal. Lalu adik bayar di kasir. Kasirnya flu, bersin di muka adik, adik akan flu juga tidak?” tanya Ajik Made.

“Iya” jawab semuanya, hampir berbarengan, kecuali Kadek Mantra.

“Seperti itulah kutukan bekerja. Tempat yang tepat. Waktu yang tepat. Dan di orang yang salah. Karena siapapun bisa kena asalkan ada di tempat dan waktu yang tepat…”

“Ada dua suspect tempat, jalan pintas yang waktu itu Sandi lewatin, dan Desa bisu tuli itu....”
“Menurut gue Srul, jalan pintas yang waktu itu kita lewatin….” balas Sandi ke Asrul.

“Masuk akal….”

“Jadi selanjutnya bagaimana?” tanya Kadek Mantra ke pamannya.

“Biasanya, kalau melawan kutukan, kita ke tempat di mana kutukan itu berada, dan kita coba cari tahu penyebabnya di sana. Kalau sudah dapat penyebabnya apa, kita bisa lawan. Obat akan lebih efektif kalau penyakitnya diketahui” jawab Ajik Made.

“Oke… Besok kita ke sana…..” tegas Sandi. Setelah ini, mereka harus bertemu dengan Dokter Ida Bagus Raksa, untuk bertanya dan mengklarifikasi beberapa hal terkait Shenny.

------------------------------

messy-10.jpg

“Dingin. Tapi lebih enak begini… Kalo panas…. Kulit gue bisa tambah pucet… Aneh ya?” tawa Shenny dengan lemahnya di atas kasur sore itu.

“Iya…. tapi gapapa, kita udah di sini, yang lain pada cari tahu….. Bakal ketemu ntar kenapa dan apanya”
“I hope so… Dan makasih tapi, lo gak ikut mereka pergi”

“Gapapa, lebih baik di sini, nemenin elo…”

“Gue lebih nyaman sama elo daripada sama yang lain…. Mas Sandi terlalu keliatan panik… Katy… Yah, baik sih, tapi gak bisa diandalkan… Sedangkan Asrul…. Hahaha” tawanya lemah, sambil meremas selimut. Razi tersenyum sambil menatap mata Shenny yang bagian hitamnya sekarang terlihat lebih besar itu.

“Nice to hear that” balas Razi.
“Eh, tapi aneh lho.. Rasanya kok badan gue lebih ringan ya?”
“Ngurusin? Tapi sama aja kok tadi dengan kemaren-kemaren pas di Jakarta badan elo nya…”

“Entah, rasanya pas sampe sini, kok kayak lebih ringan… Tangan gue kayak kapas…. Gak diet padahal, tapi kena entah apa gak tau…” Shenny tersenyum kecut.

“Haha, entar juga tau… Dan kita lawan bareng…”

“Itu yang gue suka dari elo.. Optimis orangnya” senyum Shenny.
“Gue harus optimis kalo sama elo”
“Haha… Kenapa tuh?”
“Gapapa” senyum Razi.

“Zi…”
“Ya?”
“Mau gak, kalo gue udah sembuh…. Kita berdua aja jalan-jalan?”

“Ke?”
“Gak tau, yang pasti gak ke Bali lagi” tawa Shenny. “Gue kayaknya gak bakal balik ke sini lagi sampe tua nanti”

“Sama, tapi kalo gue ada kerjaan di Bali gimana dong? Elo juga kan mungkin punya kerja di Bali….”
“Kerja…. Haha, gue udah unpaid leave berapa lama ini? Udah mau dua bulan…. Kayaknya kalo semuanya beres gue mau resign ah…..”

“Resign terus kerja apa?”
“Gak kerja… Home maker aja alias Ibu Rumah Tangga” tawa Shenny dengan lucunya, walaupun dia dalam kondisi yang gawat seperti ini.

“Siapa lakinya?” tawa Razi.
“Gak tau”

“Emmm…..” Razi mendadak merasa deg-degan. Jantungnya berdebar keras.
“Siapa Zi, laki gue?” senyum Shenny tipis, dengan mukanya yang sekarang tirus itu.
“Kalau gue boleh gak?”
“Boleh….” senyum Shenny, sambil meremas jaket yang ia pakai.

Mereka terdiam selama beberapa saat, dan Shenny mengulum bibir tipisnya itu.

“Sejujurnya Shen… Gue… Selama ini…”
“Sshh… I know” senyum Shenny. Dia menempelkan jarinya yang dingin ke bibir Razi.

“?”
“Gue selalu ngerasa kalo elo tuh….”
“Ngerasa kalo…”
“Kalo elo lebih perhatian ke gue…. Dan…. Lo selalu pengen deket-deket gue…”
“Ganggukah?” tanya Razi pelan.

“Gak ganggu sama sekali, seneng malah…. Tapi….” Shenny menelan ludahnya.
“Tapi apa?”
“I wish I realized it earlier…. Mungkin lo bakal bisa bareng sama gue dalam kondisi gue sehat” muka Shenny berubah muram. Dan dia bener-bener mengaduk-aduk emosinya sendiri.

“Hei, kita bisa bareng dari sekarang kok… Ya kan? Nanti pas elo sehat, kita bisa ngelakuin banyak hal” Razi meraih tangan Shenny dan dia mengenggamnya. Shenny terdiam, dia melihat ke mata Razi dan dia mengangguk tanda setuju.

“So?” Shenny diam, dan suasana begitu awkward sekarang.
“Entah… Yang pasti, sekarang I’m yours” bisik Razi dengan senyumnya. Jantung mereka berdua berdegup kencang.

------------------------------

rab10.png

“Dokter ada?” tanya Kadek Mantra ke penunggu rumah Dokter Ida Bagus Raksa.
“Dokter lagi ke rumah sakit, katanya mau ambil berkas-berkas lama…. Bli sudah janji?”

“Sudah Mbok….”
“Tunggu saja di dalam….”
“Baik”

Sandi, Katy, Kadek Mantra, Komang, dan Asrul masuk ke dalam rumah tradisional yang besar itu dan sang penunggu rumah meminta mereka menunggu di bale-bale. Sandi, dari tadi tampak gelisah dan melihat terus ke arah handphonenya.

“Kenapa babe?”
“Nyokap katanya tadi mau ambil hasil rontgen, MRI, dan test darah Shenny yang terakhir. Kalo udah katanya mau kasih tau gue… Cuman katanya doi kemacetan di jalan ke sana”

“Tunggu aja babe, nanti kan tau…..” bisik Katy.

“Iya… Sekarang kita tunggu dokter aja…….”
“Iya”

------------------------------

messy-10.jpg

Entah sejak kapan, Shenny dan Razi berciuman. Bibir Shenny yang dingin, sedang beradu dengan bibir Razi. Dengan lemahnya Shenny memegang pipi Razi. Razi hanya fokus pada ciumannya, walaupun tangan Shenny terasa begitu dingin di pipinya.

Dia sangat menyayangi perempuan ini. Sudah lama dia memendam perasaannya, dan baru sekarang ia bisa jujur di hadapan Shenny. Tapi dia tidak menyesal. Dalam kondisi apapun, dia akan mencoba melakukan yang terbaik untuk Shenny.

“Razi…” bisik Shenny ketika Razi mulai diam.
“Ya?”
“Maafin gue…”
“Kenapa?”
“Karena gue begini”
“Begini kenapa?”

“Dalam kondisi kayak gini… Gue pasti gak menarik lagi buat elo…”
“Jangan ngomong gitu” senyum Razi sambil mencium lembut bibir Shenny. Shenny tersenyum kecil. Dan dia meraih leher Razi. Razi, yang terbawa suasana, menaikkan kakinya ke atas kasur. Shenny beringsut pelan, memberikan tempat untuk Razi di atas kasur.

“Gue sekarang kurus, pucet….. Mata gue itemnya banyak….”
“Shut up” Razi kembali mencium bibir Shenny.

Mereka berdua berpelukan. Shenny yang lemas lunglai, ada di dalam rengkuhan Razi. Mereka berciuman dengan mesranya, seakan-akan ingin menghentkan waktu. Sudah lama ia ingin bermesraan dengan Shenny, dan baru sekarang itu terjadi. Jantung Razi rasanya seperti ingin copot. Perempuan idamannya ada di dalam pelukannya, dan berlindung kepada dirinya.

Razi menjaga Shenny. Dan dia ingin begitu selamanya. Kalau memang Shenny, ketika sudah pulih nanti ingin berhenti kerja dan menjadi istri dan ibu rumah tangga, Razi ingin mewujudkan keinginan Shenny.

“Zi…..” bisik Shenny, langsung ke telinga Razi. Napasnya terdengar berat, dan dia seperti sedang tersiksa.

“Kenapa?”
“Bisa lepas gue sebentar?”

“Oh, oke…”

“Duduk dulu di pinggir, jangan liat ke gue ya” senyum Shenny dengan manis dan lelahnya. Razi mengangguk. Dia bergerak dengan pelan, sambil mencoba duduk di pinggir kasur, menahan keinginanya untuk menatap Shenny terus-terusan. Razi bisa merasakan Shenny bergerak. Mungkin dia ingin membetulkan pakaiannya, pikir Razi.

“Udah”
“Oke” jawab Razi, setelah menunggu beberapa menit. Dengan perlahan, Razi memutar badannya dan…

“Shen?”

Shenny tersenyum, menggigit bibirnya dengan jantung yang berdebar kencang. Dia duduk bersimpuh di atas kasur, tanpa busana. Ekspresinya begitu lemah, dan badannya begitu pucat. Bisa dilihat tulang-tulang rusuk Shenny menonjol dengan jelasnya. Buah dadanya entah kenapa terlihat agak janggal, tampak lebih besar. Mungkin karena badannya mengurus, tapi buah dadanya tidak.

“Kok?”
“Zi, entah kenapa.. Gue ngerasa kalo waktu gue gak akan lama lagi….”
“Ngomong apa lo?” Razi terpancing. “Gak boleh ngomong kayak gitu!”

“Bau kematian katanya. Inget telepon kemaren-kemaren pas kita masih di Jakarta? Gue ngerasa makin hari gue makin lemah, makin disorientasi, dan sehari di sini, rasanya berat banget, mungkin karena gue jaraknya makin deket ke sumber kejadian… Ibarat magnet, efeknya makin kerasa ketika deket kan?” Shenny menarik napasnya. “Jadi, gue gak mau nyia-nyiain kesempatan gue bareng elo”

“Gak dalam kondisi ini Shen, nanti, pas lo udah pulih aja….” Razi menggenggam tangan Shenny, berusaha menghentikannya.

“Kalau gue gak bakal pulih?”
“Jangan ngomong gitu…..”

“It’s now or never Zi…. I Need You….”
“Elo bakal sehat lagi dan ini…”

“Gue tau elo optimis, tapi tiap lo ngomong gitu, rasanya gue tersayat-sayat karena apa yang gue rasain di dalem sini beda… Rasanya, gue bakal berakhir dalam waktu dekat” senyumnya miris. “Itulah kenapa, gue pengen nikmatin detik-detik yang tersisa ini sama elo….”

“Shen…”
“Please”
“Shen, gak bisa… Kita…”

“I need you now…. Please” bisik Shenny, sambil bergerak lemah, mencium pipi Razi.

Razi terdiam. Dia menatap ke mata gelap Shenny yang tampak mengiba.

“Please” Shenny mengulang bisikannya.

Razi akhirnya mengangguk. Dengan pelan, ia membuka t-shirtnya. Shenny terdiam, menatap Razi yang dengan perlahan melucuti pakaiannya sendiri. Tak lama kemudian, Razi terlihat bugil di depan Shenny. Shenny tersenyum lemah, dan dia bergerak pelan ke arah Razi. Razi menyambutnya dan memeluknya. Mereka lantas masuk ke dalam selimut, dan saling berciuman.

“Kita gak ada…”
“Kondom?” tanya Shenny.
“Iya”
“No Need…..”

Razi mengangguk. Mereka berciuman kembali dengan pelan, menikmati saat ini. Razi tak pernah bisa membayangkan bisa ada di situasi ini dengan Shenny. Tapi dari detik ini, dia akan terus menjaga dan menyayangi Shenny sepenuh hati. Mereka saling bergumul pelan dengan perasaan penuh.

Razi bergerak hati-hati, agar tidak menimpa Shenny yang sekarang begitu kurus ini. Shenny yang lebih lemah dari biasanya, hanya diam saja di dalam pelukan Razi. Razi menciumi pipinya perlahan, sambil memposisikan tubuh Shenny agar tidur telentang. Setelah posisi yang nyaman didapat, Razi lantas menciumi leher Shenny dengan lembutnya.

Shenny terkulai dengan lemahnya, dia merasakan rangsangan dari Razi, berusaha menikmatinya, walaupun rasa di seluruh badannya tidak nyaman. Tapi dia ingin, sekali saja, bercinta dengan Razi.

Razi merayap ke bawah, menciumi dada Shenny, merasakan kulitnya yang dingin. Kulitnya terasa begitu lembut.

“Nnn…” Shenny mengerang pelan saat Razi mencium putingnya.
“Kalo gak nyaman, bilang…”
“Iya…”

Razi melanjutkan penjelajahannya. Dia menciumi buah dada Shenny dengan perlahan, dengan gerakan yang tidak mengganggu Shenny sama sekali. Dia ingin membuat perempuan ini merasa nyaman. Pelan tapi pasti, Razi terus mencoba menikmati momen itu. Razi terus menciumi buah dada Shenny dengan lembut.

“Ah…” Shenny mendesah pelan. Dia berusaha menyeimbangkan perasaannya, antara sensasi nyaman dari Razi yang ia rasakan, dan rasa lemas di sekujur badannya.

Sang lelaki bergerak ke arah bawah. Dia mencium perut Shenny. Rasanya dingin, tapi Razi tak peduli. Dia terus menciumi perut Shenny. Tangan Shenny terkulai lemas ke samping tubuhnya. Dia ingin memeluk kepala Razi, tapi dia tak kuasa. Badannya terlalu lemah.

“Nnnhh…” Shenny merasakan sensasi nikmat di bawah sana. Tangan Razi meraba ke area kewanitaannya. Dan di situlah, satu-satunya daerah yang masih terasa hangat. Jari Razi bermain, memainkan apapun yang bisa ia mainkan di bawah sana.

Shenny mencoba menikmatinya. Dia mencoba menikmati bibir hangat Razi yang sedang menciumi perutnya, dan jari tangan Razi yang sedang mempermainkan bagian privatnya. Rasa nyaman dan hangat menjalar dari dua area itu. Dia sudah lama tidak merasakan perasaan senyaman itu. Razi bergerak lagi, perlahan, mengarahkan bibirnya ke area vital Shenny.

“Zi.. No.. Please” Razi tersentak. Dia sedikit bangkit dan tersenyum pada Shenny.
“Sorry… Kebawa suasana… Gue selalu mikirin elo, dan sekarang, kita bisa kayak gini, ini anugrah buat gue”

“Buat gue juga… Tapi.. I want to feel you… Now…” pinta Shenny, yang merasa waktunya untuk merasakan kenikmatan sudah sedikit lagi. Razi bergerak ke posisi yang benar dan memegang kedua belah paha Shenny. Dia beringsut sedikit, siap untuk mempersatukan dirinya dengan Shenny.

“This is gotta hurt Shen….”
“Gue tau…” Dengan foreplay yang tidak tuntas, dan kondisi badan Shenny yang lemah, tentu saja area masih kurang siap. Tapi bagi Shenny, kapanpun, dia harus siap. “Please… Zi…” Shenny menatap Razi dengan tatapan penuh harap.

“Ah!” Shenny tersentak ketika Razi memasuki dirinya. Dengan perlahan, Razi dan Shenny bersatu. Dinding kemaluan Shenny dengan segala daya dan upayanya, mengizinkan Razi untuk menggagahinya. Kedua kaki Shenny dengan lemahnya melingkari pinggang Razi.

“Mnn…” Razi mencium Shenny dengan lembut, dan dia bergerak perlahan. Rasa sakit tak nyaman yang dirasakan Shenny ketika penetrasi dilakukan, kini berangsur menghilang, berganti dengan perasaan hangat di dalam dirinya.

Rasa hangat menjalar dari bawah sana. Razi terus bergerak dengan ritme yang stabil. Perlahan tapi pasti. Dia menciumi Shenny dengan penuh perasaan. Dia mencium perempuan itu, dengan harapan, dia dapat menciumnya lagi di lain hari. Sedangkan dalam pikiran Shenny, dia mencium lelaki itu, seperti besok tak ada lagi. Kombinasi keduanya, mengakibatkan mereka begitu mesra dan begitu hangat.

“Hh.. Nn…” Shenny mendesah ringan, melepaskan perasaan penatnya yang ia tanggung sejak pertama kali dia mendapat serangan. Dia merasakan kehangatan dalam tubuhnya. Keberadaan Razi menenangkannya. Apalagi sekarang, ketika Razi menggaulinya.

Dan karena Shenny tampaknya tidak mungkin untuk berpindah posisi, Razi hanya bisa bergerak dengan satu gerakan saja. Tapi tak apa. Razi masih bisa melumat bibir Shenny dengan gemasnya, menciumi pipinya yang tirus dan lembut, menghirup aroma lehernya yang menggoda, dan menjelajahi bagian belakang telinganya dengan mesra.

Shenny terdiam, dia fokus pada Razi. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, terkulai lemah, dan dia mengandalkan Razi sepenuhnya.

“Gue sayang elo Zi… Ini yang gue tunggu dari dulu……” bisik Shenny, langsung ke telinga lelaki itu. Razi tak menjawab, dia fokus untuk memberikan Shenny kenikmatan sore itu. Shenny terus fokus pada area kewanitaannya. Di bawah sana bergelora. Di bawah sana, kenikmatan dengan perlahan, menjalar hangat ke tubuhnya.

Ini yang dia inginkan. Perasaan hangat. Bukan perasaan dingin, hampa, dan hancur seperti dua bulan belakangan.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Uhh…. Nnn” Keringat mulai muncul dari dahi Shenny. Dia sudah lama tidak merasakannya. Secara tak langsung, kehangatan tubuh Razi merayap dengan nyamannya di dalam tubuh Shenny. Dan saat itulah, getaran itu muncul.

“Zi…” bisik Shenny.
“Ya?”
“Keep moving….. Ah..”

Shenny terangsang begitu hebatnya. Getaran itu merayap, pelan-pelan, dari bawah sana, mengincar syaraf yang merasakan kenikmatan seksual di kepala.

“Nnn…. Ah..” Shenny menegang dengan lemahnya.
“Shen….”
“Hnnn…. Gue.. Ah…”
“Gue juga…”

“Zi…”
“Ya?”
“Do it inside”
“Apa?” kaget Razi, tanpa menghentikan gerakannya yang teratur.

“Do it inside…. Please…”
“Kenapa?”
“Please….” Kaki Shenny melingkar, berusaha menahan Razi.

“Ahh.. Aaa…” Shenny menegang, dan Razi pun hilang kontrol.
“AH!”

“Razi… Ahnn.. Ah… ah…. Uhh… Ah!” Shenny terkulai lemah. Dan Razi meledak di dalam tubuh Shenny. Cairan hangat itu memenuhi area kewanitaannya. Perasaan hangat menjalar, dari bawah sana, dari tubuh Razi, yang kini berpindah ke tubuh Shenny.

“Shen… Gue…”
“Sshh… Peluk gue.. Please…” Pinta Shenny dengan mata penuh harap.
“Gapapa?”
“Gapapa”

Razi lantas menimpa tubuh Shenny dengan lembut. Hangat di bawah sana masih terasa. Shenny, dengan segala kekuatannya yang tersisa, mengangkat tangannya, sambil memeluk badan Razi yang hangat. Shenny menutup matanya, membayangkan yang indah-indah.

Dia membayangkan berjalan berdua dengan Razi, makan bersama, bertunangan, menikah, memiliki anak, mengasuh anak bersama, dan semua hal yang menyenangkan.

Tanpa sadar, air matanya meleleh.

Dalam dirinya, dia merasa, tidak mungkin ada hari esok yang cerah. Tubuhnya semakin hari semakin hancur. Serangan selalu datang, dan mengganggunya.

Mungkin, hari ini adalah hari terakhirnya untuk menikmati kehangatan Razi.

Tapi, semuanya ingin itu salah. Semuanya ingin Shenny selamat, pulih kembali, dan bisa mencintai lagi. Dan semuanya tahu itu mungkin. Shenny, mungkin akan bangkit lagi.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Dan taunya karena ngewe ma razi.. shenny sembuh... Hahaha... Gokil.kalo beneran begitu :p
 
kutukan..... ane khawatir karena razi eue. kutukannya pindah ke razi
 
Thx updatenya om

Kalo ada bekas gigitan atau luka di tubuh Shenny pasti sudah terdeteksi saat pemeriksaan di RS, tapi gak muncul sama sekali dalam cerita. Berarti penyebab "keanehan" Shenny bukanlah kontak fisik nih...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd