Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Maaf, Aku tak sealim penampilanku (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Kalau bagi saya pribadi saya menganggap cerita Liya & Mang Dedi versi suhu ini beda universe dengan cerita Liya & Mang Dedi versi aslinya. Kayak film-film marvel deh contohnya.
Spiderman versi Tobey Maguire
Spiderman versi Andrew Garfield
Spiderman versi Tom Holland
Tokoh dan karakter boleh sama tapi jalan ceritanya sedikit berbeda. Asal gak melenceng jauh dari cerita aslinya. (Komik kalau tentang film spiderman).
Saya berfikir begini supaya nanti cerita aslinya Liya & Mang Dedi di lanjut lagi sama pemilik aslinya agar gak bingung dan baper bacanya 🤣🤣🤣
Bingung dah mikirnya, mentang - mentang mereka mau reuni, promosi yah hu? Wkwkkwkw
 
spam junk pake full quote pula
Chapter 6

Dua garis biru

Aku terbangun di sebuah dataran yang dipenuhi oleh rerumputan, angin berhembus begitu sejuk seakan sedang mengobati hati yang pernah terluka, kulihat langit begitu cerah dengan awan – awan yang berbaris diatasku seolah sedang menaungiku dari teriknya sinar mentari,

“ini dimana ?” ucapku bertanya – tanya,

Aku mencoba berjalan mencari seseorang yang bisa kutanyai, namun sejauh apapun aku melangkah tidak ada perbedaan dari apa yang kulihat sebelumnya, semuanya tampak sama, aku seperti diam ditempat walau sudah bergerak sejauh mungkin,

Seketika aku melihat bayangan seseorang yang mendekatiku, ia tampak tak asing bagiku, wajahnya yang tampan, matanya yang mampu menyejukan hati, senyumnya yang mempesona, dia …….. ???

“mas Hendra” panggilku,

Dia hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya seolah mengajakku untuk pergi bersama dengannya, namun tiap kali aku ingin menerima uluran tangannya, ia semakin menjauh, aku tak pernah bisa mendekap tangannya yang lembut,

Tiba – tiba muncul awan gelap yang berasal dari arah belakang mas Hendra, aku panik karena dibawahnya terdapat kilat yang menyambar,

“mass hendraaa, jangan kesana, disana bahaya !!” ucapku,

Namun ia tak mendengarkanku, ia semakin jauh dan jauh dariku, aku berusaha berlari untuk mengejarnya, namun semuanya terlambat, sebuah petir yang begitu besar menyambar dari atas sana,

“massss hendrraaaa” ucapku panik,

Tubuhku dibanjiri oleh keringat, nafasku memburu seperti orang yang baru mengikuti lomba marathon, aku melihat ke arah sekitar, kupegangi kepalaku dan mengusap keringat yang ada didahiku,

“ternyata itu semua cuma mimpi ? syukurlah !” ucapku dengan lirih,

Aku terbangun diatas ranjang tidurku, akupun bingung, apa yang terjadi pada diriku sebelumnya, kenapa aku tiba – tiba ada disini ? kududukan tubuhku sambil menekuk lututku, lagi – lagi aku mengusap keringat yang ada didahiku,

“astaga, kenapa aku telanjang ? mana hijabku juga? Kenapa aku benar – benar polos ketika terbangun dari mimpi buruk ku ?” ujarku bertanya – tanya,

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 2 siang dan aku masih terbaring disini hanya tertutupi oleh selimut tidurku saja,

“ehh mbak firda sudah bangun” ucap suara seseorang yang mengejutkanku,

“pak mantooo ?” ucapku terkejut, aku spontan menutupi tubuh polosku dengan selimut yang ada digenggamanku,

“tenang saja, gak usah kaget gitu, ini sarapan sekaligus makan siang untukmu, pasti lapar kan?” ucapnya sambil membawakan telur goreng kesukaanku,

Perlahan ingatanku mulai kembali, aku ingat bagaimana aku bisa pingsan hingga terbangun disini, belum sempat aku bertanya, pak manto sudah duluan menanyai kabarku,

“saya terkejut ketika mbak firda berteriak sambil menyebut nama suami mbak, saya pikir mungkin mbak sudah bangun , makanya saya buru – buru membawakan mbak makanan untuk memulihkan tubuh mbak” ucapnya begitu memerdulikanku,

“terima kasih” ucapku tersenyum lemah,

Aku segera menyantap telur goreng buatannya, aku sangat lapar sehingga aku memakannya dengan tergesa – gesa, ditengah santapan aku sempat bertanya kepadanya, apa yang terjadi setelah aku pingsan,

Seperti biasa , ia tampak tenang dalam menjawab setiap pertanyaan yang aku berikan padanya,

“kamu hebat mbak, kamu cukup kuat untuk melayani kami bertiga” ucapnya memujiku,

Entah kenapa wajahku jadi memerah, aku teringat bagaimana mereka bertiga telah menodai wajahku, sisi depanku dan sisi belakangku,

‘deggggg’, aku jadi teringat sesuatu, aku meraba wajahku, payudaraku dan punggungku, benar seperti yang telah kuduga, ada sisa sperma yang telah mengering di tubuh ayuku ini, penampilanku kini pasti sangat berantakan dengan tubuh kotorku ini,

“Terus mana semua pakaianku ?” tanyaku padanya,

“itu dia saya juga heran, ingat ketika pedagang telur itu bermain dengan payudara indahmu?” ucapnya,

“iii-iiingggat” jawabku malu,

“setelah selesai bermain dengan dirimu, saya berbalik arah untuk mengambil gamis yang sempat ku loloskan dari tubuhmu, tapi anehnya itu semua sudah hilang” ucapnya,

“lohhh terus hijabku?” tanyaku panik,

“kalau hijabmu ada di cucian, gak usah khawatir” ucapnya santai,

Mataku jadi terbuka lebar, aku bertanya – tanya dalam hatiku, kalau gamisku hilang dan hijabku ada di cucian , lantas bagaimana caranya ia membawaku kesini ?

Pak manto hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaanku, sebaliknya ia memberikan kecupan di bibir manisku yang tak mampu ku tolak, ia juga memberikan nomor WA barunya padaku,

“terkadang ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan ada yang tidak, oh yah mulai sekarang panggil saja aku mas, tak perlu formal lagi, karena ku rasa kita sudah semakin dekat” ucapnya sambil pergi meninggalkanku,

Tanpa sepengetahuanku, ia tersenyum sambil keluar kamar untuk menuju rumahnya,


***

Terlihat langit mulai memerah menandakan senja telah tiba menanungi ibu kota ini, terlihat kendaraan mulai berlalu – lalang untuk pulang menemui keluarga mereka masing – masing, Ibu – ibu berada di halaman rumahnya sambil menyapu daun – daun yang gugur, sebagian dari mereka menengok ke kanan dan kekiri mencari tahu, apakah suami yang telah mereka tunggu sudah pulang dari pekerjaannya ?

Namun ada satu dari sekian rumah yang tersusun rapih di pinggir jalan ini, berisi seorang wanita yang sedang duduk didepan meja riasnya, ia tersenyum sambil memandangi cermin yang ada didepannya, tangannya sibuk memegangi alat rias untuk memperindah wajahnya, sesaat ia juga mengambil alat untuk melentikan bulu matanya,

“wahhh cantiikk bangettt” ucapku terkejut setelah melihat pantulan bayanganku sendiri di cermin,

“gak sabar buat ngeliat gimana reaksi mas Hendra nanti” ucapku tersenyum membayangkan ekspresi wajahnya,

Sambil menunggu , aku melihat bingkai foto yang berdiri di meja riasku, sebuah foto yang berisi diriku dan ketiga temanku, ini merupakan foto lanjutan dari reunian yang kami lakukan kala itu, sayang maya dan satu temanku tak bisa ikut karena suatu alasan, andai ikut pasti semuanya menjadi semakin seru,


6-1.jpg

Memang benar kata orang tentangku, aku sangat beruntung karena telah dikaruniai tubuh yang indah serta lelaki yang tampan nan kaya, terlihat dari foto ini aku yang paling tinggi, tinggiku sekitar 171 cm lohhh, tubuhku yang berisi membuat orang – orang berlomba untuk mendapatku, namun hanya mas Hendra sajalah yang beruntung untuk memenangkan hatiku, atau tidak ?

Entah akhir – akhir ini pak manto yang lebih sering berada di hatiku, aku seperti telah jatuh cinta padanya, bukan karena wajah karena wajahnya memang tak rupawan bukan karena harta karena ia bukan orang kaya tapi karena kejantanannya yang pernah membuatku pingsan karena saking nikmatnya,

Namun aku sadar, ini bukan jalan yang benar, aku hanya milik suamiku dan sekaranglah momen yang tepat, aku ingin menghabiskan waktu dengan mas Hendra selama mungkin agar perlahan hatiku kembali dipenuhi oleh rasa cinta kepadanya dan hanya untuknya.

“tingg tonggg” kudengar suara bel berbunyi, itu pasti mas Hendra,

Aku buru – buru menuju pintu masuk untuk membukakannya, ketika pintu terbuka terdapat wajah yang tengah tersenyum kepadaku, wajah yang kehadirannya selalu kurindukan, wajah yang telah memberikan banyak kenyamanan untukku,

“Assalamualaikum umi, abi pulangg” ucapnya dengan suara yang khas,

“Walaikumsalam abiiii” bergegas aku segera salim kepadanya dan memberikan pelukan yang sangat erat,

“duhh umii, rindu banget yah keliatannya” ucapnya sambil memberikanku pelukan juga,

“iyyaaaa, rinduuuu bangett” ucapku sambil memejamkan mata,

Faham bahwa diriku sedang di landa kerinduan, mas Hendra langsung mengusap kepalaku, ia memberikan kecupan di dahiku sebagai bukti rasa cintanya padaku, ia juga mengusap punggungku yang membuatku semakin nyaman berada dalam pelukannya,

“ohh iya abi punya sesuatu lohh buat umiku yang cantik jelita” ucapnya membuatku penasaran,

“wahhh beneran ? apa itu?” tanyaku antusias,

“tapi umi harus tutup mata dulu dong biar surprise” ucapnya,

“iihhhh nyebelin, udah nihhh terus apa?” ucapku menutupnya dengan kedua tanganku,

Seketika ada sentuhan yang kurasakan di bibirku, ketika aku membuka mata, ia telah mencumbuiku dengan penuh kelembutan, akupun jadi malu dan memberikan pukulan sayang kepadanya,

“imutt banget sih, tadi sebenarnya cuma hadiah selingan aja kok, ini hadiah utamanya, tarraaaa” ucapnya ,

“WAhhhhhhh esss kriimmmmmm” , aku memang menyukai es krim sejak dulu, bahkan orang tuaku sempat memarahiku karena seringnya aku memakan es krim, khawatir kalau gigiku ompong katanya , hihihi,

“makasih abiiii yang paling ganteng” pujiku kepadanya,

Seketika mas Hendra pun tersenyum malu ketika dipuji olehku,

“Tapi biii, umi lebih suka hadiah selingannya loh daripada hadiah utamanya” ucapku menggodanya,

“ohh mau lagi ? kalau itu abi bisa memberikannya kapanpun dan dimanapun loh, mau coba ?” ucapnya menantangku,

“Gakkk mauuuuuu” ucapku sambil tertawa,

“ishhh nyebelin, cium jjuga nihhh” ucapnya sambil memanyunkan bibirnya,

“kabuurrrrrrrr”,

Selayaknya anak kecil, kami bermain kejar – kejaran di sore hari, tak peduli dengan kumis yang tumbuh di wajahnya atau besarnya payudara yang kumiliki, kami saling berlarian tak peduli dengan tanda kedewasaan yang kami miliki, berkali – kali aku sempat menghindarinya ketika ia hendak menangkapku, aku cukup lincah atau memang ia sengaja agar tak langsung menangkapku?

Tawa dan canda kembali terpancar dalam wajahku, hatiku sedang berbunga – bunga, akhirnya setelah sekian lama , aku kembali bertemu dengan seorang pangeran yang telah mencuri hatiku,

“eiitssss kenaaa” ucapnya ketika menangkapku, seketika ia langsung memberikan tinjuan bibir yang cukup banyak ke arah wajahku,

“ihhh abii, tuh kan jadi luntur make-up nya” ucapku,

“biarin, kan emang tugas seorang suami untuk membersihkan dandanan seorang istri” jawabnya yang membuatku tersenyum

Mas Hendra pun membawaku ke sofa dan menidurkanku diatas pangkuannya, lagi – lagi bibirku di cumbui olehnya, aku memejamkan mata menikmati sentuhan dari suamiku, lidah kami saling bertemu dan bibir kami saling bertubrukan, ia menyentuh pipiku yang lembut dan membuatku tersenyum manis kepadanya,

Tidak seperti orang – orang yang matanya jelalatan ingin menikmati tubuhku, mas Hendra berbeda, ia lebih berkonsentrasi pada wajahku dan menatap pandanganku, hal itu membuatku merasa malu karena menatap wajah tampan sepertinya, ia berbeda, ia bukan lelaki yang dipenuhi oleh nafsu, padahal ia bisa saja langsung menelanjangiku dan langsung menyetubuhiku, terlebih aku sudah bersiap – siap untuk itu, tapi ia lebih ingin untuk menuangkan segala cintanya melalui tatapannya ke mataku,

“malam ini kita buat dedek yuk” bisiknya padaku,

“yukkkkk” jawabku malu – malu


***

Tak terasa waktu yang kami jalani begitu cepat, kehadiran mas Hendra menjadi penyebabnya, aku merasa lebih muda ketika bersamanya, semua karena canda dan tawa yang kulakukan bersamanya, tiada detik yang terlewat kecuali kami telah menggunakannya untuk bersenda gurau,

Kini sudah memasuki jam makan malam, dengan penuh perhatian aku menyendokan nasi ke piring suamiku , seperti yang kukatakan sebelumnya, sepiring balado telur serta tempe goreng sudah terhidang di meja makan demi menyambut kehadiran suamiku ini,

Tanpa sepengetahuanku, mas Hendra selalu menatapku , ia memandangiku dengan penuh kekaguman, matanya berbinar menatap wajahku ketika sedang mengambil nasi di magic-jar , perlahan tatapannya mulai turun memandangi dadaku yang masih terbalut daster longgar berdada rendah menampilkan belahanku, rambutku yang sebahu kuikat kebelakang sehingga leher jenjangku terlihat olehnya,

‘beruntungnya diriku bisa memiliki istri secantik dirimu sayang’ batin mas Hendra, tak terasa ada sesuatu yang mencuat di balik celananya,

Kami mulai menyantap makan malam kami secara bersama, terkadang kami berhenti untuk mengobrolkan sesuatu yang tak begitu penting, terkadang mas Hendra menyuapiku dengan sendoknya, begitupula sebaliknya, aku menyuapinya dengan bekas sendokku, tawa dan senyum kembali mengiringi makan malam kami,

Namun ketika sedang asyik bermesraan, tak sadar mas Hendra memberikan banyak sambal di sendoknya, ketika aku memakannya, aku pun kepedesan yang membuatku langsung meminum segelas air yang berada di dekat piringku,

“hahahaha, imut banget sih sayang , ekspresinya” ucapnya tertawa melihatku kepedesan,

“hihhhhhh, orang lagi mesra – mesranya malah dikerjain” ucapku kesal,

“maaf sayang, tadi cuma becanda kok” ucapnya sambil tersenyum,

“bodoo” ucapku cemberut,

Sebenarnya aku sudah luluh dengan permintaan maaf yang disertai senyumannya, namun aku merasa gengsi untuk memaafkannya begitu saja, harus ada cara lain yang ia lakukan untuk membuatku benar – benar tersenyum,

“ehh tunggu sebentar” ucapnya,

Seketika ia mengambil tisu yang ada diatas meja dan perlahan mendekati wajahku, aku tersenyum malu ketika tisunya ia sentuhkan ke sekitar bibirku,

“duhh duhh, bayi gede, udah gede makannya masih belepotan aja” ucapnya,

“bersihin” pintaku manja,

Kamipun kembali tersenyum dan menyelesaikan santapan malam dengan penuh kebahagiaan, ketika aku sedang beres – beres, mas Hendra mendatangiku,

“siapp untuk nanti malam sayang” ucapnya sambil mengalungkan lengannya di pinggangku,

“siappp dong, Cuma gitu doang kan” ucapku tersenyum,

“iya gitu doang kok, pakai gamis terbaik yah, abi ingin liat istri cantikku yang alim berada di ranjang” godanya sambil mencumbui bibirku,

“siapp boss semua bisa diatur” jawabku sambil bercanda,


***

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam,

Aku sedang merapikan hijabku di depan meja rias, selayaknya pengantin baru, jantungku berdebar dengan kencang menantikan kedatangan mas Hendra untuk masuk ke dalam kamar pribadi kami, maklum walau status kami sudah menjadi suami istri, tapi kami jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi dalam urusan ranjang, walau begitu mas Hendra orangnya romantis, ia juga tampan, wanita mana sih yang gak mau menjadi istri mas Hendra kalau begitu ?


6.jpg

Sebenarnya malam ini aku ingin mengenakan hijab pink favoritku, namun akibat pak manto kemarin, hijabku menjadi kotor sehingga aku mengenakan dress serba cerah, tak lupa aku menggunakan lip gloss agar mas Hendra betah ketika mencumbuiku, ku tatap wajahku sejenak di cermin dan aku merasa siap untuk menggodanya malam ini,

“Ngomong – ngomong ……..” ucapku lirih,

Aku membuka layar hpku dan tertulis nama seseorang dalam kontak WA ku,

“kenapa aku menyimpan nomornya yah? Aku bimbang sebenarnya” ucapku bingung,

Sebenarnya aku ingin hidup normal bersama suamiku, aku ingin menjadi wanita pada umumnya yang sering menghabiskan waktu bersamanya, pasti wajahku akan dipenuhi oleh senyum kebahagiaan, tapi bayangan pak manto selalu menghantuiku, aku berulang kali terfikirkan olehnya,

apa sih keistimewaannya pak manto dari mas Hendra ?’ batinku bertanya - tanya,

“cekrekk” pintu telah terbuka dan sesosok pria tampan telah memasuki kamar pribadiku,

Kulihat dari cermin senyumnya merekah ketika menatapku, ia seperti takjub dan mendatangiku secara perlahan, walau mata kami tak memandang secara langsung, tapi aku bisa melihat semuanya dari cermin ini,

Ia mendatangiku dan merangkulkan lengannya di leherku, aku tersenyum malu sambil memegang jemarinya yang berada di depan dadaku, seketika ia mengajakku bangkit dan membawaku ke tepi tempat tidur,

“umi cantik banget malam ini” pujinya yang membuatku meleleh,

“makasihhh” jawabku malu – malu,

Perlahan bibirnya semakin mendatangiku, akupun memejamkan mata, kurasa bibirnya mulai bersentuhan dengan bibirku, akupun merangkulkan lenganku ke lehernya dengan manja, kami berciuman, kami bercumbuan dengan penuh kenikmatan,

Kurasakan bibirnya mulai memagut bibirku, lidahnya pun aktif untuk masuk ke dalam mulutku, tak terasa liurku sampai tumpah ke lantai karena nikmatnya percumbuan kami,

“uhhmmmm ehhhmmmm” desah kami berdua,

Ruangan kamipun dipenuhi oleh suara desahan kami, desahan yang dipenuhi oleh hawa nafsu, nafsu untuk melampiaskan syahwat yang sudah lama kami pendam, aku penasaran bagaimana bentuk penisnya saat ini ? saking lamanya kami tak bertemu aku sampai lupa dengan ukurannya,

Selayaknya anak kecil yang manja, kini aku duduk dipangkuan mas Hendra yang berada di tepi ranjang, bibir kami masih bercumbuan dan mas Hendra sudah aktif untuk memainkan payudaraku yang masih bersembunyi dibalik gamisku,

“ehmmm kok rasanya makin gede nih mi” pujinya pada payudaraku,

“ehhmmm gak tau bii, mungkin kangen sama belaian abi” godaku padanya,

Mas Hendra semakin bernafsu, kini jemarinya semakin aktif dalam meremasi payudaraku, bibirnya juga tak melulu mengincar mulutku, sesekali ia mencumbui pipiku dan bahkan keningku,

Ia mulai menidurkanku diranjang, mas Hendra mulai melepaskan satu persatu kancing kemejanya sendiri, dari posisi ini aku mampu melihat pose sexy suamiku dengan dada yang terbuka, tapi entah kenapa aku sedikit kecewa, terlebih Ketika ia melucuti semua pakaiannya sehingga penisnya pun terlihat,

‘entah kenapa semuanya berbeda jauh dari pak manto’ batinku,

Namun aku menyembunyikan semua kekecewaanku, aku tak ingin membuatnya bersedih, kulihat dadanya tak sebidang pak manto, penisnya tak sebesar pak manto, remasannya tak senikmat pak manto, percumbuannya tak seliar pak manto, kenapa pak manto selalu jadi patokan bagiku sih? Aku semakin heran dengan diriku, padahal seseorang didepanku ini merupakan suamiku yang lebih pantas untuk kukagumi daripada orang lain,

Ia mulai menindihiku, jemari kami saling merekat dan bibirnya Kembali bernafsu mencumbuiku, kurasakan giginya menggigit pelan bibirku, Ketika ia menemukan lidahku, ia langsung mengulumnya selayaknya anak kecil yang menemukan permen kesukaannya,

“ahhhhhhhh sayangggg” desah mas Hendra menikmatiku,

Sekarang jemarinya mulai mencari resleting di punggungku, ia sudah sangat bernafsu untuk melumatku seutuhnya, tatkala gamisku copot, tubuhku yang masih tertutup bra dan celana dalamku terungkap, tentu aku mengenakannya karena tak ingin suamiku curiga, terlihat suamiku sangat senang mampu melihat isi dalamanku lagi setelah sekian lama,

“indah sekali mi tubuhmu ini” pujinya,

“ini semua untukmu mas” godaku sambil tersenyum,

Seketika itu jemarinya langsung meremasi payudaraku, ia melepas braku dan mulai mengulum putingku dengan penuh nafsu, akupun merinding merasakan gelinya lidah yang bermain di putingku, terlebih caranya dalam memainkan payudaraku membuatku gelisah, geli – geli basah dibuatnya.

Ku akui mas Hendra memang tak terlalu mengecewakan, ia mampu membuat birahiku naik, terlebih ketampanannya membuatku bernafsu untuk terus dinikmati olehnya, tatkala celana dalamku terlepas, ia langsung mengobok – ngobok vaginaku dengan jemarinya,

“Ahhhhhhhhhh masssss” desahku mengejang,

Puting dan vagina memang selalu menjadi titik rangsangku, aku mudah sekali terangsang apabila ada yang bermain di puting ku dan membelah vaginaku, vaginaku semakin basah dibuatnya membuatku harus menggigit bibirku untuk mengekspresikan semuanya,

“wahhh udah basah banget nih umi, udah terangsang yahh” ucapnya,

Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya dan memang benar aku tak berbohong, aku terangsang oleh permainan suamiku sendiri, kulihat ia mulai mendekatkan penisnya ke arah vaginaku, akupun bersiap – siap, kurasakan sedikit demi sedikit penis itu mulai menembus vaginaku, aku memejamkan mata menikmati setiap proses penetrasi ini,

Tak sadar mulutku terbuka, tanpa sepengetahuanku , mas Hendra tersenyum melihat ekpsresi binalku ini, sepertinya penis itu sudah masuk semuanya ke dalam vaginaku, ini aneh ? entah kenapa sensasinya begitu berbeda, sangat berbeda dari apa yang akhir akhir ini singgah ke dalam vaginaku,

Mas Hendra tersenyum sambil menatapku, akupun membalas senyumannya dan mata kami saling menatap satu sama lain dalam sekian detik, tangannya mulai mendarat diatas payudaraku, aku semakin tersenyum dan aku berusaha untuk menikmati semuanya,

“ahhhh ahhmmmmm ahhhhhh” desahku memejamkan mata ketika pinggulnya mulai bergerak untuk mengaduk vaginaku,

“heeemmmmmm, ehhmmmmmm iiyyyahhhhhhh” perpaduan yang sangat sempurna, aku merasakan penisnya menggesek dinding vaginaku secara perlahan, disamping itu remasannya mampu memacu darahku untuk mengalir keseluruh tubuhku,

Aku tersenyum, akhirnya aku mulai merasakan kenikmatan itu, kenikmatan yang seharusnya kuraih dengan suamiku seorang,

“ennaakkk sayanggg ?” tanyanya disela – sela menyutubuhiku,

“he’eemm” jawabku dengan sedikit mendesah,

Nafasku mulai berat, aku menikmati semuanya, perlahan mas Hendra mulai mempercepat ritmenya, payudaraku semakin bergoyang kesana – kemari, entah kenapa aku seperti merasakan gatal di payudaraku, aku ingin meremasnya sendiri, aku,, aku,,, ahhhhhhhhh ………

Hendra terkejut melihatku seperti ini, baru pertama kali ia melihatku meremas payudaraku sendiri, aku sudah sangat bernafsu, aku begitu merasakan kenikmatan yang selama ini jarang kuperoleh darinya,

“nakal banget kamu sayang, bikin aku bersemangat aja” ucap mas Hendra semakin bernafsu,

Aku semakin merasakan kenikmatan yang tidak terkira, sodokannya dipenisku semakin terasa, mungkin tak buruk juga aku dipertemukan dengan pak manto sehingga aku bisa belajar beberapa gaya darinya,

Seketika lisanku berbicara dengan sendirinya, aku terkejut dengan apa yang kuucap ini,

“bii, ganti gaya yuk” ucapku menggodanya,

Tanpa tanya alasannya, mas Hendra langsung menyetujuinya, ia berbaring diatas Ranjang sedangkan aku yang masih tertutup hijabku mulai naik keatas tubuhnya dan memasukan penisnya yang sudah berdiri tegak ke dalam lubang kenikmatanku,

Aku yang sudah dipenuhi hawa nafsu mulai menggerakan pinggulku sendiri naik turun memompa penisnya, terlihat mas Hendra begitu keenakan merasakan service ku, aku terlalu bersemangat dalam posisi woman on top sehingga payudara indahku semakin berdansa dengan penuh gairah,

“ahhhhh umiiiii, umii kok makin binal sihhhh , ahhhhh” puji mas Hendra kewalahan menghadapi sisi liarku,

“ahhhhhh, iya abiiiii, umii,,, umiii,,, kangenn abi, ini hukuman buat abi karena sering ninggalin umi” desahku menggodanya,

Mas Hendra menatapku dengan tatapan liar, matanya seperti terhipnotis melihat guncangan payudaraku ini, akibatnya ia juga tak tahan untuk menggerakan pinggulnya, jadilah kami berdua saling memacu pinggul kami sehingga penisnya semakin menusuk jauh ke dalam

“Ahhhhh abiiii, ehhmmmmmm” aku semakin terangsang olehnya, ya inilah yang seharusnya ku lakukan, bercinta dengan seorang pria yang kucinta, bukan dengan orang lain,

Mas Hendra memintaku untuk berganti gaya lagi, kini aku dalam posisi menungging diatas ranjangku dan suamiku berada dibelakangku untuk menikmatiku dari sisi belakang,

“ehhmmmmm abiiiiiiii, uuhhhhhhhh” desahku ketika penisnya kembali memasukiku,

Aku langsung digempur habis – habisan olehnya, ia langsung memacu pinggulnya dengan cepat, berulang kali tubuhku terdorong ke depan dengan begitu nikmat, akupun tak menahan diriku untuk tidak mendesah,

“Ahhhhhhhm ahhhhhh ahhhhhhh abbbiiiiiii” desahku bertubi – tubi mendapatkan kenikmatan darinya,

Tangannya memegangi bongkahan pantatku, ia meremasinya dan memainkannya sambil menusuk vaginaku, aku begitu lemas dibuatnya, aku tak tahan lagi untuk mendapatkan orgasme ku malam ini, tubuhku terguncang dan aku menggerakan pinggulku agar penisnya semakin menusuk ke dalam, aku menunduk tanganku begitu lemas tak mampu menumpu tubuhku yang semakin binal ini,

Aku ingin mendapatkan orgasme darinya, aku ingin mendapatkan seluruh cintanya, aku ingin memuaskan tubuhku melalui penisnya,

“ahhhh abiiiiii, sedikit lagiii, ahhhh ahhhhh” desahku tak kuasa kutahan,

Aku mengulum jariku, menahan suaraku agar tak terdengar hingga keluar rumah, aku begitu tak kuat menahannya lagi, akuu, akuu, ini , ……..

“Ahhhhhhh, ahhhhhhhhhhhhhhh legaannyyaaaaa” desah mas Hendra ,

Kurasakan cairan spermanya mulai menyemprot ke dalam vaginaku, vaginaku telah terisi penuh oleh spermanya, akan tetapi, bagaimana denganku ?

Aku berusaha menggerakan pinggulku untuk memacunya kembali, sayangnya semuanya telah berbeda, aku tak merasakan kenikmatan lagi dari penisnya yang mulai menyusut, kulihat mas Hendra mulai melepaskan penisnya dari vaginaku, aku kecewa, aku hampir mendapatkan orgasme darinya, namun ia meninggalkanku ketika aku hampir meraihnya,

Akupun terbaring diatas ranjang, mas Hendra yang tak tahu tentang rasa kekecewaanku mulai mencium perutku sambil berkata,

“semoga jadi dedek bayi yah” ucapnya,

Aku berusaha tuk tersenyum, ini mengecewakan, ini tak mungkin terjadi, aku begitu kesal dengannya untuk pertama kali soal urusan ranjang,

‘aku hampir mendapatkannya loh mas’ batinku sedih,

Mas Hendra keluar ruangan dan kembali sambil membawakan segelas air dingin, ia pun meminta izin untuk tidur duluan karena dirinya masih lelah setelah melakukan perjalanan tadi, akupun mencoba memahami, mungkin karena ia lelah juga,

“yaudah mas, istirahat dulu yah, aku mau ke kamar mandi dulu” ucapku,

“lohh mau langsung bersih – bersih?” tanyanya padaku,

“hehe , gak nyaman juga kalau ada sesuatu di dalam” ucapku memberikan alasan,

“yaudah kalau gitu, terima kasih yah untuk semuanya” ucapnya memberikan senyum padaku,

Sekilas senyumnya mampu mengobati kekecewaanku, toh emang mas Hendra lagi capek, susah untuk memuaskanku yang lagi on karenanya, tapi tubuhku berkata lain,

Aku langsung mengambil cardigan di lemariku dan mengenakannya tanpa dalaman apapun, tanpa sepengetahuan suamiku, aku mengambil HP ku dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil dildo yang selama ini ku sembunyikan darinya,

Aku menyembunyikannya diam – diam untuk aksi nakalku dan apabila suamiku tak mampu memuaskanku, “Ahhhhhh, ahhhhhhhhh” aku menggunakannya diam – diam didalam kamar mandi untuk memuaskan nafsuku yang tertunda,

Payudaraku kembali mengeras dan nafsuku semakin bangkit, putingku juga semakin tegak karena kenikmatan yang kurasakan ini, entah darimana ide ini berasal tiba tiba aku memotret tubuhku yang sedang terangsang ini,

“ahhhhh, ahhhhh, ahhhhhhhhhhhh” akhirnya aku mendapatkan orgasmeku juga,

Tubuhku sangat lelah dibuatnya, sesekali tubuhku mengejang merasakan sisa orgasmeku, Ketika aku melihat layar hpku, aku terkejut, rupanya aku tak sekedar memoto tubuhku menggunakan aplikasi kamera, tapi aku memotonya menggunakan kamera yang ada di aplikasi Wa ku dan mengirimnya ke seseorang,


“astaga !!! warnya udah berubah jadi biru !” ujarku panik,

~To be Continued,
mantaaaapppppp
 
Chapter 16

Mengukir sebuah Kenangan

POV Firda

Tak terasa sudah berjam - jam waktu yang kuhabiskan di tempat ini, satu persatu orang - orang mulai kembali ke rumah masing-masing, tidak heran sinar matahari pun sampai redup karena begitu kelelahan menyinari bumi, akhirnya setelah sekian lama, aku bisa menghabiskan waktuku bersama sahabatku Maya, bersamanya aku berada di mall untuk mengubur rasa lelahku, tak kusangka aku bisa mencuci mataku disini dengan banyaknya produk pakaian terbaru yang dipamerkan, ingin rasanya untuk membeli semuanya, semoga saja rezeki mas Hendra lancar sehingga bulan depan aku bisa kembali kesini untuk membeli produk yang lebih baru lagi,

Karena lapar, kami pun pergi menuju salah satu café yang berada di sudut mall untuk mengisi perut sekaligus memperbincangkan sesuatu, dalam perjalanan kami, aku cukup bahagia karena mampu melihat Maya tersenyum lagi, ia lebih ceria daripada sebelumnya, aku tak tahu kenapa yang jelas sebagai seorang sahabat aku bersyukur karenanya,

“cieee kayaknya udah baikan nih may” ucapku menggodanya,

“Ehhh udah baikan gimana fir maksudnya?” ucap maya kebingungan,

“engga, soalnya kemaren aku perhatiin, kamu kok sering cemberut deh kaya lagi ditimpa masalah” ucapku,

“Ehh masa, hihi engga deh perasaan, biasa aja” jawab maya mengelak,

Sesampainya di café kami memesan dua kopi Americano dengan satu porsi French fries , kemudian kami mencari tempat kosong untuk mengistirahatkan kaki kami yang kelelahan setelah mengitari seisi mall,

“ohh iya fir, udah tau kabar terbaru belum?” tanya maya padaku,

“kabar terbaru apaan may?” tanyaku sambil memakan satu keping kentang goreng yang kulumuri dengan saus tomat kesukaanku,

“sebentar lagi kelas kita akan ngadain reunian loh” ucap maya antusias,

“kelas kita? Maksudnya kelas sewaktu kuliah ?” tanyaku masih belum connect,

“ya iyalah fir, nanti rencanya kita akan pergi ke pantai gitu buat ngeliat sunrise” ucap maya,

“lohh masa? Kok aku gak dapet kabar sih?” ucapku bingung,

“hihihi emang baru dipersiapin sama andi sih, nanti kalau semua udah fix baru deh disebarin infonya ke temen - temen,

Akupun tersenyum setelah mendengar kata - kata darinya, hal ini membuat maya kebingungan,

“kenapa fir senyum - senyum gitu, aneh deh” ucap maya,

“akhirnya faham, aku tau kok kenapa kamu udah bisa tersenyum lagi” ucapku menggodanya,

“ihhh apaan coba?” ucap maya malu - malu,

“sering kontakan ama andi kan ?, cieeeee” godaku yang membuat wajah maya memerah,

“ihhh apaan sih, aku cuma dikabarin andi kok, lagipula dia udah nikah, gak ada chattan macem - macem” ucap maya malu - malu,

“hihiih iya tau kok tau, padahal waktu dulu andi nembak , banyak temen yang ngedukung kamu loh may” ucapku sambil mengingat - ngingat,

“ehh ngedukung gimana firrr?” tanyanya penasaran,

“ya ngedukung kalau kalian tuh cocok, andi itu ganteng, kamu tuh cantik, kurang apa coba? Sama - sama jawara kampus lagi, best couple pastinya” ucapku dengan penuh antusias,

Mendengar jawaban dariku membuat maya agak menyesal, memang benar apa yang baru saja didengarnya dariku, maya baru menyesali semuanya sekarang, andai ia menerimanya mungkin hidupnya tidak akan menderita seperti ini, gumamnya tanpa sepengetahuanku,

“permisi nona - nona, selamat sore boleh saya bergabung sebentar ?” ucap seseorang menyapa kami,

“ada apa yah pak?” tanyaku curiga,

“ini kami lagi membutuhkan seorang model untuk mempromosikan produk gamis terbaru, saya rasa kalian cocok untuk menjadi model di produk terbaru kami, apakah kalian merasa tertarik ?” tanyanya sambil memberikan contoh produknya dalam bentuk selebaran,

Kami pun melihat produk gamis yang tercetak di selebaran tersebut, namun ketika aku memperhatikan pria tersebut, aku keheranan kenapa sedari tadi ia selalu menatap maya yang begitu fokus melihat selebaran ? tatapannya pun mencurigakan seolah ia menginginkan sesuatu dari sahabatku ini,

“maaf , sayang sekali pak, kami tidak tertarik dengan tawaran anda, ayo mayy kita pulang udah mau malem” ucapku mengajaknya,

“ehh tunggu dulu, tunggu dulu, ini kartu nama saya barang kali kalian berubah fikiran” ujarnya sambil memberikanku kartu namanya,


Nama : Aldo Rumere
Asal : Manokwari
Perusahaan : E-Corps

Setelah itu pak aldo langsung pergi meninggalkan kami tanpa sepatah katapun, aku yang curiga langsung bertanya pada maya,

“mayy kamu kenal dia?” tanyaku,

“engga deh, aku gak kenal, kenapa emangnya ?” jawabnya kebingungan,

“Aku curiga soalnya dari tadi dia tuh ngeliatin kamu loh mayy” tanyaku keheranan,

“ehh massa? tapi aku gak kenal dia loh, beneran! ” jawabnya mulai ketakutan,

“yaudah gapapa, kita pulang aja yuk” ajakku,

Dalam perjalanan pulang, aku kepikiran soal nama perusahaan yang tertera di kartu namanya, aku berusaha untuk mengingat - ngingat nama tersebut,

‘kayaknya aku pernah denger nama E-Corps deh, tapi dimana yah?’ batinku berfikir,


***

POV Maya

Seminggu kemudian,

Aku tersenyum, suasana hatiku sedang baik, bersama sahabatku kami menyanyikan sebuah lagu selama perjalanan menuju tempat reuni, dua mobil beserta supirnya telah disewa untuk mengantarkan kami menuju tempat tujuan yang telah ditetapkan, Aku bersama teman putriku berada di mobil B, sedangkan mobil A diisi oleh teman putraku,

Satu persatu aku menatap mata mereka terutama kawan satu gengku, aku bersyukur bisa mengenal mereka semua selama ini, senyum mereka, tawa mereka adalah mood tersendiri bagiku, aku tak bisa membayangkan apabila kehilangan salah satu dari mereka, mungkin aku akan bersedih karena kami ibarat satu tubuh , apabila ada bagian tubuh yang terluka pasti kami akan merasakannya bersama - sama,

'Atau mungkin tidak' batinku,

Tak apa, cukup diri ini yang harus menanggung beban kesedihanku, sebisa mungkin aku tak ingin melibatkan mereka dalam setiap masalah yang sedang merundungku,

"mayyy ayo nyanyi bareng" ucap Aulia teman satu gengku,


Dulu kita sahabat, teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu - kupu

Kini kita berjalan berjauh - jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu - kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah

Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na

Kami tertawa bersama setelah menyelesaikan sepenggal lirik dari lagu tersebut, seketika sebuah mobil pun lewat membalap kami dari arah belakang,

"cieee mayyy, liat tuh pangerannya dateng" ucap Firda memanasiku,

"cieee yg katanya akhir - akhir ini sering kontakan lagi" ucap Lina teman satu gengku,

Masing - masing dari mereka mulai menggodaku, akupun tak tahan untuk menunjukan senyum manisku, dari balik jendela aku melihat andi yang sedang mengendarai mobil pribadinya datang menyalip kami, sebagai panitia Andi diizinkan untuk membawa mobil pribadinya sebagai sebuah sarana apabila ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi,

"ihhh apasih, kalian berisik deh" ucapku malu - malu,

"hihihi maafkan kami tuan putri" ucap Dea teman satu gengku,

"ehh mayy mayy liat deh keluar jendela" ucap Firda memintaku untuk melakukannya segera,

"cieeeeee seorang pangeran sama tuan putri saling ngeliatin nih, so swiiittt" ucap Tria ketika melihat kami saling menatap,

Diluar dugaan andi yang sedang mengendarai mobilnya melihat ke arah kami, akupun tersenyum karena menatapnya malu, hal ini membuat suasana di mobil makin gaduh,

"apa sih kalian ini" ucapku sambil memegangi pipiku sendiri yang memerah,

Kulihat mobil andi sudah bergerak melaju kedepan, aku hanya bisa berdoa semoga kami semua bisa selamat sampai tujuan,

Beruntung kami tiba di tepi pantai ketika matahari masih bersinar, kulihat beberapa panitia telah sukses menyiapkan panggung kecil - kecilan, beberapa telah menyiapkan meja sekaligus bangku bagi penonton,

Andi selaku ketua panitia mengumpulkan kami didepan panggung untuk menunggu kedatangan kami semua, setelahnya ia pun memberikan kata sambutan sebagai pembukaan reuni kami,

Setelahnya Andi memberi kami waktu 15 menit untuk menaruh barang bawaan sekaligus berganti pakaian untuk mengikuti fun games yang akan menjadi acara pembuka reuni ini,

Selama perjalanan menuju tempat penginapan, kami membicarakan mengenai susunan pemain yang akan bertanding nanti, maklum andi menjadikan fun games ini pertandingan syarat gengsi karena alumni putra akan bertanding menghadapi alumni putri, kami sebagai perwakilan tim putri antusias untuk menumbangkan dominasi tim putra,


16-1.jpg

Setelah mengganti pakaianku, aku melihat ke arah sekitar, kulihat hamparan pasir putih yang terbentang mengitari bibir pantai, butiran pasir yang berterbangan serta deburan ombak yang menerjang serta sejuknya angin yang bertiup sepoi - sepoi menambah suasana di sepanjang pantai ini menjadi indah,

Betapa tidak, pemandangan air laut yang kebiruan dan jernih membuat siapa pun betah untuk selalu duduk berlama-lama di tepi pantai ini,

"gimana pantai yang udah aku pilih, indah bukan?" tanyanya,

"Andi???" ucapku terkejut,

"kamu tampak cantik may sore ini :rose: " ucapnya menggodaku,

"apasih ndi ah" ucapku tersenyum malu - malu,

"coba deh liat disana mayyy" ucapnya sambil menunjuk ke arah laut lepas,

"Iyyaa" ucapku menuruti perkataannya,

"Pernah kepikiran gak mayy kenapa dari butiran air laut yang begitu banyak, cuma mereka lah yang bisa mampir ke tepi pantai ini , pernah kebayang gak keadaan butiran laut lain yang gak bisa mampir kesini, kira - kira mereka mengeluh gak?" tanyanya padaku,

"ehmmm kalau bisa ngomong pasti ngeluh deh" jawabku tersenyum,

"ohh engga dong mayy" jawabnya singkat,

"kok gitu?" tanyaku penasaran,

"Karena Air laut dan tepi pantai tak pernah saling bertanya mengapa mereka dipertemukan,, begitu juga dengan diriku padamu, aku memang tak tahu kenapa kita bisa dipertemukan, yang ada aku hanya bersyukur dengan kehadiranmu disisiku saat ini" ucapnya menggombal,

Aku tak mampu menahan diriku untuk tidak tersenyum padanya, karena gemas aku memberikannya pukulan sayang yang membuat andi berlarian dariku,

Saatku berbalik rupanya ada beberapa temanku khususnya satu gengku yang terdiam melihat drama yang baru saja kulakukan dengan andi,

"gakk kuaattt, awwww" ucap Yuli,

"baper dehhh, gak nguatin" ucap Firda,

"gak nyangka bisa liat drama seromantis ini, gak nguatin pokoknya" ucap Tria menggodaku,

"ihhh apasih kalian, rasakan ini yahhhh, niihhhhhh" ucapku yang begitu malu karena godaan mereka,

Kebetulan ada cangkang kerang besar yang berada di dekat kakiku, aku mengambilnya dan mengisinya dengan air laut, aku menyiramnya ke mereka sebagai pelajaran karena telah menggodaku,

Saat kami sedang berlarian di tepi pantai, ombak pun datang menggulung kami hingga berjatuhan di atas butiran pasir yang telah basah, kami saling tertawa setelah merasakan kesegaran darinya,

Aku senang sekali bisa menghabiskan waktu bersama mereka, semoga kenangan ini tak cepat hilang dan tersimpan abadi dalam sanubari kami,

"Terima kasih bagi teman - teman yang sudah berkumpul disini tepat waktu, untuk perlombaan pertama adalah 'Semangka di Wajahku' harap masing - masing dari tim menyiapkan pesertanya" ucap andi sebagai MC acara,

"ehh semangka di wajahku? gimana tuh Au aturannya?" tanyaku pada Aulia, salah satu teman satu gengku,

"jadi gini mayyy, tiap peserta bakal makan potongan semangka yg udah dipotong ama panitia, terus peserta yang sudah menghabiskan buahnya bakal menembakan biji ke atas untuk meletakannya di wajah mereka, peserta yang memiliki banyak biji di wajahnya lah yang menang, oh iya semua itu harus dilakukannya dalam waktu 1 menit yahh" ucap Aulia menjelaskannya secara detail padaku,

"ohh begitu, untung tim kita diwakili oleh Firda, secara dia kan BIG daripada kita, hihhihi" ucapku tertawa,

"hihihi iya juga, tapi jangan salah, Firda salah satu yang tercantik loh di geng kita, tapi ya tetep gak akan ngalahin kecantikanmu lah mayy, apalagi yg baru reunian ama pangerannya" ucapnya menggodaku,

"ihhh Aauuuuu nyebelin, dah deh fokus ke pertandingan" ucapku yg berpura - pura sebal,

Aku tersenyum secara diam - diam ketika banyak temanku yang mendukung kedekatanku dengan Andi, alih - alih fokus pada Firda, mataku justru menatap wajah tampannya, kaus polo ketat yang ia kenakan membuat otot tangannya terlihat, aku tersenyum puas sambil menatapnya dari sini,

Tanpa sepengetahuanku, mereka para teman satu gengku saling mengajak satu sama lain untuk menatap ke arahku yang sedang terpesona pada ketampanan andi,

"ayo Firda, ayoo, habiskan semangkanya" terdengar sorakan yang begitu ramai dari tim putri,

Secepat mungkin Firda menghabiskan semangka yang ia makan, setelah selesai ia segera menembakkannya ke atas,

"ihhhhhh hahahahah" kami saling berteriak dan tertawa setelah melihat semburan yang Firda lemparkan di wajahnya, rupanya masih ada beberapa buah yang belum tertelan ikut tersembur mengenai wajahnya,

"okeyyy, pertandingan berakhir, harap panitia menghitung biji semangka yang berada di wajahnya" ucap andi,

“Ada 10 biji di tim putri” ucap salah satu panitia,

“Ada 9 biji di tim putra” ucap salah seorang yang lain dari panitia, tim putri lah pemenangnya

"yeeayyy kita menanggg" ucap Firda penuh gembira, Firda berlarian kesini dan disambut oleh kami dengan begitu hangat,

Pertandingan berlangsung sangat ketat hingga masing - masing tim mendapatkan dua poin dari lima pertandingan yang akan dimainkan, Partai penentuan pun segera dilaksanakan dan aku adalah salah satu dari ketiga peserta yang akan bermain di pertandingan terakhir ini, tidak seperti partai sebelumnya yang membutuhkan skill untuk kemenangan, pertandingan ini hanya membutuhkan keberuntungan saja,

Pertandingan terakhir adalah ‘Kertas, Batu & Gunting berkelompok”, tiap tiga peserta yang akan bertanding akan beradu satu sama lain dan siapa yang memenangkan pertandingan dua kali lebih dulu dialah pemenangnya, Beban berada di pundaku, aku diletakan sebagai pemain terakhir dan benar saja skor sekarang adalah 1 - 1,

Mataku fokus, aku merenggangkan lenganku, akhirnya giliranku telah tiba, aku berjabat tangan dengan Eka sebagai simbol persahabatan, Eka adalah perwakilan terakhir sekaligus harapan dari tim putra, ia merupakan mantan pacar Aulia ketika masih kuliah dulu, ia juga seorang vokalis band yang sering manggung ketika ada acara kampus dulu, seketika juri mulai membunyikan aba - aba,

“Siap , kalian semua ? , setelah hitung mundur berakhir, kalian diharuskan untuk mengeluarkan tangan kalian, tiga - dua- satu- yakkk” ucap sang juri,

Setelah juri menyelesaikan kalimatnya, aku langsung melontarkan tanganku untuk mengeluarkan batu dengan harapan eka akan mengeluarkan gunting, namun kejutan terjadi, nafasku nyaris terhenti karena begitu tegang, tak kusangka pertandingan yang sederhana ini bisa memacu adrenalin,

“yahhhhhhhh, hufffttt” jantungku berdebar kencang, hal ini tak mungkin terjadi, kami sama - sama mengeluarkan batu sehingga pertandingan lanjutan pun terjadi,

Setiap penonton dari masing - masing tim ikut merasakan ketegangan dari serunya pertandingan terakhir ini, aku kembali fokus, mataku menatap ke arah tanganku, sebisa mungkin aku harus yakin dengan diriku sendiri,

“tiga - dua - satu yakkkkkk” teriak sang juri,

Seyakin mungkin aku mengeluarkan gunting sebagai senjata terakhirku, setelahnya aku menatap apa yang dikeluarkan oleh Eka, mataku berbinar, ini tak mungkin ? , spontan aku melompat kegirangan ketika melihat eka mengeluarkan kertas,

“yeeayyyyyyy” aku senang sekali dibuatnya, seluruh tim putri berhamburan mendatangiku, aku senang sekali, aku lah sang penentu kemenangan tim ini, kami saling berpelukan dan meloncat - loncat layaknya anak kecil yang diberi hadiah, mata kami berkaca - kaca, kami puas dengan hasil akhir yang menegangkan ini, kami pun memenangkan pertandingan dengan skor akhir 3 -2.

“selamat bagi tim putri, untuk pembagian hadiah akan dilaksanakan malam nanti sebelum penutupan acara resmi, untuk sekarang kalian dibebaskan untuk melakukan apapun yang kalian inginkan, selamat bersenang - senang” ucap andi selaku MC,

Tak terasa matahari sudah hampir terbenam seluruhnya, bersama - sama kami melihat sunset di tepi pantai ini, indah sekali rasanya, aku bersama seluruh gengku saling tersenyum menikmati keadaan sore hari di tepi pantai, namun yang paling membuatku bahagia adalah ketika tanganku berhasil menggenggam tangan andi yang sedang berdiri disampingku tanpa sepengetahuan orang lain, akupun meletakan kepalaku dipundaknya dan gelap pun mulai datang menemani heningnya sepi disini,

Satu persatu dari kami mulai kembali ke penginapan masing - masing, alumni putra kembali ke penginapannya begitu juga dengan alumni putri, penginapan kami terpisah untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi,

Kamar mandi yang hanya berjumlah tiga telah penuh, kami saling mengantri untuk bisa membersihkan diri setelah bersenang - senang di sore hari, dalam penantianku aku mengecek isi HP-ku, rupanya ada banyak pesan yang belum aku baca,

“mas Aziz” ucapku ketika melihat namanya, rupanya dari pagi aku belum menjawab pesannya sama sekali, akupun bingung hendak menjawabnya atau tidak, toh mas Aziz sudah tau kalau aku sedang mengadakan reunian di pantai,

“ting tong”

Seketika ada pesan lain yang baru masuk ke dalam handphone ku

“selamat malam maya :rose: gimana kabarnya ? pasti bahagia, iya kan ?” balas andi padaku,

“malam ndii, iya bahagia dong , makasih yah” balasku,

Tak terasa kami saling mengirim pesan hingga menjelang waktu Isya’ tiba, jadilah aku yang mandi terakhir di penginapan ini, aku begitu senang dengan hubunganku yang makin dekat dengan andi, namun dibalik itu, aku lupa untuk menjawab pesan yang mas aziz kirimkan kepadaku,

“Bagaimana kabar maya yah? hingga malam tiba aku masih belum mengetahui keadaannya, mungkin ia sedang bersenang - senang , sebaiknya aku tak mengganggunya dulu” ujar Aziz setelah melihat tanda dua centang berwarna biru di pesan yang ia kirimkan kepadaku.

Bersambung ke Bagian 2
 
Bimabet
Lanjutan dari Bagian 1

16.jpg

Akhirnya acara terakhir pun dimulai, Andi meminta kami untuk mengenakan pakaian resmi, aku pun mengenakan pakaian serba gelap diacara terakhir ini, aku mengenakan kemeja hitam yang kupadukan dengan hijab cerah sekaligus topi bundar untuk menampilkan kesan modis yang sudah melekat pada diriku,

Aku bersama teman satu gengku tampil menonjol dengan kecantikan yang kami miliki, bersama - sama kami melangkah menuju tempat kosong yang berada di dekat panggung, satu persatu alumni putra yang melihat kami pun terpana,

Lampu yang berkelap - kelip mulai bersinar menyinari seisi pantai, sebuah konser musik yang selalu menjadi hal yang paling dinanti oleh kaum remaja akan segera dimulai. Bersama, kami hanyut dalam sebuah alunan melodi yang memanjakan telinga kami, kami saling tersenyum untuk mengenang kebersamaan yang sudah lama kami jalin, sebuah lagu bertema sahabat berkali - kali dinyanyikan sehingga kami semua terharu untuk mengenang persahabatan yang sudah lama kami bina, tibalah lagu terakhir untuk dinyanyikan sebelum acara ini benar - benar ditutup,

Eka sang vokalis sekaligus orang yang kuhadapi dipertandingan terakhir tadi pun berbicara,

“sebagai penampilan terakhir di acara konser malam ini, kita akan kedatangan tamu spesial yang tentunya sudah kalian nanti - nanti penampilannya”

Penonton pun heboh mengira - ngira siapakah yang dimaksud oleh Eka, sebagian yang berharap penuh mengatakan mungkin akan kedatangan band terkenal yang sudah sering manggung sana - sini, sebagian yang sering halu berkata mungkin ada boyband korea yang datang kemari, sebagian yang realistis mengatakan mungkin ada penampilan spesial dari sebagian kami,

“Andi & Maya, sebagai mahasiswa tertampan & mahasiswi tercantik akan mengadakan penampilan khusus sebagai penutup acara malam ini, tentu bukan hanya telinga kita saja yang akan dimanjakan tetapi mata kita juga akan disegarkan dengan penampilan mereka yang mempesona, langsung saja ini dia !!!”

Aku terkejut dengan disebutnya namaku untuk tampil di acara spesial ini, teman - temanku pun mendukung kehadiranku untuk menyejukan mata sekaligus telinga mereka, jantungku berdebar begitu kencang karena kali ini aku akan bernyanyi bersama Andi seorang lelaki yang telah mencuri perhatianku,

Akupun bertemu dengan andi diatas panggung, aku terpesona, andi begitu tampan dengan kemeja yang ia kenakan, aku pun berbisik malu kepadanya,

“ehh ndi, kamu yah yang menyiapkan acara kejutan ini” tanyaku,

“ehh bukan lohh may, serius” jawabnya,

“lohhh masa, kok Eka sampai meminta kita buat tampil sih” ujarku,

“mungkin ini takdir yang harus kita lalui may, untuk mengukir sebuah kenangan indah di malam yang gemerlap ini” jawab andi yang melelehkan hatiku,

Setelah berdiskusi kami pun sepakat untuk menyanyikan sebuah lagu, alunan musik mulai didendangkan dan aku tersenyum sambil menatap andi,


Dering telefonku membuatku tersenyum di pagi hari
Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi
Entah mengapa aku merasakan hadirmu di sini
Tawa candamu menghibur saatku sendiri

Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati

Hatiku berdebar begitu kencang setelah menyanyikan sepenggal lagu tersebut, aku tak henti - hentinya tersenyum ketika menyapa penonton yang begitu antusias melihat penampilan kami, tiba - tiba aku dikejutkan dengan mendaratnya sebuah kecupan di pipiku oleh seseorang yang kucinta, penonton mendadak heboh dengan kejutan yang andi berikan ini, aku yang malu - malu memukul pundaknya yang membuat penonton semakin heboh di bawah sana, aku bahagia sekali dibuatnya, aku bersyukur bisa mengukir kenangan yang sangat indah di bawah bintang yang bertebaran di langit sana,


Alunan melodi pun berganti, sebuah lagu kenangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh anak sekolah manapun diperdengarkan, andi mulai berdansa mengikuti alunan beat yang semakin memuncak, aku ikut menari dengan malu - malu, hal ini membuat para penonton khususnya para lelaki gemas ketika melihat penampilanku,

Andi menyanyikan bagian rap dengan begitu keren, aku sendiri yang berada dipanggung terpukau karena aksinya,


Andi :

eiyo... it's not the end, it's just beginning
ok... detak detik tirai mulai menutup panggung
tanda skenario... eyo... baru mulai diusung
lembaran kertas barupun terbuka
tinggalkan yang lama, biarkan sang pena berlaga
kita pernah sebut itu kenangan tempo dulu
pernah juga hilang atau takkan pernah berlalu
masa jaya putih biru atau abu-abu (hey)
memori cerita cinta aku, dia dan kamu
saat dia (dia) dia masuki alam pikiran
ilmu bumi dan sekitarnya jadi kudapan
cinta masa sekolah yang pernah terjadi
that was the moment a part of sweet memory
kita membumi, melangkah berdua
kita ciptakan hangat sebuah cerita
mulai dewasa, cemburu dan bungah
finally now, its our time to make a history

Tibalah bagianku untuk menyanyikan reffnya, seluruh mata berfokus pada penampilanku, seluruh telinga begitu dimanjakan oleh suara indahku, seluruh penonton mulai mengenang masa saat bersama di kampus dulu, sebuah memori yang akan sulit untuk dikenang kembali,

Maya :
bergegaslah, kawan... tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan, saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan !
kenanglah sahabat... kita untuk slamanya !

Akhirnya penampilan pun usai, kami bersama berangkulan tangan untuk mengenang malam ini, aku yang berada di tepi barisan bersama para musisi dirangkul oleh andi yang berada disampingku, indah sekali rasanya, aku bahagia, tak henti - hentinya aku tersenyum, sejenak aku melupakan semua penderitaan yang selama ini mengguncang jiwaku,

Andi mulai berorasi dengan mengenang semua memori yang pernah terekam dalam ingatan kami, satu persatu dari kami mulai menangis bahagia, kenangan indah yang kami ukir malam ini, kami harap, kami akan mengenangnya selamanya,

Kami bertepuk tangan dengan begitu keras sebagai penanda bahwa acara resmi ditutup,

Mataku berkaca - kaca, aku begitu bahagia dengan kenangan yang dihadirkan di malam ini, andipun datang dan memberiku sebuah pelukan hangat, ia mengusap punggungku, tak peduli lagi siapa yang melihat kami, aku begitu nyaman dalam pelukannya, kebahagiaan ini telah menghapus semua kesedihan yang telah lama mengisi relung hatiku,

“apa kamu bahagia mayy? Tanyanya,

“iyyya akuu bahagiaaa” jawabku dalam pelukannya,

“syukurlah, aku turut senang” ujarnya padaku,

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 10 malam, satu persatu dari kami mulai kembali ke penginapan masing - masing, masih ada satu acara lagi di hari esok sebelum kami meninggalkan pantai yang penuh kenangan ini,

“mayyy, udah lelah belum?” tanya andi padaku,

“belum ndi, kenapa?” jawabku tersenyum,

“mau nemenin aku jalan - jalan gak?” tanyanya,

“ayukk” jawabku tersenyum,

Tanpa sepengetahuan orang lain yang sudah balik ke penginapan, aku berjalan bersamanya dibibir pantai sambil menggandeng tangannya, aku tersenyum sambil mengobrolkan sesuatu dengannya, kaki kami saling tersiram ombak dan hawa dingin mulai menerjang menusuk kulit,

“mayyy” ucap andi padaku,

“iyya ndi?” jawabku,

“aku bahagia bisa berduaan dengan mu malam ini, tau gak apa yang bisa membuatku seperti ini?” ucapnya sambil menatap mataku,

“apa yah, gak tau ndi” jawabku malu - malu sambil menatapnnya,

“entah kenapa aku selalu terpesona dengan kecantikan yang melekat pada dirimu, aku suka dengan cara berpakaianmu, topi ini …..” ucapnya sambil memegang topiku,

“Tampak cocok dengan wajah ayumu yang manis, aku suka dengan caramu tersenyum padaku” ucapnya sambil memegangi pipiku,

Aku tersenyum tanpa mampu membalas kata - kata darinya, senyumku seolah sebagai jawaban atas pernyataannya itu, aku bahagia, bahagia sekali dengan cara dia memperlakukanku, selayaknya seorang pangeran, ia memperlakukanku selayaknya tuan putri,

Kami saling bercumbu malam itu dibawah pancaran sinar rembulan, mata kami saling memejam dan bibir kami saling bertemu dengan penuh kemesraan, deburan ombak menghamtam kaki kami, hawa dingin yang berhembus memaksa kami untuk saling berbagi kehangatan, tangan andi memegangi pipi ku ketika bercumbu, tanganku bertumpu pada pundaknya, aku begitu menikmati kemesraan yang sudah andi berikan padaku,

“kamu sangat cantik may malam ini, aku tak tahan untuk membelaimu, maukah kau jadi milikku seutuhnya?” tanya andi padaku,

“aku milikmu ndi, kapanpun dan dimanapun akan seperti itu” jawabku tersenyum,

Kami kembali bercumbu dan bersembunyi di balik batu besar yang berada di dekat bibir pantai, nafas kami saling memburu, birahi kami saling bergejolak, aku mendesah penuh nikmat dikala andi meremas payudaraku diluar kemeja yang kukenakan,

“ahhhhh ndiiiii” desahku tersenyum,

“maaf mayyy, sakit yah” ucapnya menyadari bahwa remasannya begitu keras,

“engga kok, aku suka” ucapnya yang membuat kami kembali tersenyum,

Tubuhku disandarkan ke tepi batu besar, kedua tangannya dengan penuh nafsu meremas payudaraku, aku pasrah menerima tiap cumbuan yang juga ia berikan di bibirku, nikmat sekali, tubuhku merinding dibuatnya, berulang kali aku hanya bisa menghembuskan nafas tanpa mampu berbuat apapun, aku begitu pasrah, aku sudah sangat takluk oleh sikapnya padaku,

Mataku terbuka ketika kurasakan satu demi satu kancingku terlepas dari tempatnya, aku menatap wajahnya, ia tersenyum padaku sambil berusaha menelanjangiku, sesaat munculah bra berukuran 34C yang saat itu kukenakan, tangannya kembali meremasi payudaraku dan mulutnya mendekat untuk mencumbui dadaku,

Aku menggigit bibir bawahku dengan penuh kenikmatan, aku merangkul kepalanya, aku menahannya agar tidak terlepas dari dadaku, aku begitu puas oleh sikapnya yang terus merangsangku,

Dilepas aja yah mayy, ujarnya meminta izin padaku untuk melepas kemejaku, aku pun menurutinya, satu persatu pakaian yang kukenakan terlepas dari tubuhku, sesaat aku sudah telanjang ditempat terbuka seperti ini, hawa dingin begitu kuat menerjang tubuhku, namun penisnya yang telah mengacung dihadapanku membuatku melupakan semua itu, aku berlutut diatas pasir putih dan menggenggam penis kekarnya, aku mengulumnya sambil menutup mataku,

“Ahhhhhh, ahhhhhh mayyyyyy” desahnya,

Aku begitu menikmati aksi liarku ditempat umum seperti ini, sesaat aku hanya mengenakan hijabku saja tanpa ada pakaian lain yang melekat di tubuhku, topiku saja terjatuh bersama pakaian lain yang berserakan diatas pasir pantai,

Aku memajukan kepalaku maju mundur, lidahku bergerak membasahi penisnya, ketika kepala penisnya berada di bibirku, aku menghisapnya dan menjilati lubang kencingnya, entah kapan aku mempelajari semua ini, tiba - tiba aku sudah sangat mahir dalam melakukannya, mungkin ada sebuah hikmah dari cobaan berat yang kuterima dari pertemuanku dengan pak Ujang dan pak Agus.

“ehhmmmm, ehhmmm, ehhmmm auuhhmmm” desahku merangsang penisnya,

“ohhhm mayyy, nikmat sekalii, ahhhh, ahhhh” desah andi tak karuan,

Aku tersenyum ketika mendengar desahan andi yang begitu menikmati, tanganku bertumpu pada pahanya, mulutku pun bergerak dengan sendirinya untuk memasukan penisnya ke dalam mulutku, aku mengangkat penisnya dan menjilati bagian bawahnya, sesaat kulihat penisnya sudah sangat berkilau karena air liurku sendiri,

“kamu sangat hebat mayy, mulutmu ini, sungguh menggoda” ucapnya setelah mengajakku berdiri,

Kami kembali bercumbu dengan tanganku yang merangsang penisnya, dalam cumbuanku tanganku begitu gatal untuk mengocoknya dengan penuh kelembutan, andi pun menyuruhku untuk menungging, tanganku bertumpu pada tepi batu dan kurasakan sesuatu yang besar akan membelah vaginaku,

“ini may pakai dulu biar makin cantik” ujarnya sambil meletakan topi dikepalaku,

“ahhhhhh ndiiiii” desahku ketika penisnya mulai memasuki vaginaku,

Walau baru dimasuki oleh kepala penisnya, namun aku tak mampu untuk menahan kenikmatan yang kudapatkan, aku menggigit bibirku, aku memejamkan mataku menikmati semua ini, andi yang sedang memegangi bongkahan pantatku terus berusaha membobol vaginaku yang begitu sempit,

“ouuhhh, ndiiii nikmat sekaliiii” desahku ketika andi menarik penisnya keluar,

Ia kembali mendorong pinggulnya yang membuatku kelabakan dibuatnya, sesaat ia kembali menarik penisnya dan kembali menghentakan pinggulnya hingga membuatku mendesah begitu nikmat,

“Aawwwwww” desahku tak kuasa kutahan,

Kurasakan penisnya sudah memenuhi ruang divaginaku, penuh sekali, sedikit bergerak saja aku dapat merasakan gesekan penisnya yang mengenai dinding vaginaku, andi mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan, aku kembali mendesah merasakan sensasi ini, payudaraku yang sudah tak tertutupi apapun ikut berdansa seiring sodokan yang andi berikan padaku,

“Ahhhhh, ahhhhh, ahhhhhh” desahku begitu nikmat,

Dalam sodokannya , tangan andi mulai bergerak meraba - raba punggungku, nikmat sekali, terlebih ketika rabaannya mulai mendekati payudaraku, aku semakin merinding ketika tangan lembutnya merangsang payudara besarku,

Aku kelabakan ketika tangannya begitu bernafsu meremas bokongku, sungguh nikmat sekali, aku tak mampu menjelaskannya, perlahan sodokannya semakin lama semakin kencang, tubuhku pun terguncang hingga nyaris terjatuh kalau andi tak memeganginya,

Andi memintaku untuk berdiri, kurasakan tangannya mulai tiba di payudaraku untuk meremasnya dari belakang, penisnya pun semakin kencang menggesek vaginaku juga dengan cumbuannya yang menempel di bibirku,

“ehhmmmm, ehhhmmmm uhhmmm” desahku memejam,

Andi mempercepat temponya, tubuhku terguncang hingga cumbuan kami saling terlepas, aku mendesah penuh nikmat tatkala penisnya memborbardir isi vaginaku,

“aahhhhhh, ahhhhh ndiiiii, pelllaaaa ahhhhhhh” desahku,

Andi juga demikian, ia semakin tak tahan untuk menggempur vaginaku, nafasnya sudah tak mampu ia atur lagi, penisnya ia rasakan sendiri telah berkedut berulang kali, ia memegangi pinggulku, hentakannya semakin kuat, payudaraku semakin terhempas dengan begitu nikmat,

“Ahhhhhh, ahhhh andiiiiii, ahhhhhhh” desahku tak mampu menahannya lagi,

“Ahhhhh mayyyy , ahhhhh aku gak kuat lagiii, kamuuu, ahhh, indahhh sekaliiii, ehhmmmm” desahnya,

Andi menghentakan penisnya ke dalam vaginaku, andi memejamkan matanya, berulang kali tubuhnya mengejang hebat merasakan sensasi yang ia rasakan malam ini, begitu juga denganku, kurasakan vaginaku penuh oleh cairan yang mengisi rahimku, aku puas sekali, aku tersenyum lelah menikmati semua ini,

Andi melepaskan penisnya dari dalam vaginaku, terlihat cairan spermanya mulai keluar membasahi sisi dalam pahaku, aku kelelahan, lututku lemas dan aku terjatuh diatas tumpukan pasir ini, andi tersenyum mendatangiku, ia memposisikanku untuk duduk menyender pada batu besar yang menghalangi kami, Ia pun juga duduk berada di sampingku,

“kamu curang ihhhh” ucapku pada andi,

“curang kenapa mayyy” ucap andi kebingungan,

“kamu masih full pake kemeja gini sedangkan aku ……”ucapku sambil melihat tubuhku yang sudah telanjang bulat ini,

“hahaha, maaf kamu rindu ingin melihat tubuhku yah” ucapnya membuatku malu,

“ihhh engga kok, sotoy deh” ucapku berpura - pura mengelak,

“hahha kalau gitu, aku kasih waktu satu menit , kamu harus udah berpakaian lengkap, kalau satu menit lewat masih ada sisi yang terbuka , aku gak mau tau yah, aku paksa kamu berlari menuju ruanganku” ucap andi mengejutkanku,

“Ehhh ndii cepet amat, tunggu , tunggu dulu” ucapku, aku terburu - buru mengenakan pakaianku hingga sengaja meninggalkan dalaman yang kukenakan,

Celana sudah melekat di kakiku namun kemeja yang ada tubuhku ini belum ku kancingkan seluruhnnya, tiba - tiba andi sudah menarikku dan berlari dibawah bintang - bintang yang telah menyaksikan kemesraan kami berdua,

“tunggu ndii, aku masih belum mengancingkan kemejaku” ucapku protes,

“gak usah dikancingkan aja mayy, kamu lebih cantik seperti itu” ucapnya menggodaku,

“ihhhh andiiiii” ucapku kesal,

Aku berlari dengan kemeja yang berterbangan menampilkan sisi bagian depanku, andai ada yang melihatku mungkin mereka akan terpana melihat payudara besarku yang selama ini bersembunyi dibalik bayang - bayang pakaian lebarku,


16-2.jpg

Akan tetapi dalam pelarianku ini, aku melihat ada sesuatu yang aneh di sudut pantai, tepatnya didekat bilik yang berdiri diatas pasir putih, aku melihat Aulia salah satu gengku sedang bersama Eka sang vokalis, aku maklumi karena eka memang mantannya ketika masih kuliah dulu, tapi ada apa dengan dua lelaki lain yang berada di kedua sisinya ?

Apakah ia sedang dipaksa ? entahlah, aku tak begitu jelas dalam melihatnya dengan jarak sejauh ini, semoga saja aku salah orang, aku kasihan kepada suami dan anaknya yang masih kecil apabila wanita tersebut benar Aulia,

Sesampainya didalam kamarnya yang berada di dalam penginapan pria, aku kembali ditelanjangi olehnya, andi yang sedang berbaring diatas ranjangnya begitu menikmati goyangan tubuhku yang begitu bernafsu untuk kembali bercinta dengannya, malam pun berlalu begitu panjang dan aku bahagia dengan kenangan indah yang baru saja ku ukir disini. Seperti kata pepatah karena sebutir garam akan terurai dan pasirpun akan mengikis tapi ketahuilah bahwa kenangan akan bertahan selamanya

~To be Continued
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd