Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Maafkan mama, Ben

bagian 14

seperempat jam sebelum HP Eman jatuh karena salting




"La.. "
"Hmm? " Lala mengernyitkan kening sambil menjawab sekenanya dari balik laptopnya yang dipangku, tangan kirinya meraba-raba meja di sisi kirinya mencari gelas kopi, namun matanya tetap lekat pada layar.
"La.. Jagain Ben bentar ya? Gue mau liat-liat ke rumah sana dulu. "
Lala mengangkat tangan pertanda OK di jarinya, sambil nyeruput kopi hitamnya.
Tanpa diketahuinya sama sekali, dalam benak sang kakak yang semok itu, ada hal lain yang juga berwarna hitam sudah lama meresahkannya, atau tepatnya: dirindukannya.
Minggu pagi yang cerah, kurang apalagi, mungkin itu pikir Rara... Selain yang hitam-hitam keras sekaligus kenyal kepunyaan pak Dwi.
Beberapa kali Rara membetulkan posisi duduknya, di atas jok warna coklat muda Ertiga nya.
Samar-samar namun masih cukup jelas diingatnya, sebagian dari petualangannya bersama pak Dwi dulu, waktu anak mbak Min yang berambut coklat awut-awutan itu dengan cueknya mengorek-ngorek ubin, sementara liang sorganya juga sementara dikorek-korek kontol perkasa hitam pak Dwi, di atas kasur apek dakian tanpa seprei.

CKITTTTTT
Respon Rara tepat waktu, hampir saja motor yang dikendarai seorang bocil yang keluar gang tanpa tolah-toleh, menjadi sarapan bemper sisi kiri Ertiga nya Rara.

"Bego! " BRMMM RMMM RMMM
Terdengar umpatan si bocil yang menjauh meninggalkan kepulan asap.

"Lu yang bego.. " Gumam Rara sendiri.
"Tenang Rara, tenang, jangan rusak weekend yang perfect ini" Bisiknya sendiri, sambil menyalakan tape.

Candlelight and soul forever
A dream of you and me together

"Say you believe it, say you believe it" Rara ikut bernyanyi dengan suaranya yang tak kalah merdunya dari Geri Halliwell si ginger spice itu.

"Free your mind of doubt and danger
Be for real, don't be a stranger
We can achieve it, we can achieve it
Come a little bit closer baby... "
Rara terus bernyanyi dengan jemarinya yang mulai menyjngkap rok longgarnya yang berwarna biru gelap.

"Get it on, get it on
'Cause tonight is the night when two become one... Yeah.. "
I need some love like I've never needed love before "wanna make love to ya', baebeh.."
I had a little love, now I'm back for more "wanna make love to ya', pak Dwiih.. "
"Set your spirit free
It's the only way to be"

"Set your sticky sperm free, pak Dwi.. " Gumam Rara nakal.

Perlahan, mobil Ertiga nya Rara menepi, di sebuah jalan sepi di tepi kanal yang kita semua sudah kenal.
Berhentinya beberapa meter sebelum pagar proyek dari seng, karena ada tumpukan pasir, split, dan batu gunung disana, yang beberapa hari lalu belum ada.
Rara menggunakan rok lebar biru gelap yang jatuh sedikit di bawah lutut, sepatu slip on berbahan blue jeans, dan blouse buntung yang membuat tali bra hitamnya mengintip genit sedikit.
Langkah Rara terhenti, beberapa langkah lagi dari pintu pagar yang sedikit terbuka, terdengar obrolan di baliknya.

"Hus.. Gak sopan kamu man. "
"Duh pak.. Saya hampir tiap mandi ngocok sambil liatin video ini.. Kira-kira gimana ya.. Rasanya.. Kalo bu Rara dientot.. Pantatnya duh.. Meuni padat.. "
"Ah kamu man, makanya cepetan cari bini, timbang ngocok mlulu.. "
"Aah.. Pak Dwi masa ga pengen, ngentotin bu Rara? Kepengen kan? Yakan? "
...
"Duuh bu Rara.. Uuh.. "
Bu Rara menahan geli di balik pagar, mencoba agar tidak meledak tawanya.

"Ya, knapa nyariin saya? " Rara melongok dari balik pagar, diikuti langkahnya kemudian.
HP Eman sampai jatuh dari bale-bale tripleks, terbentur di tumpukan puing di sebelah.
"E.. Anu bu.. Legit.. Aduh bukan.. " Eman kalang kabut-salah tingkah sambil meniup dan mengusap-usap HP nya yang kotor dari tanah tadi.
"Bu Rara pagi-pagi udah kesini aja. " Pak Dwi nyeletuk, coba mengalihkan suasana ackward yang sementara berlangsung.
"Iya pak Dwi, lama ga ngobrol sama bapak, jadi saya kesini. " Jawab Rara dengan senyum cerah.
Eman yang belum reda betul kagetnya, kini pula menjadi bingung, menyaksikan hal gak umum barusan.
Mungkin pikirnya, apa sebab, kok pak Dwi dan bu Rara seperti teman sekolah saja akrabnya, sedangkan dengan bosnya saja, pak Mamat, tidak demikian.

"Man.. " Lamunan Eman pecah, di tangannya diletakkan uang duapuluh ribuan kucel.
"Sana beliin rokok, yang biasa.. "
"Yang biasa? Samsu? "
"Iye.. "
"Gak cukup pak segini mah.. "

"Udah pada sarapan belum?" Rara bertanya, melihat pak Dwi, lalu ke Eman.
Eman geleng-geleng saja.
"Ini buat beli sarapan kalian berdua.. " Rara menyodorkan selembar merah pada Eman yang roman mukanya langsung cerah, secerah bu Rara saat menyapa pak Dwi barusan.
"Makasih bu.. " Sahutnya cepat, singkat.
"Dah, sana.. " Sambung pak Dwi sambil mengangguk pada Eman.
Eman bergegas menenteng sepeda karatannya keluar pagar, lompat dan duduk diatasnya.

Angin minggu pagi yang sejuk itu, kini menerpa pula rambut dan wajah Eman yang berseri-seri.
"Gak perlu ngomong: pinjam dulu seratus.. Udah dikasih sama bosku yang semok... Uuhh si boss.. " Eman ngoceh sendiri sambil menggowes semangat sepedanya.
"Sekalian beli anu.. Dan anu.. Dan banyakk.. " Lanjut Eman lagi, masih berbicara sendiri.
"Kalo orang kaya enak ya.. Ngeluarin lembaran seratusan enteng.. Heh heh.. Mungkin serasa ngeluarin seribuan yah.. "

CETANGG.. KRERE RERERETTT

"Aduuhhh" Eman menepuk kepalanya, segera menepikan sepeda rongsoknya.
Eman berjalan, menunduk mencari sesuatu yang tertinggal di belakang, rantai sepedanya yang putus.
Eman melihat sekeliling sambil berkacak pinggang, fokus berpikir.
"Ini sepeda gua balikin, trus jalan kaki, atau buang aja disini trus lanjut jalan kaki? "..
..
Dipungutnya sepedanya dari jalan beton itu, dengan langkah yang tak lagi riang, dituntunnya kembali ke proyek.
" Diketawain deh gua.. " Gumamnya.
Lima menit lebih Eman olahraga dadakan jalan santai, sebelum akhirnya tiba di tujuannya.
Disandarkan sepedanya di luar.
"Sepeda jelek gini mana mungkin dicuri, gak ada rantainya juga" Pikir Eman.
Eman baru saja hendak membuka mulutnya, ternganga mendapati di bedeng tadi sudah tidak ada pak Dwi dan bu Rara.
Eman melihat sekeliling, dan kembali melihat keluar pagar, memastikan masih ada mobil bu Rara terparkir di sana.
"Pada kemana ya? "
Eman yang belum lama mengenal pak Dwi itu, tidak terpikir sama sekali, kalau pantat semok bu bos itu, sebelumnya sudah memiliki sejarah panjang dengan pak Dwi.
"He bocah, dimana bapakmu? " Tanya Eman ketika menemukan anak mbak Min keluar dari balik tumpukan pasir.
Bocah berambut coklat diam, menunjuk saja ke dalam bangunan.
"Ooo.. Di dalam? "
Bocah masih diam, tetap menunjuk.
"Halah" Eman segera berlalu menuju ke arah bangunan yang berdiri agak menjorok ke belakang.
Suasana sepi sekali, Eman mulai celingak celinguk bingung.
Tak lama, langkah Eman terhenti sebelum mencapai pintu sebuah kamar yang sudah tidak ada atapnya.
Ada suara-suara yang tidak seharusnya berlaku disini.
Eman mematung sebelum pintu itu, pasang telinga baik-baik.

"Ah.. " Ada erangan pelan, namun merdu sekali.
"Ahh.. Ouwhhhh... "Diikuti desahan panjang sedikit tertahan.

Eman tak bergeming, matanya melotot sambil menutup rapat-rapat mulutnya dengan sebelah tangannya.
Setelah beberapa saat, diberanikan dirinya, maju, sedikit demi sedikit, sambil berjongkok.
Lalu, untuk pertama kalinya, Eman akhirnya melihat hal itu, secara langsung, yang biasanya hanya saat nonton film JAV, temannya melepas beban kehidupan melalui semburan santan kentalnya.
Eman tetap menutupi mulutnya, entah buat apa, lututnya sedikit terasa lemas serasa akan jatuh, sehingga segeranya berpegangan pada dinding.

Di sudut kamar yang sama, tempat dulu pak Dwi dan bu Rara saling melampiaskan hasrat, kini kembali menjadi saksi.
Kasur yang sama, tanpa seprei, namun nampak lebih berdebu.
Disana bu Rara terlentang tak peduli, matanya terpejam, rambutnya tergerai bebas di atas kasur, mulut mungil berbibir pinknya menganga tak hentinya mendesah.
Tangannya meremas-remas gunung kembarnya sendiri, yang masih terbungkus BH hitam dan blouse putih tanpa lengan.
Di selangkangannya bu Rara, rok biru tua lebarnya tersingkap, celdamnya entah sudah kemana.
Pak Dwi bersujud, sarung yang tadi dipakainya juga entah sudah kemana, membenamkan mukanya ke liang sorganya, menjilati dan memagut-magut klitoris di antara jembut hitam yang lumayan rimbun.
Eman tambah melotot lagi, melihat pentungan pak Dwi yang masih tergantung namun ukurannya sudah segitu, bergoyang-goyang seperti pendulum.
"Pak Dwi.. " Bu Rara menengok ke bawah, tangannya sebelah mengusap-usap sayang kepala plontos pak Dwi yang mulai sedikit ditumbuhi rambut-rambut putih.
Pak Dwi diam saja, berrnafsu dan lapar sekali, tak diberinya kesempatan liang sorga bu Rara istirahat dari sapuan lidah dan hisapannya.
"Oouhh.. " Bu Rara berkali-kali melihat ke bawah, menengadah lagi didera nikmat yang luar biasa.
"Pak.. Ouhhh... Aku.... " Bu Rara meringis, tangannya menekan kepala pak Dwi dalam-dalam, paha putih berlemaknya mengempit kepala pak Dwi yang semakin liar menjilati liang sorga bu Rara, dan..

"Ouhhhhhhh" Bu Rara mencoba menahan agak desahannya tidak menjadi teriakan, meski rasanya ingin.
Badan bu Rara melengkung ke atas, jepitan pahanya kian kuat, badannya berkedut-kedut berkali kali.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd