Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

Hmm... Biasanya sih kalo ditempeli barang halus meski gak kesurupan orang pinter biasanya bisa lihat kalo ada yg ngikutin. Tapi kalo ini gak tau deh.
Ini based on true story apa fantasy om @racebannon ?
 
lelawa10.jpg


LELAWAH – PART 6

------------------------------

harga_10.jpg

“Apa?” bingung sang ayah, saat melihat hasil MRI yang disampaikan oleh dokter.
“Iya pak. Nothing. Gak ada tanda apapun. Semua normal”

“Ini yang kalian sebut normal?” tunjuk sang ayah dengan marah, sambil menunjuk ke arah Shenny yang terkulai lemas di atas kasur. Ruang itu gelap, karena Shenny tidak tahan dengan cahaya yang menyilaukan matanya.

Shenny terlihat lebih kurus dan lemah, kulitnya pun memucat. Dia menatap si dokter, dengan harapan ada penjelasan lain. Ibunya dan Sandi hanya bisa saling bertatapan, karena bingung. Dokter pun diam lama sekali, karena menurutnya fenomena Shenny ini aneh, tak wajar, dan mengerikan. Setelah serangan yang disaksikan oleh Razi, malam berikutnya, dia terkena serangan lagi. Matanya menghitam, keluar suara aneh berdecit dari mulutnya, dan dia kejang-kejang kembali. Suara-suara aneh kembali terdengar di telinganya.

“Kita juga……..” sang dokter bingung, tak sanggup berkata apa-apa. “Kita masih belum tahu, mungkin masih butuh observasi….. Kita jadwalin EEG aja gimana? Siapa tahu dari syaraf?” lanjutnya dengan nada tak pasti.

“Pulang……..”

“Shen?” Sandi melirik ke arah Shenny yang mendadak membuka mulutnya.
“Pulang aja…. Aku gak ngerasa makin baik di sini….”

“Makannya gimana tapi, di sini kan kamu diinfus” lanjut sang dokter.
“Seenggaknya masih bisa masuk buah ke perut aku… Aku gak ngerasa makin sehat di sini, aku kangen kamar dan rumah” lanjut Shenny.

“Shen….”

“Saya setuju sama anak saya” sang ayah memberi suaranya. “Nanti biar rawat jalan aja, gak usah infus, dia masih bisa makan sedikit makanan…. Kalau cuman memang bisa makan buah, ya makan itu dulu aja sampai kondisinya membaik”

Sang dokter diam.

“Shen, serius kamu? Masa masih kayak gini udah mau pulang?” Sandi tampaknya keberatan dengan permintaan Shenny.
“Sama aja, Mas, mau di mana juga….. Dan lagian, aku bukannya mau ngantor atau ke mana, aku cuma mau pulang…..” senyum Shenny dengan lemah.

“Satu syarat untuk pulang” sang dokter kembali bersuara.
“Apa itu?”
“EEG. minimal kita dapat data lengkap, biar bisa kita pelajari, dan kita hubungkan semua symptomnya…. Rontgen juga harus dilengkapi, gak cuma torso aja, abdomen, dan thorax juga” si Dokter menunjuk ke arah tubuhnya.

“Dok…” sang ayah tampaknya berkeberatan anaknya menjalani tes-tes lain lagi.
“Gapapa” Shenny memotong ayahnya. “Aku cuma pengen pulang….”

“Yakin kamu mau pulang?” Sandi bertanya dengan muka khawatir.
“Yakin. Kalau ada serangan lagi, bakal ada Papa, Mama dan Mas Sandi kan?” senyumnya lemah, menatap ke arah semua anggota keluarganya dengan manis.

“Hmm…. Aku bisa bilang apa lagi” Sandi menggelengkan kepalanya.

“Ya, kalo gitu semua tes yang dokter bilang, apapun kita lakuin dulu, terus anak saya pulang” tegas sang ayah.

“Baik Pak”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

20160110.jpg

“Ngapain kita ke sini?” bingung Sandi, saat Katy menyuruhnya diam di depan sebuah rumah sederhana di pinggir Jakarta.
“Kamu udah nanya itu dari tadi, dan jawabanku sama….. Temenku kenal orang yang mungkin bisa bantu Shenny”

“Pak Eman aja gak bisa, dia bingung, sampe sekarang dia suka SMS ke aku, gak bisa ngeliat apa-apa katanya di sekitar Shenny… Entah emang gak ada setan, atau setannya jago banget” kesal Sandi sambil meremas-remas setir mobilnya.

“Makanya aku ajak kamu ke sini”
“Kenapa kamu gak bilang siapa dia, gimana dia, apa dia sih? Susah amat” kesal Sandi, sambil membayangkan adiknya yang sekarang terkulai lemah di dalam kamar, tidak bisa pergi ke kantor, tidak bisa ke mana-mana. Hanya bedrest, sambil menonton tivi sekenanya, dan sewaktu-waktu ketika malam, serangan itu datang, hampir setiap hari.

“Yuk” Katy lalu turun dari mobil. Sandi menarik napas kesal, menggelengkan kepalanya, sambil menatap perempuan yang jadi pacarnya itu dari dalam mobil. Mau tak mau, Sandi turun juga dan mengikutin langkah Katy. Katy dengan percaya diri lalu menekan bel di pagar rumah itu. Tak lama kemudian, seorang bapak tua, dengan umur sekitar 60-an akhir atau 70-an awal, keluar dari rumah.

“Cari siapa?”
“Saya Katy, yang kemarin nelpon Romo”

“Romo?” bingung Sandi. “Kamu mau minta tolong sama Romo?” bisik Sandi dengan suara yang hampir tak terdengar.
“At least kita ngobrol dulu” balas Katy dengan cepat dan suara pelan sekali.

“Oke, masuk ya….” Si Bapak dengan jalannya yang pelan, tapi pasti, berjalan dan membuka kunci gembok pagar, dan mempersilakan Katy dan Sandi masuk ke dalam. Bapak itu tersenyum ke arah Katy dan Sandi, dan mereka berdua membalas senyum itu.

Romo? Pastur berarti? Katy gila apa?

Sang Romo mempersilakan Katy dan Sandi duduk di ruang tamu. Ada sebuah salib besar di dalam rumah yang sangat-sangat sederhana itu. Di rumah itu sepi, karena memang dia hanya tinggal sendiri. Seorang Romo tidak menikah, hidup selibat, menghambakan hidupnya hanya di jalan Kristus.

“Kenalkan Romo, saya Katy yang kemarin nelepon, dan ini pacar saya, Sandi, kakaknya korban… Ini Romo Felix”
“Halo Romo…”
“Halo….” Sang Romo yang dengan nada bicara yang lembut dan logat jawanya, membuka obrolan. “Saya sudah pikirkan dari tadi malam, dan saya putuskan untuk menolak”

Menolak apa? bingung Sandi di dalam hati.

“Kenapa Romo?” Katy tampak bingung.
“Pertama, untuk melakukan eksorsisme, korban dan keluarga korban haruslah percaya terhadap kuasa Kristus. Karena saya meminjam kekuatan-Nya untuk mengusir iblis…. Sementara kalian semua muslim, itu berarti, saya melakukan pemaksaan agama” sambung Romo Felix. Berarti Katy meminta bantuan pada Romo ini untuk membantu Shenny.

“Tapi, menurut teman saya…. Romo pernah ngusir setan secara massal di sekolah kan?”
“Iya memang, tapi itu di sekolah katolik”

Katy terdiam. Dia memandang Romo Felix dengan tatapan mengiba. Sandi terdiam. Dia memandang Katy dengan tatapan marah.

“Saya ingin sekali membantu, tapi saya tidak bisa menolong…. Saya gak mau maksain agama saya ke kalian…. Kalian muslim, setahu saya sudah punya cara sendiri untuk mengusir setan, yang sesuai dengan keyakinan kalian, tolong jangan gadaikan keimanan kalian….. Mungkin itu juga termasuk tipu daya iblis” sambung Romo Felix dengan kalemnya.

“Romo… Seenggaknya coba lihat kondisi korban dulu”
“Saya mau sekali membantu, tapi kalau saya datang, melihat korban, tanpa bisa membantu….. Saya akan membuang waktu kalian….”
“Sudah di ruqyah, dan orangnya sangat ahli, tapi tidak mempan” nada bicara Katy seperti gemetar. Sandi masih diam.

“Adek, mungkin seperti ke dokter, ada yang cocok ada yang tidak. Ustad dan Kiai kan banyak sekali, mungkin bisa dicari alternatif lain, yang belum dicoba………” Romo Felix masih bergeming, tidak bisa berbuat banyak.

“Romo, tapi”

“Dek, masalah keimanan itu sensitif. Pertama, untuk melakukan eksorsisme itu saya butuh izin dari vatikan. Kalau vatikan tahu korbannya muslim, pasti saya dilarang. Kalau saya nekat, dan berhasil, saya akan disidang oleh keuskupan, kalau saya nekat dan tidak berhasil, ya saya akan disidang di pengadilan, minimal jadi saksi kalau keluarga, terutama ayah dan ibu, keberatan dengan metode saya menolong” jelas Romo Felix panjang lebar.

“Romo, lihat dulu ini” Katy membuka handphonenya, menunjukkan beberapa foto Shenny yang sedang terkena serangan. Wajah yang pucat, mulut terbuka, dan mata menghitam. Sandi menunduk, mengurut kepalanya yang pusing, karena ulah pacarnya.

Romo Felix memperhatikan kondisi Shenny yang diabadikan oleh Katy pada serangan-serangan sebelumnya, ketika Shenny sudah pulang ke rumah.

“Scroll ke samping, ada video”

“KKRRKKK” Romo mulai memutar videonya, dan suara aneh yang dikeluarkan oleh Shenny muncul. Romo Felix memperhatikan semuanya. “KKK KKK RRKKKKK KKKCKKKK KKRRKK” dia melihat tangan Shenny kaku, dan membuat gerakan seperti berenang di udara. Matanya menghitam. “MAMA TOLONG SURUH DIEMMM….. HHHNNN… BERISIK!!!” selanjutnya seperti biasa, telinganya mendengar suara-suara berisik yang tak jelas, sang ibu memeluk Shenny sambil menangis, sambil membacakan doa-doa dalam bahasa arab.

Video itu pun selesai berputar. Romo Felix bangkit. “Sebentar” ucapnya, sambil masuk ke dalam sebuah kamar. Tak lama kemudian, dia mengeluarkan sebuah koper tua, dan dia mengeluarkan beberapa foto polaroid dari dalam sana.

“Silakan dilihat” Sandi mengambil beberapa foto dan mendadak, dia menelan ludahnya sendiri. Di foto pertama yang ia lihat, ada foto seorang perempuan muda, yang sedang dipegangi tangan dan kakinya oleh beberapa pemuda. Muka si perempuan menyeringai, dengan ekspresi yang aneh. Disana ada sosok Romo Felix yang sedang memercikkan air suci ke perempuan tersebut.

images10.jpg

Foto selanjutnya tak kalah seram.

Seorang anak laki-laki berumur belasan, terlihat sedang berdiri di tembok. Iya, berdiri di tembok, menentang gravitasi. Wajahnya tampak lemas, dan mulutnya lebam, mengucurkan darah. Kesemua foto polaroid itu disensor di bagian matanya, untuk melindungi identitas mereka.

“Maaf kalau fotonya menyeramkan, tapi saya cuma mau bilang, bandingkan dengan kondisi korban yang ada di foto dan video tadi… Menurut saya, korban tidak berada dalam kuasa iblis”

“Maksudnya?”

“Ah, coba kemarikan fotonya” Katy dan Sandi mengembalikan tumpukan foto polaroid itu. Dia memilih beberapa foto. “Saya biasa memperlihatkan ini semua ke keluarga sebelum melakukan proses eksorsisme… Alasannya, resiko eksorsisme tinggi… Memakan mental dan tenaga korban dan keluarga. Kalau keluarga memilih untuk tidak karena takut, itu biasa, sering terjadi seperti itu….”

“Romo… Ini” Katy dan Sandi bingung saat Romo Felix menjajarkan foto di depan mereka.
“Ini satu korban, paling mirip kondisinya dengan yang kamu kasih lihat, tapi jelas-jelas berbeda”

Seorang perempuan muda tampak lemah, dengan seringai mengerikan, dan badannya sangat kurus kering, seperti tengkorak, auranya seperti menembus jantung Katy dan Sandi. Romo Felix kemudian mengeluarkan sebuah kaset mini dan pemutarnya, dia memutar kaset itu dengan gerakan yang lembut.

“Januari, 15 November 1995. Saya Felix Gondokusumo. Saya ditugaskan oleh vatikan, untuk melakukan eksorsisme kepada ……” nama di kaset itu tidak terdengar.

“Saya menghapusnya. Privasi, ini kaset untuk keluarga yang mau minta tolong pada saya, agar mereka mengetahui risiko eksorsisme. Rekaman yang asli, untuk Vatikan, tentu sudah ada di arsip mereka” sambung Romo Felix sambil menekan tombol pause.

Suara di kaset kemudian berputar lagi. “Pekalongan. Pukul 21 malam hari. Korban sudah dirasuki selama tiga hari. Saya didampingi oleh dokter ……., suster ………., dan ibunda korban, Ibu ………., kami semua sidah menyerahkan diri pada Kristus, di jalannya lah kami bernaung”. Romo menjelaskan lagi. “Untuk setiap proses eksorsisme, Vatikan mengharuskan untuk didampingi dokter dan tenaga medis”

“FALSUM, EST CHRISTUS!!!!” terdengar suara teriakan yang tidak seperti manusia. “Kristus bohong, itu artinya” Romo Felix mengartikannya kepada Sandi dan Katy. Mereka merinding sejadi-jadinya, sambil saling bertatapan.

“Ei Locus..…. INFERNO” desis suara itu. “Dia bilang, tempat si korban ada di neraka… Oke, cukup” kaset tersebut dimatikan oleh Romo Felix. “Semuanya berbeda dengan yang ditunjukkan oleh kamu tadi… Feeling saya, ini berhubungan dengan medis….”

“Tapi Romo…”

“Iya, kamu sudah jelaskan, kalau semua test dan yang lainnya, itu menunjukkan kalau dia normal, jadi kalian berpikir ini adalah ulah iblis, jin, setan, dan lain sebagainya…. Kalian bilang ruqyah tak mempan, apalagi saya, yang beda iman dengan kalian….. Masing-masing masalah, obatnya beda-beda…. Dan eksorsisme, saya pikir bukan obat yang tepat untuk korban ini”

“Romo…”

“Saya tidak bisa bantu… pertama, gejalanya tidak seperti demonic possesion…. Dia tidak bicara bahasa asing. Dia mengeluh kesakitan, karena suara-suara yang tak jelas, bukan bisikan yang pasti, seperti pada demonic possesion….. Matanya seperti terkena penyakit aneh, dan….. Suara seperti itu, bukan suara sang bintang terang”

Sandi menelan ludahnya banyak-banyak, sambil menatap ke arah Romo Felix. Tangannya bergetar ketika dia mendengar nama “Sang Bintang Terang”

“Anu.. Maksud Romo, Lucifer?”

“Saya sudah berkali-kali bertemu dengan suaranya…. Dia memang sering menggunakan kuasa gelapnya untuk memecah belah manusia dan menarik manusia ke neraka…. Dan suara tadi, itu suara yang mungkin terjadi akibat kesakitan dan kejang…. Bukan suara Iblis”

“Romo…” Katy tampak masih memohon.
“Pulanglah nak, bantu korbannya, kalian di sini membuang waktu kita semua”
“Terima kasih Romo….” Sandi menelan ludahnya lagi, dengan penuh ketakutan. Dia sengaja langsung berpamitan pulang, karena dia sudah tidak nyaman ada di sana. Selama pengalamannya di Mistery Explorer, dia baru sekali mendengar dan melihat bukti langsung orang kerasukan iblis, bukan sekedar kesurupan.

“Iya, sama-sama” Romo Felix melihat Katy dan Sandi yang lemas, dengan muka iba, sambil berdoa yang terbaik untuk kondisi Shenny, di dalam hatinya, dan memohon keberkatan untuk mereka semua.

------------------------------

2_kama10.jpg

“KAMU MIKIR APA SIH!!!” teriak Sandi ke Katy, saat mereka berdua masuk ke dalam apartemen milik Katy yang menjadi base camp mereka.
“Apa maksudnya??” bingung Katy.

“Vatikan jelas gak akan ngasih orang muslim izin buat di exorcist!!”
“Aku kan gak tau, aku cuma dikasih tau temen, ada pastor jago yang pernah ngebebasin orang satu sekolah kesurupan”

“Ya Allah sayang… Gak bilang aku dulu sih! Aku tau semua itu… Kamu pikir kita bertahun-tahun ngejalanin channel yutub ini, aku gak tau sedikitpun soal exorcist? Dan proses exorsisme itu kudu ada dokter, diawasin sama Vatikan segala macem!! Kamu pikir aku segoblok kamu?”

“Engga.. Aku…” Katy duduk di sofa, dan dia mengusap matanya yang mendadak basah. “Aku cuma kasian sama Shenny…. Aku gak tau mesti gimana…..” dia menangis, terisak, menyesali keputusannya membawa Sandi ke Romo.

“Aku tau, Pak Eman udah nyerah, ada Ustad yang dibawa Mama juga nyerah, dan Razi lagi coba cari dukun yang pernah bantu kita di Cirebon….. Asrul segala, yang seskeptis itu, bahkan nanya-nanya ke orang di Pura yang di Cinere sana dan berusaha cari info lewat Komang…. Tapi semuanya ngomong ke aku!!! Gak pake kejutan kayak gini!!!”

“Maaf….”
“Aku tau maksud kamu baik, tapi bisa kan didiskusiin dulu?” kesal Sandi.
“Aku…”

“Ah…” Sandi duduk di sofa, membanting tubuhnya dengan penuh kekesalan. Dia menutup matanya, sambil mengusap-ngusap pinggir kepalanya, tanda stress.

“Babe…” Katy memeluk leher Sandi dari samping, dan mencium pipi Sandi pelan. Sandi menutup matanya, sambil membayangkan apapun soal adiknya. Kenapa harus adiknya yang terkena hal seperti ini?

“Sori aku marah-marah”
“Gakpapa, aku yang salah” bisik Katy.
“Ini gila, udah berapa minggu coba setelah Bali? Pak Eman sampe bingung, sampe dia ngeraguin kesensitivitasannya soal hal-hal gaib….”

“Apa mungkin bener, ini penyakit?”
“Gak tau, tapi kalau emang penyakit, kenapa dua ibu-ibu di Bali itu sampe bisa histeris? Apa mereka bisa ngerasain penyakit? Kalo iya, harusnya gak kayak gitu dong? Dan emang, dari semua kasus kesurupan yang aku tahu, apapun modelnya, yang ini emang aneh banget……..”

Biasanya, kesurupan menyertakan dialog dengan makhluk halus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Kalau ini, seperti tidak. Atau entahlah.

Katy diam saja, sambil memeluk Sandi dari samping. Dia memeluknya dengan erat. Mereka terdiam cukup lama, sambil merasakan napas masing-masing.

“Mungkin ini ******” bisik Katy.
“Hah?”
“Tapi, aku pengen bikin kamu santai dulu…..”

“Sayang, enggak dulu mungkin ya, aku bener-bener pusing soal Shenny…..” Sandi menghindar sambil tersenyum.

“Tapi kalau kamu stress, entar jadi makin bingung nolongin Shennynya… Tadi kan aku salah, dan malah gak ngebantu, mungkin ini bisa ngebantu kamu” Katy tersenyum dengan iba ke arah Sandi. Bagaimanapun, dia ingin pacarnya merasa nyaman.

“Mnnhh..” Sandi kaget, saat Katy mulai mencium bibirnya. Ah, sial, bodo amat, pikir Sandi. Seluruh dunia tampak berputar, dan dia memang butuh untuk istirahat sejenak, sebelum kembali fokus menolong adiknya.

Mereka berdua berciuman dengan cukup panas di atas sofa. Lidah mereka bertaut, bibir mereka beradu, dan napas mereka saling menyusul dengan ganasnya. Bibir mereka saling membasahi satu sama lain, dengan ritme yang tak jelas, terbawa nafsu yang juga dikompori oleh perasaan kesal di dalam diri mereka masing-masing.

“Sayang… Ah…” Sandi mendorong Katy, sehingga pacarnya itu berbaring di atas sofa. Dia langsung melumat kembali bibir Katy sambil meremas-remas buah dadanya yang proporsional itu. Katy mencoba untuk pasif. Dia hanya ingin menjadi objek pelampiasan Sandi atas apapun kekesalannya selama ini.

Bibir Sandi dan Katy masih berciuman dengan ganasnya.

Tangan Sandi masih meremas payudara Katy. Secara otomatis, tentu kemaluan Sandi berdiri tegak. Dia lantas menarik bibirnya, dan dia melucuti pakaian Katy. Dia menarik atasan yang dipakai pacarnya itu, dengan agak buru-buru. Di dalam atasan berkerah lebar itu, Katy memakai tank top, sebelum pakaian dalamnya.

Sandi membuka pakaiannya sendiri dengan ganas dan tanpa sadar, dia sudah bertelanjang dada. Katy sekarang mencoba mengambil alih. Dia mendorong badan Sandi dengan lembut, sambil berusaha duduk di atas pangkuan Sandi. Sandi bersandar ke sofa. Katy lantas menciumi leher Sandi, sambil memainkan rambutnya, agar tidak mengganggu pacarnya. Dengan gerakan-gerakan yang seksi dan menggemaskan, Katy menciumi seluruh permukaan leher Sandi.

“Hnnh…” Sandi mengerang pelan, sambil menikmati kecantikan pacarnya yang terlihat makin menggairahkan, detik ini.
“Nnn!” Katy kaget karena pantatnya yang masih berbalut celana jeans ketat itu diremas oleh Sandi. Tangan Sandi bermain-main, meremas dan menstimulasi bokong Katy.

Katy lantas kembali bermain, sambil terus menciumi leher Sandi dengan penuh nafsu.

“Ah!” Sandi kaget saat Katy mencium putingnya, dan dia mulai menciumi dada Sandi, berniat memberikan stimulasi ke lelaki tersebut. Sandi, yang tampak terbawa nafsu, mulai mencoba membuka kancing dan retsleting celana Katy.

“Geli… Berdiri kamu” Bisik Sandi, memerintah Katy. Dia menurut, dan ketika si perempuan berdiri, Sandi menurunkan celananya, berusaha melucutinya. Katy kembali menurut. Dia juga melepaskan atasan tank topnya, membiarkan Sandi melihat kulitnya yang putih dan bercahaya di dalam balutan pakaian dalam yang berwarna cerah itu.

Sandi kemudian menurunkan celananya, menunjukkan alat kelaminnya yang sudah berdiri tegak, karena tingkah laku pacarnya. Dan Katy, tanpa disuruh, langsung duduk di depan Sandi, dan mulai menggenggam kemaluan pacarnya itu. Mulut Katy terbuka, dan dia seperti sedang menatap ke arah benda favoritnya.

“Nnggh…” Sandi mendesah pelan, ketika kelaminnya masuk ke dalam mulut Katy. Sensasinya begitu hangat dan lembut. Rangsangan demi rangsangan mengalir dari area privat Sandi ke sekujur tubuhnya, terkena sensasi nikmat di dalam mulut Katy. Lidahnya, bibirnya, bahkan dinding pipinya membuat Sandi merasakan lemas di lututnya. Katy hanya menggenggam kemaluan Sandi saja, tanpa mengocoknya. Sementara, mulutnya maju mundur, mengulum keperkansaan lelakinya.

“Mnnnh… Mnnn…” Katy mengeluarkan suara yang menggairahkan. Matanya menatap ke mata Sandi, sambil sedikit-sedikit menyibakkan rambutnya, mengaturnya di balik telinganya, memberikan aura menggairahkan yang membuat jantung Sandi berdegup semakin kencang.

“Sayang… Nnnhhh…” Katy tidak menghiraukan ekspresi Sandi yang terlihat tampak menggila. Dia tetap mengulum kemaluan pacarnya itu dengan ganas. “Nanti.. Ah… Nanti keburu keluar…. Ah…”

Katy berhenti. Dia membuka mulutnya lebar-lebar, dan beberapa tetes air liur menetes ke arah kelamin Sandi. Dia mengeluarkan benda tersebut dari mulutnya. Mereka berdua mendadak saling berpandang-pandangan.

Sandi yang bertelanjang bulat sudah tidak tahan lagi. Dia lalu menangkap Katy, menggendongnya paksa, dan dia membawa pacarnya ke dalam kamar tidur. Dia lantas melempar Katy yang masih mengenakan pakaian dalam ke atas kasur.

“Sandi… Ah!” Katy kaget, saat Sandi menarik paksa celana dalamnya dan dia langsung menjilati area kewanitaan Katy. Katy menutup matanya, sambil mengerang tanpa suara, dan dia meremas rambut Sandi sebisanya. Sensasi geli yang luar biasa sekarang dirasakan dengan gila oleh Katy. Dia merasakan ada yang merayap dengan sintingnya dari organ vitalnya, menuju ke arah otaknya.

“Ngghhh… Ah! Sandi… Uhh….” Katy meremas rambut Sandi, dengan kekuatan lebih. Lidah Sandi bermain-main di bibir bawah Katy, menjelajah, mampir di setiap lekukannya, dan membasahi area itu. “Hnn…” Katy mengerang tertahan, menikmati setiap detiknya.

“Sandi?” Sandi menghentikannya, saat badan Katy mulai menunjukkan respons positif. “Jangan… Kondom.. Ah!” Katy berteriak tanpa suara. Sudah terlambat untuk memperingatkan pentingnya pengaman untuk Sandi. Mereka sudah bersatu. Kelamin Sandi dengan nyamannya mulai bergerak di dalam badan pacarnya. Katy menggigit bibirnya, sambil memegang tangan Sandi yang bertumpu di kasur dalam posisi misionaris.

“Aahh… Ah… Ahhh… Uh..” Katy meracau, merasakan kenikmatan yang menjalar. Suhu ruangan sepertinya meningkat, dan Sandi sedang memompakan kejantanannya tanpa ampun ke dalam badan Katy. Dia benar-bener ingin melepaskan penat di kepalanya, dengan menggerakkan badannya asal-asalan, menggagahi Katy.

Katy memejamkan matanya, fokus ke kenikmatan yang terasa. Area kewanitaannya terasa begitu nikmat, karena Sandi bergerak dengan tidak karuan, benar-benar penuh nafsu. Dia mengumbar nafsu seksualnya, menggagahi Katy tanpa ampun.

Katy meremas tangan Sandi, erat-erat. Dia berusaha mengimbangi ritme tubuh pacarnya yang tak jelas itu.

“Hnng…” Sandi tampak menegang, dengan cepatnya. Excitement dan kekesalan yang memuncak, membuatnya ingin cepat-cepat merasakan kenikmatan.

Tapi, dengan ganasnya, ia masih bergerak dengan frekuensi yang tak stabil. Dia menatap wajah cantik Katy yang menggoda. Dia melihat tubuh indah pacarnya, terkulai degan lemahnya di bawah tubuhnya, seakan berteriak-teriak, meminta dia bergerak lebih kencang dan lebih kasar lagi.

“Aa… Ah!” Katy menegang, merasakan kenikmatan yang tak kunjung berhenti di bawah sana. Dia menggigit bibirnya, sambil meremas tangan Sandi, lebih keras lagi.

“Babe aku…”
“Ah!... Aaa… Uh…”
“Katy.. Aku….”
“Di luar.. Di luar… Please… Ah!”

Sandi menarik kemaluannya, dan dia langsung meledak saat itu juga. Cairan kental hangat, muncrat tanpa permisi ke badan Katy. Katy sedikit menegang, merasakan orgasme kecil, tapi dia tidak mau komplain atau memaksa Sandi memuaskannya. Karena dia tahu, kekasihnya sedang dalam kesulitan.

Sandi menatap badan Katy yang basah oleh spermanya. Katy, dengan napas berat, menatap Sandi, lalu tersenyum lemah.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Babe… Sini” Dia memanggil Sandi. Sandi menurut. Dia menjatuhkan badannya di sebelah Katy.

Mereka berdua saling menatap, dan berharap, ada energi dan semangat baru yang datang, untuk membantu mereka melewati masa-masa berat ini.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Jd inget film supernatural, org2 yg kerasukan demon matanya jd item hhehehe apakah shenny akan jd batgirl? Kitu tunggu aja.. Maaf om rb bagian ssnya ane skip, ane lebih penasaran ama horornya, jdnya menurut ane update kali ini kurang porsinya..
 
ehmm...ehm...masih ada yang jadi pertanyaan dalam hati nubie om @racebannon .

Razi belum ceritakah soal dia dan Shenny yang memfoto kalong di warung si ibu di Bali ke yang lainnya?

Sepertinya kok Sandi dan yang lain belum membahas soal kalong itu.


dalam crita ini ....mereka mmg blm sadar itu berhubungan...jd suhu dalang mmg sengaja...hal biasa kok utk sebuah crita...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd