Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Liburan Semesterku

Untuk Bagian 18, Anggu dibawa ke mana nih?

  • Perkampungan suku kanibal.

    Votes: 14 20,9%
  • Perkampungan suku non kanibal.

    Votes: 23 34,3%
  • Camp sederhana tempat penculik tinggal.

    Votes: 30 44,8%

  • Total voters
    67
  • Poll closed .
Bimabet
Bagian 8


Dua jari tangan kiriku, jari tengah dan jari manis yang tadi diarahkan Ria ke kemaluannya masih menempel dan menekan belahan sepasang labia minoranya. Aku menatap wajahnya. Tatapannya tajam ke arahku. Aku kemudian menunduk melihat jemari tangan kiri yang berada di dalam air. Sayangnya aku tidak dapat melihat jelas, karena tertutupi oleh perut Ria juga bayangan permukaan air membiaskan pandangan dan menampilkan awan dan langit yang mulai menguning. Gelombang kecil air akibat air yang jatuh deras dari air terjun di sebelah kananku membuat lukisan alami di permukaan air ini menjadi kabur seperti efek lensa cembung dan lensa cekung.

Suhu air yang dingin ini membuat kandung kemihku terasa penuh. Apakah ini yang disebut cold diuresis? Tubuhku sedang melakukan proses vasoconstriction. Dimana pembuluh darah pada kulit sedang melakukan penyempitan agar tubuhku tetap hangat. Akibat penyempitan itu, tekanan darah menjadi meningkat. Ginjal yang berfungsi menyaring darah sedang mengurangi volume cairan dalam darah agar tekanan darah menurun. Disaat bersamaan, ia mengirimkan sinyal untuk buang air kecil.

"Anggu, ada apa dengan wajah kamu?" Tanyanya.

"Aku kebelet pipis" ujarku.

"Tidak perlu ditahan, langsung pipis aja disini" ujarnya.

"Iihh itu kan kamu. Nanti kalau pipis di sini, air kencingku akan lama mengalir ke laut. Sama saja dong aku mandi air kencingku sendiri" ujarku.

"Hihihi kamu tau aja. Tapi cuma dikit kok, palingan cuma sekian persen air kencing kamu yang mengenai kulit kita" ujarnya.

"Nggak deh, jorok. Kebiasaan kamu tuh waktu mandi di kolam pemandian umum, kamu pipis di kolam" ujarku.

"Biarin, kan tidak ada yang tahu" ujarnya.

"Jorok" ujarku.

"Ya udah sana kamu pipis dulu, habis itu lanjut nyolek memek aku" ujarnya.

“Kurang puas ya tadi dicolek Toni dan Arya? Hihihi” ujarku.

“Huh kamu itu. Mau apa nggak?” tanyanya.

“Iya mau kok” ujarku.

Tangan kiriku yang ada di kemaluannya aku lepas. Akupun berenang menuju ke arah Selatan, ke arah bendungan alami yang terbuat dari batuan padas juga batuan beku jenis andesit yang berwarna hitam. Tidak sampai 3 menit, aku pun sampai. Aku kemudian naik ke batuan padas lalu berjongkok. Tinggi air yang mengalir di batuan ini kurang lebih 6 centimeter di atas mata kaki. Aku menghadap ke arah Selatan, lalu mengejan. Air kencing berwarna putih bening dalam kandung kemihku keluar menuruni bebatuan terjal dan bercampur dengan air sungai yang berbenturan oleh bebatuan di bawahnya. Suara air terjun di belakangku dan suara air yang jatuh dari bendungan ini merupakan suara alam untuk kami nikmati. Dari tempatku berjongkok, aku dapat melihat pantai dan laut yang ada di bawahnya.

Serem juga ya kalau aku sampai terpeleset dan jatuh ke depan. Walaupun ketinggiannya hanya beberapa meter, tentu bakal sakit. Jikalau kepala yang kebentur, ya akhirnya bisa fatal juga.

Menyadari aku memamerkan kemaluan ke alam yang banyak pepohonan, seketika aku langsung menutupi kemaluanku yang arah hadapnya mengarah ke arah Selatan. Walaupun banyak ditumbuhi pepohonan, aku merasa malu sekali. Seakan-akan perasaanku merasakan dibalik pepohonan itu ada seseorang yang melihat ke arahku. Aku segera cebok dan langsung berenang ke arah Utara, ke tempat Ria.

Aku bisa saja sih kencing di dalam air ini seperti saran Ria tadi, tapi itu tidak baik. Selain air kencingku yang mengotori telaga ini, juga tidak sesuai sunnah. Kencing itu harus duduk atau jongkok. Begitu juga saat buang air besar. Baik itu wanita maupun pria. Kebanyakan sih yang kencing sambil berdiri itu pria. Padahal sunnahnya kencing itu duduk atau jongkok. Begitupula saat minum dan makan, harus duduk.

Setelah urin keluar dan tekanan dalam kandung kemih berkurang, aku berenang ke arah Ria yang ada di tengah air tawar.

"Anggu, yuk kita ke sebelah sana. Sepertinya disana tempatnya lebih asik" ujar Ria.

"Kenapa tidak disini saja?" tanyaku.

"Kamu mau mengeksplorasi memek aku disini?" ujarnya.

"Iihh.. kamu ngomongnya vulgar banget. Iya deh iya. Padahal disini lebih nyaman. Tanganku tidak akan terlihat saat masuk ke kemaluan kamu" ujarku beralasan.

"Lihat sekeliling, mana ada orang yang lihat" ujar Ria dengan wajah melihar sekeliling kami berdua. Aku pun melihat sekeliling. Benar ucapannya memang tidak ada seseorang, hanya satwa liar saja. Burung-burung tampak terbang dan bersiul-siul, monyet terlihat bergelantungan dan beberapa ada yang duduk di dahan pohon bersama kawanannya.

"Siapa tau nanti ada yang ngintip" ujarku

"Itu rejekinya dia, hihihi"

"Huh, kamu itu. Itu sih gak enak ke aku. Kalau kamu sih oke-oke aja"

"Yup, mungkin kalau ada yang ngintip bakal aku kasih ngentot gratis"

"Hussss… jaga omongan kamu Ria. Nanti kalau ada malaikat yang lewat, bisa dicatat dan terkabul lho"

"Eh, tapi benar lho apa yang tadi kamu katakan. Sewaktu aku sadar dari pingsan, kamu bilang aku telanjang terus dientot warga desa, aku horni banget mendengarnya. Gak kebayang sih gimana rasanya diperkosa bergiliran oleh seluruh penduduk desa yang mayoritas berkulit hitam legam"

"Tuh kan. Hati-hati lho, nanti kejadian beneran lho" ujarku.

"Kalau kejadian beneran, aku takut. Akan tetapi, disisi lain aku horni. Hihihi"

"Sudah sudah, kamu jangan ngomong yang tidak-tidak Ria. Takutnya bukan kamu yang diperkosa, tapi aku. Apa jadinya anak gadis orangtuaku kalau aku diperkosa”

“Tinggal bilang saja, musibah”

“Kamu aja deh yang kena musibah, jangan aku. Hihihi” ujarku.

Sambil berbincang-bincang, kami pun tiba di tepi telaga sebelah Barat. Di sini tempatnya sedikit landai, tidak seperti di sebelah Timur yang curam dan berbatu padas. Disitu, gara-gara Ria aku sampai tercebur dan pakaianku jadi basah. Disini seperti pantai dengan hamparan pasir dan bebatuan berwarna hitam. 2 meter dari bibir air ke arah Barat terdapat rumput hijau yang tumbuh subur. Ria kemudian duduk, lalu tidur telentang. Sepasang telapak tangannya ia letakkan di atas perut, sedangkan sepasang kakinya ia buka sedikit lebar. Kira-kira membentuk sudut 40 derajat dengan selangkangan menghadap ke arah Timur. Kepalanya berada di sebelah Barat. Kami berdua masih terkena cipratan air terjun dari sebelah Utara yang jatuh menghempas telaga lalu memantul terbang terbawa angin ke arah sini. Aku berdiri di tepi air dengan masih menutupi buah dada juga kemaluan menggunakan tanganku.

"Ngapain ditutupi, rileks dan lepaskan saja" ujar Ria yang sedang tidur telentang di depan sepasang kakiku.

"Itu kan kamu. Walaupun tidak ada orang, aku masih merasa malu tau"

"Coba saja lepaskan. Rasakan sensasinya. Lihat nih, aku tiduran dan tidak menutupi toket dan memekku"

"Hmmmm…" aku termenung. Kenapa Ria bisa sesantai itu? Memang sih disini tidak ada orang selain aku dan Ria, tapi ini ditempat umum. Siapapun dan dari arah manapun pasti bisa melihat bebas ke arah kami.

"Jangan bengong Anggu. Santai saja" ujarnya.

Mungkin aku terlalu over protektif terhadap tubuhku sendiri. Tidak ada salahnya aku bebas sejenak. Lagian dari jaman dahulu sampai sekarang manusia terlahir tanpa mengenakan pakaian. Jaman penjajahan, perempuan ke pasar menggunakan kemben tidak banyak tuh kasus pemerkosaan. Sekarang, film yang ada adegan ciuman, pakaian minim disensor. Seharusnya para pelakunya yang harus dididik agar tingkah lakunya menjadi baik. Aku kemudian menyingkirkan tangan yang menutupi buah dada, disusul tangan satunya yang menutupi kemaluanku.

"Nah gitu" ujarnya.

Aku berdiri telanjang bulat didepan Ria. Walaupun sesama wanita, tapi aku merasa malu. Terutama tatapan matanya yang menatap tajam dari buah dada sampai kemaluanku. Ria menatapnya dari arah bawah, duh aku malu memperlihatkan kemaluanku yang banyak ditumbuhi rambut dan tidak terawat. Tidak seperti punya Ria yang gundul dan gersang. Hihihi

"Badanmu bagus juga Anggu" ujar Ria.

"Makasih" ujarku.

"Sini, duduk disebelahku" Pintanya dengan menepuk telapak tangan kanan ke pasir hitam di sebelah kanannya.

Aku duduk bersila di samping kanannya, yaitu di sisi Selatan dari pinggang Ria. Untuk pertama kalinya aku merasakan pasir hitam yang biasa dibuat bahan bangunan menyentuh permukaan kemaluanku. Rasanya dingin. Nyess, seperti menduduki es batu. Padahal tadi dari pinggul ke bawah terendam air yang rasanya dingin, tapi ini suhunya lebih rendah dari air. Mungkin karena aku keluar dari air, lalu suhu tubuhku menghangat. Selain itu, aku dapat merasakan butiran pasir kasar yang menumpu bibir kemaluanku. Baik itu labia mayora, maupun labia minora. >,<

"Kamu penasaran gimana rasanya ketika jarimu masuk ke memek? Nih, silahkan kamu masukkan jari kamu ke memek aku" ujar Ria.

“Beneran?” Tanyaku sekali lagi untuk mengetahui respon Ria.

“Iya boleh. Nih pegang aja” Ujarnya seraya tangan kanannya menggapai pergelangan tangan kananku lalu mengarahkan hingga telapak tanganku hinggap di permukaan kemaluannya.

“Tuh, masukin saja. Gak perlu sungkan. Anggap saja memek aku itu memek kamu, hihihi” Ujarnya.

“Ya tetap beda lha, punyaku masih ada segelnya dan ori. Bukan ori pabrik atau ori mesin alias KW, tapi benar-benar ori. Weeeek” Ujarku.

“Enak aja memek aku dibilang ori pabrik. Memangnya memekku itu barang elektronik? Gini-gini memek aku tetap original, bukan hasil operasi plastik atau ganti kelamin seperti selebgram itu tuh”

“Benar juga, setidaknya punyamu itu asli dan memang terlahir cewek, bukan jadi-jadian” kelakarku.

“Hahahaha, bisa-bisa aja kamu. Tapi soal ori mesin dan ori pabrik, aku punya lho jam tangan ori pabrik”

“Hah? Masak cewek sekaya kamu masih pakai jam tangan KW?” tanyaku heran.

“Iya, aku beli dari toko daring minggu lalu”

“Ihhh.. itu sih kamu gengsi. Lebih baik beli originalnya dari pada yang KW. Ibaratnya kalau kamu tidak mampu beli bensin, jangan beli motor”

“Halah kamu sudah pernah bilang hal itu. Memangnya jam tangan KW bisa disamakan sama game dan software”

“Eh iya ya. Hihihi”

“Ya sudah, mau lanjut nggak merasakan memek a…. Aaaaawwwww…. Iiiiihhh Angggu nakal!!!” ujarnya saat jari tengah aku masukkan ke rongga kemaluannya. Tubuhnya sampai terhentak dan bergetar. Aku tertawa melihatnya.

"Aahhh… Riaaaaa…."

Tiba-tiba jemari tangan kanan Ria menjepit puting kiriku dan menariknya. Sontak tangan kiriku memegang tangan kanannya. Ibu jari dan jari telunjuk yang menjepit payudara kiriku kuat banget, sampai aku yang memegang dan mendorong tangan kanannya membuat puting kiriku ikut tertarik hingga bentuknya mengerucut ke arah jam 10 dan sedikit ke arah bawah.

"Riaaa… sakiiiittt.. le.. lepasin" ujarku sambil tetap mendorong tangan kanannya yang menarik puting kiriku.

Ria melepaskannya. Elastisitas pada buah dadaku membuat puting kiriku kembali ke posisi semula, hanya saja aku melihat perubahan pada putingku. Bentuk putingku sedikit timbul dan terasa nyeri. Sebaliknya, puting kananku masih sedikit tenggelam di antara areola. Mungkin selisih panjang puting yang timbul antara puting kiri dan kanan sekitar 2 milimeter. Jemari tangan kananku yang masuk ke kemaluan Ria aku lepas dan langsung memegang payudara kiriku dan mendongakkan putingku ke atas. Tangan kiriku menyusul memegang payudara kiriku juga. Aku menundukkan wajahku kebawah untuk melihat puting kiriku. Uuh… nyeri banget. Untung tidak sampai terluka. Kalau terjadi apa-apa, gimana kelak anakku bisa mendapatkan asi dari buah dada kiriku, masak hanya dapat yang kanan? Huh dasar Ria ini.

"Nih Ria lihat? Untung tidak kenapa-napa" ujarku memperlihatkan dengan cara menghadapkan puting kiriku ke wajah Ria.

"Kenapa-napa gimana?"

"Lhaaa, kalau sampai putus hayoo?"

"Nggak bakalan kok. Kamu tadi lihat gimana Arya dan Toni mengangkat sepasang putingku lalu menyeret tubuhku sampai beberapa meter bukan? Bayangkan lho, cuma dengan sepasang puting mereka bisa menyeret tubuh aku" ujarnya.

"Iya lihat. Aku sih gak bisa bayangin kalau itu terjadi padaku. Mungkin punyamu lebih kuat"

"Belum tentu, aku kira punyamu juga kuat kok. Mau coba? Sini aku praktekkan ke kamu" ujarnya sambil sepasang tangannya mendekati sepasang putingku,

"Iisshh… enak aja. Cukup kamu saja" ujarku seraya memundurkan dadaku sambil menutupi sepasang buah dadaku dengan sepasang telapak tanganku.

"Iya iya, hihihi" ujarnya kemudian menghentikan tangan yang mendekati putingku dan meletakkan di samping pinggangnya.

"Eh, memangnya waktu puting kamu ditarik dan diseret gitu tidak sakit ya?" tanyaku penasaran.

"Hmm.. sakit sih"

"Sih? Berarti kamu menikmatinya dong?"

"Hihihi, bisa jadi. Mungkin aku suka dikasarin"

"Memangnya mantanmu pernah melakukan sekasar Arya dan Toni ya?"

"Tidak sekasar mereka berdua" ujarnya.

"Tapi pernah dong melakukan hal-hal kasar?" tanyaku lebih jauh.

"Bukan pernah saja, malah sering. Entah kenapa aku menyukainya, hihihi"

"Huh dasar maniak, hihihi"

"Biarin weeekk" ujar Ria menjulurkan lidah.

Gara-gara Rahman, Ria jadi maniak seperti ini. Nakal dan binal banget. Seandainya masih hidup, mungkin Ria tidak akan pamer badan ke Arya dan Toni. Eh, gak tau juga. Bisa juga kebalikannya, Ria disuruh pamer sama Rahman. Hihihi. Selain itu, aku teringat sewaktu Ria mengenakan pakaian tradisional, aku sudah berlaku nakal dengan memelorotkan kembennya. Tapi itu kan di kamar, jadi tidak ada yang melihat. Lagi pula kamar kami berdua pintu dan dindingnya berbahan batu. Walaupun tidak dikunci, itupun tidak semudah membuka pintu kamar modern yang tinggal dorong atau pegang gagang pintu.

"Yuk, Anggu kita lanjut lagi" ujarnya kemudian aku merespon dengan menganggukkan kepala.

Posisi Ria masih sama seperti tadi. Tidur telentang dengan sepasang tangan berada di samping, kemudian ia pindah berada di perut. Perlahan, sepasang kakinya yang lurus dan terbuka sedikit ia lebarkan. Kali ini sudut paha kiri dan kanannya sedikit lebih lebar, yang awalnya 40 derajat, sekarang kira-kira 47 derajat. Aku yang sedang duduk bersila di sebelah Selatan di dekat pinggul kanannya, berubah posisi dengan sedikit memajukan dudukku, lalu merendahkan dada dan kepala ke kemaluannya. Karena posisiku sedikit miring ke kanan, jadi buah dada sebelah kananku menindih paha atas sebelah kanan Ria. Aku sedikit menoleh ke kiri, yaitu ke arah Barat.

Aku kemudian mengarahkan tangan kiriku ke kemaluan Ria, tepatnya di atas tulang pubis yang dibalut oleh kulit mulus, lembut, dan tak berambut. Aku turunkan tangan kiriku ke sepasang labia mayoranya. Ibu jari tangan kiri berada labia mayora kanan Ria, sedangkan jari telunjuk berada di labia mayora sebelah kiri. Untuk tiga jari lainnya berada di kulit pubis sebelah kirinya. Bentuk ibu jari dan jari telunjuk tangan kiriku berbentuk huruf "n" dengan lipatan vertikal kemaluan Ria di tengah-tengah jariku tersebut. Dengan demikian, punggung tangan kiriku berada di atas dan memunggungi kemaluannya.

Aku pernah menonton beberapa film porno bersama Ria. Bentuk kemaluan pemeran cewek di film itu rata-rata pada labia minoranya offside dan tampak menggelambir seperti jengger ayam jago. Tapi pada kemaluan Ria, bentuk labia minoranya masih onside berada di dalam dan tidak melebihi labia mayoranya yang tembem dan kenyal. Warnanya sedikit lebih gelap dengan guratan ukiran seperti relief alami buatan Tuhan. Lensa pada sepasang mataku seperti bisa fokus dan melihat lebih jelas guratan pada labia minoranya. Bentuknya unik. Hihihi. Padahal menurut cerita Ria, kemaluannya sering di masukin timun dan wortel oleh mantannya. Selain sering bersetubuh dengan mantannya, kemaluannya tadi sudah dimasukin batu apung, batu karang, juga kemaluan Arya dan Toni. Mungkin Ria sering melakukan perawatan, jadi bentuknya masih terjaga. Untuk pertama kalinya dalam hidupku bisa melihat wujud kemaluan cewek dari dekat dan sedekat ini. Sangat dekat. Kira-kira jaraknya tidak sampai sejengkal dari wajahku. Wujud dan bentuk klistoris Ria berbeda dari punyaku. Aku tidak begitu memperhatikan klistorisku, lagian sewaktu mandi aku hanya membersihkan dengan menyabuninya saja. Kadang-kadang aku kasih pelembab khusus tanpa bahan detergen dan pewangi, karena hal itu tidak baik bagi daerah kewanitaanku.

Jari tangan kiriku membuka labia mayora hingga vulva vestibule-nya terlihat jelas. Lubang saluran kencingnya juga terlihat. Beberapa detik kemudian ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri yang menekan dan membuka labia mayora Ria lepas, sehingga kemaluan Ria mengatup. Aku ulangi membuka, lalu meleset dan mengatup lagi. Posisiku yang seperti ini jadi tidak nyaman.

"Sepertinya kamu tidak bebas ya mengeksplor memek aku. Ganti pose gimana?" Tanyanya.

"Boleh, mau pose gimana?" Ujarku.

"Pose Ananda Balasana" ujarnya

"Oke" jawabku singkat.

Aku bangun dan duduk di samping kanannya. Ria kemudian berpose Ananda Balasana, atau pose Happy Baby. Aku pernah diajari cara pose yoga itu oleh Ria. Waktu itu kami latihan pose itu dengan berpakaian, tapi kali ini Ria melakukannya dengan telanjang bulat. Ria melakukannya cukup cepat, tidak sampai 13 detik sudah berpose Ananda Balasana.

"Anggu, kamu duduk di situ dekat pantat aku" ujarnya menunjuk dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Oke" jawabku kemudian beranjak ke posisi yang diarahkan oleh Ria. Aku duduk bersila menghadap ke arah Barat yaitu di sebelah Timur selangkangan Ria.

"Majuan ke sini dikit" ujarnya. Aku memajukan dudukku ke arah Barat.

"Dikit lagi Anggu" ujarnya kemudian ia merubah pose Ananda Balasana dengan menaikkan selangkangannya lebih tinggi hingga saat aku memajukan dudukku, posisi selangkangannya berada sejengkal dari sepasang mataku. Kira-kira jarak kemaluan Ria dari daguku sekitar 3 centimeter. Aku tidak menyangka Ria melakukan pose seperti ini. Ia mengunci kakinya dengan tangan dari arah dalam, atau dari dada. Kemudian sepasang telapak tangannya ia letakkan di punggung bawah di dekat pinggul. Sepasang lututnya berada di samping bahunya dengan betis sedikit ditekuk hingga betisnya berada di samping telinga dengan telapak kaki berada 2 jengkal dari ubun-ubunnya. Dengan demikian, bagian tubuh yang paling tinggi dari seluruh tubuh Ria adalah selangkangannya.

Kemaluannya tampak lebih jelas. Berbeda dari sebelumnya yang kurang pencahayaan, sekarang kemaluannya terpapar cahaya iluminasi dari langit. Cahaya mentari sore tidak dapat menyinari kami secara langsung, karena tebing tinggi yang ada di sebelah Barat menghalangi jalan sinarnya. Dari posisiku yang menghadap ke arah Barat, tebing itu berdiri kokoh dari arah jam 11 ke sebelah kanan lalu sampai ke arah jam 5 di belakangku. Tebing ke arah Timur cukup panjang. Jalan setapak yang kami lalui untuk menuju pantai ini pun melewati tebing yang ada di arah jam 5.

"Maju dikit lagi Anggu" ujarnya.

"Ini kan sudah dekat, masih kurang ya?" Ujarku.

"Biar ada sandaran buat punggung bawahku" ujarnya.

Aku memajukan dudukku hingga punggungnya menyentuh sepasang betisku yang duduk bersila. Sepasang buah dadaku tergencet oleh tulang rusukku dan tulang belakang dekat pinggul Ria. Jarak pantatku dengan air sungai di belakangku sekitar setengah meter.

“Nah, sekarang kamu bisa seluasa. Silakan puas-puasin mengeksplorasi memek aku. Jangan sungkan-sungkan Anggu, Anggap saja aku boneka kamu. Hihihi” Ujarnya sambil tersenyum.

"Boneka? Kamu ngarep ya jadi boneka aku?" Ujarku.

"Yup. Bukan hanya kamu, aku bahkan berharap aku jadi boneka hidup yang siap dijadikan mainan bagi orang lain. Bisa ke Arya, Toni, atau ke orang lain" ujarnya.

"Fetish kamu aneh ya Ria" ujarku.

"Aneh itu relatif"

"Iya sih, tapi kamu gak takut kalau yang mainin tubuh kamu itu orang jelek, tua, bau, gembel, atau orang gila" ujarku.

"Nggak. Asal ada yang ngawasin saja"

"Maksudnya?"

"Selagi aku jadi boneka hidup, setidaknya kamu ngawasi dan jagain aku"

"Jagain gimana? Aku gak ngerti deh maksud kamu itu apa"

"Aku ingin tubuhku dijadikan mainan selagi aku tidak sadar. Entah saat pingsan, atau dibius. Terus selama itu aku dimainin orang lain. Selama itu ada orang yang jaga dan ngawasin tubuhku dari jauh"

"Terus?" Tanyaku lebih jauh.

"Itu lho Anggu, video porno yang pernah kita nonton bareng. Judulnya time fuck bandits"

"Yang mana ya? Aku lupa"

"Ih kamu ini. Kamu nontonnya kebanyakan pegang HP sih, jadi gak fokus liat bokep" ujarnya

"Ya habisnya aku gak begitu tertarik"

"Itu lho, video jepang yang ceweknya bisa seperti patung kalau di cowoknya pegang timer" ujarnya.

"Oh itu. Kamu mau seperti itu?"

"Iya. Aku membayangkan aku jadi cewek di video itu, memekku jadi basah. Sayangnya itu cuma bohongan. Aku maunya aku beneran gak sadar, terus selagi gak sadar itu aku dimainin. Nah kamu sebagai orang yang ngawasi dan jagain aku itu merekam. Aku nanti nonton rekaman itu sambil masturb. Hihihi"

"Ria, kamu seirus?" Tanyaku. Aku benar-benar tidak menyangka Ria punya fetish seperti itu.

"Iya. Aku serius kok. Kamu aja yang jagain aku sambil merekam gimana?"

"Kok aku?"

"Iya. Soalnya kamu sahabat aku"

"Ada ada saja kamu Ria" ujarku.

"Beneran lho aku serius"

“Baiklah, itu bisa dipikirkan nanti. Sekarang aku mau lihat kemaluan kamu lebih jauh” ujarku.

"Oke, Silahkan" ujarnya.

Punya sahabat cewek yang cantik, kulitnya bersih putih, dan tubuh ideal seperti Ria itu sungguh mewarnai kehidupanku. Aku tidak menyangka, dari tubuh dan kecantikan yang ia miliki, ia memiliki fantasi yang aneh. Mungkin Ria benar-benar ingin mengalami bagaimana rasanya dibius lalu diperkosa. Bisa juga dengan hipnotis. Ya, aku belum tahu bagaimana bisa mewujudkannya. Itu urusan nanti saja. Sekarang aku ingin mengeksplorasi kemaluannya. Seperti apa sih kemaluan yang disukai dan bisa merangsang cowok?

Sepasang tanga aku tempelkan ke labia mayoranya. Kemudian aku membukanya hingga dengan jelas dan dengan jarak dekat aku dapat melihat area vulva vestibule untuk kedua kalinya. Tidak tanggung-tanggung, cahaya iluminasi dari alam memperjelas tekstur dan warna vulva vestibule Ria yang tampak basah dan warnanya merah muda. Hymenal caruncle yang berbentuk seperti stalakmit dan stalaktit yang berupa lapisan daging dari selaput daranya yang robek dapat aku lihat dari jarak sedekat ini. Aku perhatikan lubang kencingnya yang berada di sisi Barat dari lubang vaginanya seperti pusaran kecil yang berwarna lebih merah dan gelap. Kira-kira diameternya sekitar 2 milimeter. Mungkin punyaku juga seperti ini ya? Hihihi.

“Gimana menurutmu memek aku?” tanya Ria.

“Kemaluan kamu bagus” ujarku.

“Hihihi makasih. Eh, dari tadi aku tidak pernah kamu ngucapin memek deh. Kamu hanya bilang kemaluan. Coba bilang memek gitu”

“Iisshh apa-apaan sih vulgar banget ucapan kamu”

“Ya gak apa-apa. Biasa aja kali bilang memek. Coba bilang memek Anggu”

“Memang kenapa kalau aku bilang kemaluan?”

“Kemaluan itu kata umum, bisa buat cowok dan juga cewek. Kalau memek kan pasti ke kemaluan cewek”

“Me.. memek. Puas?”

“Hihihi bagus bagus. Gimana memek aku Anggu?”

“Issh tanya lagi. Memek kamu bagus, tapi sayang bekas pakai dan pernah dipakai lebih dari satu cowok. Hihihi”

“Hihihi, gitu dong. Memek aku memang sudah dipakai lebih dari satu cowok. Dan.. kamu adalah cewek pertama yang sekarang memakai memek aku”

“Memakai apaan? Maksudku memakai itu dipakai buat bersetubuh dan dimasuki oleh penis. Lagian aku hanya liat dan pegang saja”

“Ya gak ada salahnya. Kata memakai itu tidak harus dipakai buat ngentot, tapi bisa buat pelajaran. Contohnya kamu ini lagi mempelajari memek aku. Hihihi”

“Iya deh iya. Aku lagi mempelajari bentuk memek kamu yang sudah jebol disodok penis, hihihi”

“Kontol, bukan penis”

“Sama saja Ria”

“Beda, diksi yang kamu gunakan masih sopan. Coba bilang kontol”

“Ogah”

“Ayo dooong Anggu, bilang Kontol”

“Hmmm… kon.. Tol”

“Duh, yang tegas dong. Kontol!!”

“KONTOL!! Puas?”

Ria tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku. Saking senangnya dia tertawa, kemaluannya juga ikut bergerak. Dinding pada labianya mengatup dan membuka. Mungkin karena gaya tarik dari otot di perut dan diafragma. Apalagi dengan pose super mesum begini, tentu tarikan otot pada perut dan vaginanya lebih dekat dari pada ketika sedang berdiri.

"Sudah puas ketawanya?" Ujarku.

"Pu.. puas.. hahaha. Bagus banget ucapan dan intonasinya"

"Terus?"

"Kamu juga ganti kata bersetubuh dengan ngentot" ujarnya.

"Huh, ada-ada aja kamu. Ngajari yang bukan-bukan"

"Beneran lho, Anggu… aaaaahhh…" jeritnya ketika aku memasukkan dua jari, yaitu jari telunjuk kanan dan jari telunjuk kiri ke dalam rongga vaginanya, lalu aku bentangkan ke arah kiri dan kanan.

"Woow, untuk pertama kalinya aku memasukkan jari ke kemaluan cewek" ujarku lirih.

"Bagus dong. Gimana kesannya Anggu?"

"Ternyata bagian dalam vagina seperti ini. Kira-kira punyaku seperti ini juga deh"

"Seperti ini gimana?"

"Selaput dinding vagina kamu lembut dan hangat. Kira-kira seperti inikah rasanya pe.. kontol Arya dan Toni ketika masuk ke kema.. memek kamu ya?"

"Iya seperti itu. Tanganmu dijepit oleh dinding memek aku, tapi katanya sih kalau kontol yang masuk lebih enak daripada jari lho"

"Menurut cowok sih gitu. Memang kema… kontol itu ada titik-titik saraf di bagian glans, jadi wajar kalau masukin kontol ke memek kamu terasa lebih nikmat daripada jari yang dimasukin"

"Betul banget. Sewaktu ngentotin aku, Arya dan Toni sampai mendesah gitu" ujarnya.

"Ngomong-ngomong letak g-spot itu dimana ya?" Ujarku bertanya saat aku melihat bagian dalam yang aku buka lorong vagina dengan dua jari telunjukku.

"Masing-masing memek letaknya berbeda, tapi semua g-spot berada di bagian atas" jawabnya.

"Sebelah atas itu di sini ya?" Ujarku dengan jari telunjuk kiriku aku keluarkan dan aku putar dengan sisi ujung jari yang bersidik jari menempel ke dinding vagina disisi Barat di bawah uretra, yaitu sedikit ke dalam dari hymenal caruncle. Kira-kira dari 1 centimeter dari robekan selaput daranya.

"Bukan, kamu masukin lebih dalam dan kamu gerak-gerakkan ujung jari seperti gerakan menggaruk"

"Menggaruk? Boleh pakai kuku nggak?" Celetukku.

"Ya jangan dong Anggu, huh dasar kamu ini"

"Hihihihi. Lagian kuku jariku tidak panjang" aku tertawa kecil.

Sesuai instruksinya, aku masukkan jari telunjuk tangan kiriku lebih dalam sambil menggerakkan ujung jari seperti menggaruk.

"Masukin lebih dalam lagi Anggu" ujarnya.

Aku masukin lebih dalam dan tetap dengan menggaruk kecil. Jari telunjuk tangan kanan yang masih di dalam vaginanya kemudian aku keluarkan. Aku fokuskan pada telunjuk jari kiri saja. Aku dapat melihat jari telunjuk kananku yang basah dan mengkilap.

Pelan-pelan aku masukkan jari telunjuk kiriku. Kira-kira pergerakan masuk jariku itu sekitar 1 milimeter per dua detik. Sekarang, sudah hampir setengah dari panjang jari telunjuk tangan kiriku yang terbenam di dalam vaginanya. Aku tetap masukkan perlahan-lahan mencari dimana g-spot Ria.

"Aaaah…. I.. iya disitu… tahan disitu Anggu.. nggghhh… mmhh….." desah Ria.

"Oh disini ya?" Ujarku dengan menekan ujung jari telunjukku ke dinding vagina Ria di sebelah Barat.

"Ooohhh… ii.. iya disitu.." ujarnya.

"Begitu ya" ujarku.

Kemudian aku tandai bagian terluar dari jari telunjuk kiriku, yaitu pada pangkal jari telunjuk dengan ibu jari tangan kiri, lalu aku keluarkan dari dalam vagina Ria.

"Kedalam G-spot kamu dari memek terluar segini ya?" Ujarku menunjukkan jari telunjuk tangan kiri yang aku tandai dengan menempelkan ujung ibu jari pada pangkal jari telunjukku. Kira-kira 5,5 centimeter dari jari telunjuk tangan kiriku panjangnya 7,3 centimeter. Bisa disimpulkan letak G-spot Ria dari labia minoranya sejauh 5,5 centimeter. Jadi kalau lagi bersetubuh, setidaknya panjang penis ketika ereksi harus 5,5 centimeter. Kalau kurang dari itu, Ria bisa tidak terpuaskan.

"Ya segitu" ujarnya.

"Kira-kira punyaku juga segini nggak ya?"

"Belum tentu Anggu. Bisa saja punyamu lebih dalam atau kurang dari itu. Mau aku temukan g-spot kamu?"

"Gimana caranya?"

"Ya aku masukin jari aku"

"Iihh.. nanti selaput daraku rusak"

"Ya itu resiko. Gimana?"

"Nggak deh makasih"

"Yaaah.. padahal enak lho. Jangan-jangan kamu belum pernah orgasme ya?"

"Belum"

"Sayang sekali. Rasanya enak lho"

"Huh kamu itu mengiming-iming"

"Tapi beber lho enak"

Aku diam tidak meresponnya. Aku takut dan berdosa jika kebablasan mengikuti nafsu. Padahal apa yang aku lakukan sekarang sudah termasuk dosa. Apakah harus kuhentikan ya?

"Kok bengong?" Ujarnya.

"Eh, nggak bengong" ujarku beralasan.

"Sekarang coba kamu masukkan jari kamu sampai mentok. Kamu nanti bisa merasakan mulut rahim aku" ujarnya.

"Aku coba ya? Pakai satu jari atau dua jari nih?" Ujarku.

"Terserah kamu" ujarnya.

Aku kemudian menggunakan jari telunjuk tangan kiriku untuk aku masukkan ke vaginanya. Ujung jariku mulai membelah sepasang labia minoranya. Bagian dalam vaginanya sudah basah, jadi cukup mudah jariku untuk masuk. Tak terasa sudah setengah jariku yang terbenam di kemaluannya. Aku tukan lagi hingga mentok dan pangkal jari, yaitu pangkal dari phalanges menyentuh dan menekan labia minoranya. Disisi lain, ujung jariku menekan sesuatu yang bentuknya keras.

"Sudah terasakan?" Tanya Ria.

"I.. iya. Keras banget" ujarku.

Ujung jariku aku gerak-gerakkan. Seperti ada cekungan kecil di tengah benda keras ini.

"Apa ini lubang servik kamu ya" ujarku sambil meresapi dan memfokuskan semua indra pada ujung jari telunjuk tangan kiri yang terbenam di dalam kemaluannya.

"Iya. Lubang itu tempat masuknya sperma dan keluarnya darah kotor menstruasi aku Anggu"

"Oh gitu. Sepertinya ada yang kasar deh Ria"

"Mungkin itu pasir yang tadi di masukkan Toni. Sampai masuk ke lubang servik aku. Bisa kamu keluarin nggak"

"Aku coba ya. Sepertinya sih sedikit. Aku coba geser pelan-pelan" ujarku sambil mencolek lubang serviknya. Perlahan, aku bisa menyingkirkan beberapa butiran pasir. Tapi gak tau lagi kalau ada banyak. Aku kemudian keluarkan jariku. Terlihat ujung jariku ada beberapa butiran pasir.

"Nih" ujarku menunjukkan ujung jari telunjukku ke Ria.

"Makasih" ujarnya.

"Masih belum lho, mungkin di dalam masih ada lagi" ujarku.

Aku masukkan telunjuk jari kiriku ke kemaluannya lagi. Aku coba menyingkirkan benda kasar yang aku duga adalah pasir. Selanjutnya aku keluarkan jari telunjukku. Kali ini di ujung jariku hanya ada 3 butir pasir, dan sebutir dengan ukuran agak besar. Gak mungkin ini pasir, mungkin ini pecahan dari batu karang. Aku coba membuka vagina Ria dengan dua jari telunjukku. Samar-samar terlihat bagian dalam vaginanya. Tapi belum tampak lubang serviknya.

"Sudah, gak perlu dipaksakan. Nanti aku bisa keluarin sendiri dengan mandi disini" ujarnya.

"Yakin? Nanti kalau kenapa-napa gimana?" Ujarku.

"Tenang saja. Gak perlu khawatir. Itu sudah jadi resikoku kok karena sudah sejauh ini membiarkan mereka memasukkan benda ke memek aku" ujarnya.

"Oh gitu. Kalau begitu, yuk kita segera mandi dan kembali ke desa. Sebentar lagi malam, jalan yang kita lalui jadi gelap Ria" ujarku.

"Tenang, aku hafal kok jalan pulangnya"

"Terus?"

"Ya lanjut lagi. Hihihi" ujarnya.

"Kamu mau bikin aku orgasme ya?" Tanyaku.

"Ya kalau kamu mau"

"Mungkin gak ada salahnya coba, tapi jangan sampai aku kehilangan keperawananku lho ya"

"Menurutmu keperawanan itu apa? Kalau menurutmu itu tentang selaput dara yang robek, itu belum tentu kamu kehilangan keperawanan"

"Lalu?"

"Walaupun selaput daramu robek, asal tidak karena dientot sama kontol, kamu masih perawan dan masih suci"

"Kok bisa begitu"

"Misal kamu ikut tari balet, atau bersepeda. Bisa saja dalam melakukan aktifitas itu selaput daramu robek"

"Itu sih tidak sengaja, tapi kalau disengaja seperti aku masukin jari ke memek gimana?"

"Kamu tetap masih perawan kok. Dikatakan tidak perawan apabila memek kamu dimasuki kontol. Walaupun hanya masuk sedikit, kamu sudah tidak perawan. Memek kamu sudah pernah bersentuhan sama kontol”

“Pandanganmu masuk akal, tapi aku gak mau selaput daraku robek”

“Hihihi, bisa kok bisa. Aku akan bikin kamu orgasme tanpa merobek selaput dara kamu”

“Boleh, ngapain tidak. Yuk”

“Memangnya kamu sudah cukup mengeksplorasi memek aku?” ujarnya.

“Masih ada waktu dilain kesempatan”

“Sip. Di rumahku ada beberapa jenis spekulum dan kamera kecil yang bisa dimasukkan ke memek, nanti kamu bisa praktekkan ke aku. Hihihi”

“Okay”

Aku kemudian menyingkir dengan memundurkan dudukku hingga pantatku menyentuh air yang ada di tepian sungai yang landai. Ria pun mengubah posisinya menjadi duduk bersila di depanku.

"Kamu mau pose sepertiku tadi Anggu?

"Nggak"

"Terus mau pose gimana?"

"Tiduran saja ya? Tapi tiduran di mana ya?"

Ria kemudian menoleh ke arah kiri, yaitu ke arah Utara.

"Disitu saja gimana?" Ujar Ria menunjuk ke sebuah batu padas yang pipih yang tidak jauh dari kami berdua. Kira-kira 5 meter dari sini.

"Boleh" ujarku.

"Yuk" ujar Ria kemudian berdiri dan menarik pergelangan tangan kiriku.

Kami melangkah menyisir tepian telaga yang airnya jernih dan bergelombang yang disebabkan air terjun yang berada di sisi Utara. Beberapa langkah kemudian, kami pun tiba ke sebuah batu padas yang bentuknya pipih tapi agak miring ke arah telaga. Aku kemudian duduk menghadap ke arah Timur lalu memiringkan badanku ke Utara untuk tidur. Aku ubah posisi tidurku yang miring menghadap ke Timur dengan tidur telentang dengan wajahku menghadap langit dan awan yang warnanya menguning. Dengan demikian, posisi kepalaku berada di sisi Utara dan kakiku berada di sisi Selatan. Air terjun yang jatuh ke telaga sampai mengenai tubuhku. Wajar, keberadaan kami semakin dekat dengan air terjun. Di sebelah kiriku, kira-kira sejengkal setengah dari lenganku adalah air telaga. Tapi sedikit curam, tidak landai. Kira-kira tinggi batu padas tempatku tiduran ini dari permukaan air sejengkal. Batu padas ini sedikit miring ke arah kiri atau ke arah Timur, itupun kemiringanya sekitar 6 derajat dengan isi Barat atau sebelah kanan yang lebih tinggi.

Aku merasa tidak nyaman dengan posisi seperti ini, kemudian aku merubah posisi tidurku dengan bagian kepala di sisi sebelah Barat dan kakiku berada di sisi Timur. Karena bentuk batu padas dari sisi Barat ke Timur lebih kecil, jadi hanya setengah bagian paha sampai ujung kepala saja yang cukup buatku tiduran telentang. Sisanya, yaitu pada separuh paha ke ujung kaki berada di tepi batu padas dan menggelantung hingga ujung kaki sampai setengah betisku terendam ke air telaga yang terasa dingin. Karena kemiringan batu padas dengan sisi Barat yang lebih tinggi, jadi aku merasa nyaman. Darah yang dipompa jantung tidak terlalu kencang menuju kepala. Sebaliknya, jika bagian kepalaku yang lebih rendah dari dadaku, maka tekanan darah dari jantung ke kepala jadi besar dan bisa menyebabkan pusing.

Ria beranjak ke arah Barat, puluhan detik kemudian kembali dan duduk di samping bahu kananku.

"Biar kepalamu tidak sakit" ujar Ria.

Ia mengangkat kepalaku lalu meletakkan tumpukan daun-daun yang cukup lebar sebagai bantalan punggung kepalaku. Memang batuan padas ini kasar, tapi tidak begitu kasar sih. Hanya tidak rata. Tidak sehalus batu sungai yang tadi kugunakan untuk sholat jamak Ashar dan Dzuhur.

"Aku mulai ya?" Ujarnya.

"Oke. Coba seperti apa kamu bisa bikin aku orgasme" ujarku seolah menantangnya.

Ria tersenyum. Ia duduk sambil meletakkan posisi tanganku untuk berada di samping pinggang. Tangan kanannya menggapai buah dada sebelah kanan, yaitu yang paling dekat dengan Ria.

“Mmmmhh..” Suara lirih keluar dari mulutku.

Aku sering memegang buah dadaku sendiri, terutama saat mandi. Tapi rasanya sangat berbeda ketika disentuh oleh orang lain. Reseptor kulit di payudaraku merasakan kelembutan permukaan kulit telapak tangan Ria. Aku menahan suaraku agar tidak nyaring, hanya keluar dari hidung. Mulut aku tutup rapat. Ria tidak menyadari kalau aku mendesah. Mungkin karena suara nyaring dari air terjun yang berada di sisi kiriku membuat telinga Ria tidak peka terhadap suara desahanku.

Gerakan telapak tangan kanan Ria sekarang meremas lembut. Payudara kananku bak adonan tepung terigu dicampur gula, kuning telur, dan mentega. Jemari tangannya seolah menguleni bongkahan daging persusuanku. Tatapan matanya fokus ke payudara kananku.

“Anggu, toket kamu kenyal” ujarnya melirik ke wajahku.

“Bukannya punyamu juga demikian?”

“Ya, hanya saja punyaku sering di grepe-grepe”

“Mungkin itu perasaanmu saja”

“Menurutmu begitu ya?”

Tangan kirinya menggenggam tangan kananku, lalu mengarahkan ke payudara kiri Ria hingfa telapak tanganku kini memegang payudara kirinya. Entah, aku merasakan hal yang berbeda dari payudaranya. Ketika jemari tanganku menekan bongkahan payudara itu, aku dapat merasakan di dalamnya seperti ada daging yang teksturnya agak keras. Bukan, itu bukan kanker, tapi semacam kelenjar yang membesar. Apakah itu mammary duct Ria? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi. Seharusnya mammary duct membesar kalau Ria pada fase kehamilan trimester tiga, dimana hormon untuk memproduksi ASI mulai bekerja.

“Gimana toket aku?”

“Biasa saja kok, tapi ada yang berbeda” ujarku.

“Benar kan berbeda. Coba kamu remas dan pangkal putingku kamu tekan dan ditarik sedikit” Ujarnya dengan memperagakan jemari tangan kananku dengan dibimbing oleh jari tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan Ria masih menelungkup di payudara kananku.

Aku nurut mengikuti gerakan tangan kirinya. Dapat kurasakan putingnya lebih besar dari punyaku. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kananku menjepit puting kiri Ria. Tangan kirinya menekan sisa jari tangan kananku dan meremas-remas. Cukup kuat, sampai bentuk putingnya sedikit lebih besar. Warna putingnya yang merah mudah merekah. Tekanan dari remasan ini membuat darah menekan putingnya. Beberapa detik kemudian, setelah meremas-remas payudara kirinya, tangan kananku dibimbing menekan lebih kuat pangkal puting. Perlahan-lahan menariknya hingga dari ujung puting kirinya muncrat air susu. Jangkauan muncratannya sampai jatuh mengenai dada serta tangan kanan Ria yang menelungkup di payudara kananku.

“Riaaaaa… tadi itu ASI kamu?”

“Iya”

“Kok bisa?”

“Kamu belum tahu ya Anggu kalau sering menstimulasi toket bisa menyebabkan hormon yang memproduksi ASI meningkat. Mungkin karena sering ngentot atau digrepe sama almarhum mantan pacarku, toket aku jadi bisa mengeluarkan ASI, hihihi”

“Oh gitu. Pantes putingmu lebih besar dari punyaku”

“Ya itulah bedanya putingku sama puting kamu. Kamu mau aku bikin bisa ngeluarin susu sepertiku?”

“Issh nggak deh. Cukup kamu aja. Hihihi”

“Enak lho. Nanti kalau toket kamu bisa ngeluarin susu, aku yang akan nenen" ujarnya.

"Aku nenen ke kamu gimana?" Ujarku keceplosan. Ughh aku ini. >,<

"Boleh, nih coba saja" ujarnya dengan sigap menundukkan dadanya hingga payudara kirinya yang menggantung tepat di depan mulutku.

"Buka sayang mulutnya. Aaaaaa…. " lanjutnya dengan nada manja.

Aku membuka mulutku. Pelan-pelan Ria menurunkan dadanya hingga puting dan areola kirinya kini masuk ke mulut. Sepasang bibirku sampai tertekan oleh kekenyalan daging payudaranya.

"Aaaahh…. Nakal" desahnya ketika aku mengenyot payudara kirinya.

Baru pertama kalinya aku nyusu setelah akil baligh ke seseorang yang itu adalah sahabatku sendiri.

"Nah gitu. Kenyot saja sepuas kamu Anggu" ujarnya.

Dengan lihai, lidahku aku goyang-goyangkan menekan dan memerah puting dan areola yang ada di dalam mulutku. Aku tekan putingnya ke langit-langit mulut dengan lidah. Dapat aku rasakan cairan ASI Ria yang keluar membasahi mulut. Tiba-tiba tangan kananku di pegang dan diarahkan ke kemaluannya yang ada di sisi Selatan. Posisi Ria yang seperti kambing menopang pada sepasang lutut dan sepasang telapak tangannya membuatku nyaman menyusu ke payudaranya.

"Nnngghh… kocokin memek aku Anggu… ii.. iya gitu. Aaahh…" desahnya ketika 2 Jari tangan kiriku masuk ke kemaluan Ria dan mengocoknya.

"Mmmhhhh….." desahku ketika payudara kiriku dikenyot Ria.

"Mmhhhh… Iaaaa… mmhhh.. iaaaa" desahku ketika kemaluanku di colek-colek.

Suaraku tidak keluar karena disumpal oleh payudara kiri Ria. Malah Ria menekan payudaranya hingga mulutku benar-benar tersumpal. Aku membalas dengan menggigit areola dengan gigi seriku dan menekan putingnya ke langit-langit dengan lidahku kuat-kuat.

"Aaaaaaahhh…… nakal kamu ya Anggu"

"Ngggggghhhhh….." desahku semakin menjadi-jadi ketika puting payudara kiriku juga di gigit dan klistorisku di pilin.

"Aaaaahhh…. Ssssshhh.." Ria mendesah karena aku masukkan 3 jari tangan kanan ke kemaluannya.

Kami berdua saling balas, juga saling mendesah. Ketika aku gigit putingnya, Ria membalas menggigit putingku juga memencet klistorisku. Saraf dari pilinan di klistoris menjalar dan terasa sampai otakku. Sepasang putingku juga terasa berdenyut. Aku tidak tahu, apakah ada hubungan jalur dari klistoris ke puting. Tapi kenyataannya, yang aku rasakan demikian. Sepasang putingku seperti tersengat listrik. Otakku seperti tidak bisa memikirkan hal apa-apa selain gerakan erotis ini.

"Oh Anggu… aku sampai….. aaaaaaahh….. " desahnya. Jeri tangan kanan yang terbenam di kemaluanku serasa dihimpit oleh dinding vaginanya.

Aku juga merasakan apa yang disebut sampai. Seperti inikah rasanya ketika sampai orgasme? Aku tidak bisa mengeluarkan suara. Mulutku masih tersumpal. Sesaat kemudian tubuhku menegang, badanku terasa lebih hangat. Rangsangan yang dilakukan Ria semakin lama semakin intens. Aku seperti kebelet pipis. Puncaknya, dari kemaluanku seperti ada sesuatu yang muncrat. Kemudian aku lemas. Deru nafasku menggebu-gebu. Ria kemudian duduk dan otomatis puting dan areola yang masuk ke mulutku lepas. Ia kemudian tiduran telentang di samping kananku. Kepalanya sejajar dengan kepalaku. Lalu ia menoleh ke kiri.

"Hhhh...Gimana? Enak kan? Hhhh…. Hhh"

"Hhhh… hhh.. i.. iya.. hhhh… hhh ma…. makasih ya" ujarku.

"Hhh.. Lebih enak hhhh.. kalau dientot lho… hhhh"

Aku tersenyum memandangi wajahnya. Kalau dicolek saja seenak ini, apakah beneran kalau memek aku dientot bakal lebih enak? Apakah aku siap melepaskan keperawananku? Akankah aku harus menunggu kenikmatan itu sampai aku menikah? Kalaupun tidak, tapi kepada siapakah aku menyerahkan keperawanan ini?





Bersambung...
Akhirnya si anggu ngencrot jugak...
Tinggal dinakalin dikit lagi...
 
Hu kok ceritanya detil banget ya, kayak "aku berada di sisi barat agak ke selatan, jari jempolku menyibak labia kanan dan jari telunjukku di kiri, yg lain entah kemana" dan banyak banget yg kayak gini. menurutku ini terlalu detil, bacanya jadi lama yang menurutku feel membacanya malah gak dapet.
Gitu aja sih menurutku sebagai pembaca
Kalau yang dimaksud itu ini,

Aku kemudian mengarahkan tangan kiriku ke kemaluan Ria, tepatnya di atas tulang pubis yang dibalut oleh kulit mulus, lembut, dan tak berambut. Aku turunkan tangan kiriku ke sepasang labia mayoranya. Ibu jari tangan kiri berada labia mayora kanan Ria, sedangkan jari telunjuk berada di labia mayora sebelah kiri. Untuk tiga jari lainnya berada di kulit pubis sebelah kirinya. Bentuk ibu jari dan jari telunjuk tangan kiriku berbentuk huruf "n" dengan lipatan vertikal kemaluan Ria di tengah-tengah jariku tersebut. Dengan demikian, punggung tangan kiriku berada di atas dan memunggungi kemaluannya.

Itu memang sewaktu nulis terbayangnya seperti itu dan tidak direncanakan. Aku gak tau kenapa bisa begitu. Feelnya berkurang karena setiap pembaca memiliki sense sendiri. Ada yang suka ini dan itu, tentu aku tidak bisa memuaskan semua pembaca. Aku hanya memuaskan diriku sendiri yang aku bagi ke dalam trit ini. Ceritaku tidak detil banget, masih ada penulis hebat lain yang nulisnya lebih detil dari ceritaku.

Terimakasih masukannya. Mungkin aku perlu belajar nulis dengan menyingkat dan memendekkan paragraf. Hihihi

Mantap suhu, apakah anggu menjadi binal
Nantinya begitu. Dibikin pelan pelan dulu. Hihihi

Hihi asik genre Yuri...:mantap:
Detail sama dialog nya bikin hanyut ngebayangin hihihi.
Hmmm.. baru tau genre itu. Thanks.

Mantabs, content dan detail sekali. Suka binun dengan vocabnya suhu... pas buka wikipedia langsung ketemu semua hua ha ha...
Pelajaran seks atau pelajaran dsog ya?
Paten belajar di sini.
Lanjut... tetap saya monitor.. mojok sambil nitip kolor.
Terimakasih. Ya, bagian-bagian klistoris, labia, atau vagina itu kebanyakan pembaca sudah paham. Aku sekedar nambahin saja.

Anggu belajar alat vital dari temannya sendiri. Itu sih yang aku ingin sampaikan. Awalnya takut, malu, tapi ya akhirnya berani juga.

Ok, thanks.

Akhirnya si anggu ngencrot jugak...
Tinggal dinakalin dikit lagi...
Yup. Dinakalin itu yang seperti apa ya?

Wihh apaka anggun bakal ketagihan?hihi
Malu, takut, dan mau jadi satu kesatuan dalam diri Anggu. Gak seperti Ria yang langsung to the point. Hihihi
 
Detail banget ceritanya. Meskipun slow phase, bakalan jadi cerita yang panjang, dan bikin pembaca mati penasaran. Semoga konsisten ya suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd