Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

Wahaha, shenny jadi kelelawar nih, silau di siang hari, pendengarannya sensitif
 
lelawa10.jpg



LELAWAH – PART 5

------------------------------

kuning10.jpg

“Maaf ya Pak, buru-buru banget ngabarinnya” sapa Sandi saat menjemput seorang bapak-bapak di lobby rumah sakit siang itu.

“Teu nanaon Cep, saya malah seneng, bisa bantu….”
“Iya, makasih banget Pak… Gimana, lancar dari Sukabumi ke sini?”

“Alhamdulillah lancar, mungkin pertanda baik ti Gusti Allah” senyum Pak Eman. Lelaki berusia empat puluh tahunan itu mengenakan polo shirt berwarna putih, celana panjang berwarna coklat, sendal kulit, dan peci haji di kepalanya. Tangannya dilingkari tasbih, juga dihiasi dengan jam tangan kuno, serta satu cincin batu akik yang berwarna hitam.

“Amin” jawab Sandi pelan, sambil menarik napas panjang, dan mengajak Pak Eman untuk berjalan sebentar ke arah kantin rumah sakit. Raut muka Pak Eman tenang dan pembawaannya tampak begitu percaya diri. “Minum apa Pak?” tanya Sandi dengan muka pucat, karena kurang tidur.

“Apa aja boleh lah… Tapi mun bisa mah, kopi” senyumnya dengan santai. Sandi mengangguk dan dia memesankan kopi panas ke pegawai kantin. Setelah selesai memesan, dia duduk di depan Pak Eman.

“Maaf Pak, tadi subuh-subuh telepon”
“Nya, teu nanaon, kaleresan teh nuju teu aya padamelan…” Pak Eman melihat ke sana ke mari, dan dia berbisik ke arah Sandi. “Teu kenging ngaroko nya didieu mah?”

“Gak boleh pak” senyum Sandi awkward dan si Bapak hanya mengangguk saja.
“Nya.. Teu nanaon… Jadi… Saya sudah dengerin penjelasan Cep Sandi tadi pagi, kebeneran, kalo boleh, diceritakan lagi kejadiannya, supaya saya makin paham….”

“Iya, jadi… Kita ke Bali, kira-kira akhir minggu kemarin… Hari Jumat kita Landing, lalu malamnya ada acara, pulang dari acara hampir tengah malam, kita lewat jalan yang gak familiar karena ada pembangunan…. Nah di situ, waktu pas mau makan di warung, kebetulan ibu yang punya warung, pas liat adik saya dia histeris usir adik saya…… Warga pada dateng juga kelakuannya pada aneh, kayak yang ga mau berurusan sama kami…”

“Hmm..”
“Abis itu, besoknya kan kita liputan di desa yang penduduknya banyak yang bisu tuli ya pak, nah di sana, ada satu ibu-ibu udah tua banget, pas liat adek saya sama juga, histeris, sampe kabur si ibu-ibu itu…… Terus adik saya cerita, pas malemnya dia mandi, dia mendadak pusing, denger suara-suara gak jelas di telinganya, sampe gak tahan, jongkok….. Terus jadi susah liat…. Terus biasa lagi…. Tah, abis itu, kemaren malem kejadian lagi pas lagi makan sama keluarga, dia teriak-teriak, denger obrolan-obrolan aneh katanya di telinganya, sama pas lagi kejang-kejang, matanya jadi item……”

“Hmm…” Pak Eman mencoba mencerna informasi dari Sandi. Dia akan bicara, tapi dia menunggu pelayan memberikan segelas kopi panas dulu di depannya. “Yah, itu terdengar seperti kesurupan”

“Iya Pak”
“Punten saya mau nanya ini teh, pas di Bali, kumaha solatna Cep Sandi dan temen-temen?”
“Ah?” Sandi menarik napas dengan dalam sekali. “Yah, kelewat, Pak”

Pak Eman tersenyum.

“Solat teh wajib Cep, selain ibadah ka Gusti Allah, solat teh salah satuna membentengi ti gangguan mahluk gaib sarupa Syaiton sareng Jin… Inget nya, omat… Nu disebut Jurig teh Setan dan Jin… Bukan Hantu atau Arwah, jadi kalau nanti Adiknya Cep Sandi mendadak ngomong, kalo saya teh arwah naon, jangan dipedulikan ya….”

“Iya Pak” Sandi menelan ludahnya.

“Saya curiga, itu dua ibu-ibu teh mirip sama saya, sensitif ka mahluk halus” lanjut Pak Eman dengan logat sunda yang kental, dengan kata-kata yang tercampur-campur antara bahasa Indonesia dan Sunda. “Jadi weh sieun ningali adina Cep Sandi”

“Berarti, kira-kira kesambet jin nya di mana ya….” bingung Sandi.
“Tah itu kemungkinan pas di Bali”
“Tapi kan kita gak ke tempat angker Pak”

“Ah kamu mah, yang namanya jin, kalau sudah niat menjahili, di mana saja bisa dan di mana saja dia ada…… Kayak di sini, tapi ah saya mah ga mau bilang-bilang mereka ada di mananya, nanti Cep Sandi jadi takut” senyumnya.

“Ah waktu itu kan saya gak takut pak” tawa Sandi ramah.
“Hahaha, jangan gitu Cep, kalo takut mah gapapa, asal jangan buat kita jadi jauh sama Gusti Allah aja, Anggap lah takutnya teh sama dengan takut kecelakaan mobil atau takut ketemu maung di hutan. Takut karena takut bahaya…. Kan mahluk begitu teh jahil dan penuh tipu daya”

“Hehe”
“Sekarang abis ngopi, mari kita ke kamar adiknya Cep Sandi ya, Neng Seni bukan namanya teh”
“Shenny, pak” balas Sandi sambil membenarkan ejaan “Seni” yang tampak terlalu polos tanpa huruf h di tengah S dan E.

“Ah sarua wae” tawa Pak Eman dengan tenang, mencoba bercanda ke Sandi.

Sandi hanya tersenyum penuh harap. Dia sangat berharap pada Pak Eman, penjaga masjid di Sukabumi, yang konon “pintar” mengusir mahluk halus. Tim Mistery Explorer memang beberapa kali bekerja sama dengan Pak Eman, yang mendampingi mereka saat mereka meliput area-area angker di Sukabumi, seperti Gunung Salak, Pabrik Tjipetir, Pulau Kunti, dan yang terakhir adalah desa Cibaregbeg. Sejauh ini, semuanya aman. Dan Pak Eman juga sering menangani orang yang kesurupan. Dan semuanya 100 persen berhasil.

Tentu bantuan Pak Eman akan sangat menolong.

------------------------------

harga_10.jpg

“Punten, Assalamualaikum….”

“Wa’alaikum salam” jawab orang-orang yang ada di dalam kamar itu. Kamar VIP di rumah sakit, dimana Shenny berbaring sendirian di atas kasur. Lampu kamar ini tidak menyala sama sekali, dan gordain pun ditutup rapat. Hampir tidak ada cahaya masuk, demi kenyamanan Shenny. Selang infus yang mengalirkan nutrisi dan cairan ke dalam tubuhnya menghiasi tangan Shenny. Tidak ada makanan yang bisa masuk, semua makanan dari tadi pagi dimuntahkan. Cuma buah-buahan yang ada saja, yang bisa dia makan.

“Pak Eman… Apa kabar”
“Baik Cep… Duh siapa nama teh lupa…”
“Razi Pak…”

“Ah iya… yang satu lagi cowok, si Asrul, mana ya? Saya teh sok inget aja ke dia… Soalnya suka banget ya dia debat sama saya hehe” tawa Pak Eman, mengingat beberapa kali pertemuannya dengan Asrul, yang biasanya diakhiri dengan debat masalah keagamaan. Orang tradisional dengan pemahaman agama secara lurus, tentu akan sangat tidak nyambung dengan jiwa liberal dan sekuler ala Asrul.

“Lagi ngerokok di bawah” jawab Razi dengan pelan. Sementara Shenny tersenyum lemah. Kulitnya pucat dan dia menatap Pak Eman dengan penuh harap.

“Salam Pak Eman, dari Katy” bisik Sandi ke Pak Eman, sambil menatap ke layar handphonenya.
“Iya, salam balik… Kapan atuh dikawin?”
“Hehehehe”
“Cepet dikawin, pacaran terus mah, nambah dosa” tawanya ringan, sambil berjalan ke samping Shenny. “Kumaha Neng Shenny, apa yang dirasain?”

“Ya gini pak, sekarang lemes…. Tapi kalo mau ngomongin soal masalah serangannya…. Ya, saya pikir sih saya kayak kesurupan, rasanya bingung”

“Bingung gimana?”
“Mungkin Mas Sandi dah cerita, rasanya saya jadi pusing banget, jadi susah liat, terus banyak suara-suara gak jelas di telinga saya… Kalau soal cahaya matahari, saya bener-bener gak tahan, silau banget…..”

“Suara seperti apa, apa menyuruh melakukan sesuatu, atau hanya menakut-nakuti?” tanya Pak Eman lagi.

“Gak jelas.. Itu… Waktu di Bali…. Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, Inggris, Cina, segala macem, ada di telinga saya…. Ngomong tentang apapun, gak bisa saya artiin semuanya….”

“Hmm…. Kayak berisik gitu? Kayak di terminal?”
“Nah, iya”

“Berarti yang kejadian semalem juga sama ya?” tanya Pak Eman lagi.
“Iya”

“Sama itu Pak, matanya, waktu semalem, jadi hitam total gitu………..” bisik Sandi, mengulang fakta soal Shenny semalam.
“Ari hasil tes di rumah sakit kumaha?”
“Normal semua, rontgen, tes darah, semua wajar dan normal….. Besok dijadwalin MRI” sambung Sandi.

“Yah, namanya jin yah, bangsa jin, apalagi yang jahil, waduh… Penuh tipu daya, biasana pan kalau kesurupan dia pura-pura jadi leluhur lah, arwah…. Mungkin yang ini jahilnya agak beda, tapi ya tetep, kudu kita tempatkan dia di tempatnya, da bukan di badan Neng Shenny kan tempatnya?” senyum Pak Eman.

Shenny mengangguk dengan lemah di dalam kegelapan kamar.

“Cep, tolong isi air di gelas yah” Pak Eman menyuruh Razi mengisi gelas kosong dengan air putih. “Neng Shenny kuat ambil wudhu?” tanya Pak Eman Ke Shenny. Shenny hanya menggeleng. Dia tidak sanggup jalan ke kamar mandi, karena badannya lemah sekali. Tidak ada makanan masuk dari dalam dan infus pun baru dipasang tadi pagi.

“Yaudah atuh, tayamum aja, diniatkan mensucikan diri” senyum Pak Eman.

“Pak, airnya” bisik Razi. Sandi hanya melihat mereka semua dari pinggir kamar, dia membaca doa yang dia hafal sebisanya. Dan dia pun bersyukur, orang tuanya sedang tidak ada di sini. Kalau ada, mungkin mereka sudah menghentikan Pak Eman.

“Neng Shenny, ikutin saya berdoa yah… Ini doa dari ayat-ayat Qur’an, untuk mengusir mahluk-mahluk halus yang mengganggu manusia, sesungguhnya mereka penuh tipu daya…. Dan ini air saya doakan, tapi bukan berarti air ini obat atau keramat yah… Ini mah cuma sebagai perantara saja, berhasil syukur, gak berhasil kita coba lagi, sesungguhnya sebaik-baik pelindung cuma Gusti Allah, ya?” senyum Pak Eman.

“Iya Pak”
“Nah, Cep Razi dan Cep Sandi, ikutin kita juga yah… Dimulai dari ayat kursi, saya baca pelan-pelan, ikuti sebisanya, niatkan hanya pada Allah”

Sandi dan Razi mengangguk.

“Ayo, mulai, bismillah”

------------------------------

ml4a-710.jpg

Sore itu, Pak Eman, Asrul, Razi, dan Sandi ada di sebuah coffee shop yang tidak jauh dari rumah sakit tersebut. Asap rokok mengepul dari mulut Asrul dan Pak Eman.

Pak Eman diam, sambil menatap ke arah jam tangan dan handphone jadulnya.

“Mungkin nanti malam saya bakal nginep di Depok, di sodara, pagi baru pulang ka Sukabumi” ucapnya pelan. mukanya bingung.

“Iya” Sandi dan Razi menunduk, sedangkan Asrul yang biasanya senang berdebat dengan Pak Eman masalah keagamaan, juga diam.

“Aneh pisan” Pak Eman menggeleng-gelengkan kepalanya. “Siang tadi saya coba ruqyah, dan sampai tadi saya ninggalin rumah sakit, saya sama sekali gak ngerasa ada mahluk yang nempel di Neng Shenny”. Yang lain hanya diam, sambil menatap ke arah Pak Eman. “Dan dari tadi juga, saya gak ngerasa ada apa-apa….”

“Setannya keluar masuk kali” Asrul yang tidak percaya mahluk gaib, mencoba untuk menimpali.
“Yang namanya kesurupan, ya… Jin nya mah ada di sekitar situ pasti… Maenya ada mobil jalan sorangan ga pake sopir….” jawab Pak Eman. “Saya jadi curiga ini bener-bener penyakit aneh”

“Penyakit gak denger suara-suara kan?” Razi mencoba bersuara.
“Penyakit kejiwaan kah? Pasien schizo dengar suara-suara di dalam kepalanya, yang gak jelas” jawab Asrul.
“Tapi Shenny ga ada riwayat penyakin kejiwaan” potong Sandi.
“Kan kita gak tau, mungkin kita baru tau… Mungkin itu semua psikosis, alias kondisi mentalnya yang gak stabil, ngaruh ke fisik”

“Walau saya ga ngerti dokter-dokteran… Tapi masuk akal…. Soalna serius, saya gak merasakan ada mahluk apapun sama sekali……” komentar Pak Eman.

“Tapi memang aneh, matanya lo bilang item semua, kalau orang kejang kan biasanya mata putih semua” sambung Asrul.
“Iya, orang kesurupan juga matanya putih, mendelik gitu” tumben, Pak Eman kompak dengan Asrul.

“Duh, jadi gimana, walau dari tadi siang dia gak kejang dan gak denger suara-suara aneh lagi sih” kesal Sandi sambil mengusap-ngusap mukanya yang lelah dan hancur itu.

“Ya mudah-mudahan gak ada apa-apa lagi… Abis ini, terus besok pas MRI, ketahuan kenapanya….” ucap Razi penuh harap.

“Amin, cep” bisik Pak Eman, sambil mengisap rokok nya dalam-dalam. “Banyak-banyak doa, doain neng Shenny…. Niatin untuk Gusti Allah aja, kalau memang sudah jalannya, dan kalau memang penyakit, insya Allah akan dicabut, dan juga wajib bersyukur, karena kalau di Islam mah, penyakit itu salah satunya mengurangi dosa kita…..”

“Iya Pak” Sandi mengangguk, dan dia menutup matanya, memikirkan adiknya yang tadinya ceria dan penuh semangat, berubah drastis semenjak mereka pulang dari Bali.

Prayer and thoughts, sekarang semua bersama Shenny.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

harga_10.jpg

“Ngghh….” Razi membuka matanya di tengah kegelapan pekat. Dia melihat ke arah jam di handphonenya. Pukul dua malam. Dia menatap ke arah Shenny. Shenny yang dia sayang, dia sukai, sekarang sedang terkulai lelah, di atas kasur. Sejak masuk ke rumah sakit, belum ada serangan lagi. Dalam hati, Razi berharap itu tidak terjadi lagi sampai dia bisa keluar dari rumah sakit.

Razi lalu bangkit, kehausan, lalu menyalakan senter handphonenya, mencari botol air minum. Jika dia menyalakan lampu, dia khawatir akan mengganggu Shenny.

Sinar dari handphone itu secara tidak nyaman, menerangi bagian-bagian kecil dari kamar rumah sakit itu dan menambah rasa mencekam yang mendadak muncul. Razi berharap tidak ada sesuatu yang mengagetkannya.

Nah, itu dia. Razi yang malam ini menemani Shenny, berjalan pelan ke arah meja, mengambil botol air minum. Sambil menaruh handphonenya di atas meja, dia meminum air dari botol itu. Dia menarik nalas dengan mencoba santai. Di satu sisi, dia masih ingat sensasi merinding yang dia rasakan dari pengalamannya di Bali kemarin.

Sial. Bulu kuduk Razi berdiri. Dia menelan ludahnya dan meletakkan botol itu di meja. Selanjutnya, dia menuju kamar mandi. Dia menutup pintu, lalu menyalakan lampu.

“!!”

Razi kaget, dan dia lalu menarik napas lega. Yang mengagetkannya hanyalah handuk berwarna gelap yang bergantung di atas pintu. Dia melihat bayangan handuk itu di cermin, dan dia bermain-main sendiri dengan otaknya. Berdua di kamar, bersama dengan seseorang yang kemungkinan kesurupan adalah sensasi tersendiri untuk Razi. Dia sebenarnya bersyukur, bisa menemani Shenny, karena kedua orang tua Shenny tampaknya kelelahan, dan Sandi ada urusan-urusan lain di luar sana yang dia yakini bisa membantu Shenny.

Menggeleng-gelengkan kepalanya, Razi lalu buang air, dan membayangkan dia akan tidur kembali malam ini. Sejak dari Bali, dia tampaknya belum pernah beristirahat cukup. Setelah selesai buang air dan menarik celananya, dia kemudian bersiap-siap untuk keluar.

“Hmmf…..” Razi keluar dengan malasnya sehabis mematikan lampu kamar mandi, dan mengandalkan kembali senter yang ada di handphonenya. Setelah keluar dari kamar mandi, dia berbalik badan, dan…

indexf10.jpg

“ANJRIT!!”

Senter handphone itu menyinari Shenny, yang sedang duduk tegak di kasur. Mulutnya terbuka, dan matanya hitam total. Jantung Razi berhenti mendadak.

“KKKK…. KK…. KKKRRRKKKK…. KK…. KKK….. KCK KK KCKKK KKKKRRRRKKK” suara aneh itu keluar dari mulut Shenny. Badannya terlihat kaku dan dia menatap ke arah Razi dengan mata hitamnya.

“SHEN!!” Handphone Razi jatuh, dan kamar menjadi gelap kembali.

“NNNNNGNGGGNNN…. AAARGGHHHHHHHH!!!!” Shenny mendadak melonjak dari tempat tidurnya. Badannya kembali kejang, dan dia terpental-pental karena kejangnya di atas kasur. “BERISIKKK!!! BERISIKK!!! AH!! NNGGHHHH…. BERISIKKKKK” Shenny berteriak sejadi-jadinya, menutup telinganya dengan liar. Razi panik, dia bangkit dan langsung menekan tombol untuk memanggil suster. Dia menahan tubuh Shenny, khawatir Shenny akan terluka karena jatuh dari kasur, atau selang infusnya copot.

“Shen!!”
“NHHHGGNNNN…. BERISIK!!!!”

“Shen, nyebut Shen….” Razi membaca semua doa yang dia tahu di dalam hatinya, sambil memaksa menahan tangan Shenny agar dia tidak bisa melukai dirinya sendiri. Tangannya dari tadi kaku dan bergerak dengan anehnya, seperti ingin terbang.

“HNNGG… HNNNG…”
“Ya ampun, Shen…”

“Kenapa Mas?!?” Suster mendadak masuk ke dalam kamar, dan menemukan situasi horor itu.
“Kejang lagi mbak, tolong…” Razi berusaha menahan gerakan Shenny yang tak karuan itu. Suster lalu dengan gerakan cepat berlari kembali ke kantor suster untuk mengambil obat penenang.

“KKK…. KRRKK… KKKK……….”

“…..” Razi melafalkan apapun yang ia tahu ke telinga Shenny, berharap serangan ini berhenti. Kenapa sekarang? Kenapa pas tidak ada siapapun, terutama Pak Eman?

Mendadak, badan Shenny lemas lunglai, di dalam pelukan Razi.

“Shen?”
“Nn..”

“Shen?” Razi menatap ke arah Shenny. Mukanya kembali lemas. Matanya kembali normal, tapi Razi bisa merasakan, sedikit demi sedikit Shenny seperti hilang. Dia sudah seperti tidak 100 persen Shenny lagi. Aura kehidupan perlahan menghilang dari mata Shenny.

Tapi, air mata Shenny turun perlahan dari matanya.

“Razi…”
“Iya Shen?”
“Gue kenapa?”
“Tenang Shen, lo di sini, lo di tempat aman….” Razi berusaha menenangkan Shenny.

“Gue salah apa?”
“Enggak, lo gak salah apa-apa…”
“Gue salah apa, kenapa gue bisa begini….” Tangis Shenny pecah dan dia memeluk badan Razi sekenanya. Razi terpaksa duduk di kasur Shenny.

“Enggak, lo gak salah apapun, kita sekarang cari cara ya….. Supaya lo bisa balik normal lagi, oke?” bisik Razi, membesarkan hati Shenny, sekaligus mencoba mengusir rasa takut yang ada di dalam hatinya sendiri.

“Iya….. Huk….” Tangis Shenny terdengar begitu menyakitkan untuk Razi.

Hatinya patah, melihat perempuan yang ia sukai menjadi seperti ini. Dalam hatinya, Razi bertekad akan melakukan apapun untuk menolong Shenny.

Hatinya sakit, merasakan kengerian yang sama dengan yang Shenny rasakan. Bahu Razi basah oleh air mata Shenny. Dan dia ingin, untuk segera mengakhiri penderitaan Shenny. Dia akan melakukan apapun yang ia bisa.

Apapun.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd