Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bab 3
Masa Kelam


Mentari di ufuk Barat telah terbenam, cahaya terang hari pun telah berganti dengan dingin serta gelapnya malam. Namun, bintang dan rembulan yang bersinar seakan menerangi sisi gelap pada malam itu. Rasa dingin dan sunyi di malam itu tak terasa di rumah dua lantai tersebut. Suasanayang riang, menyelimuti ruang makan beserta senda gurau.

Berita promosi yang Yati dapatkan menjadi pemicu keriangan itu terjadi, di mana mereka bertiga seakan merayakan suasana riang gembira tersebut. Berbagai makanan telah disiapkan Lina, asisten rumah tangga mereka yang dibantu Amel. Ucapan selamat yang ditujukkan kepada Yati dari Surya dan Amel membuat isi hatinya begitu sumringah. Seakan semua waktu, lelah, dan jerih payahnya dalam berkarir terbayar lunas pada hari itu.

Setelah beberapa saat, Surya beranjak dari tempat duduknya.
"Umi istirahat saja dulu, biar Abi beres-beres mejanya" Pungkas Surya, "Nanti biar Lina sama Amel yang cuci piringnya".
Amel pun mengiyakan ucapan Surya dengan langsung bangkit dan membantu Surya membereskan meja makan.

Yati pun kemudian dengan wajah tersenyum mulai bangkit dan beranjak menuju sofa di tengah rumah. Ia pun terduduk lemas, namun masih merasakan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya yang putih. Dengan kepala yang masih berbalut jilbab dan setelan gamis agak ketat, ia terduduk menyandarkan kepalanya di atas sofa.

Ia pun duduk termenung di depan televisi, seakan wajahnya melihat telivisi tetapi pikirannya berada di alam lain. Jauh di lubuk hatinya, ia tertegun dengan segala pencapaian karirnya dengan apa yang telah ia alami di masa lalunya. Pikirannya jauh melayang ke masa mudanya yang penuh warna, hitam, kelabu, dan putih.
*
"Kriiing..... Kriiing... Kring"
Terdengar jauh suara telfon di tengah rumah. Sambil memakai daster pendek, Yati dengan sigap berlari menuju ruang tamu.

"Haloo... dengan kediaman Bapak Ervan di sini." Ucap Yati.
"Ti, ini Teh Ika. Teteh masih di sekolah, ada rapat guru yang belum selesai"
"Nanti Kak Ervan pulang dari tugasnya, jadi tolong kamu masak buat dia ya cantik" Rayu Ika di ujung telfon.
"Wah, Kak Ervan pulang, asiikk aku bisa dapet uang jajan" Yati seakan berjingkrak mendengar kabar kakak iparnya akan pulang dari luar kota.

"Iya Teh, nanti aku masakin yang enak buat Kak Ervan" Imbuh Yati girang.
"Ya udah ya, Teteh lanjut lagi rapatnya, nanti kalau ada apa-apa kamu telfon aja Teteh ke sekolah" Ucap Ika.
"Iya teteh cantiiiikkkkk" Riang Yati.

Pada saat itu, Yati adalah seorang gadis remaja periang yang berumur 16 tahun. Seorang pelajar kelas 1 sma ternama di kota itu. Maklum Yati merupakan anak kedua dari tiga bersaudari. Yang pertama adalah Ika, yang kedua Yati, dan yang ketiga adalah Yeni. Ayah Yati merupakan seorang pengusaha yang lumayan sukses. Namun, sepeninggal ayahnya yang meninggal ketika Yati masih duduk di kelas 2 smp, keluarga itu berangsur-angsur menuju keterpurukan. Kemudian, setelah Ika anak perempuan tertua di keluarga itu menikah dengan Ervan, Yati diajak tinggal bersama mereka untuk mengurangi beban ekonomi yang didapat ibu mereka yang sudah menjanda. Ervan adalah seorang pengusaha muda kala itu. Mereka menikah karena perjodohan antara kedua orangtua mereka.

Setelah berada di dapur, Yati pun mulai mencari kira-kira apa yang pantas untuk disajikan kepada kakak iparnya tersebut. Setelah mengambil beberapa bahan makanan dan bumbu dapur, Yati kemudian mulai mempersiapkan masakannya.

"Beeep...beeep"
Terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. Yati pun sontak memakai jilbabnya yang tersimpan di atas sofa dan berlari menuju arah pintu gerbang rumah. Tanpa ia sadari, ia hanya menggunakan baju tidur pendek sebatas paha dan bagian atasnya yang terbuka.

Yati pun terlihat langsung bergegas mengarah ke pintu gerbang, tampak terlihat olehnya mobil sedan berwarna hitam menunggu. Sambil tertawa mungil Yati menyambut kakak iparnya itu dengan riang.

"Kak Ervaaaan."

Ervan yang melihat sosok Yati hanya memakai daster pendek dengan atasan terbuka dan berbalut jilbab hanya bisa terbengong melihatnya. Antara bengong campur aduk dengan rasa takjub melihat kemolekan tubuh adik iparnya itu. Meskipun Yati masih berumur 16 tahun, tapi bentuk tubuhnya dengan buah dada yang berisi dan bentuk bokongnya yang bulat membuat Ervan terpana. Tak disangkanya, gadis muda belia itu memiliki tubuh yang lebih indah dari kakaknya sendiri. Terlihat oleh mata kepala Ervan, bagaimana kulit putih mulus bersemayam di betis dan paha Yati. Hingga dada yang menonjol seakan membuatnya ingin melahap daging itu mentah-mentah.

Tak menunggu lama Yati pun kemudian membukakan pintu gerbang. Setelah bertegur sapa dan sun tangan kepada Ervan, Yati kemudian kembali ke dalam rumah bersama Ervan.

"Kakak istirahat saja dulu, Teh Ika ada rapat di sekolah katanya. Jadi dia minta aku masakin buat Kak Ervan" Tukas Yati sambil berjalan menuju dapur.

Ervan membalasnya dengan hanya kata "ya" Sambil matanya melirik ke arah pantat Yati yang begitu indah. Tampak sintal dan kenyal, seakan ia ingin meremas dan menjilat seluruh tubuh Yati.

"Ti, bentar" Ucap Ervan
"Kamu gak sadar apa, pake jilbab tapi kamu oake daster buat tidur?"

Baru tersadar oleh Yati akan hal itu, mulanya langsung memerah dan suara terbata-bata menahan malu.
"Anuuu.... Anuuu.... Aku lupaaa" Kilahnya.
"Tadi Teh Ika telfon ke sini pas aku baru bangun, aku pikir Kakak pulangnya masih lama"
"Mau ganti baju sekarang tanggung lagi masak, aku takut nanti masakan aku jadi gosong" Alasannya.

"Ya, sudah kamu terusin aja masaknya. Kakak mau mandi dulu, sudah bau keringat ini" Seloroh Ervan sambil pergi menuju kamar tidurnya.

Yati pun melanjutkan apa yang sedang ia lakukan di dapur. Mulai dari memilah bahan makanan, menanak nasi, mengiris bumbu dapur, hingga memasak masakan kesukaan kakak iparnya tersebut.

Di tengah pancuran air hangat, uap hangat itu memenuhi seluruh kamar mandi. Ervan hanya terdiam sambil membasahi seluruh tubuhnya dengan pancuran air hangat. Sambil memikirkan bagaimana ia telah berhasil dalam membangun karirnya sebagai pengusaha. Di tengah lamunan itu, terdengar suara teriakan wanita dari arah dapur.
"Aaaaaaaaawwwwwww.... "
Sekilas Ervan mendengar jika itu adalah suara jeritan Yati. Tanpa pikir panjang Ervan langsung mengenakan handuknya dan lari bergegas menuju suara tadi.

"Ada apa?... Ada apa? "
Tanya Ervan terengah-engah, khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.
Ervan pun melihat Yati menghadap wastafel sambil memegangi jarinya di bawah siraman air.

"Aduuuhhh kaak, jari aku keiris" Lirih Yati kesakitan.

Ervan melihat jari telunjuk Yati berdarah langsung menghampirinya dari arah belakang.
"Kamu sih gak hati-hati, tuhh jadinya kan begini" Ucap Ervan menenangkan.
"Iya kak, maafin aku, terlalu asik masak jadi begini" Lirih yati kembali.

Ervan pun kemudian mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh yati yang membelakanginya. Karenarasa panik, Yati tidak menyadari jika tubuh keduanya sudah bersentuhan.

"Nahh, gini sambil kakak pegangin kakak cuci jari kamu biar gak infeksi" Seloroh ervan.

Yati hanya meringis kesakitan, tanpa disadarinya setiap air yang menetes dari rambut dan wajah ervan membasahi oundaknya, dan punggungnya basah oleh air yang berada di tubuh ervan. Seakan daster yati menjadi handuk untuk tubuh Ervan.

"Bentar kakak ambil dulu alat p3k" Ervan berjalan menjauhi yati mengambil kotak p3k yang tidak jauh dari lemari kitchen set.

Yati pun mengalihkan penglihatannya ke arah kakak iparnya itu dan melihat sesosok tubuh kekar, pria berotot yang basah kuyub hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian pinggang ke paha. Yati sedikit tertegun melihat itu. Kepolosan Yati tidak membuatnya apa-apa, namun hasrat seorang gadis belia yang hormonnya mulai berkembang, seakan memberi intuisi jika pria seperti itu adalah panutan segala wanita.

Tak berselang lama, Yati masih memegangi jarinya di depan wastafel, Ervan pun menghampirinya dari arah belakang. Ervan dengan lembut memegang tangan Yati dan meneteskan betadine ke luka Yati.

"Ouuuuhhhhh" Terdengan rintihan pelan Yati kesakitan.

Namun, Ervan mendengar seperti rintihan mesra seorang wanita yang sedang bersenggama. Sisiliar Ervan mulai muncul. Sambil menahan jari Yati, Ervan sedikit memajukan pinggulnya dan menggesek-gesekan penisnya yang tertutup handuk ke arah pantat Yati. Tanpa disadari Yati, Ervan sangat menikmati betapa lembut pantat adik istrinya itu. Dengan dalih memasang plester luka Ervan mencondongkan tubuhnya ke arah tubuh Yati. Ia mencium harum aroma gadis muda itu, terlihat leher belakang Yati yang putih mulus, seakan ia ingin menjilati leher Yati.

Lama kelamaan, Yati pun tersadar ada sesuatu yang janggal. Pantatnya terasa beberapa kali ada yang menyentuh, namun ia menaifkan diri bahwa itu hanya niat bentuk pertolongan Ervan. Yati pun membalikan badan menghadap Ervan. Ia melihat tubuh Ervan yang masih meneteskan air, dengan balutan handuk. Yati melihat sesosok tubuh yang kekar dan atletis. Ia paham betul jika tubuh pria seperti itu adalah idaman para wanita. Itulah mengapa ia yakin kenapa kakaknya sendiri sangat mencintai Ervan.

"Makasih ya kak, maaf jadi ngerepotin Ka Ervan." Ucap Yati.
"Ahh biasa aja Ti, lain kali kamu hati-hati" Tukas Ervan sambil memandang muka yati yang masih meringis kesakitan.
"Kakak lanjutin mandinya ya, aku mau lanjutin masaknya," "Tadi Teh Ika telfon dia mau langsung pulang, kayaknya bentar lagi deh, jadi sekalian kita makan malam bareng aja" Ucap Yati menjelaskan.

"Ohh bagus itu, kakak juga sudah kangen makan malam bareng, sudah hampir sebulan makan sendiri terus" Ucap Ervan tertawa.

Ervan pun kembali menuju kamar mandi, dan Yati melanjutkan memasak hidangan untuk makan malam.
*

Malam itu suasana terasa hangat. Beberapa senda gurau hadir di meja makan. Ervan dan Ika duduk saling berdampingan, keduanya tampak mesra seperti pengantin baru, di mana Ika dan Ervan saling menyuapi dan berbagi makanan. Sementara Yati yang duduk sendirian di hadapan mereka merasakan rasa sepi dan iri cemburu campur aduk melihat keromantisan mereka. Entah apa yang ia rasakan, kenapa ada rasa cemburu di hatinya melihat mereka berdua begitu romantis, apakah karena beberapa kejadian siang tadi, atau rasa cemburu akibat hasrat seorang gadis puber. Namun, ia menafikan itu semua, karena Ervan adalah suami kakaknya sendiri. Ervan sudah seperti pengganti ayah baginya, karena rasa sayang dan tanggung jawab Ervan kepada dirinya seperti ayahnya sendiri.

"Sudah beres-beresnya sayang" Tanya Ervan di ruang TV.
"Bentar Yaaaang, tinggal beresin piring" Jawab Ika.
"Kalo sudah sini temenin aku nonton Yang" Pinta Ervan kepada Ika.
"Wahhh iya nih dah lama kita gak nonton tv berdua, sebulan lho Yang aku ditinggal sendirian nonton tv" Ketus Ika.
"Ya makanya aku ajak kamu juga sayang" Rayu Ervan yang kemudian ditimpali Yati.
"Kok aku gak diajak sih, aku juga kan pengen nonton, masa gak boleh" Ucap yati
"Yaaa sudah semuanya nonton sini cepetan" Gelak Ervan seperti menggoda adik kakak itu.

Ika pun kemudian bergegas menuju suaminya, dengan senyuman manja ia berjalan menghampiri suaminya, sambil duduk di samping kiri suaminya ia kemudian mendekap lengan suaminya dan bersandar di pundak kiri suaminya.

"Tiiii... Sayang. Tolong ambil selimut sofa ya, dah mulai dingin sekarang" Teriak Ika kepada Yati.
"Iya Teh bentar aku ke sana" Jawab Yati.

Yati pun kemudian berlari dan meloncat ke arah sofa sambil tertawa riang.
"Akuuu dataaang"
"Bluuuuuughhhhh"

"Yatiiiii..... Kamu gak sopan sih. Itu ada Kak ervan, gak usah loncat-loncat gitu dong" Ucap ika sedikit menaikan suaranya.
"Yaa maaf teteh, gak sengaja" Ucapnya terkekeh, sambil menyodorkan selimut.
Ervan pun menimpali kejadian tersebut, "udah... Udaahhh", "namanya juga anak muda, semangatnya masih kuat" Canda Ervan.

Ervan pun duduk di sofa di antara Ika dan Yati. Ika yang bersandar pada bahu Ervan semakin erat dirangkul Ervan dengan keduanya berselimut. Sementara Yati duduk dengan memegang kedua buah lututnya sambil menahan dinginnnya udara malam.

"Kamu kenapa Ti?" Tanya Ervan, "Kok badan kamu gemeteran".

" Dingin Kak" Jawabnya pendek.

Ika pun menimpali keduanya, "Udah ini pake bertiga selimutnya, kan besar. Papa jangan pelit, selimutnya tuh banyak di papa."

"Iya sayang, iyaaa" Ervan pun menjulurkan selimut berwarna abu itu kepada Yati sehingga selimut itu menutupi setengah dari badan mereka bertiga.

Film yang mereka tonton rupanya sungguh sangat menyita perhatian ketiganya. Tak teras Yati mulai menyilangkan kedua kakinya dan duduk bersila. Terasa oleh Ervan bagaimana kulit paha bersentuhan. Di mana pada waktu itu Ervan hanya memakai celana pendek dan Yati memakai daster tidur sepaha dengan motif bunga. Rasa tegang Ervan yang dirasa bukanlah tegang karena film yang ia tonton, tetapi sentuhan kulit putih mulus Yati yang menyentuh kulit pahanya. Hatinya berkecamuk antara menjauh atau tetap seperti itu berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sementara Ika dan Yati asik masyhuk menonton film.

Entah apa yang ada dalam pikiran Ervan ketika itu, ia kemudian meletakan telapak tangan kanannya di paha kiri Yati. Yati pun yang kala itu tengah asik menonton, mendapati telapak tangan yang hangat di pahanya seakan kaget tak percaya, hatinya ingin sekali menggeser pahanya, namun bayangan siang itu ketika merasakan hangatnya tubuh ervan di punggung Yati membuatnya hanua diam. Seakan ia menikmati momen itu.

Yati pun kemudian tak lama dari itu, mulai memasukan tangan kirinya ke dalam selimut. Dan berniat untuk melepaskan tangan kakak iparnya dari pahanya. Namun, apadaya. Ketika tangan kirinya menyentuh tangan Ervan, mendadak ia seperti tak berdaya. Tangan Yati mendadak terhenti di atas tangan Ervan. Ervan pun sedikit terkaget merasakan ada tangan Yati di atas punggung tangannya. Yati pun mendapati Ervan tidak bereaksi mulai memainkan jemarinya di atas tangan Ervan. Kedua tangan mereka pun saling bercengkraman. Dengan lembut ervan mengusap jemari Yati, di mana hal itu membuatnya mabuk kepayang.

Semakin lama mereka bercengkraman, ervan kemudian dengan lemah lembut mengusap-ngusap paha mulus Yati dengan mesra. Mendapati hal itu, bulu kuduk Yatinterasa merinding serta matanya sedikit menutup menahan rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ervan pun tahu jika Yati menyukai apa yang ia lakukan. Semakin berani, Ervan mulai menaikan tangan dan jemarinya ke arah Yati. Ia hanya terdiam sambil tangannha memegang lembut lengan kakak iparnya. Tak teras, jemari ervan sudah berada tepat di atas vagina Yati, dengan sedikit sentuhan di vagina yang berbalut celana dalam tipis itu Yati mulai merasakan sensasi yang luar biasa. Jari tengah ervan mulai menari-nari lembut menggoda vagina Yati.

Hembusan nafas panjang Yati dan degupan kencang jantungnya seakan berpacu dalam tarian jemari Ervan. Ervan pun melihat wajah Yati yang sudah tak karuan menahan birahinya, sedikit masuk menyingkap tabir penghalang di selangkangan Yati. Jemarinya pun tepat berada di area vagina Yati. Terasa sentuhan jemarinya telah membuai Yati dalam haru birunya rasa birahi. Sedikit basah di vagina Yati, Ervan kemudian memainkan jarinya di klitoris adik iparnya.

"Mmmmmmmmhhhhh..... "

Terdengar suara kecil Yati merasakan sensasi itu.
Jemari Ervan semakin liar memainkan klitoris Yati. Dan degupan jantung dan nafas yati semakin kencang, seakan ingin berteriak histeris merasakan kenikmatan iru, Yati hanya bisa menutup mulu dan hanya bergumam.

"Mmmmmmmmmmmhhh"
Terdengar rintihan pelan Yati di balik telinga Ervan, karena posisi Yati yang sudah menggeliat.
Seakan tak menghiraukan istrinya yang tengah asik menonton film, jemari Ervan semakin liar memainkan klitoris Yati. Tangan kiri Ervan pun kemudian menarik tangan Yati yang memegangi lengannya, dan menuntunnya menuju selangkangan Ervan.

Kaget bercampur rasa birahi, Yati mendapati sebatang daging yang tengah mengeras. Ervan pun kemudian membimbing tangan kiri Yati untuk menggenggam batang kemaluannya di balik celana pendek yang sudah mengeras itu. Yati memang masih awam dalam hal itu. Namun naluri setiap orang pasti tahu, jika seperti itu mengerti apa yang harus dilakukan.

Dengan perlahan, Yati mulai memainkan batang penis Ervan. Digenggamnya penis itu dengan lembut, dengan gerakan tangan naik turun, membuat Ervan semakin memuncak birahinya. Yati pun tampak menikmati rasa daging itu di tangannya. Seakan keduanya mengerti untuk saling memuaskan.

"Hooaaaammmmmm"
Tiba-tiba Ika menggeliat dan menguap. Tampak terkaget-kaget keduanya langsung menarik tangan mereka dan kembali bersikap seperti semula. Berpura-pura tidak ada yang terjadi.

"Paaah, tidur yuk. Mama sudah ngantuk nih", Papa juga kan baru pulang dari luar kota, udah istirahat dulu" Ucap Yati dengan mata yang sudah sayu.
Ervan pun langsung mengiyakan ajakan Ika, sambil tangannya cekatan membetulkan posisi kemaluannya yang sudah tegang.
"Errhh iya Ma, aku juga dah ngantuk ini" Berpura-pura sayu dan lemas, Ervan bangkit dari sofa sambil melirik Yati yang masih terduduk di sofa.

"Kok, pada bubar sih. Kalo begitu aku juga tidur ahhh" Tampak Yati yang masih penasaran apa yang akan terjadi setelah beberapa rasa yang baru saja ia nikmati.

Mereka bertiga pun beranjak menunu kamar tidurnya masing-masing. Dengan tampak lelah, Ika yang kesehariannya sebagai kepala sekolah langsung membenamkan tubuhnya di ranjang. Sementara Ervan yang masih menahan nafsunya. Hanya bisa berpura-pura sambil menahan rasa tidak enak di selangkangannya. Yati pun hanya berbaring di ranjang, sambil beberapa kali melamun kenapa sentuhan ervan tadi bisa membuatnya seperti melayang.
*

Jam dinding pun berdetak seakan pelan. Malam itu pun sangat terasa lama dan berjalan pelan. Di temaramnya sinar lampu kamar itu, Ervan yang belum pula terlelap masih mendekap tubuh hangat istrinya di atas ranjang. Namun, hati dan pikirannya masih membayangkan tubuh Yati yang duduk di sampingnya kala itu. Ervan pun mulai menarik kedua lengannya dari tubuh Ika. Seakan tak bergeming, Ika yang sudah terlelap ke alam mimpinya tak sadarkan itu semua.

Ervan pun beranjak dari kamarnya dan dengan langkah perlahan ia mulai mendekat menuju kamar Yati. Sedikit demi sedikit ia mulai membukakan pintu kamar secara perlahan. Tampak, tubuh gemulai Yati yang membelakangi arah pintu. Terlihat oleh Ervan bagaimana bentuk pantat dan putih mulus kedua paha adik istrinya itu. Ervan pun perlahan mendekati gadis itu. Duduk di samping tubuh yati yang tertidur lelap, Ervan mulai memberanikan diri untuk mencoba menyentuh pantat Yati, tak didapatnya reaksi apa pun dari Yati, semakin membuatnya percaya diri jika Yati sudah terlelap.

Semakin lama tangan Ervan dengan lembut meremas pantat Yati yang mengkel dan semok, ia pun mulai menyingkapkan daster yang menutupi pantat Yati, terlihat celana dalam berwarna merah tipis Yati gunakan. Ervanpun kemudian sedikit mengusap-ngusap jemarinya di anus Yati. Iapun kemudian sedikit membuka celana dalam itu dan mulai memainkan jemarinya tepat di lubang anus Yati. Kemudian, beranjak naik jemari itu sedikit menyentuh vagina Yati. Ervan pun kemudian sedikit membasahi telunjuknya dan jempolnya. Jempol Ervan menari tepat di anus Yati dan telunjuknya di sekitar vagina yati. Tampak terlihat vagina Yati yang sedikit ditumbuhi bulu dan vagina berwarna merah muda yang rapat.

"Mmmmmh" Terdengar gumam Yati pelan.
Ervan sedikit kaget mendengar suara itu. Ia pun langsung menarik tangannya dan hendak bangkit.

"Terusin Kak, aku suka kok Kak Ervan mainin memek dan anus aku" Ucap Yati pelan.

Ervan seketika itu sontak langsung kaget. Yati yang dikiranya terlelap ternyata masih terbangun dan sadar akan kehadirannya.

"Mmmaaaf Ti, kakak kira kamu" Ervan sedikit terbata-bata.
"Aku suka sama Kak Ervan, aku tidak bisa tidur karena terus membayangkan kakak dari sore hingga sekarang" Pungkas yati dengan wajah manja.
"Serius kamu Ti" Tanya Ervan sedikit senang.
"Ya, aku tahu kak ervan suami teh Ika, tapi aku gak bisa boong kalo aku suka sama kak ervan"

Mendengar ucapan Yati seperti itu, Ervan metasa berada di atas angin. Nafsu birahinya yang memang sudah memuncak dari tadi, seakan diberikan jalan untuk ia salurkan.

"Jujur, Kakak juga suka dan sayang sama kamu Ti", " Tapi apa daya, kakak tidak bisa memberi kamu lebih, karena kakak juga mencintai Ika" Tukas Ervan.

Yati pun kemudian bangkit dan duduk menyondongkan badannya ke arah Ervan. Sambil meraih tangan kanan Ervan, ia kemudian mengarahkan tangan itu tepat di vaginanya.

"Aku gak peduli itu Kak, aku cuma ingin Kak Ervan malam ini" Rayu Yati.

Seakan diberi angin segar, Ervan kemudian memasukan tangannya ke sela-sela celana dalam yati, dengan memainkan jari tengahnya, seketika itu pula Yati langsung mengeluh lemas.

"Mmmmmmmmmhhhhhh"

Melihat itu, Ervan langsung mendekatkan tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke hadapan bibir Yati. Bak gayung bersambut, Yati kemudian sedikit membuka bibirnya dan langsung mencium bibir Ervan. Dengan sigap, Ervan langsung melumat bibir lembut Yati, lidahnyaounenari-nari di dalam mulut Yati.

"Mmmmmmmhhhhh....... "
Suara desahan-desahan lembut Yati semakin membuat Ervan mabuk kepayang. Jari tengah yang merasakan basahnya vagina Yati mulai sedikit masuk ke dalam.

"Mmmmpppphhhhhhh... Kaaaakkkk", desah yati menikmati jemari Ervan yang bermain di vaginanya.
Yati semakin tak karuan ketika Ervan dengan liarnya menciumi dan menjilat bagian leher Yati yang putih mulus. Desahan-desahan kecilnya mengisi ruang malam di kamar itu.

Melihat reaksi Yati yang sudah memuncak, Ervan kemudian melepaskan seluruh daster Yati, tampaklah tubuh elok nan gemulai itu di hadapannya. Dengan saling berhadapan, Ervan pun membuka seluruh pakaiannya. Sambil keduanya berdekapan dan melancarkan ciuman di kedua bibirnya tangan ervan meremas-remas payudara Yati yang masih mengkel, dan Yati pun tanpa diperintah langsung reflek memainkan tangannya di bagian batang penis Ervan. Ervan pun langsung menarik kepala Yati ke hadapan penisnya.
Tampak jelas oleh Yati di depan mukanya, sebatang daging yang tengah mengeras. Ia pun tahu apa yang harus ia lakukan. Dengan perlahan, Yati memegang penis itu dengan kedua tangannya. Lidanya pun menjulur mendekati lubang kencing Ervan. Dengan jilatan yang lembut, terasa agak sedikit asin di ujung lidahnya. Namun ketika matanya melirik muka Ervan, tampak sekali wajah Ervan seperti sedang merasakan rasa yang sangat nikmat.

Yati pun kemudian menjilati seluruh batang penis ervan dengan lembut. Terdengar rintihan Ervan yang menderu di telinganya.

"Uuuuuuuhhhh.... Yatiiiii.... Fuuuuckkk" Desah Ervan tak karuan.

Tanpa pikir lagi, Yati langsung memasukan seluruh batang kemaluan Ervan ke dalam mulutnya.
"Sluuuurrrppppssss.... Sluurrrrppsssss"
"Aaaahhhhh.... Yeesssss sayaaang" Ervan semakin mendesah. "Kamu suka sayang?"

"Hhhmmmmpppp..... Hmmmpppssss.... Sluurrrpssss"

Suara itu seakan menjawab pertanyaan Ervan. Saking bernafsunya, Ervan memegang kepala Yati dan dengan kencang ia membenamkan seluruh batang kemaluannya hingga menyentuh kerongkongan Yati.

"Hhhmmmmmpppplll... Hmmmppp"
"Arrghhhhhhhh...... Slurrrrrpsss"

Suara mulut Yati gelagapan mendapati Ervan melakukan gerakan maju mundur penisnya di dalam mulut Yati. Kamudian, Ia melepaskan kulumannya, dan dibarengi seluruh liur yang membasahi bibir yati serta penis Ervan.

"Mentok banget Kak, tapi aku suka" Ucap Yati.

Ervan pun, kemudian mendorong tubuh Yati yang sudah telanjang bulat. Dibukanya kaki Yati lebar, dan ia langsung membenamkan mukanya ke arah vagina Yati.

"Aaaaahhhhhhhh shiiiitttt...... kaaaaaak" Desah Yati menjadi.

Rupanya jilatan Ervan di vagina yati membuatnya semakin melayang. Sambil mencekram kepala Ervan, Yati menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.

"Aaaaahhhhhhh.... Fuckkk, kak ervaaaannnn"

Ervan tak menggubrisnya, justru ia semakin gila menjilat seluruh vagina yati dan menghisap dengan kencang klitorisnya.

"Ssshiiiiiiittttt..... Kaaaaakkkkk..... Enaaakk bangeeet sumpaaahhh kaaaak" Desahan yati semakin kuat.

Sambil menjilati vagina Yati, ervan kemudian mulai memainkan jemarinya yang menyasar masuk ke dalam vaginanya.

"Aaaaaahhhhhhhh fuuuuccccckkkkkkk" Teriak Yati mengisi ruangan.

Jari tengah Ervan semakin liar menari di dalam vagina Yati. Vagina yati pun tak terasa samkin basah dan mengeluarkan cairan kental nan beraroma khas. Semakin cepat ervan memainkan jarinya, semakin menggeliat juga tubuh yati kala itu. Dan tak lama kemudian, vagina yati langsung menyemprotkan cairan bening yang membasahi mulut Ervan.

"Aaaaaahhhhhhhh kaaaaaakkkkkkkk..... Aaaaahhhhhhhh", " Fuuuuccccckkkkkkkk"

Tanpa rasa jijik, Ervan langsung membukakan mulutnya hingga sebagian cairan itu masuk ke dalam mulutnya. Ia tertawa senang setelah mengetahui jika Yati benar-benar menyukai aoa yang ia berikan.

Dengan posisi Yati masih terbaring, Ervan kemudian bangkit dan mulai memaikan penisnya di hadapan vagina Yati. Perlahan ervan mulai memasukan kepala penisnya ke dalam vagina yati. Ia melihat Yati sedikit menggigit bibirnya menahan rasa nyeri karena mendapati batang kemaluan yang besar itu menyusup masuk ke dalam vaginanya.

"Sssleeeebbbb" Seluruh batang penis itu pun berada di dalam lubang kehangatan.
"Aaaaaaaaaahhhh kaaaaaaak" Teriak yati menahan rasa sakit sekaligus menikmatinya.

Sambil menciumi bibir Yati, Ervan terus menghujamkan penisnya itu. Dan suara-suara khas antara peraduan dua tubuh itu terdengar. Kedua lengan yati erat memeluk tubuh ervan yang kekar. Sementara ervan sibuk dengan setiap genjotannya dan ciuman serta jilatan yang ia lancarkan menuju tubuh Yati.

Yati yang kala itu sudah berada dalam pelukan ervan, hanya bisa menuruti apa yang Ervan mau. Suara desahan-desahan Yati semakin membuat Ervan menggila.

"Aaaaahhhhhhh.... Enaaaakk banget penis kakaaaak" Ucap yati merancu.
"Aaaahhh fuckkk. Memek kamu sungguh bikin aku gila Ti" Tungkas ervan dengan nafas yang terengah-engah.

Ervan pun kemudian bangkit dan membalikan tubuh Yati, sehingga Yati membelakangi Ervan. Dengancengkraman kuat, Ervan memeluk tubuh Yati dari belakang.

"Bleeeeeeeesssss"

Penis itu kembali ia hujamkan ke dalam vagina Yati, yang membuat Yati teriak histeris.
"Ffuuuuuuuuuucccckkkkkkkkk...... Kaaaaakkkkk... Yesss.... Fuck me kaaaak" Ucap yati menggila.

Dengan gaya doggies, Ervan menggenjot vagina Yati semakin kencang. Disela-sela itu, jempol Ervan mulai memainkan dan dimasukannya ke dalam anus Yati.

"Aaaaaaaahhhhhhh..... Fucccccckkkk" Yati pun terkaget, namun ia rasakan sensasi yang berbeda.
"Teruss kaaakkkk.... Terussss" "Enaaakkk banget sumpaaaaah" Yati menggila.

Ervan pun kemudian semakin cepat menggenjot tubuh adik iparnya itu. Dengan kuat, kemudian Ervan membenamkan kepala Yati ke atas kasur. Dan seketika itu, ervan menampar pantat gadi belia itu dengan keras.

"Plaaakkk.... Plaaaakkkk"

"Kamu milikku sekarang Yati, cuma aku yang boleh ngewe kamu. Kamu paham? " Ucap Ervan tegas.

"Iyaaa kaaaaakkkk.... Tubuh aku cuma buat kakak seorang...... Fuccccckkkkk" Yati pun semakin menggila.

Yati kemudian menggeliat dan tubuhnya bergetar dengan hebat.

"Aaaaaaaaahhhhhhhhh...... Kaaaaaaakkkkk..... "
"Fuuuuuuuuccckkkkkk"

Vagina Yati kembali memuncratkan cairannya dengan deras, diiringi erangan yang cukup kencang dari suara ervan.

"Aaaaahhhhhh shiiit yattiiiii Aaaaaaahhhhh"
"Crooot..... Crooottt....crooot"

Penis Ervan pun berbarengan menyemburkan cairan putih kental di dalam vagina Yati. Sambil mendekap erat tubuh adik iparnya, ervan melenguh kencang seperti belum pernah ia rasakan bercinta seperti ini sebelumnya.

Keduanya pun ambruk ke atas ranjang dan berpeluh dengan lebat. Tampak cairan sperma Ervan sedikit mengalir dari dalam lubang vagina merah muda yati.

Nafsu birahi keduanya yang tertahan tersalurkan, keduanya pun lunglai tak berdaya. Sambil, berpelukan Ervan mengecup kening Yati.

"I love you honey" Ucap Ervan
"I love you too kak" Jawab Yati manja.

Setelah beberapa saat bermanja, Ervan kemudian bangkit dan kembali memakai pakaiannya.
"Yati sayang, kakak kembali ke kamar ya, kalau nanti di sini terus, kakak kamu bisa curiga" Ucap Ervan.
"Iya kak, aku gak mau kalo Teh Ika tahu hubungan kita" Balas Yati mesra "dan aku gak mau kehilangan Kak ervan".

Setelah saling berciuman, Ervan oun meninggalkan Yati dan ranjang itu yang telah basah oleh cairan birahi keduanya. Dengantampak tersenyum bahagia, Ervan beranjak menuju tempat tidur di mana istrinya berada. Yati pun kemudian langsung tersungkur setelah mendapatkan apa yang ia impikan.
*

Tampak di ruang tamu, Yati yang melamun sendiri sedikit meneteskan air mata dan terlihat jarinya mengusap-ngusap bekas luka berbentuk panjang di bagian lengannya. Surya yang telah selesai membereskan meja makan dan mencuci piring bersama Amel, langsung menghampirinya.

" Lho, kok ummi malah murung abi lihat" Ucap Surya tenang.
"Ahhh enggak kok Abi, Ummi gak papa" Alasan Yati.
"Lho... Kok nangis sih, kan ini waktu bahagia Ummi" Surya mencoba menenangkan.
Diusapnya air mata Yati di pipinya, sembari mendekap Yati Surya melihat Yati yang masih mengelus-elus bekas luka sayatan di tangannya. Surya pun tampak mengerti dan paham arti semua itu. Ia pun mencoba menenangkan dan membuat nyaman istrinya.

"Apa sih yang Ummi hiraukan? Kan ada Abi di sini. Ada Amel pula di sini" Ucap Surya
"Ummi tak perlu khawatir, segala yang Ummi inginkan dari dulu sudah terwujud".

" Iya sih Bi, Ummi tahu. Tapi masih ada yang selalu menghantui ummi" Ucap Yati.
"Ummi sayang, apa pun yang terjadi memang sudah terjadi" Belas kasih surya mulai terlihat.
"Abi gak peduli apa yang sudah berlalu sekian tahun lamanya",
" Yang Abi tahu adalah Ummi istri Abi sekarang, apapun yang terjadi di masa lalu, lupakan dan inilah Abi dan Amel ada untuk Ummi" Suara Surya sedikit membuat hati Yati tenang.

"Terimakasih Abi sudah sayang sama ummi apa adanya, meski Ummi tak bisa lepas seluruhnya dari masa lalu Ummi" Kembali Yati bergundah.
"Yang ummi khawatirkan adalah Amel, Bi",
" Ia harus tahu semuanya" Ucap Yati sambil terisak.

"Belum saatnya, Mi" Surya kembali menenangkan istrinya.
"Jika saatnya tiba dan dia bisa mengerti, dia akan menerima dan paham semuanya"

Surya pun mengecup kening istrinya dan memegang tangan Yati yang sedari tadi memegangi bekas luka sayatan di tangan kirinya.
***
Bersambung ke Bab 4
 
mantap , thank you updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd