Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Maafkan mama, Ben

Terima kasih apresiasi, saran dan pertanyaannya suhu-suhu sekalian. Terutama mengenai tidak adanya perkenalan di awal, prolog, atau apapun sebutannya, nubie memang senang menulis tanpa prolog, terutama karena mengambil pov orang pertama ( dalam hal ini mama Laura ) , dengan harapan informasi2 penting nanti mengalir seiring berjalannya cerita. Selamat menikmati para suhu, dinantikan nanti malam ya bagian 3 nya... Haturnuhun 🙏
 
Bagian 3

SSSSSSS
Sesekali kuusap wajahku.
Dan kembali kubiarkan tubuh telanjangku di bawah siraman air hangat.
Perlahan, kejadian tadi masih berputar-putar di kepalaku, bercampur satu.
Ada sesuatu yang hilang, atau mungkin tertinggal di rumah kosong tadi.
Harga dirikah?
Kujalankan jemariku perlahan menyusuri tiap jengkal kulitku.
Susu ini, yang tadinya hanya milik Bill, dan Ben tentunya, 8 tahun lalu saat masih berisi nutrisi, beberapa jam lalu dirogoh dengan kasar oleh pemuda-pemuda yang tak kukenal.
Tapi, sudah berapa lama sejak Bill masih bisa membuatku orgasme? 5 tahun? Ah, sudah lupa.
Sudah berapa lama pula Bill tak menyentuhku? Ah, lupa juga.
"Mam.. "
TOK TOK
Aku segera tersadar dari lamunanku.
"Ya nak.. Mama belum selesai. "
Jawabku sambil menuang sabun cair di telapak tanganku dan bersegera menyelesaikan ritual pembersihan diri, sekaligus pembersihan noda yang hampir terjadi.
"Ben, teman-temanmu sudah pulang semua? " Tanyaku menatap Ben, lalu beralih melihat jam dinding: pukul 19:55.
Ben mengangguk tanpa bersuara.
"Kenapa papa belum pulang? " Ben memegang handuk yang terlilit di tubuhku.
"Hmm.. Tadi ada adik-adik dari kelas 1 juga? "
Ben menatapku sambil mengangguk lagi.
Kasihan Ben, belum cukup Bill yang selalu ingkar janji itu mengacaukan pestanya, mamanya ketinggalan juga.
"Ben, mama gak janji kapan, tapi dalam beberapa hari, nanti kita pergi bertiga ya, ke Pizza Hut. "
Mata Ben langsung berbinar.
"High five" Dan Ben segera memberikan kelima jarinya.


Lala, natalan tahun lalu

Diluar, Lala sedang menyapu sembari mengumpulkan bekas kotak makanan dan botol plastik kosong.
Ben yang sudah berpakaian tidur bergegas masuk ke kamarnya, untuk jam tidur malam, jagoanku ini sangat patuh.
"La, yang tadi, Ben gimana? "
"Dia gak liat" Lala menjawab dengan suara pelan.
"Langsung gue mute dan suruh dia menjauh dulu, gue bilang salah telpon. "
"Thank God, apa jadinya kalau Ben lihat. "
"Dah Ra, istirahat sana, jangan terlalu dipikirin - yang penting udah aman sekarang. "
Baru aku hendak ke dapur, Lala langsung memotong "bener gpp, gue nanti yang beresin semuanya, lu tidur aja, biar gak sakit. "

Kumatikan lampu kamarku, setel AC dan tubuhku otomatis menghempaskan diri ke ranjang.

"Nomor yang anda tuju, sed.. "
Shit lah, pake acara ga aktif pula.
Sepertinya aku matipun, gak peduli dia.
Kulempar seenaknya handphoneku ke nakas di sampingku, disana nampak lambang telepon keluar yang dicoret,dan di sebelahnya : Bill.
Selanjutnya, tahu-tahu semua gelap.

"Jam berapa ini? " Aku memicingkan mata, karena lampu kamar belum kumatikan.
Jam dinding: pukul 23:42
Si Bill pemalas itu belum pulang juga, huf.
Belum ada tanda-tanda kehadirannya yang biasa seenaknya menaruh barang sana sini, dan lebih lagi, tidak tercium bau alkohol.
Artinya Bill memang belum masuk ke kamar ini.

Aku ke luar kamar, ruangan sudah gelap. Gelap tapi rapi dan wangi.
Dari langkahku yang bertelanjang kaki, ubin terasa bersih dan kesat.
Ah, makasih Lala, you're the best.
Lala, adikku, yang berusia 37 dan belum juga menikah, sedangkan aku sudah jalan 9 tahun pernikahan dari usia 32 tahun.
Sebenarnya aku heran, apa yang kurang dari Lala, boleh dibilang dia lebih cantik dariku, meski masih tinggian aku dikit.
Apalagi Lala rajin menekuni lari entah sudah berapa tahun, sehingga bodi padat, ga lembek berpantat gede kayak kakaknya ini.
Kuambil gelas yang sudah kuhafal posisinya tanpa menyalakan lampu.
Beberapa teguk, dan keningku berkerut.
Di depan sudah terparkir Avanza silver.
Aku berjalan ke depan, memastikan tidak salah lihat.
Ya benar, mobil Bill udah ada.
Kututup tirai jendela depan, Lala mungkin lupa menutupnya.
Di rak sepatu, kulihat ada sandal Bill.
Tunggu dulu, sepatu sneaker Lala juga masih ada.
Ok, firasatku mulai berkata ini sedikit aneh.
Aku ke kamar tamu, kosong.
Perlahan aku mengintip kamar Ben, jagoanku masih tidur tengkurap dengan tangannya sebelah terjulur ke lantai.
Dan, aku mengendap-endap ke halaman belakang.
Gelap, lampu dinding taman belakangpun tidak dinyalakan, hanya rumpun bambu bergoyang sedikit diterangi bulan, dan suara siaran bola dari tetangga belakang.
Aku keluar tanpa bersuara saat membuka pintu.
Aneh, lampu gudang malah menyala.
Aku semakin gelisah, mengendap-endap mendekati jendela gudang yang tirainya ditutup.
Dari celah selebar 2-3 cm itulah, untuk pertama kalinya, perasaan sial ini muncul.
"Mmmhh.. Euhhhhh... "
"Yes.. Emang jepitan memek lu ga ada duanya La.. , mmh... Uhhh.. "
Lala tak menjawab, hanya terus menggoyangkan bokong padat kencangnya di atas perut Bill yang nampak seperti hamil 5 bulan.
Tubuh Bill nampak sudah basah oleh keringat, sedangkan Lala masih nampak biasa saja, hanya sedikit berkilat oleh butir keringat yang masih malu-malu.
Bill meremas-remas susu Lala dengan gemas, susu yang kecil tapi kencang, tidak turun seperti susuku.
Rambut Lala yang sebahu ala polwan itu, bergerak tak beraturan, sambil kedua lengan langsing dan agak berototnya, mencengkeram bahu Bill, yang hanya pasrah terlentang menikmati dominasi WOT Lala.
Shit, apa-apaan ini.
Gak mungkin, ini masih mimpi.
Gak, ini real, aku melihat baju kaos Lala dan celana jeansnya di lantai, itu baju yang ia pakai tadi.
"La, tunggu La.. " Bill terengah-engah setengah berbisik, memegang lengan Lala.
"Gua dah mau keluar, stop dulu. "
Lala masih mengulek sambil memejamkan matanya, tak menghiraukan Bill.
"La... Stop dulu La.. La.. "
Lala pun menghentikan ulekannnya.
Tapi dengan senyum nakal, sekali, dua kali, Lala mengulek dengan dalam sekali, seperti gerakannya hendak membelah badan Bill di perut.
"Ah.. Aduhh.. Ughhh.. "Bill meringis.
" Udah keluarin ajaaa... Lala udah mau juga..Ohh.. Emhhh... " Lala kembali mengulek dengan kecepatan penuh.
Bill nampak kepayahan, pasti maninya sudah menyembur dan perlahan rudalnya menyusut.
"Oohh... Ohhhhh.. " Lala memelankan goyangannya.. "Yaa.. Koq udah lembek sihh.. " Lala merajuk manja dan kesal bersamaan.
Didorongnya dada Bill dengan keras.
"Huff... Kan tadi udah gua bilang stop dulu.. "
Ya iyalah, si Bill pemalas hobi miras itu mana bisa muasin cewek sporty semi atlit kayak Lala, cih!
Kurang ajar si Bill, selama ini ga mau nyentuh gua lagi, ternyata nyari lobang sodara gua.
Lala perlahan berdiri, dan PLOP.. Senjata Bill yang sudah lembek dalam balutan kondom yang sudah berisi cairan putih di ujungnya, terjerembab lemas.
"Gua ga mau lagi lah disuruh maen ama lu" Kata Lala dengan ketus sambil memungut bra dan cd nya di lantai.
Sebelum Bill hendak bersuara, Lala menambahkan "biar lu bayar berapa juga" Telunjuknya mengarah ke hidung Bill.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd