Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

Wah, ditinggal dines luar kota dua minggu, ternyata suhu RB bikin cerita baru..
Cuma harus dicerna lagi nih. Dan kayaknya bacanya akan siang2, ga akan malem2.
 
lelawa10.jpg



LELAWAH – PART 7

------------------------------

messy-10.jpg

“Gue capek……” keluh Shenny yang terkulai lemah di dalam kamarnya. Razi ada di sana, menuangkan air ke dalam gelas untuk Shenny.

“Gapapa, emang capek kan, ada di situasi kayak gini?”
“Iya……”

Shenny terkulai dengan lemahnya di atas kasur, tubuhnya yang terlihat kurus teronggok di sana. Dia masih bisa beraktivitas di dalam rumah, tapi anehnya dia baru bisa melakukannya ketika hari gelap, walaupun badannya masih drop kondisinya.

Kamar Shenny begitu gelap, karena dia menghindari silau di matanya.

“Sekarang siapa lagi yang mau dateng?”
“Ada kenalannya Asrul…..”
“Siapa?”
“Lupa gue namanya, nama khas dukun-dukun gitu lah…”

“Ah… Gue udah capek, Zi… Ketemu gituan…. Ustad, kiai, tabib, dokter, Bahkan gue kemaren baru aja pulang dari tes di rumah sakit entah mana lagi, udah gak tau gue… Rasanya udah autopilot badan gue kayak gini, belum lagi kalo denger suara-suara gak jelas itu…….” Shenny beringsut dan menarik selimut untuk menutupi bagian atas tubuhnya.

Sementara, orang tua Shenny, Katy, Sandi, dan Asrul ada di ruang tamu, bertemu dengan salah satu paranormal mbeling yang begitu misterius dan sakti, katanya. Dia bisa punya koleksi banyak jimat, jenglot, patung-patung aneh, belum lagi rumahnya dihiasi oleh lukisan yang kanvasnya adalah kafan bekas. Jangan tanya dari mana dapatnya, pokoknya itu terpasang di rumahnya yang berbau kematian itu.

“Shenny?” terdengar ketukan di pintu.
“Ya?” jawab Shenny lemah.
“Ada yang mau ketemu boleh?” suara Sandi terdengar takut-takut. Tentunya takut untuk mengganggu Shenny.

“Masuk aja Mas……….”

Sandi membuka pintunya dan mempersilahkan paranormal yang dikenal dengan nama Ki Kromo itu masuk. Shenny agak kaget melihat bentuknya. Rambutnya gondrong, berminyak, seperti tidak pernah pakai shampoo. Badannya sedang, seperti pria Indonesia pada umumnya. Jenggotnya panjang, beruban, dan dia mendelik ke sana ke mari. Dia memakai celana jeans hitam yang terlihat belel, dan t-shirt band metal yang tak jelas tulisannya. Kalung-kalung aneh menghiasi lehernya, dan di tangannya ada banyak cincin batu akik. Thanos kalah.

“Kamu ini ya!” dia menunjuk-nunjuk ke Asrul yang kaget.
“Kenapa Ki?”
“Tak kirim pocong beneran baru tau rasa kamu!”

“Kenapa emangnya?”
“Rumah bersih kayak gini kok kamu bilang ada orang kesurupan!”
“Kan saya gak bilang gitu, saya bilangnya, kemungkinan kesurupan…..”

“Kemungkinan ketabrak mobil itu mirip-mirip sama ditabrak mobil, ngerti!” ucapnya dengan logat jawa yang kasar, suaranya parau, seperti habis teriak-teriak di tengah demonstrasi buruh.

“Maksudnya bersih gimana?” Sandi ikut-ikutan mendelik ke arah Ki Kromo.
“Mana yang kesurupan?”
“Adek saya” Sandi menunjuk ke arah Shenny yang sedang terkulai lemah di sana.

“Kamu kok ya ikut-ikutan ngelawak?” balas Ki Kromo.
“Maksudnya?”

“Tadi kan diceritakan kan, oleh kalian, katanya ada dua orang ibu-ibu takut liat adek kamu…. Mungkin dirasukin sama setan… Tapi mana? Jangan setan, babi ngepet, tuyul, bahkan sekadar jin lewat aja ndak ada di sini… Ngarang!” dia tampak memarahi Asrul dan Sandi yang melongo. “Sekarang aku tak pulang ya…” kesal Ki Kromo, tanpa sopan santun.

“Tapi Ki….” Sandi tampak mengiba.
“Kamu tahan-tahan saya? Ntar tak kirim 100 pocong langsung malam ini!”
“Eh, jangan Ki….”

“Makanya… Jangan main-main kamu!” Ki Kromo kemudian keluar kamar Shenny tanpa mengucap sepatah katapun kepada yang punya kamar. Shenny dan Razi melongo. Shenny kemudian menatap Razi.

“Gak ngerti lagi gue…..”
“Tadi… Itu apa?”

“Gak tau… Liat tadi aja, rasanya pengen lenyap gue……..” bisik Shenny tanpa semangat.
“Eh, jangan ngomong gitu ah!”
“Kenapa? Gue udah gak bisa berfungsi gini kan… dan gue gak tau, kapan gue bisa balik normal lagi……”

“Hei..” Razi bangkit dari duduknya dan dia berjalan ke arah kasur Shenny. Dia duduk di sebelah Shenny. “Liat gue”

“Kenapa?”
“Liat mata gue”

Shenny, lalu menuruti Razi. Dia melihat mata temannya ini dengan tatapan sayu.

“Gue janji, lo bakal sehat lagi, dan kita bisa seneng-seneng kayak dulu lagi…”
“Razi……”
“Enggak, lo bakal sembuh…. Lo bakal sehat, lo bakal semangat lagi, gue janjiin itu…”

“Zi… Ini bukan tubuh elo, bukan elo yang ngalamin, jadi lo gak bisa ngerasain… Ini gak enak banget, sekarang gue gak bisa ngapa-ngapain, rasanya badan gue lemes, kepala gue bergejolak, apalagi kalo gue udah mulai dengerin suara-suara aneh, atau pas gak bisa liat….. Itu menyiksa banget…..” bisik Shenny.

“I know. Tapi gue juga tahu, setiap awal pasti ada akhirnya kan? Nah, hal ini… Akan berakhir, dan lo bakal hidup nyaman lagi seperti dulu” senyum Razi, sambil tersenyum, mencoba menghibur Shenny.

Shenny melihat ke arah Razi, dan dia beringsut dengan lemah, dan tangannya terkulai mencoba memeluk tangan Razi.

“Shen?”
“Shut up…. Biarin gue serap kata-kata lo dulu….. Biarin gue mencoba untuk percaya…. Oke?”
“Oke”

Shenny terdiam, dan dalam hati Razi, jalan keluar itu pasti ada. Dan sekarang, tinggal usahanya.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

Sejak saat itu, sejak Shenny jatuh ke kondisinya yang sekarang, dia semakin dekat dengan Razi. Razi yang sering membesarkan hatinya, menungguinya di rumah ketika keluarga Shenny pergi beraktivitas. Sang kakak, tentu kalang kabut cari pertolongan ke sana ke mari, tapi sampai saat ini, belum ada yang menemui titik terang.

Kondisi tubuh Shenny masih lemas, terlalu sensitif kepada cahaya matahari, dan masih sering mengalami serangan ketika malam hari.

Malam hari itu, kamar Shenny ramai. Shenny duduk di atas kasurnya, dengan Razi di sampingnya. Shenny mengenggam ujung kasur, berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang lemas.

Asrul duduk di bawah, di karpet, sambil memainkan handphonenya.

“Sebentar lagi Komang mau telpon, dia ketemu sama orang yang kayaknya agak sedikit paham sama kejadian ini”
“Jadi sejauh ini kesimpulan lo gimana?” tanya Sandi yang berdiri di ruangan itu. Kali ini, Katy tidak ada bersama mereka.

“Intinya gini. Gue punya pendapat kenapa semua paranormal, ustad, orang pinter yang kita mintain tolong… Gak bisa mendeteksi apa-apa” balas Asrul.

“Yaitu?”
“Apapun ini, kejadiannya pasti dimulai di Bali. Jadi harus ditutup di Bali”

“Masuk akal”
“Dari semua kejadian kesurupan yang pernah ada, itu semua diusir dan diselesaikan On The Spot. Ibaratnya apapun itu, entah ini jin, setan, kutukan, penyakit…. Harus keluar dari tempat dia masuk. Pintu yang sama” sambung Asrul.

“Heran, yang bilang begini itu orang skeptis macam lo”
“Gue cuma omongin hal yang gue tau, dan itu yang Pandita dari Pura yang tempo hari gue datengin kasih tau ke gue”

“Oke… Jadi, siapa orang yang mau ngobrol sama kita lewat Komang ini?” tanya Sandi lagi.
“Katanya dia orang pinter, masih muda, seumuran gue mungkin, dia dari keluarga Pandita di Bali sana….”
“Pinter as in punya sixth sense? Model-modelan Pak Eman gitu?”
“Bukan. Maksudnya dia pinter cerdas dan banyak tahu soal dunia-dunia beginian dari berbagai sudut pandang juga”

“Yang penting, dia bisa ikut nolong kita” komentar Razi, menatap wajah Shenny yang lemas. Terlihat sekali dia lelah, sendirian melawan kejadian ini. Semua orang bisa melihat, betapa Shenny yang ceria, periang, dan sehat kini sudah hilang. Badannya kurus, tatapannya tidak segar, mukanya pucat, dan sekarang, karena lampu mau tak mau harus dinyalakan, dia memakai kacamata hitam agar tidak kesilauan.

Mereka semua terdiam, menunggu telpon dari Komang masuk.

“Shen?” Razi melihat sepertinya Shenny memaksakan untuk duduk di kasur.
“Ya?”
“Lo gapapa?”
“Gapapa…..”
“Kalo lemes, tiduran aja……”

“Gak, gue mau duduk”
“Tapi lo setengah mati gitu duduknya……”
“Gapapa”

“Sini…” Razi menawarkan Shenny untuk bersandar di bahunya. Shenny mengangguk dengan lemah, dan dia bersandar sambil memeluk tangan Razi dengan gesture yang lemah. Melihat itu, Sandi tersenyum kecil. Alangkah rindunya dia dengan adiknya yang sehat dan ceria.

Mendadak, ringtone berbunyi. Asrul segera mengangkat handphonenya dan menyalakan loudspeaker.

“Malam..” suara Komang terdengar di seberang sana.
“Malam Komang, ini gue loudspeaker ya? Supaya semua bisa denger”
“Oh, boleh… Halo semuanya…” sapa Komang, kenalan Asrul yang waktu itu mengantar mereka semua ke desa Bengkala.

“Halo” jawab Sandi dengan penasaran. Dia duduk di karpet juga, mendekat ke handphone.
“Halo, nah… Seperti saya sudah bilang, Ke Asrul… Ini saya sudah ngobrol, sama kenalan, baru ini ketemu juga… Tapi dia seperti tahu, ada kejadian apa dengan Shenny” sambung Komang.

“Dia ada di sana sekarang?” tanya Asrul.

“Iya ini ada, saya kasih saja ya handphone saya ke dia…”
“Boleh”

“Halo semuanya” suara yang asing, dengan logat Bali yang tipis, dan suara yang terdengar begitu percaya diri memenuhi ruangan itu.

“Halo.. Ini Asrul…. Temannya Komang”
“Salam. Saya Kadek Mantra….”

“Salam kenal Kadek… disini saya lagi bareng korban, namanya Shenny, dan dua orang teman saya… yang satu Sandi, kakaknya Shenny. Dan yang satu lagi Razi”

“Halo Kadek”
“Halo”
“Halo, salam kenal semuanya” sambung Kadek Mantra.

“Jadi, tadi Komang bilang, setelah mencari-cari info soal kejadian yang menimpa Shenny, dia lantas ketemu dengan Kadek, apa betul?”

“Iya. Rupanya saya dulu sempat tahu Komang di salah satu forum internet lokal Bali. Tapi baru sekarang bertemu. Dan memang benar, saya sempat tahu beberapa kejadian seperti ini….”
“Bisa diceritakan?”

“Lima tahun yang lalu, ada kejadian di sekitar pura paman saya. Ada seorang bapak-bapak yang tampaknya seperti kesurupan, dibawa ke pura. Disana dia didoakan, dicoba untuk di usir setannya, tapi tak mempan. Beberapa hari dia kembali lagi untuk didoakan lagi, tapi setelah sebulan itu berlangsung, dia tidak pernah datang lagi….. Beberapa pecalang dan pemuda setempat yang khawatir, mendatangi rumah bapak itu, tapi dia sudah tidak ada dan keluarganya bungkam… Entah dia ke mana”

“Oke” balas Asrul sambil menarik napas panjang.
“Gejalanya, menurut paman saya sama dengan yang dialami oleh teman kamu. Mendengar suara-suara tak jelas.. Juga sensitif terhadap cahaya…. Dan ketika serangan terjadi, matanya menjadi hitam total” sambung Kadek Mantra.

Shenny dan Sandi saling bertatap-tatapan. Shenny memeluk lengan Razi makin erat, mungkin karena merinding.

“Dan beberapa orang, tampaknya takut kepada bapak ini. Karena katanya, mereka mencium aroma kematian dari si bapak ini” Shenny menelan ludahnya, mendengar penjelasan dari Kadek Mantra.

Aroma kematian. Shenny tampak ketakutan. Dia menatap handphone Asrul yang disimpan di atas karpet dengan muka khawatir.

“Lalu, ada yang lain?” tanya Asrul.

“Saya sempat bertanya ke beberapa dokter yang saya kenal di sini, yang kebetulan juga dikenal oleh keluarga saya…. Mereka tidak ada yang tahu soal fenomena ini, tapi mereka suruh saya datang ke salah satu dokter senior yang sekarang sudah pensiun…. Kebetulan dia tinggal di daerah Nusa Dua, namanya Dokter Ida Bagus Raksa… Dia kasih tahu saya, katanya dia pernah menangani dua pasien yang seperti ini di tahun 90-an”

“Oh ya? terus?”
“Setelah beberapa lama berobat, dua pasien itu tidak datang lagi, menghilang, dan keluarganya pun bungkam. Entah kenapa. Tapi mungkin nanti kita bisa investigasi dari warung yang waktu itu katanya didatangi Asrul dan kawan-kawan…”

“Maaf Mas Kadek.. Eh, maaf. Bli Kadek.. Saya Shenny……. Saya korbannya……” Shenny mendadak membuka suara.

“Malam Shenny”
“Apa tidak ada cerita lain soal kejadian ini, soal korban yang selamat? Atau apa?”

“Sejauh ini baru itu saja yang saya tahu. Sulit dicari. Tapi bukan berarti tak bisa. Nanti saya akan gali lebih dalam”
“Maaf Bli” potong Sandi.
“Ya?”

“Sepertinya, saya harus ke Bali, untuk bantu Bli Kadek dan juga bantu adik saya”
“Akan sangat membantu kalau beberapa dari kalian ke sini” jawab Kadek Mantra.

“Aku ikut” Shenny menatap ke arah Sandi dengan determinasi tinggi. Sandi mengerutkan jidatnya.
“Ikut? Kondisi kamu kayak gini mau ikut?”

“Aku gak bisa diem di sini terus, kayak nunggu mati……… Aku pengen tahu apa ini. Aku pengen sembuh. Aku pengen bisa kuat lagi……. Dan… Seperti yang Asrul bilang tadi… Apapun ini, dia masuk di Bali. Dan dia sepertinya harus keluar di Bali, gimana bisa Mas Sandi ke Bali, bantuin aku, sementara akunya di sini? Nanti gimana kalau ketemu caranya dan aku harus ke Bali? Dua kali kerja”

“Tapi lo kacau gini Shen, stamina lo lagi anjlok, dan lo gak bisa banyak ke mana-mana” potong Razi.
“Yang penting gue ada di Bali….. Dan gue pengen bisa optimis kayak kalian semua, terutama elo Zi. Gue pengen lo liat gue mulai sehat lagi….” jawab Shenny dengan tegas.

“Masuk di Bali. Dan harus keluar di Bali, masuk akal. Saya akan carikan villa yang affordable, supaya bisa tinggal lama di sana…. Dan tentunya harus nyaman, supaya Shenny tidak terganggu oleh apapun. Saya juga anjurkan untuk Shenny supaya datang” Kadek Mantra ikut bersuara. “Kalau Shenny optimis, saya juga optimis”

“Hmm…. Oke, tapi berarti Shenny gak bisa ke mana-mana di sana kan?” Asrul menggaruk-garuk kepalanya.
“Katy bisa ikut buat nemenin Shenny mungkin?” Sandi tampaknya masih berusaha mencerna keinginan Shenny.

“Gue juga ikut pasti” sambung Asrul.
“Gue ikut…. Wajib…” Razi ikut bersuara.

“Thanks” bisik Shenny lemah ke arah Razi.

“Baik kalau begitu, saya permisi dulu… Nanti kalau ada perkembangan baru, saya kabari… Perlu saya sambungkan lagi ke Komang, atau tidak usah?” tanya Kadek Mantra.
“Gak usah… Terima kasih Kadek” balas Asrul.

“Oke. Ditunggu kedatangannya ke sini”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

54168810.jpg

Bandara, pagi-pagi buta. Mereka berlima sudah ada di sana. Sandi menemani Katy dan Asrul sarapan di sebuah tempat makan cepat saji di Bandara. Sheny dan Razi ada di bench, menunggu yang lain, serta menunggu waktu berjalan. Dan mereka bisa dibilang benar-benar nekat. Orang tua Sandi dan Shenny sangat menentang rencana mereka, tapi mereka juga kehabisan pilihan, sehingga mereka terpaksa mengizinkan kedua anak mereka untuk pergi lagi ke Bali, menyelesaikan masalah ini.

“Kasian elo” Razi menatap ke arah Shenny.
“Gapapa, abis mau gimana lagi…….” jawab Shenny dengan lemah. Shenny memakai sweater tebal, kupluk, kacamata hitam dan masker untuk melindungi dirinya, dari cahaya silau dan pandangan orang-orang ke dirinya.

Mau bagaimanapun, perempuan kurus yang bermuka pucat akan menarik perhatian orang-orang sekitar. Untung serangan terhadap Shenny tidak pernah terjadi selain malam hari.

“Mudah-mudahan kita ketemu jawabannya ya”
“Dan gue bisa sehat lagi”
“Nanti kita jalan-jalan lagi…….”
“Mungkin gue bakal mundur dari Mystery Explorer deh” sambung Shenny. Mukanya tertutup masker, tapi Razi tahu kalau perempuan itu tersenyum.

“Paham” Razi tersenyum, karena selama ini, sejak mereka pulang dari Bali, channel yutub mereka tidak pernah di update lagi. Banyak yang bertanya, tapi mereka sekarang tidak bisa berbuat apa-apa selain fokus membantu Shenny. “Gue sempet ngobrol sama Sandi, dia juga males ngelanjutin lagi….”

“Hmm…” Shenny mengangguk dengan lemah. Dia bersandar dengan lemasnya di bench, menyaksikan orang lalu-lalang di sekitar dia.
“Cuman Asrul yang masih mau ngelanjutin”
“Ah, dia mah…. Tapi kalo semua gak pengen lanjut, ya gak bisa dong dia sendirian”
“Iya”

“Ngomong-ngomong, makasih udah mau ikut ya?” bisik Shenny, dengan suara yang tipis.
“Ahaha… Ngomong apa sih lo? Kita udah sedeket ini sebagai temen, masa gue gak ikut”
“Bukan itu”

“Tapi?”
“Gue lebih seneng di temenin sama elo nanti, daripada sama Katy…. Sejauh ini, gue paling tenang kalo ditungguin sama elo” sambung Shenny.

Razi terdiam. Dia menunduk dan tersenyum. Perasaannya amburadul. Dia senang mendengar ucapan Shenny. Berarti ada kemungkinan perasaan yang ia pendam pada perempuan ini bisa berbalas. Tapi akan sangat lancang apabila dia mengakui perasaannya sekarang, di tengah kondisi Shenny yang seperti ini.

Razi menatap ke arah mata Shenny yang dilindungi oleh kacamata hitam.

“Tenang aja, apapun yang terjadi, gue bakal temenin dan lindungin elo” bisik Razi, sambil tersenyum.
“Janji?”
“Janji”

Kelingking Razi dan Shenny bertaut. Dan Razi merasakan suhu yang dingin di tangan Shenny.

Dia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat pergi ke Bali, untuk mengakhiri penderitaan Shenny. Apapun yang terjadi di sana, dia sudah berjanji demi Shenny. Razi tak sabar untuk melihat Shenny kembali normal. Dan sekarang, dia sudah siap untuk menghadapi apapun di Bali.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
gw demen nih...crita miss teri tp yg model investigasi dgn logika juga model pilem x-files....crita ini bagi gw kyknya begitu...mantap....lanjut hu....cepetan ya lanjutannya...ato gw kirim 10 kuntilanak...20 pocong...3 genderuwo...dan 1/2 tuyul...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd