Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 2

Lanjut lagi ya suhu....


* Chapter Tujuh, hari ke tiga dan hari ke empat...


Tidak lama aku pun pulang ke rumah kakek Ridwan dengan ojek. Sekitar 20 menit aku tiba di halaman rumah.

Tampak terparkir sebuah sepeda motor honda vario hitam. Plat nomor polri. Aku masuk dan ucap salam.

Ternyata ada briptu Surya sedang berbincang dengan kakek Maulana. Aku salim pada kakek dan salam an dengan Surya.

"Udah lama pak?" tanyaku

"Belum juga bang. Lepas tugas langsung main kesini bang."


Waduh, Surya kok manggil abang, apa kata kakek ini?

"Aduh pak, saya tidak tahu bapak mau kesini. Eehh... saya juga belum cerita ke kakek kejadian tadi siang nih. Pasti kedatangan bapak mengenai kejadian tadi siang ya pak?"

"Pak Surya sudah cerita tadi nak Anto. Kasian nak Anto kena masalah lagi ama si Yudha. Nak Anto kenapa tidak bikin laporan polisi aja? kan nak Anto korban lho. Pak Surya juga tadi cerita, nak Anto di keroyok, tapi yang keroyok yang babak belur. Nak anto di tahan dan di interogasi, hanya karena nak Anto tidak salah, maka dilepaskan. Tapi nak Anto juga minta Yudha bebas. Benar begitu kan pak Surya?"
tanya kakek

"Benar sekali kek. Saya panggil kakek gak apa apa ya kek? kakek panggil saya Surya saja, gak usah ada embel embel "pak" nya. Saya ama bang Anto seumuran. Kan saya udah liat ktp bang Anto, hehehe..." Surya menjawab

"Yo wis, jenengan ta celuk mas yo.. mas Surya... "

"Ah....hahaha... bisa lah itu bang, abang atur ma." jawab Surya sambil tertawa, dengan logat medannya.

Kami sama tertawa, bertukar tutur ternyata membuat lebih akrab. Kakek menggeleng melihat keakraban aku dan Surya.

"Ya sudah, kakek tinggal dulu yah. Mau ke air. Dilanjut saja. Silahkan nak Surya, nak Anto."

"Terima kasih kek."

"Iya kek, terima kasih."


Selepas kakek ke dalam..

"Mas, kowe ra cerita tentang aku kan? ada apa nih kok gak ngabarin mau kemari?"

"Yah gak mungkin kasih tau tentang kau lah bang. Masih mau hidup aku bang. Belum nikah pun ini." jawab Surya

"Aku kesini hanya main bang. Karena abang tadi sebelum keluar kantor kan ada berbisik ke aku. Aku jujur masih bingung bang."

"Oo itu. Inggih mas, aku memang bisiki kowe mas. Aku sedang selidiki sepak terjang keluarga pak Harris. Jujur banyak kejanggalan. Lebih baik kita bicara di depak yuk. Di tengah halaman ada bale. Lebih baik kita kesana, jadi kelihatan kalo ada yang datang."


Kami lalu pindah ke bale di tengah halaman. Pohon nya di beri sebuah lampu LED sehingga cukup terang.

"Mas, aku diajak kesini sama sahabat kuliah ku, namanya Ridwan. Dia cucu dari kakek Maulana. Mungkin gak lama lagi juga datang. Cerita kan yang mas ceritakan ke kakek nanti ke Ridwan yah, kalo jenengan gak buru buru."

"Siap laksanakan perintah bang..."

"Gundul mu.. sing iso perintah kowe ya komandan mu."

"Ah, kau lupa kah bang? kau sudah minta aku membantu kau kan? wajar aku nurut perintah mu.. hehehe..."

"Juga ini mas, aku kan cuma 2 minggu disini. Gak bisa lama. Karena aku harus kembali ke jakarta buat persiapan sidang skripsi ku mas. Aku mau dan minta tolong, kalau kowe jagai satu keluarga. Seorang kakek dan cucu perempuannya. Aku merasa, khusus nya cucu perempuannya akan menjadi sasaran si Yudha. Dia adalah yang bersama aku di toko hp tadi siang. Yudha seperti nya ada niat tidak baik setelah melihat wanita ini."

"Baik bang. Dimana rumah nya bang?"

"Sesok ta kenalke kepada mereka. Jam istirahat saja gimana? Aku juga ora enak izin lagi, kemarin aku sudah tidak masuk. Memang aku gak ada ikatan pada koperasi, tapi aku tetap tidak mau seenak sendiri bikin melanggar jam kantor."

"Kau kerja disini bang? bukan liburan?"

"Aku disini memang refreshing. Sambil membantu mengerjakan skripsi nya Ridwan. Ridwan sekarang kerja freelance di koperasi, nah aku ikut masuk kantor sambil mengerjakan skripsi nya. Karena datanya memang dari koperasi itu sebagai data referensi untuk skripsi Ridwan. Aku target 2 minggu disini, skripsi Ridwan sudah selesai agar dia juga bisa segera sidang jika sudah si acc. Biar bisa wisuda barengan."

"Oo begitu. Ok bang, besok siang aku kesini."

"Jangan kesini. Jauh. Ke koperasi aja. Telp dulu aja sebelum kowe jalan yah."

"Siap bang..."

"Boleh aku tanya sesuatu?"
tanya aku

"Ya bang?"

"Mas sering latih energi nya?"

"Ahh.. maksudnya apa bang?"


Aku tatap matanya, demikian juga Surya menatap mataku. Hanya 6 detik..

"Ah.." (Surya segera tertunduk dan menegangi dadanya).

"Bang... itu... "


"Ya mas, kita sama mas. Aku sudah menyadari sejak tadi di dalam rumah. Energi mas nya keluar gak sengaja waktu mas tertawa waktu kita bertukar logat bicara."

"Tapi, punya abang besar sekali. Sama sekali aku gak tahan bang, langsung sesak aku bang."

"Karena memang sejak muda sekali sudah aku latih mas. Ayah ku yang melatih ku. Dan setelah aku sadari kondisi mas nya, jadi tadi aku berani minta kan tolong untuk menjagai kakek dan cucu yang tadi aku cerita. Kondisi kowe ini gak sembarangan mas, kowe juga ngerti ora lek kowe sebaiknya mendapat pasangan yang punya kondisi sama? sebab jika tidak bisa fatal untuk jenengan terutama ke pasangan e jenengan jika tidak seimbang."
jelas ku

"Iya bang, aku sih tau bang kalau itu. Makanya energi ku gak aku latih disamping aku juga gak tau cara latihnya. Kalau aku latih, terus aku gak dapat pasangan yang seimbang, wah kacau bang."

"Ah, jenengan sik enom kok mas. Percaya aja. Ada ada pasti. Tenang aja."

"Bang ajari aku bang caranya. Aku gak tau bang."

"Iya mas, nanti ta ajari. Cara sederhana dan cepat. Tapi semua kembali ke jenengan. Kalau jenengan rajin pasti bertambah, kalau ndak yo mandek."

"Siap guru, terima hormat murid suhu" Surya tiba tiba maju ke depan ku dan hormat gaya silat silat cina.

"Opo sih kowe..? gak pake guru guru an. Aku gak buka les les an apalagi sekolahan." kata ku sambil menyingkir menghindari hormat nya.

Tiba sebuah mobil innova hitam masuk halaman. Ini mobil Ridwan. Wah, seru juga nih ngapel tiap hari. Aku dan Surya segera berdiri dan menyambut Ridwan. Setelah memarkirkan mobil, dia segera turun dan bergabung dengan kami.

"Wah ade tamu. Malam pak. Temannya Anto yah?"

"Heh Nyuk, ini briptu Surya. Dari polsek cibadak. Udah nungguin lo dari tadi. Lo ada kasus apa? jangan jangan, centong nasi emak nya Winda lo bawa yah, sampe di laporin ke polisi gini lo. Balikin buruan, tobat lo?"

"Hah? Polisi? gue gak ada bikin apa apa. Ngapain gue dilaporin polisi? beneran pak saya gak ngapa ngapain kok."

"Hehehe.. bang Ridwan percaya aja. Bang Anto becanda itu bang. Nggak ada yang laporin siapa siapa kok. Saya kesini justru mau ketemu bang Anto. Kita udah ngobrol dari tadi." jelas Surya

"Kampret si kunyuk.. bikin gue deg deg an. Musti nya lo tuh yg ada urusan, bukan nya td siang lo yang ditahan di polsek. Sekarang cerita dong gimana kejadiannya? lo janji cerita ma gue tadi sebelom bubaran kantor."

"Iya, biar mas Surya aja sebagai polisi yang cerita. Biar lengkap dan afdol."

Akhirnya Surya menceritakan kejadian yang terjadi padaku di polsek. Mulai dari pengeroyokan sampai akhirnya dibebaskan karena di anggap tidak bersalah dan adalah korban yang membela diri. Tapi Ridwan cukup kritis juga..

"Hmmmhhh.. maaf nih mas, aku tanya boleh." tanya Ridwan

"Sok, mangga atuh kang. Bebas iyeu mah. Kalau bisa, abdi jawab." jawab Surya

"Polisi kan tidak dilokasi saat kejadian, kenapa mudah percaya kalau itu penganiayaan yang dilakukan oleh Yudha dan genk nya? apalagi Yudha di bantu oleh ibu nya, pasti kuat itu. Maaf nih jangan tersinggung, yang aku tau polsek cibadak kan dibawah kendali keluarga Sanjoyo? ini yang aku liat sendiri dan orang sini rasakan. Bahwa polisi sini nurut semua pada ibu Haji, Yudha dan keluarga Harris Sanjoyo lainnya. Aku bisa omong gini, karena orang tua dan kakek nenek ku orang asli sini. Dan aku liat sendiri selama sebulan disini, bahwa mereka memang di beking oleh polisi." ucap Ridwan yang membuat muka Surya merah.

Sebuah pertanyaan realistis sebenarnya. Yang bisa saja ditanyakan orang awam yang pernah melihat suatu situasi yang biasa terjadi. Tiba tiba saat ini bertolak belakang dengan seharusnya. Walaupun yang bertolak belakang itu adalah kejadian yang benar dan riil. Cuma karena selama ini terbiasa melalukan yang salah, tiba tiba menjadi benar malah dipandang aneh dan jadi pertanyaan. Hal ini yang mengulik rasa ingin tahu Ridwan.

"Ee.. kalau itu, kami kan memang bertugas mencari kebenaran kang. Tiba tiba kami melihat ada yang salah selama ini, dan mengetahui yang sebenarnya tentu kami sebagai petugas kepolisian wajib menegakkan hukum itu kang. Setelah kami tau kalo bang Anto gak salah, ya kami lepas." jelas Surya diplomatis tanpa menjelaskan situasi yang sebenarnya.

"Sip mas, aku ikut senang kalau begitu. Jadi sekarang polisi sudah nda di atur sama keluarga sanjoyo lagi nih?"

"Insya allah sudah nggak ada gituan kang."
jawab Surya

Tiba tiba hape ku berbunyi. Tampak sebuah video call masuk. Dari Aiko..

"Wan, mas, izin aku angkat sebentar yah.."

"Yayang lo yeh?"

"Iya, udah kalian disini aja. Sekalian aku kenalin nanti."

Ridwan dan Surya agak menyingkir menjauh, memberi ruang dan waktu privat pada ku. Mungkin pikir mereka tidak mau menggangu, nanti kalau di panggil baru mendekat. Sungguh pengetian juga.

"Hai, abang.." sapa Aiko

"Hai dek.. wah cantik sekali." terlihat Aiko sedang duduk di ranjang nya. Menggunakan babydoll merah muda. Rambut sepunggungnya di gerai, dan tanpa make up, seperti nya baru selesai cuci muka.

"Abang dimana ini? kok masih pakai baju kerja? belum mandi?"

"Iya dek memang belum. Seharian ini abang bisa si bilang hampir gak kerja di kantor koperasi. Abang tadi siang jam 10 ke cibadak, belikan hp untuk aki Tama dan cucu nya yang mau cari pekerjaan itu. Abang mau bantu mereka dek, karena mereka juga sudah bantu abang waktu abang di keroyok tadi malam. Ternyata setelah selesai beli hape dan makan bakso, mau balik ke koperasi, abang dan Neng di cegat Yudha dan teman teman nya lagi dek. Yudha tidak terima kalo abang lapor kejadian abang ke kakek Maulana, kakek nya Ridwan. Dan kakek Maulana, tadi pagi protes ke pak Harris, pak Harris sepertinya menegur Yudha atau sejenisnya lah."

Lalu aku cerita kan juga tentang pengeroyokan ku, aku ditangkap polisi, diperiksa lalu dilepaskan. Aku tidak menjelaskan soal kenapa aku dilepas, sama seperti ke Ridwan tadi. Hanya kali ini Aiko mencemaskan aku jika Yudha menuntut balas karena aku pukuli. Dan Aiko mengatakan bisa saja Yudha mengumpulkan orang yang lebih banyak. Aku bilang bahwa polisi sini sudah baik sekarang dan sudah ada di pihak aku. Bahkan aku sekarang masih bicara sama Ridwan dan polisi. Apa mau aku kenalkan? tampak nya Aiko tak keberatan.. lalu aku mendekat pada Ridwan dan Surya yang sedang santai berdiskusi.

"Wan, mas.. kenalkan ini Aiko." kata ku pada mereka sambil tetap video call melalui hape.


"Hai Aiko, aku Ridwan.. teman nya si jelek Anto."

"Hai.. saya Surya. Polisi di polsek cibadak sini."


"Wah senang ketemu. Saya Aiko Nakazawa. Kekasih abang Anto. Aiko sudah di ceritakan abang juga soal Winda, yang bang Ridwan suka. Hehehe.. maaf ya bang Ridwan. Yang pasti, maju terus ya bang, pantang mundur.."

"Hah, wah si kunyuk cerita apa nih? yang bagus apa yang jelek nih?"

"Yang bagus bagus kok bang Ridwan. Yang pasti bang Ridwan harus berani ngomong bang, kalo gak ngomong gimana bisa jadi an. Masa pendekatan terus.. Aiko saja cuma 2 hari sudah tunduk ama bang Anto. Hik..hik..hik.."

"Doa in deh yah, biar gak lama lagi. Soalnya, itu yang paling susah."

"Iya sip, semoga lancar ya bang." kata Aiko

Ridwan tampak malu malu karena rahasianya di bahas yayangku. Lalu Aiko juga bersapa juga dengan Surya. Berbasa basi sejenak. Tak lama kemudian, kembali bicara berdua dengan ku. Ridwan masuk ke rumah dan lalu tidak lama keluar dengan air dingin dengan 3 buah gelas dan ada satu piring gorengan. Sepertinya Ridwan memang bawa itu gorengan. Aku cerita kan juga bahwa, aku mengkhawatirkan Aki Tama dan cucu nya sebab seperti nya Yudha ada maksud tidak baik pada Neng setelah bertemu saat di cibadak.

Hal ini juga membuat Aiko cukup terganggu. Dia bilang bisa saja membalas aku melalui Neng, sebab jika menghadapi aku langsung tentu susah. Aku katakan kalau aku sudah minta pada Surya untuk menjagai aki Tama dan Neng, dan memang sebagai polisi itu salah satu tugas nya melindungi masyarakat dari tindakan kejahatan. Aiko tampak senang dengan keputusanku.

Segera kemudian kami mengakhiri komunikasi ini. Kami sama sama mengucap kan salam sayang dan cinta kami.

Aku lalu bergabung dengan ke dua orang itu, sahabat dan teman baru ku. Kami membahas tentang Yudha dan keluarga nya. Aku katakan bahwa memang pak Harris adalah mantan pejabat penting di lingkungan BC di pusat, yaitu di Rawamangun, Jakarta Timur. Tapi yang mengusik keingintahuan ku adalah, sikap eksklusif dari pak Harris yang memutuskan menikmati pensiun nya di desa. Dengan segala kemewahan nya, membuat dia menjadi sangat timpang dengan lingkungan sekitar nya.

Ridwan mengatakan suatu informasi yang penting. Bahwa dalam satu minggu, biasa nya ada dua kali rumah itu di datangi 1 buah mobil box engkel di kawal dengan beberapa mobil pribadi, biasa nya van dan sejenisnya. Kadang ada sedan mewah juga, tapi hanya sesekali. Dan hal itu rutin. Ridwan yang 1 bulan ada didesa ini memperhatikan hal itu. Dan tiba nya sekitar jam 8 atau 9 malam. Sekitar satu jam paling lama dua jam, rombongan itu sudah kembali meninggalkan rumah itu. Pak Harris tidak terlihat dalam rombongan itu, dan memang info nya sudah hampir 1 bulan pak Harris tidak terlihat sama sekali.

Dilihat dari plat nomor kendaraan, itu plat BK dari Medan. Tapi sampai saat ini tidak satupun penduduk sini tau persis kegatan di dalam rumah tersebut. Semua hanya menduga duga.

Aku diam diam mencari tau sepak terjang pak Harris selama menjabat. Dan sampai saat ini, data yang ku dapat belum valid. Tiba tiba ada email masuk ke hp ku. Ini data yang ku perlu dan ku tunggu. Rupanya, aku memang berhadapan dengan sindikat besar. Saat ini yang bisa aku lakukan adalah menunggu, sampai tiba waktu nya. Sambil mempelajari situasi lingkungan. Mudah mudahan aku bisa menyelesaikan masalah ini sebelum aku kembali ke jakarta.

Pertemuan malam itu akhirnya diakhiri. Surya pulang dengan motor vario nya. Aku dan Ridwan masuk dan segera mandi dan beberes. Aku masih harus menggarap skripsi Ridwan. Satu jam aku kerjakan, selanjutnya diambil alih oleh Ridwan. Dia tidak tega juga membiarkan aku menggarap nya, sedang aku sudah lelah seharian menghadapi kejadian yang aku hadapi.

"Nyuk.. udah lo duluan istirahat deh. Mata lo dah 5 watt noh. Biar gue terusin sekuat gue yah."


"Thanks ya man. Memang gue dah capek banget."

Aku segera merebahkan tubuh, tidak lama langsung terlelap dalam tidur. Aku tidak tahu sampai jam berapa Ridwan mengerjakan skripsi nya.

Aku terbangun jam 4 subuh. Ku lihat Ridwan juga sudah tidur dan laptop sudah mati. Aku tidak mau mengganggu tidur nya, segera ke kamar mandi. Setelahnya, aku kembali duduk di sofa. Pikiran ku melayang ke kejadian kemarin malam dan tadi siang. Sebab kenapa aku di pukuli oleh Yudha..?




Bersambung ya suhu...
 
Terakhir diubah:
Wah :mantap: suhu lanjutkan, mungkin cuman itu aja yg bisa saya katakan, semangat nulis nya semoga cerita ini sampai tamat:semangat:
 
Bener tuh, kenapa Yudha maen hajar si Anto.....
 
Surya cocok deh ama si neng...seimbang energinya...cuma bagi si neng lebih cocok dan suka sama anto....apakah anto harus poligami ya....lanjut suhu sampe tamat
 
pertamax hu .... di lanjut lgi ceritanya yg hmmmmm .... luar biasa ......
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd