Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Maafkan mama, Ben

menarik ilustrasinya
 
Ini mah luarbiasa bikin cenat cenut…:adek::adek:

untuk penulisan sudah lumayan baik hu. alur cerita focus ke burara yg di pake banyak orang ini bagus drpada nyeritain pemain lain. soalnya banyak cerita panjang tpi pemain utamanya gonta ganti bikin males baca. semoga terus bu rara yg di ekspose.

terimakasih hu sudah mendengarkan saran saya.

Lancrotkan hu ceritnya:mantap::coli:
 
Bagian 11A

"M..mas, bajuku pada dikemanain? " Aku yang masih menjadi tontonan telanjang para begundal ini, merasa ada yang gak beres.

Langit di atas mulai bergemuruh kelabu, mirip sore kala itu.
"Tuh di halaman.. " Tunjuk Jon ke arah halaman depan.
Aku melihat bra, blouse, CD dan celana pendek jeansku berhamburan di atas tanah merah yang beberapa bagiannya ditunbuhi rumput liar.
Belum sempat panikku mereda, aku mendapati Avanza silverku sudah tidak ada di tempatnya semula, lenyap.

Terdengar tawa para begundal itu di belakangku, yang masih telanjang bulat namun sudah bersih sehabis dimandikan oleh Pai, menuju ke arah hamburan pakaianku.

TES TES.. TAKTAK TAK TAK

Gerimis jatuh, dan tanpa aba-aba, membesar..

"Bajuku... " Aku panik, berlari ke arah bajuku yang dalam hitungan detik sudah basah, bercampur dengan tanah merah.

"Siall... " Aku tersungkur, menangis, mengumpulkan bajuku yang kotor dan basah.
Meski hujan sangat deras, aku masih bisa mendengar tawa para begundal itu di belakangku.

Aku tak berdaya kini, lagi-lagi hujan kembali membawa kemalangan bagi diriku.

Dengan sisa-sisa tenagaku, yang sudah terkuras oleh rasa maluku, kucoba sebisanya membersihkan bajuku, di tengah hujan, namun sia-sia.
Kupeluk bajuku, lalu berlari meneduh di sisi gudang berdinding seng dari amukan hujan.

"Kenapa? " Jon tiba-tiba muncul di sampingku.

"Kurang ajar lu! Mana mobil gua? " Aku yang emosi, melupakan bahwa diriku masih telanjang, melempari Jon dengan bajuku.

"Apa? Nih... Nih lagi.. " Jon merobek blouse, celana jeans, dan dalemanku, lalu melemparnya kembali ke tengah hujan, ke genangan tanah merah.

"Jangan kasar lu ya di rumah gua! " Hardik Jon.
"Mana gua tau dimana mobil lu? Siapa suruh gak lu kunci tadi, hahaha.. " Sambungnya.

Aku berjongkok, menangis, terisak sambil menggigil diterpa angin.
"Ben, maafkan mama.. " Bisikku dalam sela tangisku.

mendadak, aku rambutku direnggut dengan kasar.

"Aduuuh... Aaaakhhhhh.. Lepassss!! " Teriakku, aku tak tahu, siapa yang menyeretku ke tengah hujan.
Kucoba melawan dengan menjatuhkan diri, namun kini, gantian kakiku yang diseret, melalui genangan air kotor di halaman, menuju pagar.

PLAKKKK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiriku, aku terjatuh namun kembali mencoba bangkit, berlari.

Belum sempat berlari, kakiku ditarik dan aku kembali tersungkur.

"Anjingg!! Mau lu apain gua? Hahhh!! " Aku berbalik dan berteriak, ternyata Jon yang menyeretku ke pagar.

PLAKKK
DIGGG

Ditamparnya sekali lagi, dan ditendangnya punggungku.

Tak lama, benda keras dingin melingkari leherku, seuntai rantai.

"Lu diem aja disini ya, jagain rumah gua" Sergah Jon di tengah hujan.

CEKLIK

Dicabutnya kunci gembok, lalu berlari kembali ke arah gudang.
Aku ini, anjing? Anjing betina yang dirantai di pagar?

Hujan yang tak kunjung reda ini, mulai merasuki tulang, membuat gigilanku semakin menjadi-jadi.
Aku telah membuat keputusan yang sangat salah, seharusnya aku melapor ke polisi selagi sempat.
Ah, bodohnya aku.
Kini aku disini, meringkuk kedinginan tanpa sehelai benangpun, sehabis jadi objek nafsu, sampai kinipun masih.

Aku melihat beberapa dari begundal di kejauhan sedang memvideokan diriku.
 
menarik ceritanya
 
Bagian 11B

"Haaatchiii.. " Kuusap ingusku, hujan-hujanan ini membuat badanku mulai sakit-sakit di persendian.

Langit kembali terang, setelah mungkin hujan sejam lebih, kutafsir.
Matahari mulai mengintip dari sisa-sisa awan hujan yang menipis dan berarak pergi.

Beberapa begundal nampak bercakap-cakap di atas jok motor mereka yang diparkir di depan gudang.
Seoramg dari mereka berdiri, berjalan mendekatiku.
Sebatang rokok penghabisan dihisapnya dalam-dalam lalu disentilnya ke arahku.
Refleks, aku bergeser menghindar.

Tanpa basa-basi diremasnya susuku, yang membuatku spontan menepis tangannya.
Hanya sepersekian detik, sebuah pisau lipat sudah ditempelkannya di antara kedua susuku, sambil telunjuknya ditempel di bibirnya "ssttt"
Begundal satu ini berbadan padat berisi, ada tato di ruas-ruas jarinya.
Dengan pisau masih menempel di antara susuku, aku hanya bersandar pasrah di pagar seng yang basah.
Diremas-remasnya gemas, dimainkan, dipilin-pilinnya sesuka hati.

"Enak kan? "

"Hm.. Mm.. " Jawabku menunduk.
Aku lelah, ingin rasanya duduk, namun dalam keadaan telanjang begini , akulebih memilih berdiri.

"Hoi... Ngapain lu man? " Terdengar suara Jon yang baru saja keluar dari gudang, diikuti beberapa begundal lain.

"Gua periksa aja bos, takut rantenya lepas.. "
"Ah elu, bisaan lu.. Jangan lu apa-apain ya istri gua.. "

"Lah bos, kalau istri masa dirante gini kayak anjing? "

"Soalnya gua belum maafin dia, soal gua dihajar si gembel suek itu.. Nanti juga si gembel bakal dapet bagiannya"

"Gua keluar dulu ya ma yang laen, lu disini aja man.. Bawa masuk aja anjing betina gua, kasi makan.. "

"Siap bos.. "

Tak lama, riuh knalpot kaleng kampungan memekakkan telinga, beriringan keluar dari pekarangan gudang.

"Ayo masuk.. Daripada lu mutung di luar" Dihentaknya rantai yang mengikat leherku, sehingga aku tersentak maju.

Kenapa juga begundal yang ditinggal justru yang berbadan kekar gini, mau ngelawan tambah gak mungkin.

"Nih makan.. " Dikumpulkannya sisa-sisa nasi dan tulang ayam pada sebuah baskom plastik kecil, diletakkannya di lantai dan disorong dengan kakinya.
Paling tidak, kini aku bisa duduk, ada kursi.
Tentang makanan itu, no way, tapi baiknya aku diam saja, no comment, daripada runyam.

"Ayo makan.. "

"Gak mas, makasih, saya gak lapar.. "

"Oo ya udah.. "

PLETAKK

Baskom ditendangnya sehingga berhamburan nasi sisa dan tulang ayam di lantai di dekatku.

"Kalo udah lapar, makan aja ya.. "

"Iya mas"

Selang beberapa saat, si kekar kembali, membawa tali tambang goni / tali rami, segulung besar.

"Lu tau shibari?" Tanyanya.

Aku hanya geleng-geleng kepala.

"Lu tau, gua udah lama mau eksperimen ginian.. "

"Jangan mas.. Nanti sakit.. "

"Nanti lu gua bikin enak, biar lupa sakit"

"Nanti bos kamu gak marah?"

"Marah? Hah! " Jawabnya diikuti senyum licik.

"Berlutut disini, buruan. "

Aku ragu, menggeleng kepala.

"Jangan paksa gua ya moy.. " Dirogohnya saku belakangnya.

"Iya.. " Aku pun berlutut dengan patuh, di atas lantai teraso tua berdebu.

"Ahh.. Pelan mas.. Perih.. " Aku meringis ketika lilitan demi lilitan tali rami tersebut serasa menyayat-nyayat kulitku.

"Biasanya sih, kalo di pelem-pelem, talinya gak kayak gini.. Ya sorry-sorry aja, disini adanya ini.. "

Aku kembali pasrah, nyaliku kembali ciut.
Sudah cukup aku menerima tamparan demi tamparan.

Beberapa menit kemudian,

"Nah, bagus juga hasilnya.. Gua udah ngaceng aja nih.. " Si kekar mengeluarkan HP nya dan merekamku sambil mengusap-usap kontolnya yang masih berada di balik celana jeans lusuhnya.

"Sekarang" Si kekar melangkah mundur

"Lu jalan pake lutut kemari, dan isep kontol gua. " Perintah si kekar, yang mulai memelorotkan celana jeans dan kolornya.

Shit, kontol pak Dwi kali ini menemukan pesaingnya.

Diayun-ayunkannya kontol hitamnya bagai pentungan, ditepuk-tepukkan ke tangannya.

"Ayo, dikit lagi.. "

"Mmmhh... " Kusambut dengan bibirku, kontol si kekar yang sudah menjulang keras dan padat berurat.

Ah, gede banget, mulutku hampir gak muat rasanya.


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd