Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Keep cepirit hu...
Lanjut trus pantang basah sebelum waktunya...
 
Makin menarik nih ceritanya:jempol:... Cuma kalo bisa penulisan pov nya jgn di blok ato dikecilkn hu dikasi baris baru gitu au namanya apa :bata: tapi overall keren:mantap:
 
Makin menarik nih ceritanya:jempol:... Cuma kalo bisa penulisan pov nya jgn di blok ato dikecilkn hu dikasi baris baru gitu au namanya apa :bata: tapi overall keren:mantap:
Makasih input dan masukannya suhu. Itu maksud awal nya untuk menggambarkan suara yang sayup dari petugas yang duduk di depan yang menelpon komandan nya.
 
Selamat siang para pertapa, senpai, master, guru besar, juga momod yang terhormat juga para suhu suhu reader semua.

Semoga sehat dan bahagia.

Mumpung jam istirahat saat ini Waktu Indonesia Bagian Makassar, nubie mau update lagi..

Mohon timpuk kripik dan sarang nya atas cerita ndeso ini ya suhu..
 
Lanjut lagi suhu...


* Chapter 5, hari ke tiga


Aku menyadari sesuatu di lingkungan kepolisian sini. Aku akan coba beresin sebisa ku. Selanjutnya, hening selama perjalanan. Tidak terlalu jauh, paling sekitar 3 km an.

Setelah tiba di mapolsek cibadak, aku dan lain lain di giring masuk ruang an pemeriksaan. Lalu aku di bawa keruangan terpisah dari Yudha dan orang nya. Sendiri dan tangan tetap diborgol. Aku di dudukkan pada kursi, sendirian. Sekitar 20 menit an di biarkan. Hape ku terus berdering sejak tadi aku masuk ruangan ini. Yang tau pasti aku ditahan polisi adalah Neng. Mungkin dia yang telp. Tapi bagaimana aku bisa jawab dengan tangan diborgol seperti ini. Lalu pintu terbuka. Seorang petugas masuk. Berpakaian preman. Sebuah pistol tersangkut didada nya dalam sarang pistol yang menempel pada sebuah belt yang melingkar di badan petugas itu.

"Ok, saya mau periksa saudara. Sebelumnya saya Briptu M Surya, ini KTA saya. Nama anda?"

"Julian Raja Hatorangan"

"Umur?"

"21 Tahun."

"Pekerjaan?"

"Mahasiswa"

"Asal?"

"Jakarta"

"Anda di cibadak dalam rangka apa?"

"Liburan di rumah kakek teman. Saya hendak pulang ke Cibodas Herang setelah habis dari toko ponsel."
Aku menjawab lugas dan pendek tanpa embel embel sebutan. Aku sudah sebal dan dongkol sejak tadi atas kelakuan oknum oknum polisi ini.

"Kenapa anda menganiaya?"

"Saya justru korban pengeroyokan, saya membela diri. Saya dipukuli tadi malam oleh orang orang itu dan tadi pun saya dipukul lebih dulu."

"Mana kartu identitas anda?"

"Didompet saya."

"Berdiri"


Aku berdiri. Petugas yang bernama Surya bergerak ke belakang ku, menyingkirkan kursi ku dan meraba kantong ku belakang dan depan. Dia mengambil hape, uang tunai dan dompet ku. Diperiksanya hp androidku ku, di otak atik. Lalu dia menghitung uang cash ku. Terakhir mengeluarkan isi dompetku. Dompetku berisi uang tunai, atm, credit card, asuransi, ktp dan sim yang disatukan saling membelakangi dalam sebuah slip plastik untuk nametag yang tebus pandang muka belakang. Beberapa name card dan kertas lainnya. Semua di serakkan dimeja di hadapanku. Tiba tiba pintu terbuka. Masuk seorang petugas lain juga berbaju preman tapi tampak lebih senior.

"Gimana Sur? udah?"

"Saya masih periksa awal ndan. Dia mahasiswa ndan. Tidak ada yang spesial ndan. Cuma (suara nya mengecil) kayanya bukan orang sembarangan ndan. Feeling saya bukan orang susah. Kartu kredit nya aja lumayan dan platinum ndan uang cash nya juga bnyk ndan. Hati hati ndan, jangan sampai salah tindakan kita."


Sang petugas yang baru masuk, ikut memeriksa barang barang ku. Lalu sebuah seringai muncul di wajahnya.

"Hahaha.. memang kalau rezeki gak kemana. (suara kecil) biar dia disini beberapa hari. Pasti ditebus orang tuanya, kita aduin saja dengan bu Haji. Kita dapat banyak, sana sini. Hahaha.."

"Ini bisa saya rapihkan ndan?"

"Iya.. gak ada apa apa, tapi akan ada apa apa buat kita" senyum lebar licik sang komandan.

"Ndan, izin komentar."

"Apa?"

"Feeling saya gak enak ke dia. Lebih baik jangan ceroboh ndan. Maaf lancang, hanya mengeluarkan pendapat."

"Tenang Sur, gak usah takut. Disini wilayah kita. Udah gak usah khawatir. pokoknya kamu kebagian. Saya tanggung jawab kalo ada apa apa. Ikuti saja instruksi saya."

"Siap ndan."


Lalu sang komandan keluar ruangan, pintu masih terbuka. Nampak seorang wanita paruh baya berjilbab pendek masuk. Potongan nya seperti ibu ibu orang berada. Perhiasan menempel di tangan, jari dan leher. Tas tangan mengkilap bagus, baju mewah merah, tapi sangat press body sehingga lekuk tubuh sangat tercetak. Bersama seorang perempuan muda, berbaju sexy tanpa lengan, berdada besar, rok pendek ketat, dan make up cukup tebal. Menggunakan high heels. Dan mukanya, ahh seperti artis penyanyi terkenal di Indonesia yang baru saja belah duren. Raisha.. kok bisa yah. Si ibu langsung berbincang dengan sang petugas yang baru keluar dari ruangan ku. Terjadi pembicaraan serius. Aku bisa memperhatikan semua, karena pintu yang terbuka setengah. Lalu si bu melihat ke arahku dengan muka marah dan terlihat sangat kesal. Lalu tiba tiba mendatangi ruangan ku. Aku sekilas melihat petugas yang keluar ruangan barusan, menghampiri Raisha KW dan mengajak nya menjauh, dengan muka tertawa tawa.

"Ooo.. jadi ini bajingan yang sudah memukuli anak ku? saya pastikan kamu akan menderita disini."

Plakk.. plakk..
dua tamparan sang ibu mendarat di wajahku

"Sudah bu, tenang.. tenang.. serahkan pada kami. Ada hukum bu" lerai petugas bernama Surya yang juga sudah merapikan kembali isi dompet ku

"Hukum apa, akan saya beli. Saya mau dia jauh lebih menderita dari yang dirasakan Yudha." ujar ibu itu.

Ternyata ini ibu nya Yudha, bu Kades desa Cibodas Herang. Si ibu bejat dan salah mendidik anak ini. Setelah mengetahui siapa ibu ini, memang hatiku sangat dongkol, tapi rasa hormat pada orang tua masih aku munculkan. Aku diam tidak mau berdebat. Tapi muka ku tetap dingin tidak berekspresi. Tetap ku tatap mata sang ibu tanda aku menghormatinya.

"Hai.. kamu orang kere, gembel. Berani beraninya berurusan sama saya."


"Kamu tau siapa saya? saya istri mantan pejabat. Direktur P2 Bea dan Cukai pusat. Uang saya banyak, akan saya bayar semua yang disini agar kamu menderita dan cacat. Dasar anak gembel."

"Ibu cukup. Tolong hargai kami petugas disini. Mohon ibu keluar." polisi Surya memotong omongan si ibu dengan tegas dan meminta si ibu keluar.

"Heh kamu baru anak bawang berani ama saya. Kamu orang baru yah? Komandan mu saja tidak berani mengusir saya. Mau duit? berapa? 5 juta?"

"Astafirullah." polisi Surya geleng geleng kepala. Lalu bergerak kearah pintu dan melebarkan membuka pintu. Tanda dengan sopan untuk mengusir sang ibu.

Aku tiba tiba merasa kasihan pada sang ibu.

"Ibu.. saya paham kenapa Yudha bisa seperti sekarang. Berawal pasti dari ibu. Bu, sadar bu, tobat bu" kataku tegas dan tetap hormat.

Si ibu berhenti dan menatap tajam padaku. Aku tetap tenang dan balas menatap matanya dengan teduh. Lalu si ibu menunduk dan langsung keluar. Raut marah tetap ada diwajah nya yang memerah. Lalu polisi Surya juga ikut keluar. Pintu ditutup. Aku kembali sendirian. Aku kemudian duduk di kursi setelah sekian lama berdiri. Kembali hp ku berdering, aku berdiri dan muncul nama Ridwan disana. Pasti dia mencari cari aku. Aku tidak bisa menjawab jadi hanya aku diamkan. Aku juga berusaha tidak memberitahukan dulu pada Ridwan. Nanti jadi tambah panjang.

Kemudian aku lihat jam di hape sudah jam 2 siang. Pantas Ridwan mencari aku. Aku hanya izin sampai jam 1 siang maksimal. Sedang ini sudah lewat banyak. Lalu hampir satu jam aku dibiarkan. Aku haus dan ingin buang air kecil, tangan ku pun sudah mulai pegal. Aku masih respek dengan polisi Surya, yang lain sama sekali hilang respek ku.

Mereka para polisi itu harus nya melihat wajahku yang masih kentara bekas aniaya. Plester masih menempel di keningku dan di bawah mata kiri ku. Wajahku juga masih ada yang membiru. Tapi memang mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri jadi menghiraukan kondisi ku dan alasan ku tadi.

Aku sangat bisa menelpon ayah agar menolong aku, dan aku jamin ayah akan kirim pengacara terbaik nya membebaskan aku, 1000% aku yakin bebas. Hanya tidak ada efek kejut pada para petugas disini. Aku berharap, dengan aku menangkap basah kelakuan bejat mereka, aku bisa menyadarkan mereka. Tapi ayah pun pasti tidak mau bantu juga kalau hanya urusan seperti ini. Mungkin 2 tahun yang lalu kejadian ini terjadi pada ku, ayah akan menolong, tapi satelah aku resmi ikut mengurusi perusahaan, pasti ayah tidak akan membantu ku. Kecuali darurat sekali dan membahayakan orang banyak.

Setelah lelah menunggu pintu terbuka, masuk 3 orang polisi. Komandan grup yang menangkap aku, polisi Surya dan seorang lagi juga polisi muda berusia sekitar pertengahan 20 an.


"Saudara Julian, saya Andrian, Aiptu, kanit reskrim polsek cibadak. Anda bersalah karena menaniaya 4 orang sehingga luka berat. Anda ditahan sampai proses pemeriksaan selesai. Menginap dulu lah disini yah.. belum pernah dipenjara kan? kami sudah periksa data anda, ternyata anda orang cukup ada, tapi sayang kelakuan tercela."

"Apa maksud nya? apa tidak melihat bahwa saya adalah korban? saya justru dikeroyok tadi malam dan tadi siang. Kok jadi tersangka? apa ini?"

"Hehehe.. mana buktinya kamu di aniaya? justru kamu yang pukuli orang. Tadi malam kamu katanya di pukuli sama orang yang sama kenapa hari ini kamu jadi hebat? ada yang bantu yah? Ada saksi bilang kamu ber dua dengan seseorang. Kami lagi mencari rekan kamu itu."


Aku sadar, seperti nya mereka ingin menyeret Neng juga. Wah, bangsat si Yudha, pasti dia yang bersaksi ini. Ini modus dia untuk menyeret Neng dan menjebak nya agar bisa dia kuasai untuk nafsu bejat nya.

Aku jelas marah. Aku tahan dengan mengatur nafas ku. Hal ini juga dilihat oleh para polisi itu. Tampak senyum licik dan menghina muncul di wajah sang kanit dan satu lagi yang menangkap aku. Sedang polisi Surya menundukkan wajah dengan raut sedih. Aku tau, sepertinya polisi Surya sebenarnya tidak setuju dengan komandannya, tapi karena dia bawahan, harus tunduk pada atasan.


"Baiklah, kalau itu mau anda semua. Saya akan membela diri dan terpaksa menunjukkan yang sebenarnya. Karena anda semua sudah melebar dan menyeret-nyeret orang yang tidak tahu apa apa, saya jelas tidak rela."

"Apa? kamu mau telp bapak mu? om mu? saya sudah periksa semua. Telpon sana, dan bawa uang yang banyak kesini untuk menebus mu. Biar kami bisa senang senang. Tadi bu Haji sudah kasih si Rahmi, Raisha sukabumi. Kamu mau kasih siapa? kalo bisa artis asli lah... hahaha... betul Har?" tanya si Kanit pada anak buahnya sang pemimpin grup yang menangkap aku.

"Betul ndan... hahaha.. biar kita gempor kita rela ndan... hahaha.." jawab anak buahnya. Polisi Surya hanya menunduk.

"Pak Surya, tolong ambil dompet saya pak. Dan ambil KTP saya. Keluarkan KTP saya pak. Di balik nya ada identitas saya pak." kata ku pada polisi Surya. Hanya dia yang aku panggil dengan embel embel "pak". Yang lain aku tidak mau menggunakan sebutan itu.

Polisi Surya melihat saya lalu berpaling pada komandan nya.


"Lakukan Sur..."

"Siap ndan, izin.."


Lalu polisi Surya mengambil dompet ku, membuka dan mengambil slip yang ada KTP dan SIM A ku. Lalu mengeluarkan KTP ku. Lalu dia mengeluarkan satu kartu lagi. Melihat sekilas dan menyerahkan pada komandan nya yang sudah menjulurkan tangan kirinya. Tampak seutas senyum tipis keluar di wajah polisi Surya.

Sang Kanit membaca dan memperhatikan. Tiba tiba raut wajah nya berubah drastis. Dari yang tertawa kemenangan menjadi panik ketakutan. Dia beberapa kali melihat wajah ku dan melihat ke kartu.

"Kenapa tidak terus terang sejak awal pak? sudah selesai dari awal pak jika sejak awal bapak memberitahukan kami?" kata Kanit

"Ndan, ada apa?" tegur sang pemimpin grup. Tampak sang Kanit melambaikan tangan tanda diam jangan dibahas lagi. Si pemimpin grup terhenyak dan mundur selangkah dan diam seribu bahasa. Seperti nya dia paham, saat ini benar benar dalam kesulitan.

Aku menggerakkan bahuku yang memang pegal karena tangan ku di borgol ke belakang sejak lebih dari 3 jam lalu. Sang Kanit yang melihat hal itu segera berseru..


"Harri, buka borgol pak Julian, cepattt..."

"Siap ndan." si pemimpin grup yang menangkap ku dengan segera membuka borgol ku.

"Terima kasih. Bisa saya minta lagi ID saya?"

Buru buru sang Kanit menyerahkan kepada ku. Aku masukkan lagi ke slip dan aku tutup dengan KTP diatas nya.

"Saya tidak membuka identitas saya sembarangan. Bahkan orang terdekat pun tidak. Jika ada yang bocorkan, saya tau siapa yang harus saya cari."

"Iya pak, tidak akan bocor. Tapi komandan saya pasti tau pak. Saya jamin hanya beliau."

"Baik, apa saya masih ditahan? bisa saya bertemu Kapolsek?"

"Tidak pak, bapak bisa keluar. Kami tidak bisa menahan bapak. Tidak mau menghalangi tugas negara."

"Mohon bapak tunggu sebentar ya pak 2 menit pak."


"1 menit" kataku jelas

"Siap.. izin keluar."

Tanpa menunggu jawaban ku sang Kanit segera melesat.

"Pak Surya, terima kasih sudah membela di depan ibu Haji. Saya menghargai ke profesionalan bapak. Tetap menjadi abdi negara yang baik dan jadi contoh ya pak."

"Siap pak. Pasti pak. Saya masuk polri karena panggilan nurani pak, bukan karena hal apapun. Saya pertaruhkan kredibilitas saya dengan nyawa saya sebagai taruhannya pak."

"Iya pak Surya, tetap jadi teladan ya pak."


"Pak, mohon izin bicara. Saya tadi tidak sengaja sempat mengintip ID bapak. Tapi saya pastikan saya pertaruhkan dengan nyawa saya mengenai hal ini. Bapak bisa percaya saya, dan saya minta maaf akan hal itu." kata Surya

"Saya percaya sama bapak sejak awal. Sampai saat ini masih seperti itu. Itu naluri seorang penyidik untuk ingin tahu hal yang sekecil kecil nya. Kalo di luar tugas, kita adalah teman pak. Dan bapak lebih tua dari saya, jelas saya akan hormat pada bapak."

Lalu pintu terbuka, dan masuk Kapolsek masih dengan seragam lengkap. Diikuti sang Kanit di belakang nya.

"Pak Julian, kami mohon maaf atas tindakan kami. Kami sungguh tidak tahu pak."

"Bang, bisa bicara khusus?" sapa ku mencairkan suasana dengan sapaan "bang dari arti abang" agar terdengar lebih akrab dan dekat.

Kapolsek segera sadar sesuatu.


"Ayo bang keruangan saya saja, disini kurang baik."

"Iya saya tau bang, terimakasih pengertiannya"


Aku tau persis ruangan ini ada 2 kamera penyadap. Dan sadapan nya full, gambar dan suara. Terletak di belakang foto Presiden dan satu nya di balik horden tak berjendela. Disana di pasang horden, padahal aku tau persis itu tembok semua, itu adalah untuk menyamarkan sebuah kamera sebesar pentol korek api.

Setelah masuk ruangan kapolsek, IPTU Harun Setiawan, sebagai kapolsek Cibadak segera menutup ruangan dan mengunci nya.


"Bang, saya minta identitas saya jangan bocor. Kanit dan Briptu Surya sudah mengetahui nya. Abang bisa menjamin kalo mereka diam?"

"Kanit saya walau dia nakal sama perempuan dan suka uang, dia bisa pegang rahasia bang. Kalau Surya, dia baru 6 bulan disini bang, tapi prestasi sangat baik dan cekatan bang. Tapi saya rasa dia juga bisa di percaya bang."

"Kalau Harri bang?"

"Saya kurang percaya sama dia. Memang dia berani dan cukup tangguh dalam pertarungan fisik, tapi soal rahasia dan moral, dia kurang. Apa Harri sempat tau identitas abang."

"Seingat saya tidak sempat bang. Karena saat Andrian mengetahui siapa saya, segera ia melarang Harri untuk ikut tau bang. Dia menyuruh Harri untuk mundur."


"Syukur bang, saya rasa hal itu paling baik."

"Apa Yudha dan bu Haji mengetahui kejadian ini bang?" tanya ku


"Tidak bang, tidak ada yang akan kasih tau. Karena setelah kami tau siapa abang dan konsekwensi nya jika menghalangi, saat itu juga kami skip semua tentang abang. Itu otomatis bang."

"Terima kasih bang kerjasama nya."

"Apa yang bisa kami bantu bang, katakan saja bang, kami pasti siap membantu."

"Gini bang, bebaskan Yudha dan anak buah nya. Buat seolah olah mereka menang. Bersikap seperti biasa ya bang. Tapi saya hanya bisa memohon untuk para anggota abang, jadilah polisi teladan bang. Jadi contoh yang baik dan melindungi masyarakat. Jangan karena ada saya, jadi baik semua disini. Nanti setelah saya pergi pun, saya harap polsek cibadak jadi polsek yang lurus bang. Kalau memang mau nakal, tolong privat jangan terlalu di umbar dan terkesan di bangga-bangga kan mentang-mentang punya kekuasaan. Jujur, saya pun sebagai alat, saya merasa sedih bang, apalagi masyarakat umum yang melihat. Karena 1 atau 2 oknum, nama institusi polsek ini jadi rusak se rusak-rusak nya bang. Maaf bang bukan saya men justice abang, tapi abang sebagai kepalanya paling bertanggung jawab untuk itu."



Bersambung lagi ya suhu suhu.. Punten....
 
Terakhir diubah:
Ada satu pesen yg kurang .. amankan si neng jangan Ada Yang nyentuh kecuali bang Julian ... Hahaha
 
mantab, punya juga kartu ajaib, ditunggu balas dendamnya, thanks updetnya, ditunggu updetannya lagi hu
 
Ane jadi bingung inih :bata: si julian itu pengusaha apa aparat yaa:bingung:

Kalo liat dr cara tanggapan kapolsek sih kliatan si julian pangkatnya di atas kapolsek apa jangan jangan...
Menarik lanjut suhu kluarkan smua aksi mu
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd