Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Kaya pilm india ni heheheh
nice story bro...dilancrottt
pertamax hu .... di lanjut lgi ceritanya yg hmmmmm .... luar biasa ......
yang semangat lanjutin critanya suhu.....
kemungkinan ada hubungan winda sebagai target dr yudha, atau boneka sex nya, apapun itu di lanjut saja suhu....
Makasih apdetnya suhu
Wah bisa jadi yg ke 2 ni eneng
hormat nubie buat para suhu yang mau mampir.. terima kasih...
 
Selamat siang para pertapa, senpai, king, master, guru besar, guru suhu dan para reader semprot yang terhormat, semoga sukses dan bahagia..
 
Lanjutan nya ya suhu...


* Chapter delapan, hari ke empat.


Mungkinkah tanpa sebab yang jelas, aku di pukuli? Ada 2 kemungkinan, pertama memang salah sasaran, artinya ada orang lain selain aku yang mereka incar. Dan kalo benar, siapa?

Kemungkinan ke dua, mereka memang tidak salah sasaran dan memang ingin menghajar aku. Apakah ada seseorang yang mengetahui dan mengenali aku? Kalau itu yang terjadi, berbahaya. Bukan pada ku, tapi semua yang berinteraksi dengan ku pasti langsung tidak langsung terdampak. Ini lebih menakutkan. Aku cukup menyesal membuka ID ku tadi siang, tapi aku terpaksa, jika tidak, aku akan dipaksa mendekam di penjara. Dan tentu memudahkan mereka merajalela di luar. Sial... rencana ingin santai, jadi sibuk begini. Aku harus melindungi banyak pihak yang ada di sini. Dan menemukan siapa otak ini semua, yang benar benar menjadi lawan utama ku.

Aku jadi mempunyai tugas ganda, mengerjakan skripsi Ridwan dan mencari tahu siapa dalang semua ini dan apa maksud nya. Sesuatu yang besar dan tak ingin aku tau dan campur tangan mungkin. Aku juga membawa laptop kerja ku dan peralatan pribadi ku. Segera aku setting laptop ku, aku install program yang aku butuhkan. Aku masukkan data yang aku dapat dari email tadi ke program ku. Loading... yap sukses. Aku sekarang bisa memantau keberadaan seseorang melalui hp nya. Aku terkoneksi ke satelite untuk melacak posisi seseorang berdasar sinyal hp nya. Lalu aku masukkan nomor hp orang orang yang aku anggap penting aku pantau. Aku perhatikan sebentar, beberapa nomor aktif termasuk nomor ku. Ridwan juga aktif. Neng dan aki Tama hp nya mati. Dan yang juga aku pantau, Yudha, ibu Dedeh, dan Pak Harris. Hp mereka aktif semua dan posisi saat ini ada dalam rumah nya. Aku koneksikan juga aplikasi ini ke hp khusus ku. Aku punya 1 hp khusus limited, keluaran Sweden. Ini aku gunakan saat aku bertugas.

Aku segera mengamankan aplikasi di laptop ini. Aku hidden dan aku password agar tidak ada yang bisa terobos. Walau laptop kondisi shutdown, tapi aplikasi tetap on. Selama battery tetap hidup. Segera laptop aku tutup dan kembalikan ke tas nya. Aku lihat mulai ada cahaya terang di luar rumah. Sepertinya sudah pagi.

Aku bersiap untuk olahraga, karena sudah 2 hari tidak olahraga. Aku tidak membangunkan Ridwan, seperti nya ia masih lelah. Entah sampai jam berapa ia mengerjakan skripsi nya. Memang perjuangan yang cukup melelahkan. Aku pakai sepatu ku, sedang celana aku masih memakai celana bola, dan kaos bola juga kebetulan aku pakai tadi tidur, jadi ku pikir tak perlu repot ganti pakaian. Hape aku bawa ke dua nya.

Aku buka pintu, ternyata kakek sudah ada di halaman sedang berdiam di bawah pohon dekat bale. Seperti memperhatikan sesuatu. Aku mengikuti arah pandangan kakek, ternyata kakek sedang memperhatikan ke arah matahari terbit.


"Selamat pagi kek. Sudah bangun? sedang apa kek?" tegur ku

"Ah, nak Anto. Ooo... mau olahraga yah? Ridwan mana?"

"Ridwan masih istirahat kek, dia mengerjakan skripsi nya sepertinya sampai larut sekali tadi malam kek. Jadi ini Anto sendiri an saja. Kakek sedang melihat apa?"

"Nak Anto, perasaan kakek tidak enak. Sejak tadi malam kakek terus terbangun. Seperti akan terjadi sesuatu di kampung ini. Kakek yang lahir dan besar sampai tua disini, jadi jiwa dan perasaan kakek sudah menyatu dengan kampung ini. Dan pagi ini, kakek melihat sendiri, burung tidak ada yang berkicau, angin pun diam, dan nak Anto lihat, matahari yang tertutup awan hitam separuh. Sedang ini musim panas. Ini pertanda kurang baik nak. Ada baik nya nak Anto lebih hati hati, nanti kakek juga akan ingatkan Ridwan.'

"Iya kek. Terima kasih sudah diingatkan. Saya akan lebih hati hati. Kakek dan nenek juga yah. Karena kami tidak terus ada menjaga kakek dan nenek."

"Ah, aku dan nenek sudah tua. Tinggal menunggu waktu saja. Dan kami tidak akan meninggalkan desa ini apapun yang terjadi nanti. Kami lahir dan akan mati pun didesa ini."

"Ah, itu rahasia Ilahi kek. Jangan bicara seperti itu kek. Tidak ada yang tahu. Kita hanya melakukan bagian kita, sisanya Tuhan yang atur."

"Iya betul nak. Nak Anto mau olahraga?"

"Betul kek, Anto rencana mau lari pagi sebentar."

"Hati hati ya nak. Kakek punya perasaan, nak Anto yang bisa merubah dan menyelamatkan desa ini."

"Kakek melebihkan saja. Anto jalan dulu ya kek. Assalamualaikum.. punten kek."

"Wa'alaikumsalam, mangga.."


Aku segera mengayunkan kaki ku. Berlari santai membelah kampung. Penduduk belum banyak yang beraktifitas, padahal sekarang hampir jam setengah 6 pagi. Ya sedikit keanehan yang aku rasakan. Seperti ada aura kelam. Entah hanya perasaan ku atau apa. Padahal ini masih mid week atau tengah minggu. Saat berlari mendekati rumah kades, jarak masih 100 meter lagi, aku melihat ada yang keluar dari rumah kades yang pintu gerbang nya terbuka. Segera aku merapat ke balik sebuah pohon. Tampak keluar satu sepeda motor bebek merah, tidak jelas jenis nya, sepertinya matic. Dikendarai seorang lelaki, kuamati pernah melihat lelaki tersebut, kemudian disusul seorang wanita dengan baju sexi.

Tidak terlihat jelas sosok itu, tapi seperti nya wajah wanita nya tidak asing. Aku ingat, segera aku keluarkan ponsel khusus ku. Aku aktif kan video. Aku rekam dan aku zoom. Resolusi kamera hp ini sangat tajam dan bisa terlihat jelas siapa lelaki dan wanita yang keluar dari gerbang itu. Sekarang di wanita hendak naik di boncengan, sekilas melihat ke sekeliling, mungkin memastikan sesuatu atau sejenisnya. Aku melihat dan mengenali sang wanita. Setelah selesai merekam, aku save. Wajah ke dua nya jelas terlihat. Tambah lagi info yang aku dapat. Setelah kedua nya pergi, aku lanjut lari pagi tetapi mengambil jalan lain. Aku ambil melalui jalan yang di belakang rumah kades. Jalan berbatu, karena bukan jalan utama yang sudah diaspal.

Aku lihat rumah ini dikelilingi tembok tebal setinggi 3m. Dan tidak ada pintu keluar selain di depan dan pintu kecil di samping. Ada 3 antena parabola dan 1 antena radio tinggi. Gaya hidup mewah yang cukup aneh.

Lewat setengah jam kemudian aku telah kembali ke rumah kakek. Segera aku ke Ridwan, dia sudah bangun juga sedang berdiri di samping kamar bagian luar.

"Man, dah bangun lo. Sorry gue joging sendiri, gak tega bangunin lo man."

"Iya, memang gue sampe jam 2 juga tadi malam. Lumayan sih dapat beberapa lembar."

"Lo kalau anterin gebetan lo jauh yeh? maksud gue rumah nya jauh dari koperasi?"

"Limabelas kilo an dari koperasi, arah sukabumi. Kenape?"

"Kagak, iseng doang pengen tau. Klo teh Yeti partner nya Winda? tinggal dimane?"

"Kalau gak salah di cibadak deh. Pasnya dimana gak tau.. Winda tuh yang tau. Kok lo kaya petugas sensus? pagi pagi tanyain alamat orang? kesambet apaan lo? atau lo suka yah ama teh Yeti? orang nya mungil tuh putih lagi. Tapi dah anak 2, suami nya gak jelas. Kata Winda sih jadi TKI. Tapi kadang telpon telponan katanya ada di sukabumi. Nggak paham juga, orang nya gak banyak cerita tentang pribadi nya, klo soal lain rame dia."

"Ooo gitu. Gue kan baru 2 hari disini. Ini hari ke tiga. Kemarin lo tau sendiri bisa dibilang gue hampir gak kerja kan? Ntar rencana gue mau minta tambahan data nya ama teh Yeti, yah biar gak salah omong dan ada bahan sedikit makanya gue tanya ama lo. Lo tau kan gue dari dulu suka gak pede kalo ma cewek."

"Iye. Nyok mandi. Udah setengah 7 nih."


Kami mandi lalu bersiap sarapan. Karena nenek sudah memasakkan sarapan ternyata.

Jam 8.00 kami sudah di kantor koperasi. Aku langsung menyibukkan diri dengan data dan hasil pekerjaan Ridwan tadi malam. Aku juga membawa laptop ku, sekalian aku charge battery nya agar aplikasi ku tetap on. Saat suasana senggang, aku coba memeriksa aplikasi ku via hp khusus ku. Beberapa aku lihat melakukan pergerakan. Neng seperti nya sedang bergerak. Yudha, dia di rumah, pak Harris dan istri juga dirumah. Setelah aku selesai, aku berencana mendatangi meja teh Yeti.

"Pagi teh Yeti. Maaf menggangu teh."

"Oh mas Anto. Ya ada apa ya mas?" teh Yeti memanggilku pakai embel embel mas. Teh Yeti menjawab dengan wajar, tapi sesuatu keterkejutan sempat tertangkap mataku.

"Teh, maaf bisa aku minta kalau tidak keberatan data rekap A/R (account receivable) tiga bulan terakhir teh. Karena mau melihat catatan kerugian akibat bad debt koperasi, apakah di catat langsung saat perode berjalan atau di masukkan pada cadangan piutang tak tertagih nya teh?"

"Ooh, itu di masukkan pada cadangan piutang tak tertagih mas. Dan cadangan nya memang sudah di alokasikan."

"Baik teh, Anto tidak masuk pada isi kebijakan, hanya ingin tau saja. Karena itu yang sedang Anto analisa untuk membuat data pada skripsi Ridwan teh. Muhun ya teh sebelomnya"

"Eh, iya sekedap diambil kan."


Teh Yeti berdiri dan berjalan menuju filling cabinet di seberang mejanya yang tersandar pada dinding. Sesaat teh Yeti sibuk memeriksa bonggolan ducument nota dan faktur penjualan yang tidak bisa tertagih lagi.

Aku memperhatikan dari jauh, tidak mau ikut campur urusan dokument, karena aku hanya orang luar.

Sambil teh Yeti mencari aku coba mencairkan suasana. Memang ini masuk rencanaku.

"Teh, capek ya teh kerja disini? Datang pagi pulang sore bahkan kadang malam."

"Ya gitu lah mas, nama nya orang kerja mas. Ikut peraturan perusahaan."


Seingat ku di koperasi ini tidak ada yang pulang malam, paling malam maghrib, karena akan selalu dikunci pak Ujang tiap sore.

"Pulang nya jauh ya teh, capek berarti ya teh?"

"Saya tinggal di cibadak mas. Itu deket pasar cibadak. Kalau tau toko hape terbesar di cibadak, saya teh tinggal di sebelah nya."

"Anto masih baru disini teh. Coba nanti kalo ada waktu Anto mainlah ke cibadak. Disana tinggal ama kaluarga, suami, anak kitu?"

"Tidak, suami sedang kerja ka malaysia. Tapi sering pulang juga kalau dipanggil si bos. Anak sih dua dua nya di rumah abah di palabuhan ratu."

"Teh maaf yah merepotkan. Kalau boleh Anto bantu cari?"

Aku mencoba pura pura menawarkan bantuan. Padahal aku sama sekali tidak tertarik data itu, aku hanya mencari jalan mengalihkan perhatiannya agar dia bisa cerita tanpa sadar.


Sebetulnya data yang aku minta, aku tau betul saat ini sudah di meja ibu Pratiwi. Winda yang ambil dari cabinet, saat kemarin, ternyata teh Yeti sempat izin keluar alasan nya mau transfer ke bank.

"Tidak usah mas, sebentar ini agak berantakan, seingat saya disini. Sabar ya mas."

"Siap teteh yang baik dan cantik."

"Eh, ngerayu yah. Masih kecil juga."

"Apanya teh yang kecil? belum tau kok udah bilang kecil? Kecil kecil udah bisa bikin anak kecil nih." aku pancing dengan bahasa agak nakal. Mau lihat respon nya.

"Ah, gak percaya. Kencing aja belum lurus, jangan jangan cuma buat kencing oge.. he he he."

(Uasseemm...)

"Eits udah terbukti ini teh. Bandung, Jakarta, Puncak udah di jajah. Ada daerah jajahan baru gak nih?"

"Ada, cibadak belum. Ayo kalo berani jajah cibadak." kata nya pancingan ku masuk.

Aku akan pancing lagi..

"Teh, kasian kelihatannya capek pisan? mau Anto bantu? Teteh seperti habis bergadang yah? ada masalah atau ada yang enak enak?"

"Sok tahu kamu. Memang bisa lihat kitu kalo teteh habis bergadang sampe subuh?"
Teh Yeti secara otomatis melihat ke cermin yang tergantung di sisi mejanya. Memperhatikan dandanan nya.

"Kalo Anto bisa lihat teh, kalo yang lain mungkin nggak bisa. Kan Anto berdasarkan pengalaman saja. Mana yang habis bergadang nya, itu.. itu.. eaaaa..."

"Eh, apa maksudnya?"

"Teteh kelihatan lelah, ngantuk, tapi seneng. Dapat order gede kali ini si teteh. Ajak ajak dong, pengen jajah daerah teteh nih."

"Eh, ssssttt... jangan berisik. Bahaya.. omong nya jangan disini. Telp teteh saja yah 0882********"


Hmh dari no nya "teman pintar" aku salin ke hp ku. Sip, sementara cukup. Aku sudah membuka jaringan pada Yeti. Wanita yang akan membawa aku masuk ke rumah besar itu.

"Teh, kalau tidak ketemu tidak apa apa teh. Mungkin diambil ibu Pratiwi mungkin. Nanti Anto cari sendiri kesana. Maaf yah teteh cantik, ngerepotin. Bikin tambah capek deh."

"Ah.. buat kamu teh teteh siap capek. Asal terbukti kalau memang seorang penjajah. Ahhhh... pengen..." teh Yeti merapat pada ku dan mengusap dadaku.

Aku sempat naik, cukup terkejut juga ternyata Yeti sangat berani, padahal ini di kantor.

"Sabar atuh teteh. Bisa ketahuan kita. Bahaya teh. Tenang, Anto pasti telp teteh. Anto juga gak sabar ini."

"Teteh udah seneng ama kamu sejak kamu datang kemaren. Teteh pikir iyeu alim, eh tau nya alimin.."

"Memang teteh kurang yah tadi malam sampe subuh kitu?"

"Kok bisa tau? kamu ikutin teteh yah?"

"Nggak atuh, kenal teteh aja baru kemarin. Ngomong sama teteh baru iyeu."

"Kok bisa tau teteh pulang pagi?"

"Ih, dasar. Cantik cantik lupaan. Tadi kan Anto tanya teteh kelihatan habis bergadang, teteh jawab memang kelihatan kalo habis bergadang sampe subuh? Anto pan gak bilang sampe subuh, hayooo... lupa yah."

"Bisaan wae si ujang. Kirain teh ketemu lihat teteh kitu."

(Memamg aku lihat kamu teh) kataku dalam hati.

Aku sudahi bicara ku ama teh Yeti. Aku segera ke ruangan ku dan menutup rapat pintu nya. Aku masukkan nomoh hp Yeti ke dalam aplikasi ku. Sejumlah rencana sudah menari di otak ku. Aku harus segera mencari tahu dan menyelesaikan. Aku punya waktu hanya 10 hari lagi sebelum kembali ke Jakarta.


Bersambung lagi ya suhu suhu...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ternyata setelah baca sampai sini ceritanya sungguh ruarbiasa mantap.
Semangat terus suhu, dan semoga bisa sampai tamat. Thanks
 
Ane kok nggak yakin kalau dalam cerita kali ini poligami jadi solusi. Dan ane yakin, Anto juga tipenya nggak suka mempermainkan perempuan.

Poligami dari sudut pandang cowok memang enak, tapi dari sudut pandang cewek itu siksaan batin, kecuali kalau cewek-ceweknya sama-sama kenal dan sama-sama ikhlas.

Apalagi, kasusnya satu cewek nggak sederajat dibanding cewek lainnya. Yang lebih rendah dari segi asal usul maupun tingkat pendidikan, harga dirinya bakal "kebanting" sampai jadi minder.

Saran ane, kalau cerita ini mau dibuat poligami, di mana "si cewek masuknya bareng", bukan yang "sudah ada istri mau nikah lagi", usahakan cari kesetaraan antara para cewek yang akan dipoligami si cowok.

Kalau yang "Sudah ada istri mau nikah lagi", cewek yang masuknya lebih akhir dibuat berstatus lebih rendah dari "istri tua" tidak masalah.
Wah, analisa nya berat nih suhu.. ane izin buat mencerna ya suhu... maklum ane newbie.. anak kemaren yang baru belajar nulis... amburadul lagi... thanks for your visit to this thread master. Good luck and success for you always..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Keren ini... Cerita panas tapi kayak cerita detektip... Deg degan bacanya...
Lanjutkan suhu!! :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd