Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Maafkan mama, Ben

bagian 13

Bill duduk termenung menunduk, jari-jari gempalnya memutar-mutar HP di atas meja makan berlapis kaca, sementara aku beranjak dari satu dus ke dus lainnya, menandai dus-dus tersebut, yang sebelumnya dilakban oleh Lala.
Lengang di luar, di bawah terik siang hari. Seperti biasanya, di kompleks perumahan kami yang selalu sepi.
Hmm, sebenarnya, tidak tepat lagi penggunaan kata 'kami' sekarang.
Hari ini, tepat 2 bulan berlalu setelah perbuatan Bill yang menjijikkan dan tak termaafkan itu, proses cerai yang panjang dan lumayan melelahkan itu, akhirnya beres sudah.
Aku tetap memiliki Ben kesayanganku, dan Bill memiliki mobil dan rumah ini.
Apa saja, yang jelas, aku gak bakal memberikan Ben padanya.
Ini hari kedua kami berkemas, untuk pindah ke kontrakan Lala, sementara waktu.
Ben, hanya duduk diam di teras, meaki di usianya, sepertinya dia paham, ketidak cocokan di antara kami.
Lagipula, Ben kurang dekat dengan Bill, apa-apa selalu aku.
Sempat terlintas kembali, persetubuhannya dengan Lala malam itu, yang kuanggap juga tidak sukses, harusnya Lala juga sudah kapok.

3 bulan kemudian

Siang mendung yang berangin agak hangat itu, menyapaku seperti orang tua yang mengeluh, saat aku turun dari mobil Ertiga biru muda metalik, yang kuparkir di pinggir jalan di tepi kanal.
Kacamata hitam yang tak jadi kupakai, kukaitkan saja seenaknya di leher kemeja longgar kembang-kembang.

"Siang bos, tumben siang gini kemari.. " Sapa pak Mamat dari balik bingkai kacamata hitamnya, sambil melangkahke depan melewati tukang yang sedang mengutak-atik roda sebuah gerobak yang dimiringkan.
Lekas dihisapnya dalam-dalam sebatang rokok yang sudah hampir habis, lalu dibuangya ke tanah.
"Mau liat-liat aja pak, kan hari ini libur.. Tanggal merah. " Jawabku tersenyum sedikit.
"Iya ya.. Mmm, anggota sih tetap kerja bu, tapi yang mau libur sih, saya bebasin aja. Masuk boleh, libur boleh..makanya agak sepi hari ini "
Pandanganku berkeliling ke bagian depan rumah, terlihat dinding kemerahan bata telanjang, sudah dikupas semua plesteran lamanya.
Beberapa tukang bekerja diantara suara dentingan palu dan betel, ada yang di atas skafolding, sebagian di bawah, semuanya sedang mengupas plesteran.
Pak Dwi keluar dari arah dalam, mendorong gerobak berisi puing bongkaran di halaman belakang.
Ia terhenti, mengangguk sebentar sambil menarik nafas, lalu kembali meneruskan dorongannya.
Pak Dwi bertelanjang dada, cumamengenakan celana jeans yang sudah dipotong sepaha, bertelanjang kaki juga.
Awan berangsur menyingkir, dan suasana terik kembali.
Aku memicingkan mata, memperhatikan pak Dwi yang kembali berjalan dengan gerobak kosong ke arah belakang.
Otot-otot punggung yang keling dan dipenuhi butiran keringat, sebagian membasahi bagian pinggang celananya.

"Besok WA saya aja ya pak Mamat, absensi tukang, seperti biasa.. " Aku menoleh ke pak Mamat, sebelum imajinasiku terlalu jauh dengan pak Dwi.
"Iya bu.. "
"Kira-kira perlu masukin puing berapa mobil, pak? Kalau kupasan dinding ini udah turun semua? "
"Perkiraan saya sih, 2 mobil udah cukup bu.. Eh, bu Rara mau minum apa? "
Aku hanya mengangkat tanganku memberi tanda tidak usah.

Demikianlah kesibukanku 1 bulan belakangan ini, entah angin darimana yang mendorongku membeli rumah ini, ketika satu hari aku lewat, dan terpasang tanda 'dijual'.
Ya, rumah yang sama dimana pak Dwi dulu mencucuk liang sorgaku.
Sudah berjalan hampir dua minggu, mulai dari membongkar atap lama, dan kini sedang berlangsung pengupasan plesteran lama.
Harapannya sih, sesuai target, biar gak perlu perpanjang kontrakan.
Pak Dwi kebagian kerjaan jadi kernet tukang, sekaligus tinggal menjaga proyek, bersama mbak Min, yang bisa jualan kopi sachet dan indomie, karena selain disini, beberapa kavling di sebelah juga sedang ada pembangunan.
Aku belum lupa, rasanya bercinta dengan pak Dwi yang sebenarnya sudah terhitung paruh baya itu, namun belakangan, karena kesibukan ini, sambil tetap bekerja di klinik skincare, membuatku melupakan hal itu.

Sampai pada satu hari minggu yang juga mendung..kita keluar sejenak dari kepala bu Rara, dan mendengar obrolan santai sepasang lelaki di sebuah bedeng yang menempel pada pagar bangunan.

"Pak Dwi, aku pergi dulu ya, beli kopi n mie buat jualan. " Mbak Min berpamitan.
"Ya, Hati-hati.. " Jawab pak Dwi yang duduk santai bersandar pada dinding tripleks, menghirup kembali rokoknya penuh penghayatan.
Di sebelahnya, Eman, si pemuda yang juga kernet, juga duduk santai namun serius menghadapi HP nya.
"Hoi.. "
"Napa pak.. "
Digoyang nya lengan Eman "serius amat man, sini aku mau liat juga.. " Pak Dwi merapat.
"Apaan sih pak.. " Eman bergeser menjauh juga menjauhkan HP nya dari lirikan pak Dwi.
"Woo.. Pelit amat.. Pasti nonton ga bener ini.. " Pak Dwi mendorong pelan samping kepala Eman.
"Nggaa.. Niih.. Cuma bikin reel suasana proyek.. " Eman menunjukkan ke pak Dwi.
"Mana.. "
Pak Dwi menjauhkan sedikit HP Eman agar terlihat jelas.
"Lah itu kok ada bu Rara juga? "
"Mana? Perasaan tadi gak ada.. "
Nampak bagian dimana bu Rara berkeliling ke halaman belakang, mengenakan jeans tipis berbahan stretch.
"Tuh, ada lagi nungging lagi.. Hapus tuh man, ga enak kalau bu Rara tau.. "
"Ya biar aja atuh pak.. Itulah indahnya berbagi.. Ha ha ha.. " Jawab Eman dengan tawa yang dibuat-buat.
"Itu gak seberapa pak.. Nih, Eman punya yang lebih bagus.. " Jari Eman dengan gesit mencari-cari di folder video.

"Nih.. " Diserahkannya ke pak Dwi.
Pak Dwi memperhatikan dengan serius, nampak bu Rara pada suatu kesempatan, menggunakan jaket jeans yang membalut tanktop putih, dan bu Rara ketika membuka jaketnya, tercetak sesuatu yang selalu berpasangan, putingnya.
"Tah.. Teu nganggo BH pak.. "
"Hus.. Gak sopan kamu man. " Dikembalikannya HP Eman.
"Duh pak.. Saya hampir tiap mandi ngocok sambil liatin video ini.. Kira-kira gimana ya.. Rasanya.. Kalo bu Rara dientot.. Pantatnya duh.. Meuni padat.. "
"Ah kamu man, makanya cepetan cari bini, timbang ngocok mlulu.. "
"Aah.. Pak Dwi masa ga pengen, ngentotin bu Rara? Kepengen kan? Yakan? "
Pak Dwi diam saja.
"Duuh bu Rara.. Uuh.. " Eman meremas-remas sendiri gundukan di balik sarungnya.

"Ya, knapa nyariin saya? " Sosok yang tak asing lagi muncul dari balik pagar.
HP Eman sampai jatuh dari bale-bale tripleks, terbentur di tumpukan puing di sebelah.



76929
lj_match
57333
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd