Agen Terpercaya   Advertise
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story

Bimabet
Selamat siang king, subes, senpai, pertapa, dan suhu suhu lainnya.

Ane baru awal menulis, masih banyak yang perlu di koreksi. Maaf kalau masih jauh dari bagus.

Cerita nubie tidak banyak ss nya, tapi ini cerita roman biasa.

Jangan kapok ya suhu..

Salam semprott... MERDEKA...
 
Terakhir diubah:
Selamat siang king, subes, senpai, pertapa, dan suhu suhu lainnya.

Ane baru awal menulis, masih banyak yang perlu di koreksi. Maaf kalau maaih jauh dari bagus.

Cerita nubie tidak banyak ss nya, tapi ini cerita roman biasa.

Jangan kapok ya suhu..

Salam semprott... MERDEKA...

Suhu terlalu merendah, critanya bagus kok :semangat:
 
Permisi agan agan, mau lanjutin dulu ya gan...



Aku
:"Terima kasih ya dek. Atas semuanya. Aku sangat bahagia. Entahlah, yang pasti saat ini perasaan ku lega."

Aiko :"Aku memang mencari tau soal kamu sejak setahun lalu. Saat itu aku pun belum tau kondisi ini, aku hanya mengikuti kata hatiku. Setelah ayah sehat lagi, aku mulai menata diri. Aku rubah total penampilan ku, karena aku merasa aneh dan tersisih dari pergaulan anak muda. Aku tidak punya teman main. Apalagi laki laki. Semua menghindariku. Memang itu papa yang atur, agar aku tidak jatuh pada pergaulan dengan lelaki. Tapi aku putuskan merubah penampilan ku, awalnya papa menentang, tapi aku yakinkan kalo aku tidak akan bergaul dengan lelaki sembarangan apalagi aku sadar dengan keadaanku. Memang akhirnya banyak yang mencoba mendekat padaku, tapi percayalah, aku masih utuh. Mungkin aku akan di ejek teman teman wanita ku karena aku masih menjaga keperawananku. Aku tidak perduli. Karena sekali aku jatuh, aku akan fatal. Buat aku dan buat sekelilingku. Aku gak mau itu terjadi."

Aku :"Tetapi tadi kamu sangat ingin denganku? Apa kamu sudah pernah begini?"

Aiko :"Tidak.. tidak. Ini yang pertama, dan yang terakhir. Karena aku tau yang aku akan datangi adalah dirimu. Aku gak mau dengan yang lain. Susan memang pekerjaan lainnya seperti ini. Dia yang di hubungi teman mu saat dia mencari teman kencan mahasiswi kampus ku. Kebetulan saat itu aku sedang makan dengan Susan di cafe. Saat Susan cerita mahasiswa Indonesia mencari teman kencan mahasiswi, aku langsung menawarkan diri.

Susan sangat terkejut karena dia tahu aku. Kami berteman sejak awal kuliah. Dia yang menyarankan aku merubah penampilanku. Saat aku menawarkan diri, segera Susan menghubungi temanmu lagi dan menyanggupi. Dan temanmu minta yang gress katanya untuk nya, dan untuk Susan, teman satunya yang kata dia masih sangat polos, jadi Susan bisa jadi mentor yang baik untuk teman nya itu. Itulah kenapa, saat tadi yang awal nya Aku dengan temanmu dan Susan dengan kamu. Setelah kita bertemu aku langsung berubah sikap. Aku mau nya sama kamu, titik. Kalo mereka menolak, aku siap untuk pergi. Ternyata teman mu akhirnya mengalah. Inilah jadinya, dua orang yang tidak tau apa apa, disatukan. Yah akhirnya benar benar bersatu."

Aku :"Tapi, kenapa sekarang aku tidak timbul nafsu lagi ya dek? padahal kita sama sama tau, kita saat ini telanjang. Tapi aku seperti bisa mengendalikannya. Seakan kalo tidak diperlukan, nafsu itu tidak muncul."

Aiko :"Karena kita sama sama tidak menghendaki nya saat ini. Apa jangan jangan kamu mau nafsu itu lagi? kalo kamu siap, aku juga siap. Aku siap menjadi istri mu."

Aiko memutar tubuhnya menghadap ku, dia kalungkan kedua tangan nya keleherku. Dia menatap ku dengan sendu. Kubelai rambutnya, wajahnya. Mata Aiko pelan menutup dan dia angkat wajahnya dan membuka bibir tipis ranum nya sedikit. Aku maju menunduk, dan menyentuhkan bibirku dengan bibir nya, aku memberlakukan dengan lembut. Kami sungguh meresapi kecupan ini. Aku merasakan ada kumparan energi yang berputar di bawah pusar, perlahan naik ke perut, lalu ke dada, dan menyebar ke tangan, lalu kaki, kepala terus ke seluruh tubuhku. Tapi energi yang ini tidak meletup letup seperti tadi, ini energi yang lembut dan mengalir halus. Nafas ku juga tidak memburu, tetap tenang. Dan aku memang menghendaki demikian, aku gak mau liar seperti tadi. Aiko pun membalas ku dengan penuh kelembutan. Aku mengikuti saja mau kemana percumbuan ini, kalo wanita ku sudah siap, aku sebagai lelaki nya harus juga siap. Karena kami memang saling melengkapi. Tubuh kami memang sudah bugil sejak tadi tanpa selembar benangpun. Ku lepas bibir ku, kupandangi seluruh tubuh wanita ku. Tubuh yang sangat sempurna. Halus, lembut, putih, bersih tanpa noda. Rambut lurus setengkuk, mata sipit nya bening dengan pupil kecoklatan, alis tebal, hidung mancung. Ada tahi lalat kecil dibawah mata kirinya, sama dengan aku. Dada nya membusung bulat dan keras, lebih besar dari tangkupan tanganku, ada semburat urat urat hujau halus di lereng nya karena putih dan halus kulit nya. Puting merah sebesar ujung jari kelingking dengan aerola coklat cerah. Memang dada yang perawan. Bahu nya lebar lebih lebar sedikit dari gadis umumnya, pastinya ini karena latihannya. Ia juga mempunyai otot bisep yang sedikit terlihat menonjol. Turun ke perut, perutnya rata tanpa lemak dan keras saat tadi kuraba. Daerah selangkangan ditutupi oleh rambut tipis yang dicukur rapih. Kaki nya lurus sejajar, paha yang keras walau tidak terlihat otot yang menonjol, lalu betis yang bunting padi tanpa ada urat menonjol, hanya semburat urat halus tipis terlihat karena putih kulit nya, terakhir kaki yang mungil dengan bentuk memanjang dengan tumit mulus halus. Ah, bidadari kah ini? Apalagi yang aku cari? sekarang sudah ada depan ku. Aku berharap dialah masa depan ku. Aku merasa sempurna memilikinya.

Kami saling tatap, ia juga menatap wajah ku, mengelus lembut hidung ku, bibirku lalu turun ke leher ku. Kemudian ke dua tangan nya mengelus bahu ku kiri dan kanan.


Lalu turun ke dua lengan ku, berhenti sebentar di otot bisep ku, diremas nya sekalian otot trisep ku. Lalu ke siku dan juga terus ke sampai ke telapak tangan ku kiri kanan. Tangan nya kemudian berpindah mengelus dada bidang ku, menekan nekan disana, lalu turun ke perut ku, mengelus, lalu turun ke selangkanganku. Ia mengelus senjata ku dengan lembut, sehingga tegang maksimal. Ke dua pahaku yang berotot mengeras, betisku yang sudah keras semakin menegang dan kakiku yang lebar menanjang tertancap dengan gagah.

Aiko :"Ini milik Aiko, jangan berikan pada yang lain yah." bisik nya

Aku :"Iya, milikmu. Semua milikmu. Aku sudah tidak lagi berhak penuh pada diriku sendiri, karena ini akan segera menjadi hak mu. Kontrol aku ya sayang."

Aiko :"Sudah menjadi tanggung jawabku untuk memastikan kamu seutuhnya untukku. Aku akan mengontrol dan menjagamu. Jadilah kepalaku, imam ku, dan sandaran hatiku seumur hidupku. Kamu adalah yang pertama dan terakhir untuk ku."

Aku :"Pasti sayang, kita sama sama melangkah membetuk dunia kita, masa depan kita."

Lalu aku menarik tubuhnya kedalam dadaku, ku peluk erat dirinya. Dan tak akan ku lepas lagi. Aku sudah lelah menghindar dari banyak wanita yang mencoba mendekatiku, secara halus maupun terang terangan. Aku menghindari mereka, dan menyibukkan diriku pada organisasi dan latihan ku.

Sejak SMP aku sudah berlatih beladiri tangan kosong di suatu perguruan beladiri terkenal khas Indonesia. Aku juga berlatih pernapasan, dimana itu melatih ku untuk mengontrol energiku. Dan memperbesar wadah energi itu di simpan. Semakin besar wadahnya, semakin banyak kapasitas energi yang ditampung, dan energi ku akan terus bertambah sampai puncak nya saat umur ku 28 tahun. Setelah lewat umur itu, energi yang dihasilkan akan konstan, dan mulai menurun pada usia 33 tahun. Saat ini energiku belum maksimal, aku masih 21 tahun, masih akan terus bertambah, bahkan saat ini adalah saat terbanyak penambahan energiku. Walau belum maksimal, sudah sangat dashyat dampaknya padaku. Aku tidak bisa membayangkan saat empat atau lima tahun ke depan. Karena nya aku perlu pengontrol, penyeimbang yang sepadan. Dan aku tau, dia adalah Aiko Nakazawa.

Tiba tiba hp ku berbunyi, nada panggilan. Terlihat sebuah nama disana. Dia ayahku.

Aku :"Iya pak.."

Ayah :"Hei anak muda. Dimana kau?"

Aku :"Masih di Tokyo pak."

Ayah :"Tau bapak kau di Tokyo. Maksud bapak, kau masih di hotel? masih sama Aiko?"

Aku :"Iya pak, masih."

Ayah :"Tau kau maksud bapak telp kau ini?"

Aku :"Ya pak, aku sudah paham."

Ayah :"Kau sudah di telpon calon papa mertua mu kan? Lae Takeshi juga sudah telpon bapak. Baru saja selesai. Hebat kau yah, bapak mu sampai menunggu hampir dua kali umurmu buat ketemu sama pasangan yang cocok buat bapak. Mama mu dulu sudah mencoba masuk, tapi bapak masih sibuk sendiri membangun perusahaan dan berharap dapat yang lebih pas buat bapak. Karena menunggu, akhir nya sampe hampir umur 40 bapak baru melamar mama mu. Memang enggak ada lagi yang cocok buat bapak ternyata selain mama mu. Karena itu, bapak enggak mau kau sampe kaya bapak. Jadi bapak persiapkan kau supaya kau segera bisa mendapat pasangan mu yang pas buat kau. Lae ku si Takeshi itu, sudah lama bapak kenal. Sejak waktu bayi kau, dan dia masih bujang sudah saling kenal kami. Papa mertua mu itu, samanya kaya bapak. Jadi kami sama sama setuju, kalo anak kami mau kami persiapkan, biar enggak sama kaya bapak nya. Yang mencari cari terus, kalo langsung ketemu bagus, kalo enggak pusing kau. Waktu tau anak nya perempuan, langsung papa mertua mu itu telepon bapak, bilang kalo kau sama putri nya Aiko, harus disiapkan. Biar nanti jadi pasangan yang pas. Tapi kami tidak menjodohkan kelian, hanya memang harapan ku besar kelian bisa jadi. Ternyata memang Tuhan dengar harapan kami, tapi yang bapak enggak sangka cepat kali proses nya. Enggak bapak sangka sebentar lagi mau punya menantu."

Aku :"Ah bapak. Belum kok pak. Kami juga baru ketemu hari ini. Kalo tahun lalu kan Aiko yang menemukan aku, aku belum menemukan dia."

Ayah :"Enggak penting berapa lama nya. Kalo sudah cocok hatimu, masak mau kau kasih lagi hati kau sama yang lain? ini kalo bapak telpon pakai video call, yakin bapak kelian sedang tidak pada posisi yang wajar. Heh jangan kau ambil hak mu kalo belum waktu nya yah. Kau paham kan maksud bapak? Jangan kau bikin malu bapak nanti didepan lae ku si Takeshi. Sudah kau sedot madunya padahal belum kau beli."

Aku :"Ya pak, aku ngerti."

Ayah :"Sudah, istirahatlah kelian dua. Besok pagi biar fit. Besok kau kembali ke Nagoya kan? Dan si Aiko mungkin besok masih kuliah dia."

Tiba tiba :

Aiko :"Pak, besok Aiko boleh ikut ke Nagoya sama bang Julian? Besok Aiko tidak ada jam kuliah pak. Aiko mau ketemu bapak, mau ketemu calon bapak mertua ku."

Ayah :"Kau dengar rupanya semua tadi? Bah.. sebenarnya bukan kau yang bilang ini, abang mu si Julian yang bilang. Sudah terbalik jaman ini rupanya."



Sambung lagi ya gan... ane baper...
 
Terakhir diubah:
anjir orang jepang di panggil lae jg wkwkkw
btw si aiko ngomong jd kepalaku, imamku. dia status agamanya udah sama kyk anto apa masih shinto(agama mayoritas di jepang) ya ?

btw nice update suhuu, lanjutken
 
anjir orang jepang di panggil lae jg wkwkkw
btw si aiko ngomong jd kepalaku, imamku. dia status agamanya udah sama kyk anto apa masih shinto(agama mayoritas di jepang) ya ?

btw nice update suhuu, lanjutken
Waduh suhu.. klo soal ntu, ane kudu konfirmasi lagi ama si Anto. Tapi yang ane pernah denger, tradisi wanita jepang mmg gitu, mengabdi sama suami dan keluarga. Kaya nya ada 2 alasan, yang pertama mmg udah tradisi disono, makanye banyak wanita karir jepang males kawin, mau lawan tradisi, kaga berani. Alasan ke 2, mungkin Aiko terispirasi wanita jepang yang ada di cerita semprot, yang mau mengabdi ma laki nya. Mungkin lho yah.. ane ntar tanyain dah...
Btw.. makasih yak dah ikutin...
 
Waduh suhu.. klo soal ntu, ane kudu konfirmasi lagi ama si Anto. Tapi yang ane pernah denger, tradisi wanita jepang mmg gitu, mengabdi sama suami dan keluarga. Kaya nya ada 2 alasan, yang pertama mmg udah tradisi disono, makanye banyak wanita karir jepang males kawin, mau lawan tradisi, kaga berani. Alasan ke 2, mungkin Aiko terispirasi wanita jepang yang ada di cerita semprot, yang mau mengabdi ma laki nya. Mungkin lho yah.. ane ntar tanyain dah...
Btw.. makasih yak dah ikutin...

woke huuu, entah tradisi/terinspirasi biarkan mengalir saja lah :)
di tunggu kelanjutannya suhuu :beer:
 
Malam suhu suhu yang terhormat, ane mau posting cerita ini sampai tamat malam ini. Maaf bila ada kata kata yang salah dan menyinggung perasaan para suhu semua. Ini hanya sekedar hiburan belaka. Namanya pun cerita fiksi.
Mohon kritik dan saran, ane sangat menghargai buat perbaikan tulisan ane ke depan...


Lanjutan nya....


Aiko
:"Mungkin Julian masih kaget pak, menerima Aiko. Kalo Aiko sudah menemukan dia sejak setahun lalu. Aiko sudah lebih siap. Aiko sudah menemukan sandaran hati Aiko sejak tahun lalu, dan Aiko tidak mau kehilangan lagi. Masa Aiko harus sandaran sama tiang listrik?"

Ayah :"Hem.. datanglah. Tapi bilang abang kau dia harus tau apa tugasnya. Jangan asal bawa anak gadis orang. Jangan bikin malu. Aiko, tugas nya dia itu, bukan kau yang maju. Kau ikut saja yah. Kalo sudah oke semua, datang lah kelian. Bapak tunggu besok."

Aiko :"Iya pak."

Ayah :"Sudah yah. Jaga diri kelian.. bye."

Sambungan telepon diputus. Aku tau apa yang harus aku lakukan.

Aku :" Dek, aku minta no hp papa yah."

Aiko :"Ini sudah malam lho, hampir jam 11, apa tidak besok pagi saja?"

Aku :"Tidak sayang, sekarang saja. Aku gak mau dikira anak yang tidak hormat pada orang tua."

Aiko mengambil hp nya, lalu mencari nomor ayah nya. Setelah dapat menunjukkan padaku, segera aku ketik nomor itu, lalu aku pencet tombol panggil. Terdengar nada panggil, gak lama suara diangkat di seberang sana..

Om Takeshi : (dalam bahasa inggris) "Hallo selamat malam, ini dengan siapa?"

Aku : (menjawab dengan bahasa Indonesia) "Ini Julian papa. Bisa Julian bicara pa?"

Om Takeshi
:"Ooh.. ada apa Julian? gak apa apa bicara saja. Papa juga belum tidur."

Aku :"Pa, besok Julian mau main kerumah papa yah. Bisa? Papa dirumah jam berapa?"

Om Takeshi : Papa besok libur. Datang lah."

Aku :"Terima kasih pa. Satu lagi pa.. Julian mau minta maaf dan minta izin pa. Julian minta maaf karena tidak tau sehingga Aiko ada sama Julian di hotel saat ini. Di adat kebiasaan kami, ini bisa jadi bahan pembahasan yang panjang karena tidak pantas. Dan Julian juga minta izin mengajak Aiko tidur di hotel. Tapi Julian tau batasan nya. Tadi Bapak sudah beri peringatan pada Julian, dan Julian paham. Tidak akan mengambil yang belom jadi hak Julian."

Om Takeshi :"Oke Julian, papa hargai sikap mu. Dan keputusan mu membuat papa bangga. Sejak tadi papa sudah percaya padamu, dan kalo sekarang kamu telpon dan meminta izin, papa izinkan. Jaga Aiko baik baik yah nak."

Aku :"Terima kasih pa. Selamat malam papa."

Aiko :"Selamat malam papa."

Om Takeshi :"Ya Selamat malam. Mimpi indah yah.. bye.."

Telepon terputus. Aiko langsung kembali merapat padaku.

Aiko :"Kenapa tadi gak bilang ke papa kalo kita besok mau ke Nagoya?"

Aku :"Tidak malam ini sayang, aku tidak akan membawa anak gadis orang tanpa diizinkan orang tua sang gadis. Dan aku gak akan meminta izin hal itu melalui telepon, aku harus datang dan bicara langsung.(sambil memegang ke dua pipinya) Sebetulnya, hal yang terjadi saat ini pada kita belum bisa diterima oleh adat bangsaku. Dimana dua orang lelaki dan perempuan yang belum suami istri sudah ada dalam kamar berdua, dan menginap bersama dalam satu tempat tidur. Walaupun tidak sampai melakukan sex, tapi yang kita lakukan tadi tetap salah di budaya kami."

Aiko :"Walaupun itu dilakukan atas dasar saling suka dan tidak ada yang keberatan?"

Aku :"Iya, walaupun demikian."

Aiko :"Oh. Aku mencoba mengerti. Aku harus belajar budaya timur. Karena aku akan jadi istri orang timur. Bang, ajari aku yah. Aku mau belajar bang."

Aku :"Iya dek, abang pasti ajari dan bimbing kamu."

Kami berpisah, karena sepertinya kami melakukan kegiatan lain. Aku merasa badanku dingin, yah karena aku hanya berlilit handuk di pinggang sejak tadi.

Aku :"Sayang, kamu sudah makan?"

Aiko :"Sudah tadi sore sebelum ke hotel."

Aku :"Kamu lapar lagi dek?"

Aiko :"Nggak bang, nggak lapar. Tapi aku ngantuk. Aku mau tidur sambil dipeluk. Aku sudah sangat rindu pelukan, sejak ibu tidak ada, aku sudah tidak ada yang peluk kalo aku tidur."

Aku :"Iya sayang, tapi abang mandi dulu yah."

Aiko :"Jangan lama, pokok nya adek tunggu. Itu nya jangan di mainin yah, punya adek itu. Nanti adek cek kalo udah mandi pokok nya."

Aku :"Iya, nggak di apa apain. Aman.. tapi nanti kalo bangun tanggung jawab yah."

Aiko :"Adek siap, terserah abang. Asal tanggung jawab. Mau malam ini ayo saja. Adek siap layanin abang. Jangan cuma omong saja, buktikan kalo bisa."

Aku tidak menjawab. Aku masuk kamar mandi dan mandi air hangat. Badan ku segar sekarang. Segera gosok gigi, dan menyelesaikan mandi ku.
Aku keluar dengan celana pendek tanpa dalaman dan telanjang dada. Aku melihat ke arah tempat tidur, Aiko sedang duduk di pinggir ranjang, berkemul selimut dan memandang ke arah kamar mandi.

Aku :"Kok gak tidur sayang?"

Aiko :"Aah.. gak mau tidur sebelum abang selesai mandi, aku juga jagain abang biar dede nya jangan di apa apain. Harus Aiko yang urus."

Aku tertawa. Melihat sikap nya. Ya Tuhan, secepat ini semua nya. Tadi sore aku masih jomblo sejati, ternyata tengah malam ini aku sudah punya calon istri yang sudah siap buat aku. Dan orang tua kami sama mendukung. Aduh, membayangkannya pun tidak pernah.

Aiko :"Kok melamun? mikir jorok yah?"

Aku mendekat, memegang kedua pipi nya lalu mengecup kening nya.

Kami lalui malam itu dengan hangat. Aku tidur tanpa baju telanjang dada hanya memakai celana boxer ku tanpa dalaman, Aiko dia telanjang bulat sejak tadi. Kami tidur di atas satu kasur springbed, dalam satu selimut. Kami hanya saling peluk, tidak lebih. Entah kemana nafsu liar ku pergi. Yang pasti, malam itu aku sangat damai bersama Aiko.

Pagi jam 5.30 pagi aku terbangun karena panggilan alam. Segera aku ke kamar mandi, melepaskan air seni ku yang sudah berkumpul penuh di kantung kemihku. Setelahnya aku tersadar, bahwa aku telanjang bulat. Aku berpikir seharusnya aku memakai celana boxer. Aku kembali ke kamar dan mendapati boxer ku sudah terlipat rapih di sofa diatas bra dan celana dalam Aiko. Aku tersenyum sendiri saat menyadari nya.

Aiko :"Pagi sayang, sudah bangun kok tidak bangunin aku?"

Aku :"Dek, adek yah yang lepas celana abang tadi malam? abang kan tidur masih pake celana."

Aiko.:"Tidak kok, bukan adek." (sedikit senyum muncul di bibir tipis nya)

Aku :"Ah, gitu yah. Mulai nakal..."

Aku menerkam nya diatas kasur, menggelitik nya. Pinggang, perut juga leher nya habis ku gelitiki. Aiko bergeliat geliat kegelian tapi tidak berusaha menghindar. Seperti nya memang sengaja, agar kami semakin dekat.

Aiko :"Stop bang, sudah.. sudah. Adek menyerah. Aduh.. jadi keringat ini. Habis curang, adek tidur telanjang, abang masih pake celana. Gak sehati nama nya."

Aku :"Sengaja dek, kalo abang keterusan gimana?"

Aiko :"Khilaf istilah nya yah bang? Adek mau di khilafin abang. Sekarang aja yuk bang, kita khilaf."

Aku :"Eh, memang kamu mau? siap?"

Aiko :"Mau dan siap. Dari tadi malam adek siap sayang. Makanya adek telanjang, biar abang khilaf, dan kita tidak terpisah lagi. Eh, malah pakai celana, tidur nya ngorok lagi. Untung tidak berisik cuma halus saja. Ya sudah, adek buka celana nya, mainin dede sebentar, trus tidur lagi sambil peluk abang. Hi hi hi.. dede nya bangun, cuma di elus dikit. Gimana kalo di emut, bisa keras kaya tongkat ya bang. Bang dede nya bangun.."

Aiko bangkit dari tempat tidur, melepas selimut, lalu dengan telanjang berlutut di depan ku. Dia lalu menyentuh penis ku. Membelai nya, lalu mulai mengenggam nya. Tangan nya mulai mengocok pelan. Tidak lama kemudian mendekatkan kepala nya, mulai menjilat ringan. Beberapa saat, Aiko melirik aku, sambil tetap penis ku di dalam bibirnya. Aih... cantik nya. Teman senior ku pernah bilang, kecantikan seorang wanita akan keluar saat ia mengoral penis lelaki nya dengan sepenuh hati. Ah, mungkin senior ku benar. Aiko terlihat sangat cantik dan mengundang nafsu ku.

Aku :"Sayang, sudah. Jangan diteruskan abang bisa gak tahan."

Aku merasakan pusaran energi itu di bawah pusar ku. Mulai membesar, dan merambat naik ke arah perut. Aku yang menyadari nya segera mengatur nafas ku, dan berusaha menekan energi itu supaya tidak naik. Aku berusaha keras, sampai mulai berkeringat.

Aiko :"Kenapa ditahan bang, lepas saja. Tumpah kan semua nya bang, kalau abang tidak mau di vagina ku, di mulutku pun tidak apa bang, adek siap kok."

Aku :"Jangan teruskan dek. Abang khawatir tidak tahan dan semua terlambat. Abang ingin ini semua dilakukan nanti setelah kita resmi menikah. Izinkan abang menuruti perintah bapak, dan juga abang sudah berjanji pada papa, kalau abang tidak akan menghisap madu mu, sebelum abang membelimu. Maksudnya, abang melamarmu pada keluarga adek, lalu meresmikan adek milik abang dalam acara pernikahan yang suci. Baru, abang juga akan mengambil hak abang yaitu kamu sayang."

Aiko terdiam, dia melepas mulut dan tangan nya dari penis ku. Kemudian berdiri didepan ku menatap mataku..

Aiko :"Maafin adek ya bang. Adek gak tau abang bermaksud seperti itu. (lalu memeluk leherku, dan mencium bibiku dengan penuh perasaan). Adek sayang sekali sama abang. Ajari dan arahkan Aiko ya bang. Abang lah harapan ku, sandaran ku. Abang lah kepala ku, dan nakhoda ku. Abang suruh ke kiri, adek pasti kekiri, abang bilang ke kanan, adek pasti ke kanan. Kalau adek masih salah, ajari ya bang. Biar adek jadi istri yang baik buat abang dan keluarga abang. Adek belum paham adat timur, tapi percayalah adek mau belajar, sebab adek mau jadi orang timur. Orang Indonesia. Supaya keluarga kita utuh dan sempurna. Aku akan ikut kemana suamiku pergi."

Aku :"Kamu adalah perempuanku dan wanitaku. Perempuan itu penolong untuk lelaki. Penolong pasti lebih kuat dari yang ditolong. Karena kamulah pengendaliku, penyaring sikap dan sifatku dan pengatur dalam keluarga. Dan kau juga wanita ku. Wanita yang lembut dan lemah. Kau adalah tempat curahan cinta dan kasih sayang pria mu. Engkaulah pelabuhan tujuan dari pelayaran suamimu, dan tempat suamimu membagi beban dan keluhannya. Pada wanitanya, istrinya, tulang rusuknya, dan belahan jiwanya, lelaki akan kembali. Aku mencintai kamu Aiko."

Kondisi ku normal kembali. Aku masih memeluk calon istriku sepenuh hatiku. Lalu aku lepas, dan mengajaknya mandi. Aiko mengangguk, lalu kami sama sama melangkah ke kamar mandi.


Kami sama keluar kamar, dan turun ke lobby. Kami memutuskan untuk sarapan di rumah Aiko. Aku menghubungi Ajie. Ternyata Ajie dan Susan masih terlelap, dan terbangun karena aku telepon.

Ajie :"Hai To.. udah bangun. Sukses man?"

Aku :"Sukses berat man. Thanks yah atas semua nya."

Ajie :"Sama sama man. Eh, lo dimana?"

Aku :"Gue dah di lobby Jie. Gue bisa cabut duluan man? Gue masih ada perlu lagi man."

Ajie :"Oh.. Bentaran, 5 menit. Gue turun yah."

Aku dan Aiko menunggu di lobby sambil membuka buka surat kabar. Aiko menyender mesra dipundakku sambil memeluk lengan kiriku erat. Seakan tidak ingin melepas lagi.

Tidak lama, Ajie dan Susan sudah menyusul turun ke lobby, tetapi masih menggunakan baju tidur. Cuci muka pun sepertinya belum.

Ajie :"Wah..wah..wah.. pagi pagi sudah seperti suami istri. Masih kurang satu malam? Gue siap menambah hadiah buat lo. Tapi sorry gue harus balik Jakarta hari ini man."

Aku :"Gak usah boss, gue udah terima kasih banget buat ini semua. Ini memang sudah jalannya, gue jadi ketemu ama Aiko. Gue mau cabut duluan yah."

Ajie :"Bentar, (dalam Inggris) Susan, Aiko bagaimana, sudah?

Susan menggeleng tanda belum dibayar. Ajie segera mencabut dompet nya dan mendekati Aiko.

Aiko :"Tidak, jangan. Aiko tidak mau di bayar. Aiko sudah sangat bersyukur bertemu abang Julian"

Ajie :"Hah, kamu bicara Indonesia?"

Aiko mengangguk sambil tersenyum sangat manis.

Aiko :"Aiko pernah tinggal di Indo ikut ayah. Aiko tau bahasa Indonesia. Aiko terimakasih sama Ajie, sudah bikin kami ketemu. Aiko sudah lama mencari abang Julian, dan dipertemukan tadi malam. Aiko senang sekali."

Ajie :"Jadi kamu sudah pernah bertemu sebelumnya?"

Aku :"Tahun lalu, di Kyoto. Gue dampingi ayah melakukan bisnis dengan ayah Aiko. Ceritanya panjang man. Lain waktu gue ceritain. Tapi gue minta tolong, kejadian di hotel ini jangan di share kemana mana yah. Ini private kita aja."

Ajie :"Iya lah, paham kali gue. Trus lo mau kemana lagi habis ini? kayanya lo ama Aiko dah deket bener?"

Aku :"Gue mau ke rumah Aiko. Ketemu ama om Takeshi, papa nya Aiko"

Ajie :"Cie..cie.. panggil om nih. Gue curiga ada apa apanya. Wah, cinta satu malam nih cerita nya?"

Aku :"Bukan cinta satu malam, tapi cinta seumur hidup. Ha ha ha... nanti gue cerita in yah kalo dah di Jakarta. Gue cabut ya man.. bye.. ayo sayang.." aku berlalu sambil menggandeng Aiko pergi.

Ajie :"Ok, hati hati, sukses buat lo deh. Ampun baru ketemu gue yang kaya gini."

Ajie memutar badannya, lalu menghadapi Susan. Tidak ada pembicaraan, Ajie hanya mengangkat bahunya, tanda dia pun nggak mengerti apa apa. Lalu berlalu ke arah lift kembali ke kamar.





Aku dan Aiko sudah sampai di rumah Aiko di Tokyo juga. Papa Takeshi menerima aku dengan hangat, memeluk aku dengan erat. Lalu menarik ku masuk ke dalam rumah. Aiko sudah menghilang ke dalam.

Rumah yang asri, halaman nya rimbun ditumbuhi pohon pohon besar. Cuaca cukup hangat pagi ini. Tapi tetap cukup dingin buat ku.

Aku :"Apa kabar pa. Lama kita tidak bertemu." Aku membuka pembicaraan sambil duduk santai di ruang tamu.

Om Takeshi :"Baik, papa sudah sehat seperti kamu lihat. Sudah pulih dan kuat lagi. Hanya memang fisik sudah tidak sama seperti setahun lalu sewaktu kita bertemu terakhir kali. Papa sakit liver akut. Sehingga kehilangan banyak bobot papa, makan sudah harus dijaga sekarang. Makanan sehat."

Aku :"Aku sungguh, minta maaf pa. Aku tidak mengenali papa kemarin lusa itu. Disamping pikiran ku memang sedang kurang fokus, masih tertuju pada presentasinya. Jadi jangan ada pikiran papa aku sengaja ya pa. Aku sudah jelaskan juga tadi malam ke Aiko."

Om Takeshi berjalan kearah sebuah meja disudut kiri ruang tamu. Membuka laci dan mengeluarkan sebuah map kantong.
Lalu menerahkannya padaku. Dengan tangan nya ia mengisyaratkan aku untuk dibuka. Aku melihat foto foto ku saat sedang presentasi di panggung. Menggunakan microfon yang terpasang ditelinga ku, sehingga aku tidak perlu memegang.

Om Takeshi :"Itu Aiko yang memfoto, dan mencetaknya sendiri. Papa temukan tertinggal di sofa. Mungkin dia lupa untuk menyimpan nya.

Om Takeshi :"Papa juga tidak mengenalkan diri kemarin, entahlah apa ingatan papa sudah menurun? juga karena keadaan yang tidak mendukung. Papa harus segera rapat dengan rektorat setelah acara itu. Setelah selesai, kamu dan rombongan mu sudah tidak ada. Sampai tadi malam itu, Aiko memberitahu soal kalian bertemu. Langsung menginap lagi. Menurutmu, bagaimana dengan Aiko?"


Aku :"Saya merasa cocok dengan Aiko pa. Walau awal pertemuan tahun lalu kami sama tidak menyadari nya. Tetapi Aiko yang lebih dulu menyadarinya, dan cari tahu tentang saya pa. Dia sampai, maaf saya harus cerita, dia harus memakai laptop papa mencari data tentang saya. Tapi pa, Aiko bilang cuma satu kali itu saja saat papa mandi dan cuma 10 menit. Selain itu tidak lagi sampai saat ini. Dan pemantauan nya terputus saat papa sakit, Aiko sibuk mengurus papa. Setelah papa sembuh, Aiko masih belum mencari tau lagi. Sampai pada acara kemarin dulu itu. Dia sudah mengetahui yang akan datang adalah dari kampus ku, begitu dia tau yang akan jadi presenter nya bukan aku, dia menjadi biasa. Tapi saat hari H, yang naik itu aku, dia jadi kembali semangat mencari tau aku."

Om Takeshi :"Ooh begitu... Soal laptop, pantas sewaktu papa buka sehabis mandi, papa curiga ada history search nya dan sudah terbuka password nya."

Om Takeshi memperhatikan semua penjelasan ku dengan serius.

Om Takeshi :"Papa saat itu berpikir mungkin sebelum mandi papa lupa tutup dan exit. Memang habis papa gunakan laptop itu sebelumnya."

Aku masih berpikir apakah harus terus terang soal pertemuan kami di hotel? Aku putuskan untuk menunggu situasi nya lebih dulu. Kami masih berbincang mengenai usaha dan pekerjaan. Kondisi ekonomi, regulasi dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha yang kami geluti. Aku sebagai pengekport produk jadi yang tujukan pada perusahaan om Takeshi. Setengah jam kemudian...

Om Takeshi
:"Kamu sudah makan? Aiko?"

Aku :"Belum pa, sama Aiko juga belum.
Kami hanya sudah mandi, pamitan sama teman ku lalu kesini."

Om Takeshi :"Ya oke, kita makan dulu. Papa ada makanan. Instant tapi sehat kok, papa sudah tidak bisa makan sembarangan. Dijaga makan nya sama dokter. Ayo kita ke dalam. Aiko.."(om Takeshi memanggil Aiko)

(dari dalam ada jawaban Aiko)

Aiko :"Ya papa, sebentar. Aiko hampir selesai. Kalau mau kesini saja, ini sedikiiiit lagi."

Om Takeshi :"Ayo kita masuk, kita lihat Aiko bikin apa."

Aiko sedang menata meja. Disana sudah tersaji banyak wadah makanan. Ada shabu shabu, teriyaki, beberapa sejenis bakso, sayuran, dan daging. Tidak lupa yang utama tentu nasi. Aiko tinggal membagi piring, mangkuk dan gelas untuk 3 orang, sendok-garpu, pisau makan dan sumpit disusun rapih di samping mangkuk makan. Lalu juga menata tisyu dan tempat sumpit. Sangat cekatan. Aiko sudah berganti pakaian, saat ini ia memakai dress coklat tangan pendek tapi untuk rumahan dan rok hitam selutut. Ia juga menggunakan alas dada atau celemek untuk menghindari noda selama masak ke pakaian nya. Terlihat sangat cantik dan lincah. Aku sampai terdiam sambil memperhatikan Aiko. Diam diam om Takeshi memperhatikan aku ternyata yang sedang serius melihat Aiko. Beliau senyum tipis tapi tidak komentar apa apa.

Tidak lama kemudian, Aiko sudah selesai.

Aiko :"Sudah selesai. Ayo kita makan.."

Lalu kami mulai duduk mengitari meja makan tersebut. Ini gaya makan orang apa, aku pun bingung. Karena ini bukan lagi gaya makan orang Jepang. Tapi hidangan yang tersedia memang hidangan khas Jepang. Aiko membuka celemek nya dan melipat nya dengan rapih di simpan meja kecil sebelah meja makan utama. Lalu dengan telaten menyendokkan nasi pada kami. Pertama pada om Takeshi, lalu pada piringku terakhir pada piring sendiri.

Kami makan bersama, dengan penuh kehangatan dan keakraban. Sudah tidak ada jarak yang berarti. Setelah selesai makan, dan istirahat sejenak di sofa, aku mulai mengutarakan maksud ku.

Aku :"Pa, aku mau ajak Aiko hari ini ke Nagoya. Aku mau ajak bertemu bapak, kemarin aku sudah omong ke bapak juga.

Om Takeshi :"Ya, baiklah. Papa izinkan. Kamu pulang Jakarta kapan Julian?"

Aku :"Besok pa. Malam."

Om Takeshi :"Salam sama bapak mu yah. Papa besok harus kerja. Nanti lain waktu pasti kita bertemu lagi. Tapi sekarang tekhologi sudah maju, mudah sekali untuk bertemu walau tidak hadir langsung secara fisik."

Aku :"Ya pa, pasti aku sampaikan. Sekalian aku mohon pamit pa, aku besok sama bapak harus kembali ke Jakarta. Tugas dan kegiatanku dan bapak sudah selesai. Setelah kembali Jakarta, bulan depan aku mau mengerjakan skripsi untuk 1 semester terakhir. Saya berencana tahun depan sudah selesai dan lulus pa."

Om Takeshi :"Papa doakan yang terbaik buat mu. Kamu anak yang baik dan cerdas, percaya dirimu sangat baik. Papa lihat kamu sudah siap menggantikan bapak mu."

Aku :"Terima kasih pa. Aku memang harus siap pa, siapa lagi yang meneruskan kalau tidak aku pak. Sama papa juga pasti sudah mengajari Aiko kan pa untuk meneruskan usaha papa."

Om Takeshi :"Belum, papa belum ajari. Saat ini masih dipegang oleh assisten papa. Aiko masih terlalu muda untuk mandiri. Aiko juga hanya sendiri tidak ada saudara nya. Kadang papa merasa Aiko suka kesepian. Tapi papa harus menjaga nya agar tidak salah bergaul dan jatuh. Kamu tau kan kondisi Aiko, sama dengan mu. Papa dan bapakmu juga sama. Mama mu dan mama nya Aiko juga, adik mu juga pasti ada yang juga sama."




Lanjutan di bawah nya gan...
 
Terakhir diubah:
Sambungan nya...



Aku
:"Iya pa, hanya adikku yang paling bungsu yang tidak dapat bakat itu pa."


Bakat yang aku maksud itu diperoleh dari alam, bakat alam memang, dan dapat menurun ke keturunan kita. Aku, Aiko dan lain seperti om Takeshi sebut tadi, memang mempunyai kondisi yang sama. Dimana kami mempunyai penambahan tenaga inti yang lebih besar dari orang umum. Semua orang secara umum punya energi inti itu, hanya seberapa besar dan kuat nya berbeda. Dan sangat banyak yang tidak menyadarinya jika ia memiliki itu malahan. Apalagi melatih dan mengelolanya. Energi yang kami punya sampai terpancar keluar dan dapat dirasakan terutama oleh sesama yang mempunyai bakat itu. Energi itu harus dikelola dengan benar, sebab jika tidak, akan jadi menghancurkan. Manifestasi atau tindakan keluar nya energi itu melalui perasaan gembira senang, marah dan gairah (nafsu) sex.

Untuk penyaluran pada kegembiraan mungkin dikategorikan dengan sesuatu yang positif, tapi tentu ada juga ambang batas nya senang itu. Sebab kalau sudah terlalu senang, akan timbul juga dampak negatif seperti pesta pora dan foya foya. Jelas ini merusak.

Penyaluran lainnya adalah marah atau amarah. Sepertinya tidak ada yang positif akan hal ini. Apalagi sudah pada tahap amarah, tentu akan gelap mata. Ini sangat berbahaya bagi siapa pun.

Penyaluran ketiga melalui nafsu sex. Ini yang sempat terjadi pada aku dan Aiko. Walau terputus karena telp om Takeshi. Kalau tidak, bisa dibayangkan. Dua orang yang mempunyai energi yang siap meledak ledak saling menyalurkan. Ah, pusing mikirnya. Liat nanti saja. Sabar yah ada waktu nya nanti aku ceritakan.

Ketiga kondisi ini, ayah ku sangat mewanti wanti aku agar di jaga betul. Kesenangan yang berlebihan, amarah dan gairah sex. Untuk kondisi mengenai penyaluran yang ke tiga, gairah sex, itu alasan utama kenapa sampai 3 hari lalu aku masih jomblo. Karena aku harus menemukan partner sex ku yang seimbang. Jika tidak, saat aku tidak terkontrol, akan sangat berbahaya pada partnerku karena tidak mempunyai dasar energi yang kuat untuk meredam.

Aku dan Aiko melatif fisik ku melalui olahraga atau beladiri, semata untuk menguatkan tubuh, menambah daya tahan dan daya tampung energi itu yang akan masih terus bertambah sampai usia ku genap 28 tahun. Aku juga melatih ilmu pernapasan, supaya bisa menekan energi itu agar tidak liar dan menyalurkan energi itu pada bagian tubuh yang aku kehendaki. Tidak hanya berpusat pada satu titik atau bagian tubuh saja.

Aku dan Aiko tidak mempunyai energi yang sama, energi kami berbeda. Energi yang aku punya lebih besar dari Aiko, terbukti dia 2 kali tunduk saat bertatapan mata dan menyalurkan energi. Tapi energi Aiko bersifat halus, ini bertolak belakang dengan energi ku yang meledak. Itu sebab nya, kami memang pasangan yang saling melengkapi. Aku akan di kontrol oleh Aiko, tapi Aiko dan bersandar padaku sabagai tameng dan perlindungannya. Itu sebab nya juga kami bisa langsung klop satu sama lain. Untuk tiga kondisi diatas, Aiko bertindak sebagai pengontrol ku. Karena itu aku merasa, tidak perlu mencari lagi yang lain. Sudah ada, cantik, cerdas, baik, apa lagi yang dicari lelaki muda jomblo seperti aku? ayahku saja sampai menunggu hampir 40 tahun baru menikah. Om Takeshi menunggu sampai 36 tahun juga untuk menemukan pasangannya. Masa aku harus seperti itu, wah benar benar Real Jomblo pastinya. Makin panjang nanti petualangan kesepian ku. Aku hanya bisa berdoa semoga langkahku ke depan di mudahkan dari segala halangan. Yang pasti setelah aku kembali ke Jakarta, ke kehidupan normal sebelumnya, aku berencana membuat skripsi, sidang, lulus, wisuda lalu... tentu melamar putri Aiko sebagai permaisuri Julian Raja Hatorangan. Hah, excellent.

Aiko sudah berganti baju. Manis sekali, pakaian nya elegant tapi tidak berlebihan. Aku makin tidak bisa berpaling pada yang lain, memang mau berpaling kemana juga? Memakai baju dress biru muda lengan panjang, celana kain hitam, sepatu juga hitam dengan heels pendek. Rambut di jepit ke kiri. Make up tipis, dengan jam tangan mungil. Membawa tas yang di jinjing. Wangi parfum yang lembut tidak norak mencolok. Membuat hatiku lumer, deg deg an. Mimpi pun tidak pernah muncul wanita secantik ini. Apalagi dia sudah bertetapan hati ingin jadi istriku. Ingin rasanya saat ini juga aku di nikahkan dengan dia. Mau banget.

Aiko :"Pa, Aiko berangkat dulu ya pa. Jaga diri papa yah. Besok Aiko pulang nya."

Om Takeshi :"Eh, tapi besok malam kan Julian sudah harus pulang Jakarta. Kamu gimana pulang nya? Berani sendiri."

Aku :"Julian antar besok pa. Julian yang bawa, harus Julian kembalikan lagi pa. Baru setelah itu kebandara. Karena terbang nya besok dari Tokyo juga."

Om Takeshi :"Loh, tadi sudah pamit duluan. Kalo besok kesini lagi, pamitnya besok saja."

Aku :"Saya pikir nanti papa sibuk jadi takut tidak bertemu pa."

Om Takeshi :"Sebentar, papa lihat agenda dulu." (Om Takeshi membuka tab nya, dan memperhatikan sesaat)


Om Takeshi :"Jadwal papa besok ada kerja hanya sampai jam 3 siang. Sesudahnya papa akan minta izin pulang lebih cepat. Calon besan ama calon menantu mau pamit harus di lepas secara baik lah. Mungkin masih lama lagi akan bertemu kembali."

Aiko :"Aiko tidak mau lama lama pa. Aiko mau ceeepaaaaattt." (Aiko merajuk)

Om Takeshi tertawa sambil menggeleng kepala. Lalu aku dan Aiko meninggalkan rumah itu. Menuju stasiun kereta dan meluncur ke Nagoya.



Kami tiba di hotel ayah ku menjelang sore. Ayah yang sudah ku beritahu sedang menuju hotel dari stasiun, kata beliau langsung turun ke lobby menunggu kami. Aku dan Aiko turun dari taksi, menuju lobby. Ayah tersenyum lebar dan menerima kami.

Aku dan Aiko langsung salim dengan ayah. Ayah langsung mengajak kami masuk dan duduk di lobby.

Ayah :"Wah wah wah, bapak sangat senang. Mama mu waktu bapak ceritakan, tidak sabar dia mau ikut kesini ketemu Aiko. Bapak bilang, sabar lah kau dulu bapak saja belum ketemu. Dia minta dikabari kalo bapak sudah bertemu kelian. Aiko sudah banyak berubah bapak lihat, beda dengan satu tahun lalu yah. Wah, bapak saja tidak mengenali kamu nak kalau bukan si Julian yang bawa."

Aiko :"Aiko pun senang bisa ketemu bapak lagi. Bapak masih terlihat gagah ya pak."

Ayah :"Ah sudah tua ini. Seumur bapak, yang lain sudah 5 cucunya. Bapak masih belum ini. Tapi bapak sabar kok, namun sudah lega, yakin lah sudah enggak lama pun ini."

Aku dan Aiko tersenyum. Shy shy cat.. malu malu kucing.

Ayah :"Eh, sudah makan nya kelian?"

Aku :"Sudah pak, tadi dirumah Aiko sebelum berangkat kesini." Jawaban ku diamini oleh Aiko.

Ayah ;"Kita ke resto saja ayo. Biat enak ngobrol nya. Mau minum atau makan pun bisa. Maklum ya Aiko, enggak ada orang perempuan yang kasih minum. Enggak ada pun minum yang enak di kamar, paling air mineral sama beer. Mana cocok ngobrol begitu kan?"

Kamipun bergeser ke restoran dan lounge hotel itu.
Kami duduk berhadapan. Ayah didepan ku, Aiko disisiku. Datang pelayan menanyakan pesanan kami, ayah minta minuman teh hangat, aku ikut Aiko yang memesan Kopi.

Ayah :"Coba ceritakan bagaimana nya kelian bisa ketemu? Sudah janjian nya kelian memang sebelumnya?"

Aku :"Belum sama sekali kalau janjian pak. Jadi kemarin lusa itu kan aku presentasi menggantikan ketua BEM ku pak, yang belum siap. Lalu aku maju. Sehabis acara presentasi, ada acara ramah tamah di aula. Aku sudah mulai merasa ada yang memperhatikan aku pak. Bukan ge er ya pak, tapi karena aku merasa aku kan gak ada yang aku kenal di Univ Tokyo, kok sepertinya ada yang mengawasi gerak gerik ku. Ku cari siapa orang nya gak ketemu. Akhirnya aku ingin memastikan. Aku pura pura izin ke toilet sama panitia, aku bicara agak keras, biar terdengar maksud ku. Lalu aku jalan ke toilet. Tapi sebelum sampai toilet, aku lihat ada lorong untuk ke ruangan genset mungkin, ada celah tiang disana. Aku masuk kesana, tapi karena ada celah sedikit, masih cukup untuk mengintip. Jadi aku masih bisa melihat ke depan. Tidak lama, datang seorang wanita, anak mahasiswi juga, pake jaket almamater. Sangat cantik, manis, putih, baik,.. aku sampai ge er. Masa ada cewek jepang cantik mengejar ngejar aku. (sambil ku melirik ke Aiko, mukanya merah dan menunduk malu?) padahal aku gak punya hutang apa apa, apa aku gak sengaja membawa sendalnya sampai dia kejar kejar aku?" Aku tersenyum bisa menggoda Aiko.

Ayah :"Ah, bergurau nya kau? Atau sungguhan nya?

Aku :"Sungguhan pak, tanya saja sama Aiko."
Ayah melihat ke Aiko, Aiko mengangguk cepat.

Ayah:"Oh begitu. Tapi pintar juga ternyata kau menggombal yah, sampai malu itu si Aiko." (Aiko tampak makin menunduk, dan duduk belingsatan serba salah)

Ayah :"Terus kenalan lagi kelian?

Aku :"Nggak pak, waktu itu aku belum tau kalo itu Aiko, anak papa Takeshi yang sudah pernah juga ketemu tahun lalu. Aku biarkan dia pergi lagi, asal aku tau siapa orang nya. Tapi identitas nya belum aku tahu pak saat itu. Lalu aku balik lagi ke aula, ikut ramah tamah sampai selesai. Pas mau pulang, waktu itu Ajie dan pak Hendy mau anterin aku ke Nagoya yang waktu itu. Kita ketemu lagi di tangga. Aku rasakan wanita di depan ku ini, yang ciri ciri nya sama seperti yang menguntit aku sampai ke toilet, ternyata ada juga energi nya. Makin penasaran aku pak, siapa ini cewek manis, imut, putih, modis yang mau tau aku ini, anak jomblo, sok sibuk, gak ganteng, kaku dan dingin ini. Itu kata temen temen cewek ku pak. (Aiko tersenyum sendiri, lalu melihat ke arahku). ya kan sayang? (Aiko mencubit tanganku dengan keras) Auu.. sakit.. aku di cubit." (Aiko menjulurkan lidah nya dan memonyongkan bibir nya)

Ayah yang melihat tingkah laku kami berdua, tertawa terbahak bahak. Khas tertawa nya orang seberang. Tanpa malu malu dan tanpa rem. Aku lihat, baberapa orang berpaling pada ayah. Tapi hanya sesaat lalu melanjutkan aktivitas nya. Aku dan Aiko ikut tertawa. Lepas semua beban seperti nya, dan ayah tidak melanjutkan lagi pertanyaan proses pertemuan kami.


Ayah :"Ai amang, sakit perutku ketawa. Sudah cocok betul bapak liat kelian. Julian, cepat kerjakan skripsi mu, jangan molor yah, lalu sidang trus wisuda. Pokok nya semester depan sudah harus beres. Oke? Bapak mau menyiapkan semua nya.
Bapak harus siapkan semua buat acara melamar Aiko kan? Harus beritahu pada pada paman dan om om mu. Pada tante dan bibi mu sama kakek nenek mu. Keluarga dekat maupun jauh, belum lagi para tetangga. Banyak itu. Bapak enggak mau biasa biasa, kau anak laki laki bapak satu satu nya. Mana bisa dibikin asal asalan. Malu nanti bapak di depan keluarga kita. Kamu yang membawa nama keluarga nantinya. Biar segera kita melamar Aiko ke rumah lae Takeshi."

Aiko :"Oh, banyak juga ternyata ya pak yang terlibat?"

Ayah :"Iya, ini adat kebiasaan orang timur. Kekerabatan nya masih kental. Kenapa rupanya Aiko? enggak mau kau?"

Aiko :"Eh.. mau lah pak." (jawab Aiko sambil mencoba meniru logat ayah)

Kembali ayah dan aku tertawa keras. Menertawakan jawaban Aiko. Cewek Jepang memakai logat medan. Aiko juga ikut tertawa, sangat manis.. senang nya hatiku...



TAMAT....








Kita tunggu session 2 ya suhu. Ane masih belum dapet feel nya..
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Gunting pita nya ditunda sementara Bray .. hahaha
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd