Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Liburan Semesterku

Untuk Bagian 18, Anggu dibawa ke mana nih?

  • Perkampungan suku kanibal.

    Votes: 14 20,9%
  • Perkampungan suku non kanibal.

    Votes: 23 34,3%
  • Camp sederhana tempat penculik tinggal.

    Votes: 30 44,8%

  • Total voters
    67
  • Poll closed .
Bagian 2




"Riaa…. suara apa itu?" Ujarku.

Ria yang masih dalam posisi duduk bersimpuh dan mendongakkan kepala menghadap laut sehingga dadanya menghadap ke langit yang berawan segera berdiri.

"Ada orang ya?" Tanya Ria.

"Gak tau.." balasku dengan cepat.

Ia melihat ke arah sumber suara di sebelah kananku.

"Ria… hati-hati. Kamu gak pakai pakaian? Kalau ada orang entar gimana? Aku takut Riaa…." Ujarku saat Ria berjalan dengan kaki kanan selangkah ke depan.

"Tenang… tenang Anggu sayang. Jangan jadi cewek penakut" ujarnya berjalan pelan ke arah kanan menuju semak-semak. Ia sama sekali tidak menutupi kemaluan serta sepasang buah dadanya. Ia santai sekali.

"Kalaupun ada orang, dia adalah orang yang beruntung. Apalagi kalau dia cowok" ujarnya yang jaraknya semakin dekat dengan semak-semak. Padahal aku takut. Bayanganku jadi macam-macam. Jika ini Jika itu. Duh…!!!

"Kalau kamu diperkosa gimana?" Ujarku.

"Kalau di perkosa, ya aku nikmatin aja. Daripada dibunuh, lebih baik diperkosa hihihi" ujarnya.

"Iihh…. Kamu ini. Kamu sih enak-enak aja. Tapi gimana dengan aku Riaaa….." ujarku

"Ya kamu berikan aja perawan kamu ke dia. Hihihi" ujarnya yang berjalan pelan semakin dekat.

"Iihh.. ogah. Lebih baik aku mati dalam keadaan suci daripada hidup dengan tubuh yang ternodai" ujarku.

"Nyindir nih ceritanya? Lagian kalau mati, jasad juga bakal dibawa ke Surga gitu?" Ujar Ria dengan wajah meledek.

"Iihhh… kamu ini….. udah udah bahas tentang itu.. bahas lain aja" ujarku.

Dia malah tersenyum. Dari menoleh ke arahku, dia kembali menghadap ke arah semak-semak. Semakin dekat ia berjalan, lambat laun jantungku mulai berdebar-debar lebih kencang. Sepasang tangannya membelah tingginya semak belukar tersebut. Kaki kanannya melangkah masuk ke dalam semak belukar, diikuti kaki kirinya. Semakin jauh ia melangkah hingga tubuhnya tertelan di dalam semak-semak. Setengah kepalanya terlihat sudah melangkah sejauh 5,5 meter ke dalam semak-semak tersebut.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…." Teriak memekik Ria terdengar nyaring dan terdengar seperti tubuh Ria terjatuh. Tadi ujung kepalanya kelihatan, sekarang sudah tidak ada. Tuh kan!!!

"Riaaaaaaaaa!!!!!" Teriakku segera berlari menghampirinya menuju semak-semak.

Di mana tadi Ria ya? Perasaan terakhir liat dia ada di sekitar sini deh. Aku melihat beberapa semak-semak bergerak di depanku dari jarak 5 meter sampai 13 meter, kemudian muncul 3 ekor kera memanjat juntaian akar, ranting, dan dahan pepohonan di tebing yang tinggi tersebut. Sangat lincah dan cepat. Belum semenit, sudah lenyap.

"Uuuh…… uuuhh….." Suara Ria seperti kesakitan dari arah jam 10.

Aku menghampirinya dengan kedua tangan membelah untaian demi untaian semak belukar dan berjalan perlahan. Rata-rata tinggi semak-semak ini setinggi wajahku. Ada beberapa yang melebihi tinggi badanku. 6 menit 38 detik aku menemukan tubuh telanjang Ria tergeletak menyamping ke kanan.

"Riaaaa!!! Kamu kenapa? Apanya yang sakit?" Ujarku segera berdiri di samping dekat lutut.

"Uhh.. tangan kananku sakit" ujarnya.

"Mana mana biar kulihat" ujarku.

Aku membantu mengubah posisi tidur miring ke kanan menjadi tidur miring ke kiri. Kulihat di lengan kanannya ada beberapa daun rerumputan juga potongan semak-semak yang menempel di permukaan kulitnya yang putih alami. Aku mengibasnya dengan pelan hingga bersih.

"Mana? Gak kenapa-kenapa tuh. Ada apa sih? Tadi aku lihat ada 3 ekor kera lari ke arah sana" ujarku sambil menunjuk tebing kera-kera tadi naik.

Posisi tidur Ria ia ubah dari miring ke kiri tidur telentang.

"Tadi aku samperin sumber suara tadi. Saat aku samperin dan aku putar badan, kakiku ketabrak seekor kera ukurannya besar segini nih. Aku kaget dan jatuh. Terus…." ujarnya

"Terus kamu jatuh dengan tangan kanan membentur tanah?" Ujarku memotong pembicaraannya.

"Hihihi iya… Eh bukan tanah, tapi semak-semak ini" ujarnya.

"Halah, anggap aja sama saja. Sini aku bantuin berdiri" ujarku.

"Eh eh… tunggu. Sebelum itu fotoin aku dong. Hihihihi" ujarnya.

"Ih kamu itu. Kurang puas ya foto-foto tadi?" Ujarku.

"Belum"

"Ya sudah aku fotoin. Untung aja bateraiku penuh. Nanti sampai dirumah langsung aku salin ke google drive, aku bagian juga ke akunmu. Ogah deh nyimpen foto foto mesummu di ponselku. Apa jadinya ntar kalau anak gadis mama nyimpan foto mesum" ujarku.

"Itu tujuanku. Menuhin galeri ponselmu dengan foto mesumku. Hihihi" ujarnya sambil cengengesan.

"Udah.. ayo posenya" ujarku.

Dia kemudian menutupi puting kiri dengan 3 jari tangan kanan dan puting kanan dengan tangan kanan dekat siku. Tangan kirinya menutupi selangkangannya. Ia tersenyum genit menghadap kamera. Aku pun mengambil 3 gambar dari beberapa sudut. Dadi landscapd samping, daring ujung kaki, dan aku melangkahi perutnya berdiri mengambil gambar setengah badan dari buah dada yang putingnya di tutupi sampai ujung kepala.

"Gimana?" Ujarku menunjukkan hasil foto slide demi slide.

"Bagus bagus. Kamu cocok deh jadi tukang foto mesum hihihi" ujarnya.

"Iya iya. Kali ini aja hihihi" ujarku.

Pujiannya keterlaluan, masak aku dibilang cocok jadi tukang foto mesum. Tapi jujur aku suka dipuji seperti itu. Bakatku yang suka foto selfie dengan mengatur ISO, aperture, dan shutter speed, aku jadi lebih menguasai teknik mengambil gambar yang baik. Ditambah ponselku termasuk generasi baru dengan penyimpan daya baterai besar dan modern dengan sensor 64 megapixel serta kapasitas penyimpanan internalnya yang besar. Aku juga memasukkan penyimpanan external yang juga tak kalah besar.

"Fotoin lagi?" Ujarnya.

"Okay. Mau posisi gimana?" ujarku.

Kulihat raut wajahnya sedang berpikir beberapa detik, lalu dengan posisi telentang Ria menggeser tangan-tangan yang menutup sepasang puting dan kemaluannya. Aku melihat tangannya mengais rumput lalu menatanya di atas buah dada menutupi sepasang puting dan aerolanya.

"Fotoin setengah badan aja ya?" Ujar Ria.

"Gak sekalian aja seluruh badan?" Ujarku.

"Nggak. Aku mau foto erotis dulu. Memek aku jangan sampai keliatan" ujarnya.

"Baikalah" ujarku.

Aku kemudian melangkahkan kaki mendekat lalu berdiri dengan kaki kiri dan kananku berada di samping pinggulnya dengan sepasang kaki Ria yang di rapatkan. Kedua tangan Ria ia bentangkan dengan menekuk siku dan jari jemarinya berada di samping telinganya. Ia tersenyum menghadap kamera. Akupun mengambil gambarnya. Ia kemudian memejamkan mata dengan menoleh ke arah kanan. Jarak hidungnya dengan jari tangan kanannya sejauh 6 centimeter. Aku mengambil gambar. Aku juga mengambil gambar hanya sebatas leher sampai ujung kepala.

"Hmm… pose apa lagi ya?" Ujar Ria.

"Hmm.. coba gini aja" lanjut Ria merenggangkan rerumputan hingga putingnya nampak mencul disela-sela rumput tersebut. Untuk areolanya tidak nampak. Warba putingnya yang berwarna coklat muda sangat kontras dengan rumput yang masih segar berwarna hijau. Tidak hanya puting sebelah kiri, puting kanannya ia nampakkan juga di sela rerumputan.

"Yuk fotokan lagi" ujar Ria.

Akupun menuruti ucapannya. Aku mengambil gambar setengah badan. Di ponselku terlihat hasil fotonya bagus. Senyumnya manis. Sinar mentari menyinari secara langsung ke permukaan kulitnya. Beberapa bayangan semak-semak yang tinggi terukir di permukaan tubuhnya. Bayangan tersebut menerpa dari wajah sampai ujung kakinya. Bayangan tersebut membawa seni tersendiri. Aku sekali lagi mengambil gambar. Kali ini Ria menjulurkan lidah dengan mata genit.

"Sudah?" Ujarku.

"Belum. Ayo fotoin lagi. Kali ini seluruh badan ya" ujar Ria.

Ia meletakkan rerumputan di selangkangannya. Kedua kakinya ia rapatkan sehingga rumput-rumput menumpuk menutupi kemaluannya. Posisi tidurnya tetap telentang dengan sepasang tangannya ada di perut. Jari telunjuk dan ibu jari baik itu tangan kiri dan kanan ia bentuk gambar hati. Ia tersenyum lalu mengambil gambarnya. Kemudian aku lihat hasilnya. Sepasang putingnya masih nampak di antara rerumputan.

"Gimana hasilnya?" Tanyanya.

"Nih lihat" ujarku mendekatkan layar ponsel hasil jepretanku.

"Sip. Bagus" ujarnya.

Ria kemudian hendak berdiri. Aku mengulurkan tangan membantunya untuk berdiri.

"Eh, emang kamu tiduran disemak-semak tidak gatal ya?" Tanyaku.

"Hihihi dikit" ujarnya kemudian ia berlari keluar dari semak-semak menuju pasir pantai. Di punggungnya masih menempel beberapa helai rumput kering maupun hijau dari semak belukar tadi. Larinya lumayan cepat. Ia kemudian menyeburkan diri ke laut. Kulihat air laut menggenangi sedalam lututnya.

"Angguuu… siniiiiiiiii!!! ayo mandi jugaaaa…!!" Ujarnya sambil telapak tangan kanannya mengayun-ayun naik turun memanggilku.

Sepersekian detik kemudian, ombak setinggi pundak dari belakang Ria menerpa tubuhnya hingga ia terjungkal ke depan.

"Fuaaaaaahh… hahahahahaha" ujar Ria saat kepalanya muncul di permukaan lalu ia berdiri lagi mengusap wajahnya yang tertutup oleh rambut yang basah. Kilau mentari memantul dari kulit Ria yang basah tersebut. Aku mengabadikan dengan mengambil gambarnya. Saat ia bermain main menyirat-nyiratkan air laut, aku menekan tombol shutter di layar ponsel. Saat dia membungkuk tangannya memainkan air, buah dadanya menggantung dengan puting menghadap ke bawah. Buah dadanya yang besar itu juga bergoyang-goyang. Kemudian saat ombak menerpa dari samping, aku memotretnya. Ekspresi ceria Ria terekam dalam ponselku.

"Angguuuu… sini ikutan mandi" ujar Ria.

"Hmmm… nggaak. Aku gak bawa salinan" ujarku yang masih berdiri memegang ponsel.

"Ya bugil aja seperti aku" ujar Ria.

"Iihh.. nanti kalau ada yang liat gimana?" Ujarku.

"Coba liat sekitar kita, mana gak ada orang" Ujarnya.

Benar juga sih. Lagian di pulau ini penduduknya sedikit. Gak ada salahnya aku ikutan mandi. Selain ditemani Ria, ombaknya bagus tidak terlalu tinggi, airnya jernih juga tidak dalam.

"Ngapain bengong? Kalau kamu berani mandi pakai pakaian, aku janji akan kembali ke desa topless, terus kalau kamu mandinya telanjang, aku pulangnya bugil" ujar Ria.

"Iihhh… tantangan apaan? Kok gitu?" Ujarku.

"Ya terserah. Kamu yakin tidak ingin menikmati segarnya mandi di laut sebagus ini? Lihat, mana ada pantai seindah ini yang bersih bebas sampah dan masih alami?" Ujarnya.

"Hmmm... terus kalau aku mandinya masih pakai ini gimana?" Ujarku.

"Tinggal jemur aja. Sambil nunggu kering, kamu pakai pakaian adat aku. Terus sesudah kering, kamu pakai pakaianmu dan kerudungmu lagi. Aku nanti akan pulang telanjang" ujarnya.

"Dasar suka pamer. Gak sekalian aja kamu telanjang sampai kota. Jangan beraninya telanjang di sini. Mentang-mentang orang-orang disini sudah biasa pakai pakaian minim" Ujarku.

"Hihihu.. pernah kok aku eksib. Tapi gak sampai bugil" ujar Ria.

"Hmmmm…. Ya udah aku ikutan mandi. Tapi gimana kalau mandinya di sebelah sana? Sepertinya disana panoramanya lebih bagus" Ujarku menunjuk ke arah jauh disebelah kananku.

"Baiklah" ujarnya.

Ria kemudian berjalan mendekatiku. Air laut yang dalamnya selutut, lama kelamaan turun dibawah lutut. Sampai akhirnya kaki Ria yang menginjak pasir dijilat oleh hempasan ombak yang menjorok ke pasir. Meninggalkan beberapa buih kemudian meletup. Setelah mendekatiku, aku berjalan ke arah yang kutuju. Ria berjalan disampingku sambil telanjang bulat.

"Eh, bajumu gak dibawa?" Tanyaku.

"Wah.. iya sampai lupa" ujarnya.

Ria kemudian mengambil pakaian adat lalu kembali berjalan. Kalau gak aku bilangin, gak tau apa jadinya. Takutnya kalau kelupaan terus hilang.

"Anggu.. aku duluan yaaaa" ujar Ria berlari kencang meninggalkan aku yang ada di belakangnya.

"Heeeiiii… Riaa… iiihhh…. Main tinggal aja" ujarku ikut mengejarnya. Dia menoleh ke arahku sambil menjulurkan lidah lalu ia berpaling menghadap ke arah depan melanjutkan berlari. Apa daya, lariku tidak secepat Ria. Aku tertinggal jauh di belakang. Walaupun aku di belakangnya, dari sini aku dapat melihat buah dadanya yang bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri offside dari bawah ketiaknya. Pantatnya juga ikut memantul-mantul. Rambutnya yang basah mengibas-ngibas.

Ria sudah jauh didepan. Kira-kira jaraknya setengah kilometer. Aku lihat Ria berdiri menghadapku dan tampak menungguku.

Hhhh…. Hhhhhhh…. Aku ngos-ngosan. Jantungku berdebar kencang. Tak lama kemudian aku pun sampai.

"Anggu.. lihat itu" ujar Ria menunjuk ke arah Kiri.

Aku terperangah. Dari dinding batuan yang mengelilingi pantai ini, di tengah tebing terdapat goa. Dari dalam goa keluar air yang jatuh mengguyur ke bawah. Air terjunnya indah sekali. Dari tempatku tadi berfoto, air terjun ini tidak terlihat. Itu dikarenakan pohon-pohon menjulang tinggi menghalangi pandanganku. Dibawahnya terdapat genangan air selanjutnya mengalir ke laut. Perkiraan panjang sungainya tidaklah jauh. Sekitar 110 meter.

"Bagus kan?"tanya Ria

"Iya bagus banget" ujarku.

"Ke sana yuk?" Tanyanya lagi.

"Nanti aja. Sekalian nanti kita mandi disana setelah mandi di laut" ujarku.

"Setuju. Aku nanti ingin keramas membersihkan rambut-rambutku yang lengket akibat air laut yang mengering" ujarnya.

"Nah itu yang kumaksud. Nanti kita bisa mandi sama-sama disana" ujarku.

"Jadi, kamu mau mandi pakai baju atau telanjang nih?" Ujar Ria.

"Hmmm… ada deh" ujarku.

"Ya udah, aku duluan yaa" ujar Ria melemparkan pakaian adatnya lalu berlari menuju laut.

Aku kemudian berjalan menuju batu yang cukup besar setinggi pinggul. Sesampainya di sana, aku melepaskan sepatuku, disusul kerudungku, kemudian sweater. Aku lepaskan kancing kemeja dari bawah sampai atas. Aku buka kemejaku lalu meloloskan dari tubuhku. Aku letakkan kerudung, sweater, dan kemeja ke atas batu. Selanjutnya, aku membuka kancing, dilanjutkan menarik slerekan kebawah dan meloloskan celana jeansku dengan mengangkat kaki kiriku terlebih dahulu, kemudian kaki kanan. Aku letakkan celana jeansku di atas batu di samping kemeja. Sekarang aku mengenakan bra dan celana dalam. Aku lepaskan pengait bra di punggungku. Ako loloskan bra dari buah dadaku. Aku letakkan ke atas batu. Sekarang tinggal celana dalam. Dua ibu jari tangan kiri dan kanan aku selipkan di pinggul, lalu menurunkan celana dalamku. Aku angkat kaki kiri disusul kaki kanan. Aku letakkan juga di atas batu.

Kini aku sudah telanjang bulat. Aku malu karena auratku terpampang bebas. Andaikan saja burung-burung di sekitarku mesum, pasti mereka panas dingin melihatku. Awalnya aku ingin mandi dengan pakai baju, tapi sama saja. Akhirnya aku harus melepaskan pakaian untuk dikeringkan. Salahku sih tidak bawa tas berisi pakaian ganti. Toh nanti kalau selesai mandi, aku bisa segera mengenakan pakaianku kembali. Tidak perlu repot-repot menunggu sampai kering. Lagian menunggu itu membosankan.

Aku berlari menuju Ria yang sedang mandi di laut sambil tangan kiriku menutupi sepasang buah dada dan tangan kanan menutupi kemaluanku. Ria melihat ke arahku dengan mengacungkan 2 jempol dan aku balas dengan menjulurkan lidah.

"Gitu doong!!!!" Ujar Ria

Langkahku semakin dekat ke air laut. Pasir yang masih alami hanya meninggalkan jejak kami berdua. Garis-garis pada pasir pantai yang dibuat ombak terlihat menakjubkan, sampai-sampai aku menyadari aku sudah berada di laut dan sepasang kakiku di terpa ombak setinggi lutut.

"Aaaaaaaaaa…. Hahahahaha" suara dari mulutku l saat air laut yang terasa dingin menerpa kulit tubuhku lalu tertawa riang.

"Anggguuuu" teriak Ria.

Aku menoleh ke arah Anggu. Tiba-tiba wajahku terkena air laut.

"Iihhh.. Riaaa.. awas kamu ya…" ujarku membalas menyapukan tanganku ke permukaan air laut hingga air terlempar mengenai wajahnya. Akhirnya kami bermain air. Rambutku sampai basah semua. Rasa perih sesaat ketika sepasang mataku terkena air laut.

"Hahahahahaa" kami tertawa bersama.

Senang rasanya mandi di sini. Pantai ini seperti pantai pribadi. Dalam keadaan senang, aku pun tidak lupa bersyukur kepada Tuhan atas ciptaannya.

"Kalau dilihat-lihat toketmu besar juga" ujar Ria. Sontak aku langsung menutupi buah dadaku.

"Ngapain ditutupi, udah lepasin aja. Gak usah malu. Biarkan bebas menikmati air laut" lanjutnya.

"Iihh.. kamu ini. Menurutku dadaku biasa saja" ujarku.

"Baru pertama kali ya mandi di tempat terbuka sambil bugil" ujarnya.

"Iya" ujarku singkat.

"Bulu ketiakmu bersih, tapi kenapa yang bawah gak kamu cukur juga?" Ujar Ria.

"Biar deh. Biar kamu gak bisa liat kemaluanku. Hihihi" ujarku

Ria kemudian berjalan menuju pantai. Meninggalkan aku yang lagi berenang gaya bebas ke tengah laut. Aku sudah menjauhi bibir pantai sejauh 47 meter, tapi dalamnya hanya sebatas pundakku. Aku kemudian menahan nafas lalu menyelam.

Waaah…. Indah banget. Pasir dan bebatuan di bawahku berwarna hijau. Sekilas aku melihat ikan berukuran kecil sembunyi di antara batu karang. Aku melayang di dalam air. Aneh ya, tadi saat main air sama Ria, mataku perih terciprat air. Sekarang aku menyelam dan membuka mata tidak terasa perih. Merasa aku sudah cukup lama menahan nafas, aku kembali muncul ke permukaan. Saat itulah aku disambut ombak.

Fuaaaaaahh…… Uhuk… uhuk..

Air laut sampai masuk ke hidung juga masuk ke telinga kiriku. Aku segera mengelap wajah dengan telapak tangan kananku. Memiringkan kepalaku ke kiri dan memukul-mukul kepala kananku. Air di telinga kiri tidak keluar. Aku pakai cara klasik, aku memiringkan kepalaku ke kanan, lalu mengambil air dengan tangan kiri. Aku masukkan ke telinga kiri. Dengan cepat aku memiringkan kepala ke kiri. Air di telinga kiri akhirnya keluar.

"Anggu, tolong bantuin aku" Teriak Ria dari kejauhan.

"Lagi ngapain kamu Ria?" Tanyaku kulihat Ria merangkak sedang mengais-ngais pasir kering yang jauh dari bibir pantai.

"Ada deh.. sini buruan" ujarnya.

Akupun menghampirinya dengan berenang gaya bebas, dilanjutkan dengan berjalan. Air dari tubuhku menetes-netes. Terutama dari rambutku. Aku ikut mengais pasir putih tersebut dengan kedua tanganku. Cukup lama sih kami mengaisnya hingga hasilnya membentuk lubang berbentuk huruf Y. Tidak dalam, kira kira 77 cm. Tiba-tiba Ria tidur terlentang dan mengangkang di lubang itu.

"Eh Ria, ngapain kamu?" Tanyaku.

"Udah buruan kubur aku, kecuali kepalaku ya?" Ujarnya.

Akupun mengangguk menimbunkan pasir ke tubuh telanjangnya. Hanya kepala yang ada di permukaan pasir. Hanya sebagian kepala, seperti ubang telinga, dahi, wajah sampai dagu, serta ubun ubun kepala tidak terbenam. Selebihnya terkubur. Selesainya aku duduk di samping kirinya kepala menatap ke laut lepas. Posisi kepalanya seperti tidur terlentang dengan punggung kepala diganjal bantal. Kami sama-sama menatap lautan.

"Anggu, sebenarnya aku orangnya aneh" ujarnya.

"Maksudnya apa Ria?" Ujarku.

"Aku tuh seneng banget memasukkan sesuatu di kelamin aku. Sejak kehilangan perawan sama mantan, aku jadi berubah. Perlakukan mantanku yang pernah memasukkan timun, kelereng, serta tomat ke memek aku, entah mengapa aku jadi bergairah. Lalu, dia mati karena kecelakaan. Entah kenapa, aku jadi horny masturbasi sendiri dengan memasukkan sesuatu ke memekku" ujarnya.

"Kok bisa?" Ujarku kaget

"Ya nggak tau Anggu. Mungkin karena perlakuan mantanku itu memantikkan sesuatu dalam diri aku. Aku pernah ke kampus pakai rok tapi gak pakai celana dalam. Celana dalamnya malah aku masukkan ke dalam memek" ujarnya.

"Ya ampun Ria… Gak perih ya dimasukin begituan?" Tanyaku.

"Perih, tapi enak. Awalnya aku basahin dulu celana dalamku baru aku masukin. Tapi akhir-akhir ini aku suka memasukkan celana dalam dalam keadaan kering"

"Cewek itu memang unik. Hanya Tuhan yang tahu tentang cewek. Bahkan sebagai cewek, aku sendiri tidak bisa sepenuhnya memahami cewek sepertimu" ujarku.

"Tapi, setidaknya kamu mau berteman denganku" ujarnya.

"Iya iya.. apapun yang terjadi, Ria tetap teman aku" ujarku menatapnya. Dia tersenyum.

"Ria, tahu nggak? yang menemukan bahasa pemrograman komputer adalah perempuan. Karena itu, bahasa pemrograman begitu sulit dan rumit dimengerti" ujarku.

"Hahahaha bisa bisa aja" ujarnya.

"Beneran lho. Aku belajar C++ hanya sebagian kecil saja yang kumengerti" ujarnya.

"Lho.. emang sebelumnya kamu kuliah pemrograman ya?" Tanya Ria.

"Nggak, minggu lalu aku kursus bahasa pemrograman" jawabku.

"Oh gitu. Boleh dong ajarin aku" ujarnya.

"Aku aku belum bisa malah disuruh ngajarin. Hihihi" ujarku.

"Hihihihi" ujarnya tertawa kecil dan aku tersenyum.

"Ngomong-ngomong, enak ya Ria dikubur seperti ini?" Tanyaku.

"Hmmm.. enak. Tubuhku serasa di peluk gitu" ujarnya.

Aku memejamkan mata. Sepasang tanganku kubentangkan ke atas sambil menghirup udara segar. Hari ini tidak begitu panas. Awan awan di angkasa menghalangi sinar matahari agar tidak langsung membakar kulitku.

"Kalau dilihat-lihat, kamu seksi deh. Aku gemes liat toket kamu" ujarnya.

"Dasar mesum" ujarku. Dia malah senyum-senyum.

"Nanti aku bakal pulang telanjang nih" ujarnya.

"Ya itu kamu sendiri yang bilang. Lagian aku mandi telanjang bukan karena tantanganmu, tapi karena keinginanku saja. Kalau di pantai lain, aku gak berani" ujarku.

"Kamu berani nggak telanjang di depan cowok?" Ujar Ria.

"Nggak lah. Enak aja. Tubuhku mahal tau buat dilihat cowok. Cuma untuk calon suamiku aja yang berhak melihatnya. Karena kalau sudah nikah, aku adalah pakaiannya" ujarku.

"Berarti aku murahan ya suka bugil sembarangan?" Tanyanya.

"Aku gak bilang gitu. Ya itu hak kamu sih. Tubuh kamu sendiri. Kamu berhak atas tubuh kamu. Terserah kamu apakan. Tuh kamu tato dan tindik juga atas kemauanmu sendiri" ujarku.

"Hihihi.. iya. Walaupun aku suka pamer, tapi sejauh ini aku hanya ngentot sama mantan aja. Selebihnya aku masturbasi sendiri" ujarnya.

"Arya sama Toni pernah lihat kamu telanjang?" Tanyaku.

"Belum" ujarnya.

“Ria, badan kamu itu bagus. Tapi kenapa kamu suka mengumbar badan kamu? Setahuku kamu gak kayak gini deh” Ujarku.

“Hmmm.. dulu aku emang gadis biasa, tapi itu berawal sejak pacaran. Duh pacarku itu suka menyuruhku pakai rok tanpa celana dalam juga tanpa bra” ujarnya.

“Kamu kok nurut begitu saja?” tanyaku.

“Entahlah. Mungkin karena aku mencintainya. Coba kalau dia nurut tidak ikut arung jeram...” Ujarnya

“Aku juga merasa kehilangan. Itu sudah menjadi suratan takdir. Dia meninggal dengan cara apa dihari apa pada jam berapa detik keberapa sudah tertulis lengkap”

“Iya benar. Saat itu cuaca lagi tidak baik.. Hujan lebat dan medannya cukup berbahaya… hikss.. Hikss”

“Kamu yang tabah ya Ria. Masih ada aku yang akan ada di sampingmu”

“Terimakasih ya Anggu…” Ujarnya

Aku mengusap air matanya. Ia tersenyum kepadaku. Aku menoleh ke arah kiri. Dari kejauhan aku melihat 2 sosok yang sedang berjalan ke arah kami. Lama-kelamaan semakin jelas. I.. itu Arya dan Toni!!!! Gawat.

"Ria Ria!! itu ada Toni dan Arya" ujarku dengan jari menunjuk ke arah kiri.

"Udah buruan kamu pakai pakaian kamu" ujar Ria menyarankanku.

"Kamu Ria?"

"Aku biar seperti ini saja. Nanti aku beri kejutan ke mereka hihihi" ujarnya.

Terserah deh. Yang penting aku segera berpakaian. Duh, pantatku lagi banyak pasirnya pula. Aku berlari ke batu yang ada di belakang sambil menepuk-nepuk pantatku yang penuh pasir. Rasanya badan agak lengket. Kalau aku mandi ke air terjun itu, khawatir tidak cukup waktu. Aku segera mengenakan celana dalamku, bra, celana jean, kemeja, lalu kerudung. Sweaterku aku lipat di atas batu. Sepatuku juga aku tinggal di dekat batu. Kemudian aku kembali ke Ria duduk di samping kirinya.

Beberapa saat kemudian aku lihat Toni dan Arya sudah semakin dekat. Mereka masih berpakaian adat hanya menyarungkan kulit hewan dari pinggul sampai lutut.

"Hei Angguuuuuuuuuu….." panggil Toni.

Aku menoleh ke kiri terlihat Toni dan Arya melambaikan tangan dari arah kiriku berjalan menyisiri pantai ke arahku. Akupun membalas dengan melambaikan tangan kanan.

"Woooowww….. Lautnya bagus ya? Dari sana aku melihat jejak kaki kalian berdua. Eh dimana Ria" ujar Toni.

"Tebak dimana dia hayooo?" Tanyaku ke dia.

Dia sudah berdiri di samping kiriku. Sepertinya kepala Ria disebelah kananku terhalang oleh tubuhku yang duduk di sampingnya sehingga tidak terlihat oleh Arya dan Toni.

"Eh, itu pakaiannya Ria kan?" Ujar Toni melihat pakaian atas dan bawahan milik Ria berada jauh di depan arah jam 1. Duh, Ria sih main lempar pakaiannya sendiri.

Mereka berdua kemudian berlari ke arah pakaian Ria. Lalu kembali ke arahku.

"Anggu, dimana Ria?" Ujar Arya.

"Kangen ya sama aku?" Ujar Ria.

"Lho, dimana dia?" Ujar Toni.

"Naaah.. ini Ria.. ngapain kamu main kubur-kubur gitu?" Ujar Toni yang mendekatiku lalu memutar dan melihat ke samping kiriku ada kepala Ria.

"Bukan kubur-kubur. Ini terapi pasir tauuuu" ujar Ria.

Hihihi Ria ini. Emangnya ada ya terapi kubur-kubur seperti ini? Mungkin memang ada. Akunya aja yang gak tau. Tapi apakah caranya seperti ini?

"Kalau pakaiannya tergeletak sembarangan di pantai, berarti kamu te.. telanjang ya Ria?" Ujar Arya agak gugup.

"Emangnya kamu mau ngapain kalau aku telanjang? Ih… mukamu mesum gitu. Mau liat ya Arya?" Ujar Ria kemudian.

"Eng….enggak… enggak kok" ujar Arya gugup terbata-bata.

"Kalau kamu Ton?" Ria bertanya ke Toni yang ada didepanku.

"Hehehehe" Toni cengengesan sambil garuk garuk belakang kepalanya. Ketombean kali dia ya? Hihihihi.

"Arya, Kamu kok polos gitu sih.. jangan-jangan kamu belum pernah liat cewek telanjang ya?" Ujar Ria.

"Be.. be...belum" ujar Arya.

"Ya Tuhan…. Kamu memang belum pernah ya?" Tanya Toni.

"Kalau yang asli belum, cuma tahu lewat internet dari ponsel dan laptop aja" ujar Arya.

"Waah kebetulan. Ayo tebak-tebakan. Kalau salah satu dari kalian berdua bisa menemukan dimana klistorisku, hari ini kalian boleh ngelakuin apapun ke aku, terus kalau bisa menemukan areolaku, kalian cuma bisa grepe-grepe aja. Gimana?" Ujar Ria.

"Wooooww…" ujar Toni terperangah.

"Ada lagi…" ujar Ria.

"Apa?" Ujar Toni.

"Kalau kalian bisa menemukan putingku, aku akan kasih lebih. Tidak sekedar grepe-grepe aja. Tapi bukan ngentot lho ya. Anggap saja grepe plus plus" ujar Ria.

"Maksudnya bisa nemukan klistoris bisa ngapa-ngapain, apa boleh ngentotin kamu Ria" ujar Toni.

"Iya boleh" Ujar Ria.

"Wahh.. kesempatan kamu Arya. Kamu belum pernah ngentot kan?" Tanya Toni.

"Be.. belum lah" ujar Arya.

“Siap lihat cewek bugil ya Arya. hihihi” Ujar Ria. Arya masih terdiam malu-malu.

"Ya harus siap. Ayo kita temukan!!" Ujar Toni.

Waaaw… Ria mulai nakal nih. Jadi ini yang dia katakan tadi ingin memberikan kejutan. Arya dan Toni langsung menggali dan mengais pasir di atas tubuh Ria. Toni mengais bagian bawah tubuh Ria yang terkubur pasir, sedangkan Arya bagian dada Ria. Tapi Arya sepertinya gugup. Mengais pasirnya pelan dan tampak lesu. Mungkin pikiran dia lagi berkecamuk.

"Eiitt…. Stop.. stop. Bukan pakai tangan. Enak dong kalau gitu" ujar Ria menghentikan aktivitas mereka.

"Terus..?" Ujar Arya.

"Hmmmm…. Cari tongkat atau apa ya….. oh iya pakai lidi aja" ujar Ria.

Untunglah tubuh Ria terkubur cukup dalam, jadi mereka tidak sampai menemukan bagian tubuh yang dimaksud oleh Ria. Arya langsung mencari lidi di sekitar sini. Banyak pohon kelapa yang tumbuh di pantai yang sangat indah dan bersih ini. Mungkin Arya bisa menemukan lidi dari daun dan dahan kelapa yang jatuh.

Benar dugaanku, Arya sudah kembali. Cepet banget dia menemukannya.

"Sudah dapat Arya?" Ujar Toni.

"Sudah nih" ujar Arya sudah berdiri di depanku dan di samping tubuh Ria yang terkubur. Arya menggenggam beberapa batang lidi. Kira kira belasan lidi.

"Ini kita sudah dapat, terus gimana?" Ujar Toni yang paling bersemangat.

"Kalian ambil masing-masing 3 lidi. Toni 3 Lidi, Arya juga 3 lidi" ujar Ria. Toni mengambil 3 Lidi dari Arya.

"Sudah nih" ujar Toni.

"Sederhana kok. Tusuk aja pasir diatas ini sampai mengenai tubuh aku. Kalau bisa mengenai klistoris, puting, atau areola, kalian akan mendapatkan apa yang tadi aku janjikan" jelas Ria.

"Janji yaa?" Tanya Toni bersemangat.

"Iya, Ria janji kok. Kalau aku bohong, Anggu jaminannya" ujar Ria.

"Yeeeeee…. Enak aja aku jaminannya" ujarku ketus.

"Enggak enggak Anggu sayang, aku cuma bercanda kok" ujar Ria.

Arya dan Toni langsung berdiri di depanku.

"Aaaaduuh… Aryaa…. jangan injak kakiku" teriak Ria. Pasir di atas tubuhnya bergerak-gerak.

"Ma..maaf " ujar Arya sambil lompat mundur.

"Di... dimana kakimu Ria?" Ujar Arya.

“Ya itu yang kamu injak” ujar Ria.

“Dia ngakang Aryaaa” Ujar Toni.

“Oooooh gitu” ujar Arya.

“Kalau posisinya ngakang, berarti posisi memeknya ada di sini” Ujar Toni langsung menusukkan lidi ke pasir di selangkangan Ria.

“Aaaahhhh….” Ria mendesah sambil pasir diatas tubuhnya ikut bergerak-gerak.

“Sepertinya kena ke sasaran…” Ujar Toni kemudian menggali.

“Stop stop. Sekalian kamu tusukkan 2 lidi sisanya lalu giliran Arya. Setelah itu baru digali dilihat tusukannya tepat atau tidak” Ujar Ria.

“Oooh gitu. Tadi aku sempat melihat siluet tubuhmu di pasir” Ujar Toni

JLEEB JLEEEBB

“Aaaaahh…. Aaahhhh” desah Ria.

Toni menusukkan sebuah lidi ke dada sebelah kiri dan sebuah lagi ke dada sebelah kana Ria dengan cepat. Kemudian Toni berdiri ke samping Ria.

“Ayo Arya, sekarang giliran kamu” Ujar Ria.

“I.. iya”

“Semangat dong. Nanti kalau kena ke yang aku bilagn tadi, kamu bisa lihat aku bugil kok” ujar Ria.

Dari posisi berdiri, Arya kemudian duduk berlutut. Ia menusukkan sebuah lidi dengan pelan di selangkangan Ria sampai desahan keluar dari mulut Ria. Selanjutnya ia menusukkan sebuah lidi di dada kanan Ria dan sebuah lidi di dada kiri Ria. Setelah menusuk 3 buah lidi, Arya berdiri di depanku atau disamping Ria. Aku lihat jarak lidi Arya dan Toni di selangkangan Ria cukup berjauhan. Kira-kira berjarak 5,3 centimeter. Kalau di dada sebelah kiri Ria, jarak lidi mereka berdua cukup dekat. Kira-kira berjarak 1,3 centimeter, sedangkan jarak di dada kanan Ria cukup jauh. Mungkin sekitar 6,7 centimeter.

“Anggu, tolong di gali yaaa. Arya dan Toni menyaksikan saja” Ujar Ria.

‘Ooohh.. Ceritanya aku wasit gitu?” Ujarku.

“Hihihihii” Ujar Ria.

Ya sudah. Apa boleh buat. Aku pun mendekat ke lidi mereka.

“Usul.. gali dari sini ya” Ujar Toni

“Iya boleh. Kamu pegang aja lidinya biar gak geser saat di gali sama Anggu” Ujar Ria. Tonipun memegangi lidinya.

“Arya.. kamu pegangin lidi kamu” Ujar Toni.

Aryapun mengangguk lalu duduk memegangi lidinya. Dengan kedua tangan, aku menggali lidi yang diduga berada di selangkangan Ria. Semakin lama semakin dalam galiannya sampai aku melihat ujung Lidi mereka berdua.

“Ehh kena kena lidiku kena” Ujar Toni.

“Bener Anggu?” Tanya Ria.

“Nggak kok. Ini bukan klistoris Toni, tapi Prepuce” Ujarku.

“Jiaaaah masak sih?” Ujar Toni mulai protes.

“Aku cewek Toni, jadi tau mana yang namanya klistoris. Nah ini namanya klistoris” Ujarku menunjukkan klistoris Ria yang permukaannya banyak butiran pasir. Aku menunjukan pakai lidi.

“Aaahh.. Iihh Anggu ini” Ujar Ria.

“Hihihihi…” Ujarku.

“Ooooh seperti ini ya klistoris itu” Ujar Arya.

“Iya Arya. Nih lihat baik-baik” Ujarku jemariku melebarkan labia mayora bagian atas.

“Ooohh bentuknya kecil” Ujar Arya.

“Pantes aja, kalau bisa kena bisa ngapain aja ke kamu. Lhaaa ukuran sasarannya kecil” Ujar Toni.

“Udah udah. Terima saja nasibmu. Hihihi” Ujarku.

“Nah, kalau punya Arya, kamu mengenai labia mayora atas sebelah kiri. Jadi kalian berdua dinyatakan tidak mengenai sasaran” lanjutku menjelaskan.

Sekarang aku lanjut ke dada sebelah kiri Ria. Sama seperti tadi. Arya dan Toni memegangi lidi mereka masing-masing. Aku menggali pasir di lidi mereka berdua yang tertancap. Kali ini galinya tidak lama.

“OOOowww YESSSS. Aku bisa grepe-grepe kamu sepuasnya hahahahahaha” Teriak Toni girang. Lidi Toni mengenai areola sebelah kiri Ria.

“Kena areola aja bangga” Ujar Ria melihat ke dadanya.

“Eh? Bukannya kena puting?” Ujar Toni.

“Bukan Toni. Lihat baik-baik. Lidimu jaraknya 2 mili dari puting Ria mengenai cincin tindik. Lidimu meleset ton” Ujarku.

“Naaah.. Kalau lidi Arya jelas gak kena sasaran. Jangankan puting, Areola aja jauh” Lanjutku.

“Sudah-sudah. Kamu bisa grepe-grepe aku kok Ton” Ujar Ria

“Yessss. Ayo lanjut ke satunya” Ujar Toni.

Toni gak sabaran. Dasar mesum. Hihihi. Mereka berdua memegang lidi terakhir mereka. Aku menggali dada kanan Ria. Lidi-lidi tersebut jaraknya berjauhan. Siapa sangka, jarak yang berkisar 6,7 centimeter, ternyata lidi Arya mengenai puting. Tepat di tengah-tengah puting kanan Ria. Sampai-sampai putingnya cekung terdorong lidi Arya. Aku baru sadar, ternyata Arya menusuk lidinya miring. Beda dengan lidi Toni yang vertikal. Karena itu jarak lidi mereka cukup jauh.

“Selamat ya Arya. Kamu tidak hanya grepe-grepe aku, tapi bisa nenen dan melakukan hal apa saja kecuali ngentot” Ujar Ria.

Toni tampak lesu. Sepertinya ia iri dengan keberhasilan Arya. Mereka berdua kemudian menyingkir dari tubuh Ria. Lalu, Ria mengeluarkan tangannya dari dalam pasir. Aku meraih tangannya membantunya berdiri dari main kubur-kuburan. Ia kemudian menghadap ke Arya dengan tubuh penuh dengan pasir yang menempel di sekujur kulitnya.

"Arya, kamu beneran belum pernah grepe-grepe cewek?" Tanya Ria.

"Be.. belum. Mentok cuma salaman saja" ujar Arya.

"Kamu sudah punya pacar?" Tanya Ria.

"Belum juga" ujar Arya.

"Eh, tapi aku lihat kamu akrab sama Reni. Jangan-jangan…." Ujar Toni.

"Bu..bukan kok. Kami hanya berteman biasa. Saling diskusi dan belajar bareng" ujar Arya.

"Hihihi ya sudah. Sini tangannya" ujar Ria dengan sepasang telapak tangan menumpu pada bahu di sisi kiri dan kanan Arya.

Postur tubuh Arya yang lebih tinggi membuat tatapan wajah Ria sedikit mendongak menatap mata Arya. Mereka saling bertatap mata. Telapak tangan Ria menuruni bahu menuju lengan Arya yang lurus menggantung ke bawah.

"Kamu jangan gugup. Santai saja" ujar Ria. Telapak tangan Ria sampai ke siku-siku Arya.

"Aaaaaaaaahh….." desah Ria tiba-tiba dari punggungnya sepasang tangan Toni menerkam sepasang buah dada Ria dari pinggang sebelah kiri dan kanan.

"Iiiihh.. Toni main serobot aja. Liat nih Arya cara Toni grepe-grepe toket aku.. uh…. Kasar banget" ujar Ria yang buah dadanya lagi di remas-remas secara kasar.

Arya hanya bengong dan terdiam melihat sepasang buah dada Ria diremas temannya. Ria malah tersenyum dan acuh dengan apa yang dilakukan Toni.

"Kamu suka toket aku Arya?"

"Su… suka" ujar Arya.

Sekarang tangan Toni mengangkat bagian bawah sepasang buah dada Ria ke atas lalu melepaskannya secara bergantian. Buah dada Ria jadi mantul-mantul satu sama lain.

"Toket Ria kenyal lho brooo" ujar Toni.

"Kamu suka ya ton?" Tanya Ria menoleh ke kiri dengan lirikan mata ke Toni yang berdiri di belakang.

"Suka banget… Cowok normal pasti suka. Apalagi toketmu besar" ujar Toni.

"Tuh Arya denger tuh" ujar Ria menatap wajah Arya, sedangkan sorot mata Arya menatap ke sepasang buah dada Ria.

Arya masih diam membisu melihat buah dada Ria yang dipermainkan oleh Toni. Setelah mengangkat-angkat sepasang buah dada Ria, kini Toni kembali meremas dengan kasar. Bahkan lebih kasar dari sebelumnya. Puting Ria sampai mencuat dan mengacung tegang diantara jari-jari tangan Toni. Diperlakukan demikian, Ria tetap masih cuek seperti tidak terjadi apa-apa. Walaupun menunduk, beberapa kali aku melihat jakun Arya naik dan turun menelan ludah. Aku melihat tonjolan pada pakaian yang disarungkan di bagian Arya.

"Mantul nih toket" ujar Toni dengan meremas buah dada Ria.

Cukup lama Toni meremas-remasnya, sampai-sampao butiran pasir di sepasang buah dada Ria rontok. 13 menit kemudian jemari tangan Toni sekarang memilin sepasang puting Ria. Cincin penyemat tindik pada pangkal puting sebelah kirinya juga dimainkan dengan cara menarik-nariknya ke arah depan hingga bentuk buah dadanya sedikit mengerucut ke arah perut atas Arya. Jarak puting yang mengerucut tersebut kira-kira jaraknya setengah ruas jari kelingkingku. Mungkin tujuan Toni untuk menyentuhkan puting kiri Ria ke kulit perut di sekitar ulu hati Arya. Tinggal sedikit lagi, puting Ria bersentuhan dengan kulit Arya. Tak lama, dengan cepat Toni menarik sepasang puting puting Ria sampai menyentuh kulit di sekitar ulu hati Arya. Raut wajah Ria sedikit meringis kemudian tersenyum. Ia tidak mengeluarkan suara apapun. Sedangkan wajah Arya melongo. Jemari tangan Toni menggesek-gesekkan puting Ria ke kulit Arya. 2 menit digesek-gesek Arya masih diam. Ria tersenyum melihat raut wajah Arya.

"Gimana puting aku Arya?" Ujar Ria. Arya sepertinya bengong tidak menghiraukan ucapan Ria.

"Kok diem sih…" ujar Ria.

"Eh… e enak. Sepertinya kenyal" ujar Arya.

"Bener, putingnya kenyal banget. Rugi kalau kamu gak nyoba" ujar Toni memanas-manasi.

"Iya Arya, sampai kapan kamu menjaga tangan kamu perjaka seperti itu. Remas aja toket aku. Gratis kok… liat nih puting aku di tarik-tarik sampai mengerucut begini" ujar Ria ikut memanas-manasi.

Setelah menarik dan menggesek-gesekkan sepasang puting Ria ke kulit perut atas Arya, kali ini Toni kembali meremas-remas buah dada Ria.

"Anggu… kamu gak mau toketmu aku ginikan juga?" Ujar Toni melirik ke arahku.

"Iiihhh… ogah. Ini hanya untuk suamiku kelak weeekkk…" ujarku kemudian menjulurkan lidah ke arah Toni.

"Enak lho Anggu… apalagi remasannya kasar banget" ujar Ria.

"Hihihi kamu aja deh. Nanti kalau sudah nikah, dada aku juga pasti diremas-remas" ujarku.

"Toni Arya. Tau gak, toket Anggu itu masih perawan lho, belum pernah dijamah pria. Volumenya juga besar. Putingnya kemerah-merahan. Kulitnya kuning langsat, dan…." Ujar Ria.

"Udah udah… ih Riaaa ini apa-apaan sih ngomongin itu" ujarku memotong ucapan Ria.

Dasar Ria ini. Malah bocorin dan memberitahukan mereka. Padahal bagian tubuh itu hanya untuk pria yang meminangku. Nakal kok ngajak-ngajak. Huff!!!

"Aaahh…. Toniiiii…. Aahhh" Ria mendesah.

"Dari tadi kamu diam aja, sekarang baru koar-koar hehehe" ujar Toni.

Aku melihat sepasang tangan Toni bukan meremas-meremas, melainkan gerakan memerah seperti memerah susu sapi. Keempat jari berada di bawah bagian bawah dan ujung sepasang buah dada Ria, sedang ibu jarinya memijat dari bagian tengah buah dada ke arah puting.

"Di rumah paman, aku sering membantu memerah susu sapi. Hehehe" ujar Toni dengan jari jemari memerah buah dada Ria.

"Ohh…. Arya. Liat nih toket aku di perah layaknya susu sapi…. Aaaahh.. apa sekasar ini ya merahnya… oohh"

"Heheheh ini teknik memerah khusus untuk susu kamu Ria. Harus kasar… hehehe" ujar Toni.

Benar yang diucapkan Toni. Memerah buah dada Ria kasar banget. Setiap kali ibu jarinya mengurut dari tengah dan berhenti ke areola, putingnya menggembung dan ereksi. Mungkin ujung putingnya penuh dengan darah yang menekan sel-sel dalam jaringan puting Ria.

"Iya iya. Silahkan kasarin toket aku. Aaaww…. Sakit.. tauu.. " ujar Ria menoleh ke Toni yang masih berdiri di belakang Ria.

"Yang ini ya yang sakit?" Tanya Toni dan dijawab anggukan Ria.

"Dicopot aja tindikannya Ria" ujar Toni.

"Gak bisa. Ini sudah sudah permanent. Jalan satu-satunya cincinnya di potong.. tapi biarin deh. Aku gak pingin cincin penyemat di puting kiri aku dicopot. Enak ada sensasi kalau digrepe dan cincin tindiknya disenggol" ujar Ria.

"Maksudmu seperti ini?" Ujar Toni dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kirinya menjepit cincin tindik di puting kiri Ria kemudian menariknya ke atas sehingga puting dan areolanya ikut tertarik ke atas. Buah dada kiri Ria bentuknya mengerucut.

"Aaah…. Aaaaaaahh.. udah udah lepasin… sakit tauu" teriak Ria sambil tangan kirinya melepas pegangan pada siku kanan Arya lalu memukul-mukul telapak tangan kiri Toni yang menarik puting kirinya tersebut.

"Hehehe… maaf maaf" ujar Toni kemudian melepaskan jari yang menjepit cincin tindik pada puting kiri Ria hingga buah dada kirinya menggantung bebas dan memantul-mantul. Buah dada Ria elastis. Tentu saja karena dia selalu merawatnya. Sama halnya denganku. Mungkin beda merk saja.

Tangan kanan Toni masing hinggap dan meremas buah dada kanan Ria. Tangan kiri Ria kemudian meraih buah dada kirinya dan mengangkatnya pada bagian bawah. Ia menunduk memperhatikan buah dada kirinya dengan puting ranum bertindik logam mulia.

"Liat nih Arya toket aku. Untung aja putingku tidak sampai terluka. Gak tau ya, tindik ini harganya mahal tau" ujar Ria.

Aku lihat Arya menelan ludah. Jakunnya naik turun. Sorotan tatap matanya menuju ke buah dada sebelah kiri Ria. Kemudian Ria balik badan memunggungi Arya. Tangan Ria meraih sepasang pergelangan tangan Arya, mengarahkan ke perut Ria menutup pusarnya.

"Anggu!!! Ayo fotoin" ujar Ria.

"Eh.. iya iya" ujarku.

"Ton… sana kamu minggir dulu!!!" Ujar Ria ke Toni.

"Eh, nanti aku ikutan ya?" Tanya Toni.

"Ih cerewet. Iya iya.. bukan hanya toket, hari ini tubuhku ini milik kalian berdua untuk kalian grepe sepuasnya. Tapi gantian dongg…!! Husss sana.. sana minggir ke situ" Ujar Ria tangan kirinya memberi aba-aba mengusir. Toni nurut dan segera menyingkir dari mereka berdua, kemudian duduk di pasir yang jaraknya sekitar 6 meter dari Arya dan Ria.

Arya memeluk Ria dari belakang memegang perut Ria. Mereka berdua menghadap ke arah laut. Karena tinggi Arya melebihi tinggi badan Ria, posisi dagu Arya sejajar berada di samping telinga sebelah kanan Ria. Sepasang tangan Ria memegang tangan Arya di perutnya. Buah dadanya menggantung terpampang bebas. Sepasang kaki Ria dirapatkan. Selangkangannya menampakkan garis cekung. Labia minoranya tidak tampak terhimpit di dalam oleh labia mayoranya. Kemaluan yang bersih tanpa rambut kemaluan tampak jelas tersinari oleh mentari. Ria tersenyum manis. Saat itulah aku mengambil gambar mereka berdua. Aku lihat hasil fotonya.

"Arya… kamu kok lempeng gitu wajahnya. Datar banget" ujarku mengamati foto dengan memperbesar area wajah Arya di ponselku.

"Santai aja dong Arya. Anggap aja aku pacar kamu" ujar Ria.

"Eh, e.. emang kalau pacar boleh ya di pegang gini" ujar Arya.

"Belum tentu sih. Aku bukan pacar biasa, tapi pacar plus plus kamu. Nanti kamu boleh pegang toket aku." ujar Ria.

"Kamu mau kan pegang toket aku?" Lanjut Ria.

"Ma.. mauu mau" ujar Arya.

"Ayo Anggu fotoin" ujar Ria.

"Iyaaa.. Arya, senyum ya?" Ujarku.

Aku mengarahkan ponselku ke mereka berdua. Kali ini Arya tersenyum dengan lesung bibir tersungging. Sedangkan Ria, senyumnya gak kalah sama Arya. Bibir mungil serta deretan gigi-gigi seri putihnya tampak olehku. Aku mengatur iso serta fokus. Kemudian aku mengambil gambarnya. Setelah aku lihat di ponsel, hasilnya bagus. Aku memberi kode dengan jari untuk mengambil gambar sekali lagi.

"Gimana Anggu?" Tanya Ria.

"Siippp" Ujarku seraya ibu jari tangan kanan mengacung ke atas.

Ria kemudian membentangkan sepasang tangannya lurus ke samping layaknya ia burung yang sedang terbang. Wajahnya sedikit mendongak ke atas dengan sepasang mata terpejam. Sepasang kakinya masih rapat. Lalu sepasang telapak tangan Arya masih berada di perut Ria. Aku pun mengambil foto mereka. Arya tersenyum menghadap kamera. Aku ambil 3 gambar. Kemudian aku bergeser ke kiri kira-kira ke arah jam 2 dari arah Arya. Aku kasih aba-aba ke Arya untuk tidak melihat ke arahku, melainkan ke arah laut. Aku mengambil 2 gambar.

"Arya, tangan kamu masih polos dan suci. Apakah kamu siap melepas keperjakaan tangan ini?" Ujar Ria membuka mata menoleh ke arah wajah Arya yang ada di samping kanannya.

"Si.. siap" Ujar Arya.

"Yang tegas doong. Jadi cowok kok gagap gitu" ujar Ria.

"Siap!!!" Ujar Arya.

"Nah gitu" ujar Ria.

"Kamu tunggu ya Arya, aku mau bersihkan pasir ini dulu" lanjut Ria melepaskan tangan Arya dari perutnya.

Ria berlari nyemplung ke laut. Kemudian ia berlari kembali ke Arya. Tangan Ria memegang sepasang lengan Arya dengan posisi seperti tadi, Arya berdiri di belakang Ria dengan tangan berada ada di perut Ria. Dengan perlahan tangan Arya di angkat ke atas. Dari pusar naik hingga berhenti di ulu hati Ria.

"Kamu pejamkan mata kamu. Fokuskan indera pada kulit di permukaan tangan kamu. Sebentar lagi… sebentar lagi tangan kamu tidak suci lagi Arya…" ujar Ria.

"He em" ujar Arya memejamkan mata.

Aku ingin mengabadikan momen ini. Akupun mengarahkan ponsel merekam ke arah mereka berdua.

"Cieee cieee bentar lagi tangan Arya gak perjaka lagi hehehe" ujar Toni.

"Ssssttttt…. Diem napa sih. Tunggu aja giliran kamu. Hufff….." ujar Ria.

Hihihi. Kapok kena semprot Ria. Salahnya sendiri mengacaukan suasana mereka. Rasain!!! Hihihi.

Arya masih menutup mata. Ia tidak terpengaruh sama Toni. Tangan Arya di posisikan Ria dengan telapak tangan menengadah ke atas. Jaraknya 8 centimeter di bawah dari buah dada Ria.

7 centimeter….

6 centimeter….

5 centimeter….

4 centimeter….

3 centimeter….

2 centimeter….

1 centimeter….

Tidak hanya pesawat aja yang punya countdown saat landing. Jari tangan Arya juga akan landing di buah dada Ria. Eh, bukan landing, tapi mau menerkam. Hihihi

Akhirnya sepasang tangan Arya berhasil menelungkup di buah dada Ria.

"Selamat ya Arya" teriakku.

Arya masih memejamkan mata, tapi bibirnya tersenyum. Jari-jemari Arya dibimbing untuk meremas-remas buah dada Ria. Puting Ria sampai mencuat tegang diantara jari manis dan jari tengah Arya.

"Gimana rasanya toket aku Arya?" Ujar Ria.

"Ke.. kenyal" ujar Arya.

"Kamu suka?" Tanya Ria.

"Su… suka" jawab Arya.

"Tanganmu sampai bergetar gitu. Oh iya, toket ini bisa kamu nikmati sampai jam 12 malam. Kamu bisa apa-apain sesuka kamu. Tapi kamu harus berbagi sama Toni ya" ujar Ria.

"I… iya" jawab Arya.

Ria melepaskan pegangan pada sepasang tangan Arya dan membiarkan sepasang tangan itu meremas buah dada Ria.

"Bagus bagus. Remasanmu lembut banget Arya. Coba sekarang kamu mainkan puting aku" ujar Ria.

Arya nurut. Jemarinya berjalan menuju puting Ria. Saat jarinya menyentuh puting Ria, Arya kemudian memilin sepasang puting Ria dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Gimana puting aku Arya?"

"Hmmm.. sedikit keras… se.. seperti kutil" ujarnya.

"Iiihh.. masak putingku seperti kutil sih" ujar Ria dengan nada kekanak-kanakan.

"Ma.. maaf. Tapi beneran. Dulu aku punya kutil besarnya segini" ujar Arya.

"Coba buka mata kamu. Lihat sendiri puting aku" ujar Ria.

Aryapun membuka mata. Dari bahu kanan Ria, Arya menunduk kebawah melihat puting kanan Ria yang ia pilin.

"Seperti inikah kutil kamu?" Ujar Ria.

"Eng..enggak. bentuknya beda"

"Beda gimana?

"Puting kamu imut dan menggemaskan. Aku suka.. aku suka" ujar Arya.

"Aah Arya kamu bisa aja. Ya udah, karena kata katamu menyentuh hatiku, nanti kamu aku kasih bonus. Tapi gantian ya" ujar Ria.

Ria kemudian melepaskan sepasang tangan Arya. Tapi sepertinya Arya masih mau lagi. Ibu jari dan telunjuknya masih memilin sepasang puting Ria.

"Sudah ya sayang. Sekarang giliran Toni. Nanti kamu bisa menikmati toket dan bagian tubuh aku yang lain" ujar Ria.

Akhirnya Arya melepaskan sepasang tangan yang memainkan puting Ria. Ia kemudian berjalan ke arah Toni.

"Ton, ayo sini giliran kamu. Pose apapun aku turutin. Tapi ingat, gak boleh masukin anggota badan kamu ke memek aku, ke mulut aku, ke anus aku, menjilat puting juga memek aku gak boleh. Cuma grepe aja." Lanjut Ria.

"Iya aku paham, tadi kamu bilang boleh diapain aja. Boleh kasar nggak Ria?" Ujar Toni.

"Boleh aja, tapi jangan kasar banget ya. Onderdil tubuh aku gak ada gantinya. Bisa gawat kalau sampai luka" ujar Ria.

"Hehehe" ujar Toni cengengesan.

Sekarang giliran Toni. Sejak tadi dia mupeng ingin berfoto sama Ria. Pasti dia ingin pose-pose vulgar dan ingin melakukan hal-hal kasar ke Ria. Tampang lumayan cakep, tapi otaknya mesum. Hihihi

Toni berdiri dan mulai berjalan. Saat berpapasan sama Arya, dia bersalaman sama Arya.

"Selamat ya bro. Kamu sekarang sudah gentle" ujar Toni.

"Hehehehehe" ujar Arya.

"Sini sini Toni sayang. Kamu mau toket aku? Nih toket aku silahkan kamu grepe sepuas hati kamu" ujar Ria tersenyum manis berdiri sedikit menjorok ke depan dengan telapak tangannya mengangkat sepasang buah dadanya dari bawah dan sedikit menjulurkan ke arah Toni seakan ingin mempersembahkan buah dada montok dan bulat itu.

"... atau kamu mau grepe memek aku? Nih memek aku silahkan kamu mainin" lanjut Ria sambil merangkak menoleh ke arah Toni dengan membuka sepasang pahanya memperlihatkan kemaluan yang bersih, mulus, dan tanpa bulu ke hadapan Toni.

"As you wish Ria… hehehe" ujar Toni.

Jarak Toni semakin dekat ke tubuh Ria yang sedang merangkak. Kemaluan Ria ia buka lebar dari bawah dengan tangan kirinya. Memperlihatkan lubang kencing dan lubang kemaluan yang terbuka dan di dalam lorong vagina tersebut tampak gelap.


Bersambung…...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd