Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mam... Aku Minta Maaf

Survey pertimbangan Plot NTR/cuckold buat cerita baru nanti (kalau ada yang lain boleh dm)

  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan + adik laki

    Votes: 61 10,6%
  • adik laki-laki vs Kakak Perempuan (no incest)

    Votes: 42 7,3%
  • suami vs istri

    Votes: 58 10,1%
  • Ayah vs anak perempuan

    Votes: 69 12,0%
  • anak laki vs ibu kandung + anak/adik kandung yang lain.

    Votes: 248 43,2%
  • anak laki vs ibu kandung (no incest)

    Votes: 172 30,0%
  • Suami vs istri + anak perempuan

    Votes: 45 7,8%

  • Total voters
    574
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.


Genre : Lesbian/Gxg/Ff.
Extra Story: Lesbians in Action

Pov Ke-3


*Kring….Kring….Kring…….

“Ya haloo…..” jawab Santy mengangkat panggilan yang masuk ke smartphonenya.

“Tante Santyyyyy…….” teriak seorang wanita muda yang memekikkan telinga Santy.

“Aduhhh…. Araaa….. sakit nih telinga tante” hardik Santy sambil memegangi telinga yang berdengung kencang.

“Hehehe maaf-maaf tante”.

“Ah kamu mah…. Ada apa sih sayang? Ngapain telpon tante pagi-pagi gini?”.

“Tante Santy, besok nge-date yuk” ajak wanita itu yang merupakan kekasih dari Andre, pria yang sudah memberikan Santy arti sebenarnya kenikmatan duniawi.

“Duh…. mau nge-date kemana sih sayang?” tanya Santy. Ya, sejak melakukan bersenggama dengan Ara, Santy jadi sering mereguk cinta sesama jenis atau ngelesbi. Tak hanya dengan Ara dan Hani adiknya, Jessi keponakannya juga pernah di garap juga olehnya. Merasakan tubuh wanita ternyata sangat menyenangkan pikir Santy. Walau begitu tak sembarang wanita mau dia ajak keranjang. Hanya wanita yang ia sukai, atau ia sayangi.

“Ke puncak tan” singkat Ara.

“Hahhh?! ke Puncak? Mau ngapain kesana?” tanya Santy Heran.

“Ada dehhhhh….., besok pagi aku ke rumah tante ya, terus kita nanti pergi naik mobil tante ya”. Mendengar gelagat Ara yang penuh rahasia, membuat Santy tertarik dengan kejutan yang akan diberikan Ara.

“Iya-iya, tapi jangan yang aneh-aneh ya” wanti-wanti Santy.

“Hhihihi…, aku gak janji tan”.

“Tuh kan…… Oh ya si Andre ikut gak?”

“Ya gak dong tan…., kan aku ngajak tante nge-date, masa pergi bertiga sihhhhh, itu mah namanya buka nge-date dong”.

“Iya ya, bener juga kamu. Memangnya mau kemana sih?”.

“Ra-ha-sia, hihihihi, oh ya bawa baju ganti ya tan, kita nginep aja sekalian disana”.

“Oh ya tan, bawa dress dan sama baju ganti ya, kita nginep besok” Lanjut Ara.

Mendengar permintaan Ara, Santy kaget “Hah?! Untuk apa bawa dress? Terus kok nginep juga sih?”

“Aku punya buat kejutan tante Santy besok”.

“Duh Ra, kejutan apa sih?” terdengar Santy agak tidak suka. Karena sebelum-sebelumnya Ara pernah mengajak ke tempat yang terbilang cukup gila, walau pada akhirnya dirinya bisa enjoy.

“Yah kalau aku tahu sekarang bukan jadi kejutan dong. Plissss tanteeee….. Mau yaaaa” melas Ara berharap Santy mau pergi dengannya.

Santy hanya bisa menghela nafasnya, mau tak mau ia mengikuti kemauan Ara. “Ra-ra, ya sudah besok kabarin tante ya”.

“Nah gitu dong tante cantik, Ok deh tanteku sayang, bye-bye muacch”.

“Muachhhh” balas Santy.

*Clek…..

Santy tak habis pikir dengan kelakuan Ara terhadap dirinya, anak itu sama saja kayak pacarnya, Andre, pikir Santy. Ya meskipun dirinya selalu di ajak ketempat yang sangat nyeleneh, tapi dia pasti selalu mendapatkan kepuasan dan kesenangan yang membahagiakan dirinya. Melepas penat dari memikirkan Henry, anaknya yang dia anggap tidak berguna itu. Jadi dia tidak menolak dengan ajakan Ara, bahkan ada rasa tertarik dengan kemisteriusannya.




Keesokan harinya

Setelah pamit se-ala kadarnya kepada Henry. Santy pergi bersama Ara, menggunakan mobilnya. Karena Ara tidak bisa menyetir, mau tak mau Santy lah yang di belakang setir kemudi. Kala itu Santy menggunakan kaos dan rok sependek lutut. Sedangkan Ara memakai sweater dan legging hitam yang sangat ketat. Selama perjalanan Ara tidak tinggal diam, ia menjahili Santy. Lebih tepatnya merangsang wanita yang lebih tua itu. Dia menyingkap rok pendek Santy. Tak ayal paha mulus Santy menjadi sasaran tangan jahil Ara. Dengan lembut ia rasai kelembutan dan kekenyalan paha Santy. Pemilik paha seksi tersebut hanya bisa membiarkan ulah wanita muda yang berada di kursi penumpang. Karena dia tahu betapa gigihnya si Ara, jadi bakal percuma untuk menegurnya. Rabaan Ara semakin lama, semakin masuk menjauh mendekati lembah cinta Santy yang terutup celana dalam. Ia usap lembah gemuk Santy.

“Nghh…Kita mau kemana sih Ra?” tanya Santy sambil terus berusaha berkonsentrasi menyetiri mobilnya, ditengah-tengah serangan Ara. Rangsangan demi rangsangan di alurkan Ara ke tubuh Santy. Sejatinya tubuhnya bereaksi, menjadi panas, alias terangsang.

“Ada dehhhhh……, tante cantik yang kusayang ikutin aja, nanti tante tahu sendiri kok, terus jangan ngomel-ngomel mulu, nanti jadi jelek loh”.

“Dih dasar buaya gombal! Nghhh…...awas aja nanti kalau kamu bikin tante kecewa” ancam Santy.

“Ara janji deh….., nanti tante nggak bakal kecewa. Bahkan Ara yakin kalau nanti tante Santy bakal ketagihan sama kejutan Ara” jawab Ara dengan yakin, sambil terus tanpa henti meraba-raba bagian luar celana dalam Santy. Merasakan elusan di celana dalamnya tidak berhenti juga, Santy melayangkan protes ke kekasih mudanya “Araaaaa……”.

Mendengar protes Santy, bukan berhenti namun malah membuat Ara semakin beringas mengerjai Santy. Ia pandangi dengan Santy nafsu. “Raaa….jangan…..” ucap Santy, saat ia tersadar ketika Ara memandangi dirinya dengan penuh birahi, mata sang wanita muda tampak berapi-api. Ara juga turut menggigit bibir menahan birahi, sedangkan tangannya tetap berada di selangkangan Santy. Ara merubah posisi duduknya hingga menghadap ke arah Santy yang sedang menyetir.

Menggunakan Satu jari, ia belah garis bibir vagina Santy yang tercetak di celana dalam tersebut. Lalu ia garuk-garuk belahan itu. Tubuh Santy tidak melawan, tubuhnya memanas dan semakin bergairah. Celana dalamnya semakin lembab. cairan wanitanya mulai mengalir keluar, membasahi celana dalamnya. Ara pun merasakanya. Keringat Santy pun mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Kedua puting juga mulai bereaksi, mengeras menantang, dibalik cup BH. Seandainya ia tak memakai BH, pastilah pentilnya akan tercetak indah, bagai magnet bagi semua orang.

Namun pikiran rasionalnya masih ada untuk menolak perlakuan Ara terhadap tubuhnya. “Araaaa… plisss tante lagi nyetirrrr…., nanti nabrak lohhhhh…egnhhhh". Omongan Santy di akhiri desahan yang merdu, karena jempol dan telunjuk Ara mengapit bibir tembem vagina Santy. Selama di jepit, bibir temben dan teba milik Santyl itu di mainkan oleh Ara

Santy pun mendesah “Ahhh….Raaaa……stopppp…..”.

Ara tetap tidak menggubris Santy, ia malah menyingkap celana dalam Santy kesamping. Ara bisa merasakan kalau vagina Santy sudah basah. Santy pun merasakan kemaluannya menyentuh udara dingin yang karena a/c mobil. Wanita yang lebih muda itu mengelus permukaan vagina Santy, merasakan bulu-bulu halus yang tercukur rapih dan tidak lebat. Kemudian Ara mengusap-mengusap vagina Santy dengan lemah lembut, menggoda Santy. Bibir vagina dan klitorisnya diusap lembut, memberikan Santy rasa geli sekaligus nikmat. Santy terus mendesis keenakan,

“Ohhhh…Ra……stoppp…tante lagi nyetir….ohhh” protes Santy terhenti saat satu jari Ara terasa menulusuk masuk ke dalam goa basah cintanya, menggesek dinding vaginanya. Reflek relung basahnya memijat jari Ara.

“Becek banget nih memek…..shhhhh” lirih Ara, saat merasakan betapa beceknya liang cinta Santy. Lalu ia maju mundurkan jarinya di dalam lubung cinta Santy. “Ohhhh…..” Santy mendesah akibat tusukan jari Ara. Rasa nikmat semakin mendera seluruh tubuhnya. Untuk sesaat ia lupa diri, akibatnya mobil yang di kendarai sempet bergoyang ke kanan. *Tinnnnnn……... Tak ayal mobil di belakang memberikan klakson panjang. Santy tersadar, langsung mengendalikan mobilnya, agar kembali jalur yang benar.

“ARAAAA…!” marah Santy, yang langsung menepis tangan Ara yang berada di selangkangannya. Santy melotot ke Ara. “Aduh Ra!, kamu ada-ada aja deh, nanti kalau nabrak gimana?" Omel Santy.

Tapi bukannya takut dan minta maaf kepada Santy, Ara hanya cenggesan tanpa dosa. Sekarang ia tatap hasil perbuatannya di jarinya. Cairan kewanitaan Santy melumuri jari tengahnya, terlihat mengkilap dan lengket sekali. Nafas Ara memburu cepat, terangsang melihat hasilnya.

“Hehehehe……, lihat ke aku tan” Santy menoleh ke arah Ara. Ia terbelalak ketika Ara memperlihatkan telunjuknya yang basah, terlihat mengkilap dan lengket. Santy tahu itu adalah cairan kewanitaannya. Ia langsung kembalikan pandangannya ke depan. Tak mau berkomentar, dia hanya bisa menggeleng-geleng heran dengan kelakuan gila Ara.

"Hihihi…., Lengket banget tan……lihat aku dong lagi tan". Santy terus menyetir, ia kembali lirikan matanya ke arah kursi penumpang di sampingnya. Lalu Ara masukan jari tengahnya ke dalam mulutnya. Ia emut jarinya dengan sensual, menggoda Santy. Ia nikmati sambil terpejam, bak memakan makanan yang sangat enak.

"Hmmm….Mnnnn…enak bangettt... sari memek tante" ucap Ara dengan vulgar. Ia terus menjilat jarinya, tak mau membuang sia-sia cairan Santy yang ia berhasil kais.

"Ishhh…. Araaaa…." ujar Santy kesal melihat kelakuan Ara. Walau begitu, melihat Ara beringas mejilati jarinya sendiri, membuat Santy kembali terangsang. Ia ingat mendiang suami tak seheboh itu kala menjilati cairan kewanitaanya. Bahkan terkesan ogah-ogahan. Tapi kini banyak orang-orang yang menagih lendir nikmatnya, termasuk wanita muda yang menjadi pasangan lesbiannya sekarang ini.

"Aku sange banget tan……" ujar Ara dengan nafsu yang melambung tinggi. Ia usap selangkangannya yang tertutup legging ketat. Terlihat belahan bibir vaginanya tercerak dengan jelas. Yang sering disebut sebagai cameltoe, terpampang dengan indahnya.

Santy dapat melihat cetakan gemas itu, lalu bertanya "Lho Ra…..Kamu nggak pake daleman?".

"Nggak dong, hihihihi".

"Aku nggak pake BH juga lohhhh, nih lihat" ucapnya, lalu mengangkat sweaternya sebatas dada. Sekilas Santy bisa melihat kedua puting Ara sudah keras, tegang.

"Gelo ah kamu Ra!".

"Hihihihi….nghhh….ahhhhh….” desah Ara. Ia membelai-belai nikmat jiplakan vaginanya. Seperti yang dia lakukan ke Santy tadi, Ara mengapit belahan memeknya yang tercetak mengelembung. Desahan merdu yang keluar dari mulut Ara mengelitik Santy, menambah rangsangan ke janda anak satu itu, yang sejati sudah terangsang. *Puk Puk Puk, Ara menampar-nampar gemas punuk tembanya.

“Sudah deh Ra…., pleaseee…… jangan mancing-mancing tante deh” sergah Santy.

“Hihihihi, iya-iya deh, tapi nanti kita……..” ucap Ara menggantung. Ia memberikan Santy tatapan yang penuh harapan, tentu saja dengan penuh nafsu juga.

Melirik Ara, Santy hanya bisa menghela nafas “Hahhhhh……. Iya-iya”.

“Yay!” teriak Ara senang.

“Duh Ara, jadi gak sabar ngasih suprisenya buat tante….” ucap Ara. Santy hanya bisa menghela nafas, sambil terus memacu mobilnya, menelusuri jalan yang jauh.



Santy mengendarai mobilnya jauh menanjak ke atas puncak, memasuki jalan-jalan kecil yang menanjak. Hal itu membuat dirinya sedikit kesal, karena pada dasarnya ia sendiri tidak begitu mahir dalam tanjakan. Tapi karena sudah terlanjur jauh dan demi Ara juga, ia hanya diam tanpa banyak protes. Setelah melewati beberapa jalanan terjal nan sempit, kedua akhirnya sudah sampai di sebuah Hotel yang cukup besar dan sangat mewah.

“Jadi kamu mau nginep doang di Hotel?” tanya Santy sambil memandangi hotel yang terlihat mewah yang bergaya victorian era itu.

“Nggak dong tan, nanti malam kita pergi ke makan di tempat suatu tempat gitu dehhh.....” jawab Ara, yang masih enggan memberitahu Santy tentang detail tujuan mereka sebenarnya. Namanya juga kejutan.

“Dinner?”

“Yap” singkat Ara.

“Jadi kamu ajak tante Santy jauh-jauh kesini cuma buat dinner doang?” tanya Santy memastikan.

“Ihhhh….bukan dinner biasa kok. Sudah deh, Tante percaya saja sama Ara”.

“Hmmm… ok deh” balas Santy menyerah untuk bertanya lebih jauh.

Santy memberikan mobilnya kepada valet. Lalu Keduanya melangkah masuk ke dalam Hotel itu, sambil membawa barang bawaan mereka ke dalam, yang kemudian langsung di bantu oleh seorang bellboy.



Sambil menunggu Ara yang sedang lapor ke resepsionis, Santy yang terduduk di kursi lobby hotel memperhatikan keadaan sekitar. Lambat melaun, Ia tersedar bahwa para pengunjung hotel kebanyakan wanita. ‘Aneh…isinya perempuan semua, kecuali staff hotelnya yang campur. Apa hotel ini khusus wanita saja ya….’ pikir Santy dalam batinnya. Ia juga teringat kalau cameltoe Ara benar-benar terlihat jelas di balik legginggnya itu, dan Ara tidak malu dengan hal itu. Dugaan Santy hotel ini adalah bagian dari FSL Club. Dengan begini Santy yakin surprise dari Ara nanti tidak jauh-jauh dari seks.

Setelah konfirmasi dengan resepsionis, Ara langsung mengajak Santy untuk menuju kamar menginap mereka. Tak lupa bellboy ikut turut serta mengantarkan mereka, sekaligus membawakan barang-barang bawaan mereka. Keduanya langsung menuju lift untuk naik keatas. Didalam lift, Ara selipkan tangannya ke bawah dress Santy, dan meremas bongkahan pantat yang indah tersimpan disana. Ara bisa merasakan buttplug yang tersangkut di anus Santy. Santy pun terkaget, langsung menepis tangan Ara. Ia pelototi wanita muda itu, yang hanya kemudian hanya di balas dengan cekikan.

Sampai di lantai tujuan mereka, keduanya bergegas menuju kamar yang sudah pesan dan dibayarkan. Bellboy pun membuka pintu kamar hotel tersebut, meletakan barang kemudian meninggalkan mereka berdua setelah di beri tip oleh kedua wanita itu. “Hmmmm….lega juga yah kamarnya, mewah juga” ujar Santy. Lalu ia melangkah semakin dalam, dan tersadar akan sesuatu “Lho Ra.., kasurnya gede banget… kamu mesennya ukuran king size ya Ra?”.

“Hihihi iya dong…., masa kita nggak ‘main’ sih” ucap Ara menekankan kata ‘main’, sambil mengerling nakal. Santy yang melihat pun mengerti dengan maksud Ara. Dari awal dia sudah tahu permainan birahi yang panas dan penuh nikmat pasti akan terjadi, jadi tak heran lagi. Lagipula dia sendiri juga mengharapkan, tidak mungkin percintaan panas akan dia lewatkan begitu saja.

“Huh….., nggak kamu…., nggak Andre…., sama aja…. Mau tubuh tante doang” omel Santy, meskipun begitu dia senang kok.

“Ihhh... jangan ngambek….. Tapi tante juga seneng kan?” sindir Ara. Santy hanya tersenyum. Penampilan Santy dengan rok pendeknha terlihat menggiurkan bagi Ara, membangkitkan nafsunya. Merasakan birahinya terbakar, tubuhnya menjadi semakin panas. Tak ayal di melepaskan sweaternya, memamerkan puting kirinya yang di tindik. Besi kecil yang tersemat di putingnya menambakan kesan yang sangat seksi.

Ara pun mendekati Santy yang berdiri di samping ranjang besar itu. Lalu ia peluk wanita itu dari belakang. Ia remas kedua payudara Santy dari belakang, tak lupa Ia juga mengendusi tengkuk Santy hingga mengelinjang kegelian. Lalu dengan pelan ia membisikan “Tadi tante tadi sudah janji kan…..”. Santy merinding mendengarnya.

“Duh Ra….., masih siang gini loh…..” ucap Santy pura-pura tidak mau, jual maha kepada Ara, padahal ia juga ingin dipuaskan. Di rangsang di mobil tadi, membuat dirinya ingin di sentuh secara seksual. Ara putar tubuh Santy hingga menghadap dirinya. Ia pandangi Santy bak mangsa yang akan segera di terkam olehnya, ditelan bulat-bulat oleh dirinya. Santy tahu kalau Ara akan segera menerkam dirinya.

“Iyahhhh…mauuuu….yaa….aku sudah gak tahan tannnn…..pengen tanteeee…..” lirih Ara. Terlihat nafas wanita muda itu memburu cepat, tanda birahinya sudah tinggi. Tatapan sudah sangat sayu, kulitnya sudah memerah menahan birahi.

Mengingat dirinya jaga masih ada birahi yang belum tuntas akibat perlakuan Ara selama perjalanan tadi, mau tak mau dirinya merespon juga. “Ayolah……, sini sayang, lagipula….. kamu harus nuntasin apa yang kamu sudah mulai tadi” pinta Santy. Lalu dengan seduktifnya, ia gigit bahwa bibirnya, menggoda wanita muda itu.

Aksi panas mereka di awali saling mengerayai tubuh lawan. Ara menyingkap bagian belakang dress Santy, memperlihatkan bokong yang montok nan seksi. Kini tangan Ara hinggap di kedua pipi pantat Santy, lantas ia remas-remas lembut keduannya. Santy senang mendapat sentuhan hangat di area belakangnya. Maka ia balas juga ke Ara, ia selipkan tangannya kebelakang lalu turun masuk melewati legging Ara, dan meremas pantat mungil namun sekal. Saling meremasi aset-aset lawan main, membuat gairah mereka tambah naik melambung tinggi.

Selama itu pandangan mereka tak pernah lepas. Hembusan napas saling menabrak wajah mereka. Kecupan-kecupan kecil di bibir pun terjadi. Kini tak hanya bibir yang beraksi panas, mereka tetap juga saling mengerayangi tubuh satu sama lain. Dulu Santy lebih pasif ketika bermain sama wanita, namun kini dia tak lagi malu, mampu mengimbangi lawan mainnya yang berkelamin sama. Bahkan terkadang ia juga bisa yang memegang kendali permainan, walaupun terkadang masih kalah sama Ara. Selama berpagutan, memori Santy menilik kembali kegilaan permainan cinta sesama jenis ini. Ia jelas ingat pertama kali berhubungan sesama wanita di rumah Andre, kala itu dia merauk kenikmatan birahi sesama jenis bersama Ara, lawan mainnya sekarang. Tak lupa ia juga telah berkali-kali meraih kepuasan bersama Hani adiknya, berserta Jessi, keponakannya sendiri.

Kembali ke masa sekarang, dengan agresifnya, lidah Santy menerobos masuk kedalam mulut Ara. Ia berusaha untuk mendominasi permainan. Lidahnya mengesplorasi mulut Ara. Ara pun hanya bisa mengeluarkan suara gumaman selama isi mulut di jelajahi oleh Santy. Namun tak ingin kalah, lidah Ara menghampiri lidah Santy, mengajak saling berkelit indah. Keduanya kini terlibat dalam percumbuan yang hebat. Tak ayal suara kecupan dan hisapan yang basah memenuhi kamar hotel itu. Siapapun yang mendengarnya pasti akan terpengaruh, ikutan bergairah. Cukup lama mereka berpagutan, hingga akhirnya melepaskan pagutan karena kehabisan oksigen. Benang saliva pun tercipta saat mulut mereka menjauh.

“Hh….hh….hh…hh” keduanya saling menatap penuh birahi dengan nafas yang tersengal-sengal. Tatapan keduanya penuh saling menginginkan.

Ara meremas kedua payudara Santy yang berada di balik dress. Kepunyaan Santy lebih besar dari miliknya Arai. “Ahhhh…..Ara games banget sama toket tante….” greget Ara sambil memainkan payudara Santy yang masih kencang itu meski sudah tidak muda lagi. Ara merema-remas lemubut bongkahan kenyal itu, terkadang terlalu keras hingga Santy mengaduh kesakitan “Aduhhh…Pelan dong sayang”.

“Aku emeshhhh.... banget tau sama toket tante” ucap Ara bak seperti Anak kecil. Santy pun jadi gregetan melihat Ara.

“Hihihihi…….., kan kamu juga punya, mainin punya kamu sendiri dong.”.

“Punyaku nggak sebesar punya tante” ujar Ara dengan cemberut seperti anak kecil, sambil membusungkan dadanya, menunjukan kepada Santy kalau dadanya kecil. Tubuh mungil Ara yang berada dalam rangkulan Santy, terlihat seperti orang anak yang sedang memeluk ibunya. Disini terlihat Santy tampak seperti orang ibu yang sedang menenangkan rengekan anaknya.

“Besar kecil gak masalah sayang…., semua orang juga suka kok, termasuk tante…ahhhhhh…gellliii…” tiba-tiba Santy merasa tergilitik. Ternyata tangan sudah Ara menyelinap masuk dari bawahan rok Santy dan mengusap-usap lembut perut yang lumayan berbentuk milik Santy. Terbentuk karena gowesan dan ‘olahraga’ ranjang bersama Andre. Santy dibuat kegelian oleh Ara. Kemudian tangan Ara turun perlahan merambat turun sampai ke permukaan celana dalam Santy yang sudah lembab.

“Aahhh….Nakal kamu Ra….” ucap Santy dengan tatapan yang sayu, yang kemudian di sambut dengan cekikian centil Ara. Lalu Ara selipkan tangannya dari bagain atas celana dalam Santy. Ia bisa merasakan bulu kemaluan Santy yang rapi dan tidak lebat itu. Tangannya semakin jauh masuk kedalam, merasakan permukaan vagina yang sudah basah, terasa juga klitoris yang sudah menonjol. Iseng, Ara jepit biji kenikmatan itu, Santy pun terpekik merdu “Ahh…”.

Ara menyerang Santy secara tiba-tiba dengan mencolokan jari tengahnya dalam-dalam ke memek Santy. Tetap sambil memeluk punggung Santy dengan satu tangan, Ara mengerjai lubang cinta Santy. Santy pun mendesah keenakan akibat jari Ara. Mempermainkan jari tengahnya di lembah cinta Santy, ia bisa merasakan betapa basah dan hangatnya tempat jarinya bersemayam. Tangan satunya tetap meremas bokong Santy, sesekali mengelus mesra punggung Santy yang sudah berkeringat hebat.

Santy awalnya berniat mengusai permainan birahi ini, namun malah Ara yang memegang kendali. Ara sejatinya adalah seorang biseksual, sampai-sampai ia sudah ahli dalam mempermainkan hati dan tubuh perempuan.. Sifatnya yang centil namun bersahabat, membuat dirinya di gemari banyak orang. Oleh karena itu teman-temanya laki maupun yang perempuan dan juga guru disekolahnya, sudah ia banyak cicipi. Banyak dari mereka yang justru menagih untuk berlesbian dengan Ara. Dengan begitu juga Andre yang mendapatkan rezeki nomplok, ia juga dapat merasakan tubuh-tubuh wanita yang sudah ditaklukan ole Ara.

Santy pun merasa dari semua wanita yang pernah bermain panas bersama dirinya, dengan Ara lah yang paling nikmat dan hebat. Seperti yang ia rasakan saat ini. Ia pejamkan matanya, berkonsentrasi menikmati kobelan jari Ara yang ahli di lubang vaginanya. *Clek Clek Clek. Bunyi kecipak basah terdengar memenuhi kamar hotel itu.

Semakin lama rasa nikmat yang mendera tubuhnya, membuat Santy tidak mampu berdiri dengan sempurna. Karena tinggi mereka tidak terlalu jauh, Santy menyenderkan kepalanya di pundak Ara. Ia rangkulkan kedua tanganya di leher Ara. Mau tak mau Ara harus menopang tubuh Santy. Tapi itu tidak menggurungkan Ara untuk menghentikan perbuatannya untuk mengantarkan Santy untuk ke kepuncak nikmat di siang bolong itu. Bahkan ia tambahkan jari lagi yang menerobos masuk ke lubang vagina Santy.

“Ahhhh…aduhhh…Araaaaa…ahhhhh….” erang sang janda saat lubang vaginanya di permainkan Ara dengan nikmat. Cairan cintanya meler ke pangkal pahanya, hingga terciprat ke lantai di mana mereka berdiri.

“Raaa….Raaa….Raaa…Ahhhhh…dikit…lagi…dikit…lagiii….ahhhhh…..” racau Santy yang segera orgasme, karena terus di terpa badai yang nikmat. Ara langsung mempercepat kocokannya di kemaluan Santy yang sudah memerah basah.

“Raaa….aahhh….tanteeee….keluarrrr…ohhhhh...” teriak Santy, mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya bergetar dalam pelukan Ara. Cairan orgasme menyembur, membasahi kedua jari Ara yang masih berada di dalamnya, hingga muncrat membasahi lantai.

“Ahhhh……”. Deru orgasme yang mulai pudar, Santy menjauhkan diri hingga jari-jari Ara tercabut dari dalam tubuhnya, lalu membaringkan diri di kasur empuk hotel. “Hh…hh…hh…” nafasnya masih tersengal-sengal. Ara sodorkan jari tengah ke mulut Santy. Tahu yang di minta Ara, Santy mengemut jari yang basah karena cairan orgasmenya sendiri, merasai sari vaginanya sendiri.

“Enak nggak tan?” tanya Ara.

“Mmmm….”. Santypun hanya bisa bergumam, karena ia masih sibuk mengulum jari Ara dengan lembut. Merasa suduh cukup, Ara menarik jari tengahnya dari mulut Santy. Dan sekarang ia lahap sendiri jari telunjuknya. Dengan begini keduanya telah merasakan cairan orgasme Santy.

Ara naik ke kasur, lalu membuka kaos Santy. Terlihat Bh putih Santy yang menutup payudaranya. Sang pemilik benda kenyal itu masih terpejam lelah. Ara congkel keluar kedua payudara Santy dari cup bh. Tersembulah dua gunung idaman para manusia. Ara melihat kedua puting Santy agak tegak keras menantang untuk di hisap olehnya. “Ouhhhh….” desah Santy merasakan lidah Ara sekilas menoel puting sebelah kanannya.

“Kapan mau di tindik kayak aku tan?” tanya Ara sambil memelintir puting Santy yang semakin kembali mengeras sempurna. “Nggak tau Ra…aahhhh” ucap Santy. Ia sempat terpikir untuk menindik salah satu putingnya, seperti Ara dan Hani. Tapi masih belum berani karena takut akan karena rasa sakitnya.

“Raaa….tante capekkkk...” melas Santy merasakan putingnya berada didalam mulut Ara. Terasa putingnya di hisapi kuat-kuat oleh pasangan lesbinya. Aerolanya juga tak luput masuk kedalam mulut Ara, dihisapi dan dijilat juga. Mau tak mau birahi Santy bangkit lagi, siap untuk ronde kedua.

Ara singkap bagian bawah dress Santy sampai perut, memperlihatkan isinya yang menggairahkan hasratnya. Ia berlutut di depan Santy yang masih terbaring, dengan kaki terjuntai menyentuh lantai. Ia elus kedua paha mulus Santy. Lantas ia bentangkan kaki Santy melebar. “Enghhh….” Santy melenguh pelan, merasakan rabaan di pahanya. Ara hanya diam seribu bahasa, terus merasakan kelembutan paha Santy. Telapak tanganya lambat laun semakin turun ke pangkal pahal. Ia bisa melihat bekas perbuatannya tadi, celana dalam Santy yang sudah basah. Lalu ia endus-endus baunya, menghirup dalam-dalam, sampai-sampai merangsang otaknya.

Santy kembali melenguh, merasakan hembusan nafas Ara yang panas menerpa vaginanya. Birahinya kembali naik perlahan. Tanpa membuka celana dalam Santy, Ara hanya menyampingkannya. Ia tatap dengan nanar lubang cinta Santy sudah merekah merah. Sang gadis akan menyantap makanan yang basah dan empuk itu. Ia julurkan lidah mungilnya, perlahan ia jilati garis vagina itu. Lidahnya mengecapi rasa asin yang menagih. “Ahhh…..” erang Santy, merasakan sebuah benda lunak dan basah hinggap di pusakanya.

“Raaaa…memekkkk…. tanteeee…. kamu apaainnnn…..owuhhhh” gusar Santy, merasakan lidah panas Ara yang bergilya di bibir vaginanya. Tak buang waktu lagi ia lumat vagina temben Santy. Tangannya tidak tinggal diam, tangan kirinya ia gunakan untuk meremas dada Santy yang terpampang bebas. Sedangkan tangan kanannya masuk ke dalam leggingnya sendiri, mengusap-usap kemaluannya sendiri, merangsang dirinya sendiri. Ia bisa merasakan betapa basah dirinya, hanya karena mengerjai Santy. Habis ini harus giliran dirinya yang harus dipuaskan pikirnya.

Puas menjilat bagian luar vagina Santy, lidah Ara kini liar menerobos masuk ke liang panas Santy. Sesekali bibir atas hidungnya bersingungan dengan klitors yang sudah menonjol keras. Keahlian Ara dalam memuaskan wanita tidak perlu ditanyakan lagi. Karena sesama wanita, dia tahu titik bagian tubuh mana yang harus di mainkan olehnya. Dan kini lubang cinta Santy menjadi bulan-bulanan mulut dan lidah Ara.

*Slurp….Slurp…Slick…Slurps….Slick….si wanita muda kombinasikan antara hisapan, jilatan dan tusukan. Membuat Santy semakin tenggelam dalam kenikmatan. Ara menarik tangannya berada di dalam leggingnya, lalu ia gunakan tangan itu memainkan buttplug yang menancap sempurna. Ia putar sextoy itu, sesekali mencabutnya dan menancapkannya kembali. Santy di buat menggeram sakit dan keenakan oleh ulah Ara di lubang pantantnya. Ara masih heran kapan pacarnya akan memerawani lubang anal Santy, padahal ukurang buttplug sudah cukup besar.

“Ahhhh….lidahhhh….kamuuu….enakk…..aahhhh….enakkkk……” racau Santy. Tangannya menggapai kepala Ara, menariknya semakin dalam ke selangkangannya. Ara mengerti kemauan Santy, maka ia tingkatkan intesitas tusukan lidahnya. Tak lupa remasan tanganya di dada Santy. Ia hentikan permainan buttplugnya, dan gunakan jarinya menusuk lubang senggama Santy.

Dalam waktu singkat, tubuh Santy menegang kaku. “Aduhhh….lagiiii…dapett.., lagihhhh…memekkkkkk aku enakkk ..aahhh...shitttt!” erang Santy panjang, orgasme kembali hadir ke tubuhnya. Rasa nikmat kembali menerpa seluruh saraf-saraf dalam tubuhnya. Bagi Santy orgasme kali ini lebih enak dari yang pertama.

Lidah Ara yang masih bersinggah di dalam vagina, tersembur cairan orgasme Santy yang deras. Seluruh cairan orgasme Santy yang keluar, di tampung oleh Ara di dalam mulutnya. Karena saking deras, mau tak mau ia minum. Cairan kewanitaan Santy mampu menghilangkan dahaganya.

“Hh…hh…hh…hh” deru nafas Santy terdengar parau akibat orgasme yang hebat. Tubuhnya sudah awut-awutan, penuh dengan keringat yang menambahkan kesan sensual. Ara senang dengan hasilnya, membuat kekasih tua dari pacarnya sendiri tumbang dengan kenikmantan.

“Huhuhuhu…., tadi jari Ara, sekarang mulut Ara yang di semprot sama tante” rajuk Ara gemas. Mendengar ucapan Ara, Santy membuka matanya. Ia posisikan dirinya setangah berbaring dengan bertumpukan kedua sikutnya, lalu berucap “Habisnya….., kamu brutal banget sih sama memek tante kan jadi ngecrit terusss….” ucap Santy.

“Brutal-brutal….., tapi enaaaa kannnn……” goda Ara. Santy mengganguk.

“Tante sudah capek Ra, habis nyetir jauh, langsung kamu hajar sampe dua kali klimaks….”

“Hihihihi” tawa Ara mendengar penuturan Santy.

“Yeehhh…. Malah ketawa doang lagi” gemas Santy melihat respon dari Ara.

“Hihihi…. skornya 2-0 kosong ya tan”. Mendengar itu Santy tersadar, dan menjadi tak enak hati. Ia sudah di puasi, hingga orgasme sebanyak dua kali, tapi kekasih muda sesama jenisnya belum sama sekali. Ia harus berbalas budi pikirnya.

Santy harus juga memuaskan Ara, “sini Ra, tante pengen jiltain memek mungil kamu”.

“Yesshhh……gitu dong tante ku yang cantik, tante mau gimana ini?” tanya Ara girang.

“Hmmmm....oh kamu di atas aja ya, dudukin muka tante aja ya sayang, tante sudah capek banget…. maklum sudah tua” ucap Santy

“Ihhh… tante belum tua kok….” ucap Ara cemberut.

“Masa sih?".

"Iya tan, buktinya kemarin tante kuat di gangbang sama empat orang".

"Hehe bener juga kamu sayang, yauda sini, tante pengen jilmekin kamu" pinta Santy.

Mendengar permintaan itu, Ara naik ke kasur dan berdiri di atas Santy, ia perlihatkan cetakan vaginanya yang terlihat menggunung di balik legging ketatnya. Santy menjulurkan tangannya ke atas, menyentuh benda kramat bagi Ara itu. “Ahhh….desah Ara saat jari Santy menulusuri gundukan tembam itu. Saraf-saraf nikmat Ara tergilitik, juga. Santy senang mendengar suara merdu Ara. Dengan satu jari, ia telusuri garis belahan memek Ara.

Tak kuat lagi berdiri, perlahan ia jongkok di atas kepala Santy. Memposisikan memeknya tepat di atas mulut Santy. Kini memeknya yang masih tertutup legging hanya berjarak beberapa centi saja. Ia bisa merasakan hembusan nafas Santy tembus ke leggingnya, menggelitik kemaluannya yang sudah basah. Santy majukan bibirnya dan mendaratkan kecupan kecil di sana. Menerima itu, Ara melenguhnya.

Vaginanya semakin gatal, ia butuh sesuatu untuk menggaruknya. Tak tahan lagi, ia turunkan selangkangannya menempelkannya ke wajah Santy. Lalu ia goyangkan pinggulnya maju mundur. Dengan tidak sopannya kepada orang yang lebih tua, Ara menggilas wajah Santy dengan vaginanya. Santy hanya bisa merem di perlakukan seperti itu, sambil berusaha nafas kala hidung tidak tertutup memek Ara.

“Ohhh…..aihhhhh” desah Ara bisa merasakan hidung Santy menggesek belahan kemaluannya.

“Ahhhh….aku nggak kuat lagiiiihhh....” erang Ara, dengan tergesa-gesa ia melepas leggingnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Lalu Ia kambali jongkok di atas kepala Santy. Kini Mulut mulut Santy bertemu langsung dengan mulut kemaluan Ara. Tak mau mengecewakan kekasih mudanya, Santy langsung melumat vagina Ara dengan nafsu, yang langsung di sambut dengan erangan “Ohhh…yessss…tanteeee.....ohhhh.....”. Lidah Santy dengan giatnya membelai-belai belah vagina Ara. Karena Ara, ia sudah lebih hebat dalam memuaskan wanita, walau belum sehebat Ara.

Ara mendesah-desah di saat organ intimnya di belai lembut oleh lidah Santy “Ahh…Ahh...ahh…”. Sesekali ia menggilas muka Santy dengan memek basah yang sudah memerah. Memeperkan cairan vaginanya ke seluruh wajah Santy. Tak tahan dengan perlakuan yang di terima, dari bawah Santy mencengkeram pinggul Ara agar tak goyang-goyang lagi. Dengan begitu ia bisa fokus memberikan oral sex ke Ara. Muka Ara sudah sangat merah, nafsu sudah menjulang tinggi tak terbendung. Cairan kewanitaannya yang mengalir di telan-telan bulat oleh Santy. Bermenit kemudian orgasme menerpa dirinya. “Yessss…..yesss….ahhh….tanteeee….I’m cumminngggg!!!” erang Ara hebat, sambil mengusap-usap klitorisnya sendiri dengan cepat.

“Aahhhh……” teriak Ara sambil terdongak, di saat meraih orgasmenya. Kedua bola matanya keatas, hingga hanya terlihatputihnya saja. Tubuh bergetar-bergegar hebat. *Cret Cret Cret Cret. Muka Santy menjadi sasaran tembak memek Ara. Berkali-kali wajahnya tersembur orgasme Ara yang sangat deras, hingga basah kuyup. Saat rasa orgasme sudah mereda, tubuh Ara ambruk kekanan, jatuh kekasur. Kaki kirinya meniban Santy. “Hh…hh….hh…hh…” nafas Ara berat.

“Gimana sayangku? enak nggak ?” tanya Santy seraya mengelus kaki Ara mesra.

“I-iya…tan…hh…enak….hh…banget…hh…malahan….tante su-sudah jagohhh sekarang ...hh...hhh...hhh...” jawab Ara dengan nafas yang masih tersengal. Ara cukup senang, karena Santy sudah pandai memuaskan seorang perempuan. Ia berhasil, menaklukan sekaligus mengajarkan Santy.

Benar-benar pemandangan hebat dan menggairahkan, seorang wanita dewasa berhasil memuaskan seorang wanita yang jauh lebih muda, bahkan seumur anaknya sendiri. Satu jam lamanya mereka saling memuaskan. Keduanya sudah sangat lelah untuk bergerak. Suasana kamar menjadi hening, hanya terdengar suara hirupan nafas yang terdengar samar-samar.

*Grukkk…. suara perut yang meraung, memecahkan kesunyian di kamar itu.

”Ehhh…hahaha, keasikan ena-ena sampe lupa makan siang kita Ra” ujar Santy sambil tertawa.

“He-eh….. pesen makan yuk tan…dari room service aja ya” ucap lemah Ara.

“Iya, kamu apa?”

“Aku mau nasi goreng aja tan, sekalian jus jeruk tan, biar seger dikit” pinta Ara.

"Ah kayaknya enak, tante pesan itu juga dehhhh" ucap Santy, yang kemudian bergegas menelpon roomservice untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan mereka datang, kedua nya membersihkan diri secara bersama. Ya keduanya mandi bersama, namun tidak ada kejadian berarti kecuali cumbuan pelan di bawah siraman shower. Selesai makan, keduanya beristirahat, menanti waktu malam nanti.



Malam Hari.


“By the way, lokasi dinner-nya dimana Ra?” tanya Santy sambil merapihkan riasan di wajahnya di depan meja rias.

Sejerumus kemudian sesosok perempuan muda keluar dari kamar mandi, yang tak lain adalah Ara.

“Wow…., tante Santy cantik banget nihh….” puji Ara melihat Santy, yang notabene tidak lain adalah teman main seks dari pacarnya sendiri. Santy berpakaian dress hitam panjang sampai di bawah lutut dengan bagian dada yang berbentuk V dan rendah, sehingga belahan dadanya terpampang dengan indah.

“Terima kasih sayang, kamu juga cantik kok” balas Santy memuji. Ia bisa melihat wanita yang seumur anaknya memakai dress bertali bewarna putih. Panjang dress milik Ara juga sama dengannya, selutut.

“Hehehe… makasih juga tante, yuk cuss sekarang aja, sudah siap kan?” tanya Ara. Santy balas dengan anggukan tanda siap untuk segera berangkat. Lantas keduanya keluar dari kamar mereka, menuju tempat dinner yang Ara sudah janjikan.

Apakah aneh melihat dua wanita yang menawan cantik dan seksi melakukan dinner yang intim, yang lazimnya di lakukan pasangan pria dan wanita. Tentu saja aneh dan gila di mata masyarakat pada umumnya, namun tidak aneh untuk di tempat yang mereka tuju nanti.....

Bersambung.....

Pesan Penulis:
  1. Loh kok Part 13 dan Part 14 belum di update? Part 14 (final + epilogue) belum ready, di karenakan masih banyak kekurangan. Dan jujur saja, selain sibuk di RL, penulis mengalami kesulitan menulis part 14, meski endingnya sudah ada.​
  2. Kenapa gak update part 13 dulu? Penulis memutuskan untuk sekaligus merilis berbarengan part 13 dan part 14, karena kontennya mungkin agak...... meresahkan bagi sebagian pembaca.​
  3. Terus kapan update main storynya? Realistisnya habis lebaran, maka dari itu penulis minta maaf apabila terlalu lama.​
  4. Kalau begitu kenapa bikin extra story terus? Penulis mencoba mengexplore bebarapa genre. Sekaligus menghilangkan kebuntuan di part 14.​
  5. Penulis minta maaf apabila extra story nanti (Lesbians in Action & White Menu Club) kurang menarik ya. Jujur penulis nggak tau, apakah kedua part ini dapat memuaskan para pembaca atau tidak. Kalau belum, harap maklum, ane cuma penulis newbie.​
  6. Hehehe.



 
Cerita ini ngegambarin kehidupan para penganut seks bebas kah? Serem juga ya sampe ga merduliin anaknya sendiri cuma karna hasrat seks
 


Genre : Lesbian/Gxg/Ff.
Extra Story: Lesbians in Action

Pov Ke-3

*Kring….Kring….Kring…….

“Ya haloo…..” jawab Santy mengangkat panggilan yang masuk ke smartphonenya.

“Tante Santyyyyy…….” teriak seorang wanita muda yang memekikkan telinga Santy.

“Aduhhh…. Araaa….. sakit nih telinga tante” hardik Santy sambil memegangi telinga yang berdengung kencang.

“Hehehe maaf-maaf tante”.

“Ah kamu mah…. Ada apa sih sayang? Ngapain telpon tante pagi-pagi gini?”.

“Tante Santy, besok nge-date yuk” ajak wanita itu yang merupakan kekasih dari Andre, pria yang sudah memberikan Santy arti sebenarnya kenikmatan duniawi.

“Duh…. mau nge-date kemana sih sayang?” tanya Santy. Ya, sejak melakukan bersenggama dengan Ara, Santy jadi sering mereguk cinta sesama jenis atau ngelesbi. Tak hanya dengan Ara dan Hani adiknya, Jessi keponakannya juga pernah di garap juga olehnya. Merasakan tubuh wanita ternyata sangat menyenangkan pikir Santy. Walau begitu tak sembarang wanita mau dia ajak keranjang. Hanya wanita yang ia sukai, atau ia sayangi.

“Ke puncak tan” singkat Ara.

“Hahhh?! ke Puncak? Mau ngapain kesana?” tanya Santy Heran.

“Ada dehhhhh….., besok pagi aku ke rumah tante ya, terus kita nanti pergi naik mobil tante ya”. Mendengar gelagat Ara yang penuh rahasia, membuat Santy tertarik dengan kejutan yang akan diberikan Ara.

“Iya-iya, tapi jangan yang aneh-aneh ya” wanti-wanti Santy.

“Hhihihi…, aku gak janji tan”.

“Tuh kan…… Oh ya si Andre ikut gak?”

“Ya gak dong tan…., kan aku ngajak tante nge-date, masa pergi bertiga sihhhhh, itu mah namanya buka nge-date dong”.

“Iya ya, bener juga kamu. Memangnya mau kemana sih?”.

“Ra-ha-sia, hihihihi, oh ya bawa baju ganti ya tan, kita nginep aja sekalian disana”.

“Oh ya tan, bawa dress dan sama baju ganti ya, kita nginep besok” Lanjut Ara.

Mendengar permintaan Ara, Santy kaget “Hah?! Untuk apa bawa dress? Terus kok nginep juga sih?”

“Aku punya buat kejutan tante Santy besok”.

“Duh Ra, kejutan apa sih?” terdengar Santy agak tidak suka. Karena sebelum-sebelumnya Ara pernah mengajak ke tempat yang terbilang cukup gila, walau pada akhirnya dirinya bisa enjoy.

“Yah kalau aku tahu sekarang bukan jadi kejutan dong. Plissss tanteeee….. Mau yaaaa” melas Ara berharap Santy mau pergi dengannya.

Santy hanya bisa menghela nafasnya, mau tak mau ia mengikuti kemauan Ara. “Ra-ra, ya sudah besok kabarin tante ya”.

“Nah gitu dong tante cantik, Ok deh tanteku sayang, bye-bye muacch”.

“Muachhhh” balas Santy.

*Clek…..

Santy tak habis pikir dengan kelakuan Ara terhadap dirinya, anak itu sama saja kayak pacarnya, Andre, pikir Santy. Ya meskipun dirinya selalu di ajak ketempat yang sangat nyeleneh, tapi dia pasti selalu mendapatkan kepuasan dan kesenangan yang membahagiakan dirinya. Melepas penat dari memikirkan Henry, anaknya yang dia anggap tidak berguna itu. Jadi dia tidak menolak dengan ajakan Ara, bahkan ada rasa tertarik dengan kemisteriusannya.




Keesokan harinya

Setelah pamit se-ala kadarnya kepada Henry. Santy pergi bersama Ara, menggunakan mobilnya. Karena Ara tidak bisa menyetir, mau tak mau Santy lah yang di belakang setir kemudi. Kala itu Santy menggunakan kaos dan rok sependek lutut. Sedangkan Ara memakai sweater dan legging hitam yang sangat ketat. Selama perjalanan Ara tidak tinggal diam, ia menjahili Santy. Lebih tepatnya merangsang wanita yang lebih tua itu. Dia menyingkap rok pendek Santy. Tak ayal paha mulus Santy menjadi sasaran tangan jahil Ara. Dengan lembut ia rasai kelembutan dan kekenyalan paha Santy. Pemilik paha seksi tersebut hanya bisa membiarkan ulah wanita muda yang berada di kursi penumpang. Karena dia tahu betapa gigihnya si Ara, jadi bakal percuma untuk menegurnya. Rabaan Ara semakin lama, semakin masuk menjauh mendekati lembah cinta Santy yang terutup celana dalam. Ia usap lembah gemuk Santy.

“Nghh…Kita mau kemana sih Ra?” tanya Santy sambil terus berusaha berkonsentrasi menyetiri mobilnya, ditengah-tengah serangan Ara. Rangsangan demi rangsangan di alurkan Ara ke tubuh Santy. Sejatinya tubuhnya bereaksi, menjadi panas, alias terangsang.

“Ada dehhhhh……, tante cantik yang kusayang ikutin aja, nanti tante tahu sendiri kok, terus jangan ngomel-ngomel mulu, nanti jadi jelek loh”.

“Dih dasar buaya gombal! Nghhh…...awas aja nanti kalau kamu bikin tante kecewa” ancam Santy.

“Ara janji deh….., nanti tante nggak bakal kecewa. Bahkan Ara yakin kalau nanti tante Santy bakal ketagihan sama kejutan Ara” jawab Ara dengan yakin, sambil terus tanpa henti meraba-raba bagian luar celana dalam Santy. Merasakan elusan di celana dalamnya tidak berhenti juga, Santy melayangkan protes ke kekasih mudanya “Araaaaa……”.

Mendengar protes Santy, bukan berhenti namun malah membuat Ara semakin beringas mengerjai Santy. Ia pandangi dengan Santy nafsu. “Raaa….jangan…..” ucap Santy, saat ia tersadar ketika Ara memandangi dirinya dengan penuh birahi, mata sang wanita muda tampak berapi-api. Ara juga turut menggigit bibir menahan birahi, sedangkan tangannya tetap berada di selangkangan Santy. Ara merubah posisi duduknya hingga menghadap ke arah Santy yang sedang menyetir.

Menggunakan Satu jari, ia belah garis bibir vagina Santy yang tercetak di celana dalam tersebut. Lalu ia garuk-garuk belahan itu. Tubuh Santy tidak melawan, tubuhnya memanas dan semakin bergairah. Celana dalamnya semakin lembab. cairan wanitanya mulai mengalir keluar, membasahi celana dalamnya. Ara pun merasakanya. Keringat Santy pun mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Kedua puting juga mulai bereaksi, mengeras menantang, dibalik cup BH. Seandainya ia tak memakai BH, pastilah pentilnya akan tercetak indah, bagai magnet bagi semua orang.

Namun pikiran rasionalnya masih ada untuk menolak perlakuan Ara terhadap tubuhnya. “Araaaa… plisss tante lagi nyetirrrr…., nanti nabrak lohhhhh…egnhhhh". Omongan Santy di akhiri desahan yang merdu, karena jempol dan telunjuk Ara mengapit bibir tembem vagina Santy. Selama di jepit, bibir temben dan teba milik Santyl itu di mainkan oleh Ara

Santy pun mendesah “Ahhh….Raaaa……stopppp…..”.

Ara tetap tidak menggubris Santy, ia malah menyingkap celana dalam Santy kesamping. Ara bisa merasakan kalau vagina Santy sudah basah. Santy pun merasakan kemaluannya menyentuh udara dingin yang karena a/c mobil. Wanita yang lebih muda itu mengelus permukaan vagina Santy, merasakan bulu-bulu halus yang tercukur rapih dan tidak lebat. Kemudian Ara mengusap-mengusap vagina Santy dengan lemah lembut, menggoda Santy. Bibir vagina dan klitorisnya diusap lembut, memberikan Santy rasa geli sekaligus nikmat. Santy terus mendesis keenakan,

“Ohhhh…Ra……stoppp…tante lagi nyetir….ohhh” protes Santy terhenti saat satu jari Ara terasa menulusuk masuk ke dalam goa basah cintanya, menggesek dinding vaginanya. Reflek relung basahnya memijat jari Ara.

“Becek banget nih memek…..shhhhh” lirih Ara, saat merasakan betapa beceknya liang cinta Santy. Lalu ia maju mundurkan jarinya di dalam lubung cinta Santy. “Ohhhh…..” Santy mendesah akibat tusukan jari Ara. Rasa nikmat semakin mendera seluruh tubuhnya. Untuk sesaat ia lupa diri, akibatnya mobil yang di kendarai sempet bergoyang ke kanan. *Tinnnnnn……... Tak ayal mobil di belakang memberikan klakson panjang. Santy tersadar, langsung mengendalikan mobilnya, agar kembali jalur yang benar.

“ARAAAA…!” marah Santy, yang langsung menepis tangan Ara yang berada di selangkangannya. Santy melotot ke Ara. “Aduh Ra!, kamu ada-ada aja deh, nanti kalau nabrak gimana?" Omel Santy.

Tapi bukannya takut dan minta maaf kepada Santy, Ara hanya cenggesan tanpa dosa. Sekarang ia tatap hasil perbuatannya di jarinya. Cairan kewanitaan Santy melumuri jari tengahnya, terlihat mengkilap dan lengket sekali. Nafas Ara memburu cepat, terangsang melihat hasilnya.

“Hehehehe……, lihat ke aku tan” Santy menoleh ke arah Ara. Ia terbelalak ketika Ara memperlihatkan telunjuknya yang basah, terlihat mengkilap dan lengket. Santy tahu itu adalah cairan kewanitaannya. Ia langsung kembalikan pandangannya ke depan. Tak mau berkomentar, dia hanya bisa menggeleng-geleng heran dengan kelakuan gila Ara.

"Hihihi…., Lengket banget tan……lihat aku dong lagi tan". Santy terus menyetir, ia kembali lirikan matanya ke arah kursi penumpang di sampingnya. Lalu Ara masukan jari tengahnya ke dalam mulutnya. Ia emut jarinya dengan sensual, menggoda Santy. Ia nikmati sambil terpejam, bak memakan makanan yang sangat enak.

"Hmmm….Mnnnn…enak bangettt... sari memek tante" ucap Ara dengan vulgar. Ia terus menjilat jarinya, tak mau membuang sia-sia cairan Santy yang ia berhasil kais.

"Ishhh…. Araaaa…." ujar Santy kesal melihat kelakuan Ara. Walau begitu, melihat Ara beringas mejilati jarinya sendiri, membuat Santy kembali terangsang. Ia ingat mendiang suami tak seheboh itu kala menjilati cairan kewanitaanya. Bahkan terkesan ogah-ogahan. Tapi kini banyak orang-orang yang menagih lendir nikmatnya, termasuk wanita muda yang menjadi pasangan lesbiannya sekarang ini.

"Aku sange banget tan……" ujar Ara dengan nafsu yang melambung tinggi. Ia usap selangkangannya yang tertutup legging ketat. Terlihat belahan bibir vaginanya tercerak dengan jelas. Yang sering disebut sebagai cameltoe, terpampang dengan indahnya.

Santy dapat melihat cetakan gemas itu, lalu bertanya "Lho Ra…..Kamu nggak pake daleman?".

"Nggak dong, hihihihi".

"Aku nggak pake BH juga lohhhh, nih lihat" ucapnya, lalu mengangkat sweaternya sebatas dada. Sekilas Santy bisa melihat kedua puting Ara sudah keras, tegang.

"Gelo ah kamu Ra!".

"Hihihihi….nghhh….ahhhhh….” desah Ara. Ia membelai-belai nikmat jiplakan vaginanya. Seperti yang dia lakukan ke Santy tadi, Ara mengapit belahan memeknya yang tercetak mengelembung. Desahan merdu yang keluar dari mulut Ara mengelitik Santy, menambah rangsangan ke janda anak satu itu, yang sejati sudah terangsang. *Puk Puk Puk, Ara menampar-nampar gemas punuk tembanya.

“Sudah deh Ra…., pleaseee…… jangan mancing-mancing tante deh” sergah Santy.

“Hihihihi, iya-iya deh, tapi nanti kita……..” ucap Ara menggantung. Ia memberikan Santy tatapan yang penuh harapan, tentu saja dengan penuh nafsu juga.

Melirik Ara, Santy hanya bisa menghela nafas “Hahhhhh……. Iya-iya”.

“Yay!” teriak Ara senang.

“Duh Ara, jadi gak sabar ngasih suprisenya buat tante….” ucap Ara. Santy hanya bisa menghela nafas, sambil terus memacu mobilnya, menelusuri jalan yang jauh.



Santy mengendarai mobilnya jauh menanjak ke atas puncak, memasuki jalan-jalan kecil yang menanjak. Hal itu membuat dirinya sedikit kesal, karena pada dasarnya ia sendiri tidak begitu mahir dalam tanjakan. Tapi karena sudah terlanjur jauh dan demi Ara juga, ia hanya diam tanpa banyak protes. Setelah melewati beberapa jalanan terjal nan sempit, kedua akhirnya sudah sampai di sebuah Hotel yang cukup besar dan sangat mewah.

“Jadi kamu mau nginep doang di Hotel?” tanya Santy sambil memandangi hotel yang terlihat mewah yang bergaya victorian era itu.

“Nggak dong tan, nanti malam kita pergi ke makan di tempat suatu tempat gitu dehhh.....” jawab Ara, yang masih enggan memberitahu Santy tentang detail tujuan mereka sebenarnya. Namanya juga kejutan.

“Dinner?”

“Yap” singkat Ara.

“Jadi kamu ajak tante Santy jauh-jauh kesini cuma buat dinner doang?” tanya Santy memastikan.

“Ihhhh….bukan dinner biasa kok. Sudah deh, Tante percaya saja sama Ara”.

“Hmmm… ok deh” balas Santy menyerah untuk bertanya lebih jauh.

Santy memberikan mobilnya kepada valet. Lalu Keduanya melangkah masuk ke dalam Hotel itu, sambil membawa barang bawaan mereka ke dalam, yang kemudian langsung di bantu oleh seorang bellboy.



Sambil menunggu Ara yang sedang lapor ke resepsionis, Santy yang terduduk di kursi lobby hotel memperhatikan keadaan sekitar. Lambat melaun, Ia tersedar bahwa para pengunjung hotel kebanyakan wanita. ‘Aneh…isinya perempuan semua, kecuali staff hotelnya yang campur. Apa hotel ini khusus wanita saja ya….’ pikir Santy dalam batinnya. Ia juga teringat kalau cameltoe Ara benar-benar terlihat jelas di balik legginggnya itu, dan Ara tidak malu dengan hal itu. Dugaan Santy hotel ini adalah bagian dari FSL Club. Dengan begini Santy yakin surprise dari Ara nanti tidak jauh-jauh dari seks.

Setelah konfirmasi dengan resepsionis, Ara langsung mengajak Santy untuk menuju kamar menginap mereka. Tak lupa bellboy ikut turut serta mengantarkan mereka, sekaligus membawakan barang-barang bawaan mereka. Keduanya langsung menuju lift untuk naik keatas. Didalam lift, Ara selipkan tangannya ke bawah dress Santy, dan meremas bongkahan pantat yang indah tersimpan disana. Ara bisa merasakan buttplug yang tersangkut di anus Santy. Santy pun terkaget, langsung menepis tangan Ara. Ia pelototi wanita muda itu, yang hanya kemudian hanya di balas dengan cekikan.

Sampai di lantai tujuan mereka, keduanya bergegas menuju kamar yang sudah pesan dan dibayarkan. Bellboy pun membuka pintu kamar hotel tersebut, meletakan barang kemudian meninggalkan mereka berdua setelah di beri tip oleh kedua wanita itu. “Hmmmm….lega juga yah kamarnya, mewah juga” ujar Santy. Lalu ia melangkah semakin dalam, dan tersadar akan sesuatu “Lho Ra.., kasurnya gede banget… kamu mesennya ukuran king size ya Ra?”.

“Hihihi iya dong…., masa kita nggak ‘main’ sih” ucap Ara menekankan kata ‘main’, sambil mengerling nakal. Santy yang melihat pun mengerti dengan maksud Ara. Dari awal dia sudah tahu permainan birahi yang panas dan penuh nikmat pasti akan terjadi, jadi tak heran lagi. Lagipula dia sendiri juga mengharapkan, tidak mungkin percintaan panas akan dia lewatkan begitu saja.

“Huh….., nggak kamu…., nggak Andre…., sama aja…. Mau tubuh tante doang” omel Santy, meskipun begitu dia senang kok.

“Ihhh... jangan ngambek….. Tapi tante juga seneng kan?” sindir Ara. Santy hanya tersenyum. Penampilan Santy dengan rok pendeknha terlihat menggiurkan bagi Ara, membangkitkan nafsunya. Merasakan birahinya terbakar, tubuhnya menjadi semakin panas. Tak ayal di melepaskan sweaternya, memamerkan puting kirinya yang di tindik. Besi kecil yang tersemat di putingnya menambakan kesan yang sangat seksi.

Ara pun mendekati Santy yang berdiri di samping ranjang besar itu. Lalu ia peluk wanita itu dari belakang. Ia remas kedua payudara Santy dari belakang, tak lupa Ia juga mengendusi tengkuk Santy hingga mengelinjang kegelian. Lalu dengan pelan ia membisikan “Tadi tante tadi sudah janji kan…..”. Santy merinding mendengarnya.

“Duh Ra….., masih siang gini loh…..” ucap Santy pura-pura tidak mau, jual maha kepada Ara, padahal ia juga ingin dipuaskan. Di rangsang di mobil tadi, membuat dirinya ingin di sentuh secara seksual. Ara putar tubuh Santy hingga menghadap dirinya. Ia pandangi Santy bak mangsa yang akan segera di terkam olehnya, ditelan bulat-bulat oleh dirinya. Santy tahu kalau Ara akan segera menerkam dirinya.

“Iyahhhh…mauuuu….yaa….aku sudah gak tahan tannnn…..pengen tanteeee…..” lirih Ara. Terlihat nafas wanita muda itu memburu cepat, tanda birahinya sudah tinggi. Tatapan sudah sangat sayu, kulitnya sudah memerah menahan birahi.

Mengingat dirinya jaga masih ada birahi yang belum tuntas akibat perlakuan Ara selama perjalanan tadi, mau tak mau dirinya merespon juga. “Ayolah……, sini sayang, lagipula….. kamu harus nuntasin apa yang kamu sudah mulai tadi” pinta Santy. Lalu dengan seduktifnya, ia gigit bahwa bibirnya, menggoda wanita muda itu.

Aksi panas mereka di awali saling mengerayai tubuh lawan. Ara menyingkap bagian belakang dress Santy, memperlihatkan bokong yang montok nan seksi. Kini tangan Ara hinggap di kedua pipi pantat Santy, lantas ia remas-remas lembut keduannya. Santy senang mendapat sentuhan hangat di area belakangnya. Maka ia balas juga ke Ara, ia selipkan tangannya kebelakang lalu turun masuk melewati legging Ara, dan meremas pantat mungil namun sekal. Saling meremasi aset-aset lawan main, membuat gairah mereka tambah naik melambung tinggi.

Selama itu pandangan mereka tak pernah lepas. Hembusan napas saling menabrak wajah mereka. Kecupan-kecupan kecil di bibir pun terjadi. Kini tak hanya bibir yang beraksi panas, mereka tetap juga saling mengerayangi tubuh satu sama lain. Dulu Santy lebih pasif ketika bermain sama wanita, namun kini dia tak lagi malu, mampu mengimbangi lawan mainnya yang berkelamin sama. Bahkan terkadang ia juga bisa yang memegang kendali permainan, walaupun terkadang masih kalah sama Ara. Selama berpagutan, memori Santy menilik kembali kegilaan permainan cinta sesama jenis ini. Ia jelas ingat pertama kali berhubungan sesama wanita di rumah Andre, kala itu dia merauk kenikmatan birahi sesama jenis bersama Ara, lawan mainnya sekarang. Tak lupa ia juga telah berkali-kali meraih kepuasan bersama Hani adiknya, berserta Jessi, keponakannya sendiri.

Kembali ke masa sekarang, dengan agresifnya, lidah Santy menerobos masuk kedalam mulut Ara. Ia berusaha untuk mendominasi permainan. Lidahnya mengesplorasi mulut Ara. Ara pun hanya bisa mengeluarkan suara gumaman selama isi mulut di jelajahi oleh Santy. Namun tak ingin kalah, lidah Ara menghampiri lidah Santy, mengajak saling berkelit indah. Keduanya kini terlibat dalam percumbuan yang hebat. Tak ayal suara kecupan dan hisapan yang basah memenuhi kamar hotel itu. Siapapun yang mendengarnya pasti akan terpengaruh, ikutan bergairah. Cukup lama mereka berpagutan, hingga akhirnya melepaskan pagutan karena kehabisan oksigen. Benang saliva pun tercipta saat mulut mereka menjauh.

“Hh….hh….hh…hh” keduanya saling menatap penuh birahi dengan nafas yang tersengal-sengal. Tatapan keduanya penuh saling menginginkan.

Ara meremas kedua payudara Santy yang berada di balik dress. Kepunyaan Santy lebih besar dari miliknya Arai. “Ahhhh…..Ara games banget sama toket tante….” greget Ara sambil memainkan payudara Santy yang masih kencang itu meski sudah tidak muda lagi. Ara merema-remas lemubut bongkahan kenyal itu, terkadang terlalu keras hingga Santy mengaduh kesakitan “Aduhhh…Pelan dong sayang”.

“Aku emeshhhh.... banget tau sama toket tante” ucap Ara bak seperti Anak kecil. Santy pun jadi gregetan melihat Ara.

“Hihihihi…….., kan kamu juga punya, mainin punya kamu sendiri dong.”.

“Punyaku nggak sebesar punya tante” ujar Ara dengan cemberut seperti anak kecil, sambil membusungkan dadanya, menunjukan kepada Santy kalau dadanya kecil. Tubuh mungil Ara yang berada dalam rangkulan Santy, terlihat seperti orang anak yang sedang memeluk ibunya. Disini terlihat Santy tampak seperti orang ibu yang sedang menenangkan rengekan anaknya.

“Besar kecil gak masalah sayang…., semua orang juga suka kok, termasuk tante…ahhhhhh…gellliii…” tiba-tiba Santy merasa tergilitik. Ternyata tangan sudah Ara menyelinap masuk dari bawahan rok Santy dan mengusap-usap lembut perut yang lumayan berbentuk milik Santy. Terbentuk karena gowesan dan ‘olahraga’ ranjang bersama Andre. Santy dibuat kegelian oleh Ara. Kemudian tangan Ara turun perlahan merambat turun sampai ke permukaan celana dalam Santy yang sudah lembab.

“Aahhh….Nakal kamu Ra….” ucap Santy dengan tatapan yang sayu, yang kemudian di sambut dengan cekikian centil Ara. Lalu Ara selipkan tangannya dari bagain atas celana dalam Santy. Ia bisa merasakan bulu kemaluan Santy yang rapi dan tidak lebat itu. Tangannya semakin jauh masuk kedalam, merasakan permukaan vagina yang sudah basah, terasa juga klitoris yang sudah menonjol. Iseng, Ara jepit biji kenikmatan itu, Santy pun terpekik merdu “Ahh…”.

Ara menyerang Santy secara tiba-tiba dengan mencolokan jari tengahnya dalam-dalam ke memek Santy. Tetap sambil memeluk punggung Santy dengan satu tangan, Ara mengerjai lubang cinta Santy. Santy pun mendesah keenakan akibat jari Ara. Mempermainkan jari tengahnya di lembah cinta Santy, ia bisa merasakan betapa basah dan hangatnya tempat jarinya bersemayam. Tangan satunya tetap meremas bokong Santy, sesekali mengelus mesra punggung Santy yang sudah berkeringat hebat.

Santy awalnya berniat mengusai permainan birahi ini, namun malah Ara yang memegang kendali. Ara sejatinya adalah seorang biseksual, sampai-sampai ia sudah ahli dalam mempermainkan hati dan tubuh perempuan.. Sifatnya yang centil namun bersahabat, membuat dirinya di gemari banyak orang. Oleh karena itu teman-temanya laki maupun yang perempuan dan juga guru disekolahnya, sudah ia banyak cicipi. Banyak dari mereka yang justru menagih untuk berlesbian dengan Ara. Dengan begitu juga Andre yang mendapatkan rezeki nomplok, ia juga dapat merasakan tubuh-tubuh wanita yang sudah ditaklukan ole Ara.

Santy pun merasa dari semua wanita yang pernah bermain panas bersama dirinya, dengan Ara lah yang paling nikmat dan hebat. Seperti yang ia rasakan saat ini. Ia pejamkan matanya, berkonsentrasi menikmati kobelan jari Ara yang ahli di lubang vaginanya. *Clek Clek Clek. Bunyi kecipak basah terdengar memenuhi kamar hotel itu.

Semakin lama rasa nikmat yang mendera tubuhnya, membuat Santy tidak mampu berdiri dengan sempurna. Karena tinggi mereka tidak terlalu jauh, Santy menyenderkan kepalanya di pundak Ara. Ia rangkulkan kedua tanganya di leher Ara. Mau tak mau Ara harus menopang tubuh Santy. Tapi itu tidak menggurungkan Ara untuk menghentikan perbuatannya untuk mengantarkan Santy untuk ke kepuncak nikmat di siang bolong itu. Bahkan ia tambahkan jari lagi yang menerobos masuk ke lubang vagina Santy.

“Ahhhh…aduhhh…Araaaaa…ahhhhh….” erang sang janda saat lubang vaginanya di permainkan Ara dengan nikmat. Cairan cintanya meler ke pangkal pahanya, hingga terciprat ke lantai di mana mereka berdiri.

“Raaa….Raaa….Raaa…Ahhhhh…dikit…lagi…dikit…lagiii….ahhhhh…..” racau Santy yang segera orgasme, karena terus di terpa badai yang nikmat. Ara langsung mempercepat kocokannya di kemaluan Santy yang sudah memerah basah.

“Raaa….aahhh….tanteeee….keluarrrr…ohhhhh...” teriak Santy, mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya bergetar dalam pelukan Ara. Cairan orgasme menyembur, membasahi kedua jari Ara yang masih berada di dalamnya, hingga muncrat membasahi lantai.

“Ahhhh……”. Deru orgasme yang mulai pudar, Santy menjauhkan diri hingga jari-jari Ara tercabut dari dalam tubuhnya, lalu membaringkan diri di kasur empuk hotel. “Hh…hh…hh…” nafasnya masih tersengal-sengal. Ara sodorkan jari tengah ke mulut Santy. Tahu yang di minta Ara, Santy mengemut jari yang basah karena cairan orgasmenya sendiri, merasai sari vaginanya sendiri.

“Enak nggak tan?” tanya Ara.

“Mmmm….”. Santypun hanya bisa bergumam, karena ia masih sibuk mengulum jari Ara dengan lembut. Merasa suduh cukup, Ara menarik jari tengahnya dari mulut Santy. Dan sekarang ia lahap sendiri jari telunjuknya. Dengan begini keduanya telah merasakan cairan orgasme Santy.

Ara naik ke kasur, lalu membuka kaos Santy. Terlihat Bh putih Santy yang menutup payudaranya. Sang pemilik benda kenyal itu masih terpejam lelah. Ara congkel keluar kedua payudara Santy dari cup bh. Tersembulah dua gunung idaman para manusia. Ara melihat kedua puting Santy agak tegak keras menantang untuk di hisap olehnya. “Ouhhhh….” desah Santy merasakan lidah Ara sekilas menoel puting sebelah kanannya.

“Kapan mau di tindik kayak aku tan?” tanya Ara sambil memelintir puting Santy yang semakin kembali mengeras sempurna. “Nggak tau Ra…aahhhh” ucap Santy. Ia sempat terpikir untuk menindik salah satu putingnya, seperti Ara dan Hani. Tapi masih belum berani karena takut akan karena rasa sakitnya.

“Raaa….tante capekkkk...” melas Santy merasakan putingnya berada didalam mulut Ara. Terasa putingnya di hisapi kuat-kuat oleh pasangan lesbinya. Aerolanya juga tak luput masuk kedalam mulut Ara, dihisapi dan dijilat juga. Mau tak mau birahi Santy bangkit lagi, siap untuk ronde kedua.

Ara singkap bagian bawah dress Santy sampai perut, memperlihatkan isinya yang menggairahkan hasratnya. Ia berlutut di depan Santy yang masih terbaring, dengan kaki terjuntai menyentuh lantai. Ia elus kedua paha mulus Santy. Lantas ia bentangkan kaki Santy melebar. “Enghhh….” Santy melenguh pelan, merasakan rabaan di pahanya. Ara hanya diam seribu bahasa, terus merasakan kelembutan paha Santy. Telapak tanganya lambat laun semakin turun ke pangkal pahal. Ia bisa melihat bekas perbuatannya tadi, celana dalam Santy yang sudah basah. Lalu ia endus-endus baunya, menghirup dalam-dalam, sampai-sampai merangsang otaknya.

Santy kembali melenguh, merasakan hembusan nafas Ara yang panas menerpa vaginanya. Birahinya kembali naik perlahan. Tanpa membuka celana dalam Santy, Ara hanya menyampingkannya. Ia tatap dengan nanar lubang cinta Santy sudah merekah merah. Sang gadis akan menyantap makanan yang basah dan empuk itu. Ia julurkan lidah mungilnya, perlahan ia jilati garis vagina itu. Lidahnya mengecapi rasa asin yang menagih. “Ahhh…..” erang Santy, merasakan sebuah benda lunak dan basah hinggap di pusakanya.

“Raaaa…memekkkk…. tanteeee…. kamu apaainnnn…..owuhhhh” gusar Santy, merasakan lidah panas Ara yang bergilya di bibir vaginanya. Tak buang waktu lagi ia lumat vagina temben Santy. Tangannya tidak tinggal diam, tangan kirinya ia gunakan untuk meremas dada Santy yang terpampang bebas. Sedangkan tangan kanannya masuk ke dalam leggingnya sendiri, mengusap-usap kemaluannya sendiri, merangsang dirinya sendiri. Ia bisa merasakan betapa basah dirinya, hanya karena mengerjai Santy. Habis ini harus giliran dirinya yang harus dipuaskan pikirnya.

Puas menjilat bagian luar vagina Santy, lidah Ara kini liar menerobos masuk ke liang panas Santy. Sesekali bibir atas hidungnya bersingungan dengan klitors yang sudah menonjol keras. Keahlian Ara dalam memuaskan wanita tidak perlu ditanyakan lagi. Karena sesama wanita, dia tahu titik bagian tubuh mana yang harus di mainkan olehnya. Dan kini lubang cinta Santy menjadi bulan-bulanan mulut dan lidah Ara.

*Slurp….Slurp…Slick…Slurps….Slick….si wanita muda kombinasikan antara hisapan, jilatan dan tusukan. Membuat Santy semakin tenggelam dalam kenikmatan. Ara menarik tangannya berada di dalam leggingnya, lalu ia gunakan tangan itu memainkan buttplug yang menancap sempurna. Ia putar sextoy itu, sesekali mencabutnya dan menancapkannya kembali. Santy di buat menggeram sakit dan keenakan oleh ulah Ara di lubang pantantnya. Ara masih heran kapan pacarnya akan memerawani lubang anal Santy, padahal ukurang buttplug sudah cukup besar.

“Ahhhh….lidahhhh….kamuuu….enakk…..aahhhh….enakkkk……” racau Santy. Tangannya menggapai kepala Ara, menariknya semakin dalam ke selangkangannya. Ara mengerti kemauan Santy, maka ia tingkatkan intesitas tusukan lidahnya. Tak lupa remasan tanganya di dada Santy. Ia hentikan permainan buttplugnya, dan gunakan jarinya menusuk lubang senggama Santy.

Dalam waktu singkat, tubuh Santy menegang kaku. “Aduhhh….lagiiii…dapett.., lagihhhh…memekkkkkk aku enakkk ..aahhh...shitttt!” erang Santy panjang, orgasme kembali hadir ke tubuhnya. Rasa nikmat kembali menerpa seluruh saraf-saraf dalam tubuhnya. Bagi Santy orgasme kali ini lebih enak dari yang pertama.

Lidah Ara yang masih bersinggah di dalam vagina, tersembur cairan orgasme Santy yang deras. Seluruh cairan orgasme Santy yang keluar, di tampung oleh Ara di dalam mulutnya. Karena saking deras, mau tak mau ia minum. Cairan kewanitaan Santy mampu menghilangkan dahaganya.

“Hh…hh…hh…hh” deru nafas Santy terdengar parau akibat orgasme yang hebat. Tubuhnya sudah awut-awutan, penuh dengan keringat yang menambahkan kesan sensual. Ara senang dengan hasilnya, membuat kekasih tua dari pacarnya sendiri tumbang dengan kenikmantan.

“Huhuhuhu…., tadi jari Ara, sekarang mulut Ara yang di semprot sama tante” rajuk Ara gemas. Mendengar ucapan Ara, Santy membuka matanya. Ia posisikan dirinya setangah berbaring dengan bertumpukan kedua sikutnya, lalu berucap “Habisnya….., kamu brutal banget sih sama memek tante kan jadi ngecrit terusss….” ucap Santy.

“Brutal-brutal….., tapi enaaaa kannnn……” goda Ara. Santy mengganguk.

“Tante sudah capek Ra, habis nyetir jauh, langsung kamu hajar sampe dua kali klimaks….”

“Hihihihi” tawa Ara mendengar penuturan Santy.

“Yeehhh…. Malah ketawa doang lagi” gemas Santy melihat respon dari Ara.

“Hihihi…. skornya 2-0 kosong ya tan”. Mendengar itu Santy tersadar, dan menjadi tak enak hati. Ia sudah di puasi, hingga orgasme sebanyak dua kali, tapi kekasih muda sesama jenisnya belum sama sekali. Ia harus berbalas budi pikirnya.

Santy harus juga memuaskan Ara, “sini Ra, tante pengen jiltain memek mungil kamu”.

“Yesshhh……gitu dong tante ku yang cantik, tante mau gimana ini?” tanya Ara girang.

“Hmmmm....oh kamu di atas aja ya, dudukin muka tante aja ya sayang, tante sudah capek banget…. maklum sudah tua” ucap Santy

“Ihhh… tante belum tua kok….” ucap Ara cemberut.

“Masa sih?".

"Iya tan, buktinya kemarin tante kuat di gangbang sama empat orang".

"Hehe bener juga kamu sayang, yauda sini, tante pengen jilmekin kamu" pinta Santy.

Mendengar permintaan itu, Ara naik ke kasur dan berdiri di atas Santy, ia perlihatkan cetakan vaginanya yang terlihat menggunung di balik legging ketatnya. Santy menjulurkan tangannya ke atas, menyentuh benda kramat bagi Ara itu. “Ahhh….desah Ara saat jari Santy menulusuri gundukan tembam itu. Saraf-saraf nikmat Ara tergilitik, juga. Santy senang mendengar suara merdu Ara. Dengan satu jari, ia telusuri garis belahan memek Ara.

Tak kuat lagi berdiri, perlahan ia jongkok di atas kepala Santy. Memposisikan memeknya tepat di atas mulut Santy. Kini memeknya yang masih tertutup legging hanya berjarak beberapa centi saja. Ia bisa merasakan hembusan nafas Santy tembus ke leggingnya, menggelitik kemaluannya yang sudah basah. Santy majukan bibirnya dan mendaratkan kecupan kecil di sana. Menerima itu, Ara melenguhnya.

Vaginanya semakin gatal, ia butuh sesuatu untuk menggaruknya. Tak tahan lagi, ia turunkan selangkangannya menempelkannya ke wajah Santy. Lalu ia goyangkan pinggulnya maju mundur. Dengan tidak sopannya kepada orang yang lebih tua, Ara menggilas wajah Santy dengan vaginanya. Santy hanya bisa merem di perlakukan seperti itu, sambil berusaha nafas kala hidung tidak tertutup memek Ara.

“Ohhh…..aihhhhh” desah Ara bisa merasakan hidung Santy menggesek belahan kemaluannya.

“Ahhhh….aku nggak kuat lagiiiihhh....” erang Ara, dengan tergesa-gesa ia melepas leggingnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Lalu Ia kambali jongkok di atas kepala Santy. Kini Mulut mulut Santy bertemu langsung dengan mulut kemaluan Ara. Tak mau mengecewakan kekasih mudanya, Santy langsung melumat vagina Ara dengan nafsu, yang langsung di sambut dengan erangan “Ohhh…yessss…tanteeee.....ohhhh.....”. Lidah Santy dengan giatnya membelai-belai belah vagina Ara. Karena Ara, ia sudah lebih hebat dalam memuaskan wanita, walau belum sehebat Ara.

Ara mendesah-desah di saat organ intimnya di belai lembut oleh lidah Santy “Ahh…Ahh...ahh…”. Sesekali ia menggilas muka Santy dengan memek basah yang sudah memerah. Memeperkan cairan vaginanya ke seluruh wajah Santy. Tak tahan dengan perlakuan yang di terima, dari bawah Santy mencengkeram pinggul Ara agar tak goyang-goyang lagi. Dengan begitu ia bisa fokus memberikan oral sex ke Ara. Muka Ara sudah sangat merah, nafsu sudah menjulang tinggi tak terbendung. Cairan kewanitaannya yang mengalir di telan-telan bulat oleh Santy. Bermenit kemudian orgasme menerpa dirinya. “Yessss…..yesss….ahhh….tanteeee….I’m cumminngggg!!!” erang Ara hebat, sambil mengusap-usap klitorisnya sendiri dengan cepat.

“Aahhhh……” teriak Ara sambil terdongak, di saat meraih orgasmenya. Kedua bola matanya keatas, hingga hanya terlihatputihnya saja. Tubuh bergetar-bergegar hebat. *Cret Cret Cret Cret. Muka Santy menjadi sasaran tembak memek Ara. Berkali-kali wajahnya tersembur orgasme Ara yang sangat deras, hingga basah kuyup. Saat rasa orgasme sudah mereda, tubuh Ara ambruk kekanan, jatuh kekasur. Kaki kirinya meniban Santy. “Hh…hh….hh…hh…” nafas Ara berat.

“Gimana sayangku? enak nggak ?” tanya Santy seraya mengelus kaki Ara mesra.

“I-iya…tan…hh…enak….hh…banget…hh…malahan….tante su-sudah jagohhh sekarang ...hh...hhh...hhh...” jawab Ara dengan nafas yang masih tersengal. Ara cukup senang, karena Santy sudah pandai memuaskan seorang perempuan. Ia berhasil, menaklukan sekaligus mengajarkan Santy.

Benar-benar pemandangan hebat dan menggairahkan, seorang wanita dewasa berhasil memuaskan seorang wanita yang jauh lebih muda, bahkan seumur anaknya sendiri. Satu jam lamanya mereka saling memuaskan. Keduanya sudah sangat lelah untuk bergerak. Suasana kamar menjadi hening, hanya terdengar suara hirupan nafas yang terdengar samar-samar.

*Grukkk…. suara perut yang meraung, memecahkan kesunyian di kamar itu.

”Ehhh…hahaha, keasikan ena-ena sampe lupa makan siang kita Ra” ujar Santy sambil tertawa.

“He-eh….. pesen makan yuk tan…dari room service aja ya” ucap lemah Ara.

“Iya, kamu apa?”

“Aku mau nasi goreng aja tan, sekalian jus jeruk tan, biar seger dikit” pinta Ara.

"Ah kayaknya enak, tante pesan itu juga dehhhh" ucap Santy, yang kemudian bergegas menelpon roomservice untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan mereka datang, kedua nya membersihkan diri secara bersama. Ya keduanya mandi bersama, namun tidak ada kejadian berarti kecuali cumbuan pelan di bawah siraman shower. Selesai makan, keduanya beristirahat, menanti waktu malam nanti.



Malam Hari.

“By the way, lokasi dinner-nya dimana Ra?” tanya Santy sambil merapihkan riasan di wajahnya di depan meja rias.

Sejerumus kemudian sesosok perempuan muda keluar dari kamar mandi, yang tak lain adalah Ara.

“Wow…., tante Santy cantik banget nihh….” puji Ara melihat Santy, yang notabene tidak lain adalah teman main seks dari pacarnya sendiri. Santy berpakaian dress hitam panjang sampai di bawah lutut dengan bagian dada yang berbentuk V dan rendah, sehingga belahan dadanya terpampang dengan indah.

“Terima kasih sayang, kamu juga cantik kok” balas Santy memuji. Ia bisa melihat wanita yang seumur anaknya memakai dress bertali bewarna putih. Panjang dress milik Ara juga sama dengannya, selutut.

“Hehehe… makasih juga tante, yuk cuss sekarang aja, sudah siap kan?” tanya Ara. Santy balas dengan anggukan tanda siap untuk segera berangkat. Lantas keduanya keluar dari kamar mereka, menuju tempat dinner yang Ara sudah janjikan.

Apakah aneh melihat dua wanita yang menawan cantik dan seksi melakukan dinner yang intim, yang lazimnya di lakukan pasangan pria dan wanita. Tentu saja aneh dan gila di mata masyarakat pada umumnya, namun tidak aneh untuk di tempat yang mereka tuju nanti.....

Bersambung.....

Pesan Penulis:
  1. Loh kok Part 13 dan Part 14 belum di update? Part 14 (final + epilogue) belum ready, di karenakan masih banyak kekurangan. Dan jujur saja, selain sibuk di RL, penulis mengalami kesulitan menulis part 14, meski endingnya sudah ada.​
  2. Kenapa gak update part 13 dulu? Penulis memutuskan untuk sekaligus merilis berbarengan part 13 dan part 14, karena kontennya mungkin agak...... meresahkan bagi sebagian pembaca.​
  3. Terus kapan update main storynya? Realistisnya habis lebaran, maka dari itu penulis minta maaf apabila terlalu lama.​
  4. Kalau begitu kenapa bikin extra story terus? Penulis mencoba mengexplore bebarapa genre. Sekaligus menghilangkan kebuntuan di part 14.​
  5. Penulis minta maaf apabila extra story nanti (Lesbians in Action & White Menu Club) kurang menarik ya. Jujur penulis nggak tau, apakah kedua part ini dapat memuaskan para pembaca atau tidak. Kalau belum, harap maklum, ane cuma penulis newbie.​
  6. Hehehe.



Keren suhu
 


Genre : Lesbian/Gxg/Ff.
Extra Story: Lesbians in Action

Pov Ke-3

*Kring….Kring….Kring…….

“Ya haloo…..” jawab Santy mengangkat panggilan yang masuk ke smartphonenya.

“Tante Santyyyyy…….” teriak seorang wanita muda yang memekikkan telinga Santy.

“Aduhhh…. Araaa….. sakit nih telinga tante” hardik Santy sambil memegangi telinga yang berdengung kencang.

“Hehehe maaf-maaf tante”.

“Ah kamu mah…. Ada apa sih sayang? Ngapain telpon tante pagi-pagi gini?”.

“Tante Santy, besok nge-date yuk” ajak wanita itu yang merupakan kekasih dari Andre, pria yang sudah memberikan Santy arti sebenarnya kenikmatan duniawi.

“Duh…. mau nge-date kemana sih sayang?” tanya Santy. Ya, sejak melakukan bersenggama dengan Ara, Santy jadi sering mereguk cinta sesama jenis atau ngelesbi. Tak hanya dengan Ara dan Hani adiknya, Jessi keponakannya juga pernah di garap juga olehnya. Merasakan tubuh wanita ternyata sangat menyenangkan pikir Santy. Walau begitu tak sembarang wanita mau dia ajak keranjang. Hanya wanita yang ia sukai, atau ia sayangi.

“Ke puncak tan” singkat Ara.

“Hahhh?! ke Puncak? Mau ngapain kesana?” tanya Santy Heran.

“Ada dehhhhh….., besok pagi aku ke rumah tante ya, terus kita nanti pergi naik mobil tante ya”. Mendengar gelagat Ara yang penuh rahasia, membuat Santy tertarik dengan kejutan yang akan diberikan Ara.

“Iya-iya, tapi jangan yang aneh-aneh ya” wanti-wanti Santy.

“Hhihihi…, aku gak janji tan”.

“Tuh kan…… Oh ya si Andre ikut gak?”

“Ya gak dong tan…., kan aku ngajak tante nge-date, masa pergi bertiga sihhhhh, itu mah namanya buka nge-date dong”.

“Iya ya, bener juga kamu. Memangnya mau kemana sih?”.

“Ra-ha-sia, hihihihi, oh ya bawa baju ganti ya tan, kita nginep aja sekalian disana”.

“Oh ya tan, bawa dress dan sama baju ganti ya, kita nginep besok” Lanjut Ara.

Mendengar permintaan Ara, Santy kaget “Hah?! Untuk apa bawa dress? Terus kok nginep juga sih?”

“Aku punya buat kejutan tante Santy besok”.

“Duh Ra, kejutan apa sih?” terdengar Santy agak tidak suka. Karena sebelum-sebelumnya Ara pernah mengajak ke tempat yang terbilang cukup gila, walau pada akhirnya dirinya bisa enjoy.

“Yah kalau aku tahu sekarang bukan jadi kejutan dong. Plissss tanteeee….. Mau yaaaa” melas Ara berharap Santy mau pergi dengannya.

Santy hanya bisa menghela nafasnya, mau tak mau ia mengikuti kemauan Ara. “Ra-ra, ya sudah besok kabarin tante ya”.

“Nah gitu dong tante cantik, Ok deh tanteku sayang, bye-bye muacch”.

“Muachhhh” balas Santy.

*Clek…..

Santy tak habis pikir dengan kelakuan Ara terhadap dirinya, anak itu sama saja kayak pacarnya, Andre, pikir Santy. Ya meskipun dirinya selalu di ajak ketempat yang sangat nyeleneh, tapi dia pasti selalu mendapatkan kepuasan dan kesenangan yang membahagiakan dirinya. Melepas penat dari memikirkan Henry, anaknya yang dia anggap tidak berguna itu. Jadi dia tidak menolak dengan ajakan Ara, bahkan ada rasa tertarik dengan kemisteriusannya.




Keesokan harinya

Setelah pamit se-ala kadarnya kepada Henry. Santy pergi bersama Ara, menggunakan mobilnya. Karena Ara tidak bisa menyetir, mau tak mau Santy lah yang di belakang setir kemudi. Kala itu Santy menggunakan kaos dan rok sependek lutut. Sedangkan Ara memakai sweater dan legging hitam yang sangat ketat. Selama perjalanan Ara tidak tinggal diam, ia menjahili Santy. Lebih tepatnya merangsang wanita yang lebih tua itu. Dia menyingkap rok pendek Santy. Tak ayal paha mulus Santy menjadi sasaran tangan jahil Ara. Dengan lembut ia rasai kelembutan dan kekenyalan paha Santy. Pemilik paha seksi tersebut hanya bisa membiarkan ulah wanita muda yang berada di kursi penumpang. Karena dia tahu betapa gigihnya si Ara, jadi bakal percuma untuk menegurnya. Rabaan Ara semakin lama, semakin masuk menjauh mendekati lembah cinta Santy yang terutup celana dalam. Ia usap lembah gemuk Santy.

“Nghh…Kita mau kemana sih Ra?” tanya Santy sambil terus berusaha berkonsentrasi menyetiri mobilnya, ditengah-tengah serangan Ara. Rangsangan demi rangsangan di alurkan Ara ke tubuh Santy. Sejatinya tubuhnya bereaksi, menjadi panas, alias terangsang.

“Ada dehhhhh……, tante cantik yang kusayang ikutin aja, nanti tante tahu sendiri kok, terus jangan ngomel-ngomel mulu, nanti jadi jelek loh”.

“Dih dasar buaya gombal! Nghhh…...awas aja nanti kalau kamu bikin tante kecewa” ancam Santy.

“Ara janji deh….., nanti tante nggak bakal kecewa. Bahkan Ara yakin kalau nanti tante Santy bakal ketagihan sama kejutan Ara” jawab Ara dengan yakin, sambil terus tanpa henti meraba-raba bagian luar celana dalam Santy. Merasakan elusan di celana dalamnya tidak berhenti juga, Santy melayangkan protes ke kekasih mudanya “Araaaaa……”.

Mendengar protes Santy, bukan berhenti namun malah membuat Ara semakin beringas mengerjai Santy. Ia pandangi dengan Santy nafsu. “Raaa….jangan…..” ucap Santy, saat ia tersadar ketika Ara memandangi dirinya dengan penuh birahi, mata sang wanita muda tampak berapi-api. Ara juga turut menggigit bibir menahan birahi, sedangkan tangannya tetap berada di selangkangan Santy. Ara merubah posisi duduknya hingga menghadap ke arah Santy yang sedang menyetir.

Menggunakan Satu jari, ia belah garis bibir vagina Santy yang tercetak di celana dalam tersebut. Lalu ia garuk-garuk belahan itu. Tubuh Santy tidak melawan, tubuhnya memanas dan semakin bergairah. Celana dalamnya semakin lembab. cairan wanitanya mulai mengalir keluar, membasahi celana dalamnya. Ara pun merasakanya. Keringat Santy pun mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Kedua puting juga mulai bereaksi, mengeras menantang, dibalik cup BH. Seandainya ia tak memakai BH, pastilah pentilnya akan tercetak indah, bagai magnet bagi semua orang.

Namun pikiran rasionalnya masih ada untuk menolak perlakuan Ara terhadap tubuhnya. “Araaaa… plisss tante lagi nyetirrrr…., nanti nabrak lohhhhh…egnhhhh". Omongan Santy di akhiri desahan yang merdu, karena jempol dan telunjuk Ara mengapit bibir tembem vagina Santy. Selama di jepit, bibir temben dan teba milik Santyl itu di mainkan oleh Ara

Santy pun mendesah “Ahhh….Raaaa……stopppp…..”.

Ara tetap tidak menggubris Santy, ia malah menyingkap celana dalam Santy kesamping. Ara bisa merasakan kalau vagina Santy sudah basah. Santy pun merasakan kemaluannya menyentuh udara dingin yang karena a/c mobil. Wanita yang lebih muda itu mengelus permukaan vagina Santy, merasakan bulu-bulu halus yang tercukur rapih dan tidak lebat. Kemudian Ara mengusap-mengusap vagina Santy dengan lemah lembut, menggoda Santy. Bibir vagina dan klitorisnya diusap lembut, memberikan Santy rasa geli sekaligus nikmat. Santy terus mendesis keenakan,

“Ohhhh…Ra……stoppp…tante lagi nyetir….ohhh” protes Santy terhenti saat satu jari Ara terasa menulusuk masuk ke dalam goa basah cintanya, menggesek dinding vaginanya. Reflek relung basahnya memijat jari Ara.

“Becek banget nih memek…..shhhhh” lirih Ara, saat merasakan betapa beceknya liang cinta Santy. Lalu ia maju mundurkan jarinya di dalam lubung cinta Santy. “Ohhhh…..” Santy mendesah akibat tusukan jari Ara. Rasa nikmat semakin mendera seluruh tubuhnya. Untuk sesaat ia lupa diri, akibatnya mobil yang di kendarai sempet bergoyang ke kanan. *Tinnnnnn……... Tak ayal mobil di belakang memberikan klakson panjang. Santy tersadar, langsung mengendalikan mobilnya, agar kembali jalur yang benar.

“ARAAAA…!” marah Santy, yang langsung menepis tangan Ara yang berada di selangkangannya. Santy melotot ke Ara. “Aduh Ra!, kamu ada-ada aja deh, nanti kalau nabrak gimana?" Omel Santy.

Tapi bukannya takut dan minta maaf kepada Santy, Ara hanya cenggesan tanpa dosa. Sekarang ia tatap hasil perbuatannya di jarinya. Cairan kewanitaan Santy melumuri jari tengahnya, terlihat mengkilap dan lengket sekali. Nafas Ara memburu cepat, terangsang melihat hasilnya.

“Hehehehe……, lihat ke aku tan” Santy menoleh ke arah Ara. Ia terbelalak ketika Ara memperlihatkan telunjuknya yang basah, terlihat mengkilap dan lengket. Santy tahu itu adalah cairan kewanitaannya. Ia langsung kembalikan pandangannya ke depan. Tak mau berkomentar, dia hanya bisa menggeleng-geleng heran dengan kelakuan gila Ara.

"Hihihi…., Lengket banget tan……lihat aku dong lagi tan". Santy terus menyetir, ia kembali lirikan matanya ke arah kursi penumpang di sampingnya. Lalu Ara masukan jari tengahnya ke dalam mulutnya. Ia emut jarinya dengan sensual, menggoda Santy. Ia nikmati sambil terpejam, bak memakan makanan yang sangat enak.

"Hmmm….Mnnnn…enak bangettt... sari memek tante" ucap Ara dengan vulgar. Ia terus menjilat jarinya, tak mau membuang sia-sia cairan Santy yang ia berhasil kais.

"Ishhh…. Araaaa…." ujar Santy kesal melihat kelakuan Ara. Walau begitu, melihat Ara beringas mejilati jarinya sendiri, membuat Santy kembali terangsang. Ia ingat mendiang suami tak seheboh itu kala menjilati cairan kewanitaanya. Bahkan terkesan ogah-ogahan. Tapi kini banyak orang-orang yang menagih lendir nikmatnya, termasuk wanita muda yang menjadi pasangan lesbiannya sekarang ini.

"Aku sange banget tan……" ujar Ara dengan nafsu yang melambung tinggi. Ia usap selangkangannya yang tertutup legging ketat. Terlihat belahan bibir vaginanya tercerak dengan jelas. Yang sering disebut sebagai cameltoe, terpampang dengan indahnya.

Santy dapat melihat cetakan gemas itu, lalu bertanya "Lho Ra…..Kamu nggak pake daleman?".

"Nggak dong, hihihihi".

"Aku nggak pake BH juga lohhhh, nih lihat" ucapnya, lalu mengangkat sweaternya sebatas dada. Sekilas Santy bisa melihat kedua puting Ara sudah keras, tegang.

"Gelo ah kamu Ra!".

"Hihihihi….nghhh….ahhhhh….” desah Ara. Ia membelai-belai nikmat jiplakan vaginanya. Seperti yang dia lakukan ke Santy tadi, Ara mengapit belahan memeknya yang tercetak mengelembung. Desahan merdu yang keluar dari mulut Ara mengelitik Santy, menambah rangsangan ke janda anak satu itu, yang sejati sudah terangsang. *Puk Puk Puk, Ara menampar-nampar gemas punuk tembanya.

“Sudah deh Ra…., pleaseee…… jangan mancing-mancing tante deh” sergah Santy.

“Hihihihi, iya-iya deh, tapi nanti kita……..” ucap Ara menggantung. Ia memberikan Santy tatapan yang penuh harapan, tentu saja dengan penuh nafsu juga.

Melirik Ara, Santy hanya bisa menghela nafas “Hahhhhh……. Iya-iya”.

“Yay!” teriak Ara senang.

“Duh Ara, jadi gak sabar ngasih suprisenya buat tante….” ucap Ara. Santy hanya bisa menghela nafas, sambil terus memacu mobilnya, menelusuri jalan yang jauh.



Santy mengendarai mobilnya jauh menanjak ke atas puncak, memasuki jalan-jalan kecil yang menanjak. Hal itu membuat dirinya sedikit kesal, karena pada dasarnya ia sendiri tidak begitu mahir dalam tanjakan. Tapi karena sudah terlanjur jauh dan demi Ara juga, ia hanya diam tanpa banyak protes. Setelah melewati beberapa jalanan terjal nan sempit, kedua akhirnya sudah sampai di sebuah Hotel yang cukup besar dan sangat mewah.

“Jadi kamu mau nginep doang di Hotel?” tanya Santy sambil memandangi hotel yang terlihat mewah yang bergaya victorian era itu.

“Nggak dong tan, nanti malam kita pergi ke makan di tempat suatu tempat gitu dehhh.....” jawab Ara, yang masih enggan memberitahu Santy tentang detail tujuan mereka sebenarnya. Namanya juga kejutan.

“Dinner?”

“Yap” singkat Ara.

“Jadi kamu ajak tante Santy jauh-jauh kesini cuma buat dinner doang?” tanya Santy memastikan.

“Ihhhh….bukan dinner biasa kok. Sudah deh, Tante percaya saja sama Ara”.

“Hmmm… ok deh” balas Santy menyerah untuk bertanya lebih jauh.

Santy memberikan mobilnya kepada valet. Lalu Keduanya melangkah masuk ke dalam Hotel itu, sambil membawa barang bawaan mereka ke dalam, yang kemudian langsung di bantu oleh seorang bellboy.



Sambil menunggu Ara yang sedang lapor ke resepsionis, Santy yang terduduk di kursi lobby hotel memperhatikan keadaan sekitar. Lambat melaun, Ia tersedar bahwa para pengunjung hotel kebanyakan wanita. ‘Aneh…isinya perempuan semua, kecuali staff hotelnya yang campur. Apa hotel ini khusus wanita saja ya….’ pikir Santy dalam batinnya. Ia juga teringat kalau cameltoe Ara benar-benar terlihat jelas di balik legginggnya itu, dan Ara tidak malu dengan hal itu. Dugaan Santy hotel ini adalah bagian dari FSL Club. Dengan begini Santy yakin surprise dari Ara nanti tidak jauh-jauh dari seks.

Setelah konfirmasi dengan resepsionis, Ara langsung mengajak Santy untuk menuju kamar menginap mereka. Tak lupa bellboy ikut turut serta mengantarkan mereka, sekaligus membawakan barang-barang bawaan mereka. Keduanya langsung menuju lift untuk naik keatas. Didalam lift, Ara selipkan tangannya ke bawah dress Santy, dan meremas bongkahan pantat yang indah tersimpan disana. Ara bisa merasakan buttplug yang tersangkut di anus Santy. Santy pun terkaget, langsung menepis tangan Ara. Ia pelototi wanita muda itu, yang hanya kemudian hanya di balas dengan cekikan.

Sampai di lantai tujuan mereka, keduanya bergegas menuju kamar yang sudah pesan dan dibayarkan. Bellboy pun membuka pintu kamar hotel tersebut, meletakan barang kemudian meninggalkan mereka berdua setelah di beri tip oleh kedua wanita itu. “Hmmmm….lega juga yah kamarnya, mewah juga” ujar Santy. Lalu ia melangkah semakin dalam, dan tersadar akan sesuatu “Lho Ra.., kasurnya gede banget… kamu mesennya ukuran king size ya Ra?”.

“Hihihi iya dong…., masa kita nggak ‘main’ sih” ucap Ara menekankan kata ‘main’, sambil mengerling nakal. Santy yang melihat pun mengerti dengan maksud Ara. Dari awal dia sudah tahu permainan birahi yang panas dan penuh nikmat pasti akan terjadi, jadi tak heran lagi. Lagipula dia sendiri juga mengharapkan, tidak mungkin percintaan panas akan dia lewatkan begitu saja.

“Huh….., nggak kamu…., nggak Andre…., sama aja…. Mau tubuh tante doang” omel Santy, meskipun begitu dia senang kok.

“Ihhh... jangan ngambek….. Tapi tante juga seneng kan?” sindir Ara. Santy hanya tersenyum. Penampilan Santy dengan rok pendeknha terlihat menggiurkan bagi Ara, membangkitkan nafsunya. Merasakan birahinya terbakar, tubuhnya menjadi semakin panas. Tak ayal di melepaskan sweaternya, memamerkan puting kirinya yang di tindik. Besi kecil yang tersemat di putingnya menambakan kesan yang sangat seksi.

Ara pun mendekati Santy yang berdiri di samping ranjang besar itu. Lalu ia peluk wanita itu dari belakang. Ia remas kedua payudara Santy dari belakang, tak lupa Ia juga mengendusi tengkuk Santy hingga mengelinjang kegelian. Lalu dengan pelan ia membisikan “Tadi tante tadi sudah janji kan…..”. Santy merinding mendengarnya.

“Duh Ra….., masih siang gini loh…..” ucap Santy pura-pura tidak mau, jual maha kepada Ara, padahal ia juga ingin dipuaskan. Di rangsang di mobil tadi, membuat dirinya ingin di sentuh secara seksual. Ara putar tubuh Santy hingga menghadap dirinya. Ia pandangi Santy bak mangsa yang akan segera di terkam olehnya, ditelan bulat-bulat oleh dirinya. Santy tahu kalau Ara akan segera menerkam dirinya.

“Iyahhhh…mauuuu….yaa….aku sudah gak tahan tannnn…..pengen tanteeee…..” lirih Ara. Terlihat nafas wanita muda itu memburu cepat, tanda birahinya sudah tinggi. Tatapan sudah sangat sayu, kulitnya sudah memerah menahan birahi.

Mengingat dirinya jaga masih ada birahi yang belum tuntas akibat perlakuan Ara selama perjalanan tadi, mau tak mau dirinya merespon juga. “Ayolah……, sini sayang, lagipula….. kamu harus nuntasin apa yang kamu sudah mulai tadi” pinta Santy. Lalu dengan seduktifnya, ia gigit bahwa bibirnya, menggoda wanita muda itu.

Aksi panas mereka di awali saling mengerayai tubuh lawan. Ara menyingkap bagian belakang dress Santy, memperlihatkan bokong yang montok nan seksi. Kini tangan Ara hinggap di kedua pipi pantat Santy, lantas ia remas-remas lembut keduannya. Santy senang mendapat sentuhan hangat di area belakangnya. Maka ia balas juga ke Ara, ia selipkan tangannya kebelakang lalu turun masuk melewati legging Ara, dan meremas pantat mungil namun sekal. Saling meremasi aset-aset lawan main, membuat gairah mereka tambah naik melambung tinggi.

Selama itu pandangan mereka tak pernah lepas. Hembusan napas saling menabrak wajah mereka. Kecupan-kecupan kecil di bibir pun terjadi. Kini tak hanya bibir yang beraksi panas, mereka tetap juga saling mengerayangi tubuh satu sama lain. Dulu Santy lebih pasif ketika bermain sama wanita, namun kini dia tak lagi malu, mampu mengimbangi lawan mainnya yang berkelamin sama. Bahkan terkadang ia juga bisa yang memegang kendali permainan, walaupun terkadang masih kalah sama Ara. Selama berpagutan, memori Santy menilik kembali kegilaan permainan cinta sesama jenis ini. Ia jelas ingat pertama kali berhubungan sesama wanita di rumah Andre, kala itu dia merauk kenikmatan birahi sesama jenis bersama Ara, lawan mainnya sekarang. Tak lupa ia juga telah berkali-kali meraih kepuasan bersama Hani adiknya, berserta Jessi, keponakannya sendiri.

Kembali ke masa sekarang, dengan agresifnya, lidah Santy menerobos masuk kedalam mulut Ara. Ia berusaha untuk mendominasi permainan. Lidahnya mengesplorasi mulut Ara. Ara pun hanya bisa mengeluarkan suara gumaman selama isi mulut di jelajahi oleh Santy. Namun tak ingin kalah, lidah Ara menghampiri lidah Santy, mengajak saling berkelit indah. Keduanya kini terlibat dalam percumbuan yang hebat. Tak ayal suara kecupan dan hisapan yang basah memenuhi kamar hotel itu. Siapapun yang mendengarnya pasti akan terpengaruh, ikutan bergairah. Cukup lama mereka berpagutan, hingga akhirnya melepaskan pagutan karena kehabisan oksigen. Benang saliva pun tercipta saat mulut mereka menjauh.

“Hh….hh….hh…hh” keduanya saling menatap penuh birahi dengan nafas yang tersengal-sengal. Tatapan keduanya penuh saling menginginkan.

Ara meremas kedua payudara Santy yang berada di balik dress. Kepunyaan Santy lebih besar dari miliknya Arai. “Ahhhh…..Ara games banget sama toket tante….” greget Ara sambil memainkan payudara Santy yang masih kencang itu meski sudah tidak muda lagi. Ara merema-remas lemubut bongkahan kenyal itu, terkadang terlalu keras hingga Santy mengaduh kesakitan “Aduhhh…Pelan dong sayang”.

“Aku emeshhhh.... banget tau sama toket tante” ucap Ara bak seperti Anak kecil. Santy pun jadi gregetan melihat Ara.

“Hihihihi…….., kan kamu juga punya, mainin punya kamu sendiri dong.”.

“Punyaku nggak sebesar punya tante” ujar Ara dengan cemberut seperti anak kecil, sambil membusungkan dadanya, menunjukan kepada Santy kalau dadanya kecil. Tubuh mungil Ara yang berada dalam rangkulan Santy, terlihat seperti orang anak yang sedang memeluk ibunya. Disini terlihat Santy tampak seperti orang ibu yang sedang menenangkan rengekan anaknya.

“Besar kecil gak masalah sayang…., semua orang juga suka kok, termasuk tante…ahhhhhh…gellliii…” tiba-tiba Santy merasa tergilitik. Ternyata tangan sudah Ara menyelinap masuk dari bawahan rok Santy dan mengusap-usap lembut perut yang lumayan berbentuk milik Santy. Terbentuk karena gowesan dan ‘olahraga’ ranjang bersama Andre. Santy dibuat kegelian oleh Ara. Kemudian tangan Ara turun perlahan merambat turun sampai ke permukaan celana dalam Santy yang sudah lembab.

“Aahhh….Nakal kamu Ra….” ucap Santy dengan tatapan yang sayu, yang kemudian di sambut dengan cekikian centil Ara. Lalu Ara selipkan tangannya dari bagain atas celana dalam Santy. Ia bisa merasakan bulu kemaluan Santy yang rapi dan tidak lebat itu. Tangannya semakin jauh masuk kedalam, merasakan permukaan vagina yang sudah basah, terasa juga klitoris yang sudah menonjol. Iseng, Ara jepit biji kenikmatan itu, Santy pun terpekik merdu “Ahh…”.

Ara menyerang Santy secara tiba-tiba dengan mencolokan jari tengahnya dalam-dalam ke memek Santy. Tetap sambil memeluk punggung Santy dengan satu tangan, Ara mengerjai lubang cinta Santy. Santy pun mendesah keenakan akibat jari Ara. Mempermainkan jari tengahnya di lembah cinta Santy, ia bisa merasakan betapa basah dan hangatnya tempat jarinya bersemayam. Tangan satunya tetap meremas bokong Santy, sesekali mengelus mesra punggung Santy yang sudah berkeringat hebat.

Santy awalnya berniat mengusai permainan birahi ini, namun malah Ara yang memegang kendali. Ara sejatinya adalah seorang biseksual, sampai-sampai ia sudah ahli dalam mempermainkan hati dan tubuh perempuan.. Sifatnya yang centil namun bersahabat, membuat dirinya di gemari banyak orang. Oleh karena itu teman-temanya laki maupun yang perempuan dan juga guru disekolahnya, sudah ia banyak cicipi. Banyak dari mereka yang justru menagih untuk berlesbian dengan Ara. Dengan begitu juga Andre yang mendapatkan rezeki nomplok, ia juga dapat merasakan tubuh-tubuh wanita yang sudah ditaklukan ole Ara.

Santy pun merasa dari semua wanita yang pernah bermain panas bersama dirinya, dengan Ara lah yang paling nikmat dan hebat. Seperti yang ia rasakan saat ini. Ia pejamkan matanya, berkonsentrasi menikmati kobelan jari Ara yang ahli di lubang vaginanya. *Clek Clek Clek. Bunyi kecipak basah terdengar memenuhi kamar hotel itu.

Semakin lama rasa nikmat yang mendera tubuhnya, membuat Santy tidak mampu berdiri dengan sempurna. Karena tinggi mereka tidak terlalu jauh, Santy menyenderkan kepalanya di pundak Ara. Ia rangkulkan kedua tanganya di leher Ara. Mau tak mau Ara harus menopang tubuh Santy. Tapi itu tidak menggurungkan Ara untuk menghentikan perbuatannya untuk mengantarkan Santy untuk ke kepuncak nikmat di siang bolong itu. Bahkan ia tambahkan jari lagi yang menerobos masuk ke lubang vagina Santy.

“Ahhhh…aduhhh…Araaaaa…ahhhhh….” erang sang janda saat lubang vaginanya di permainkan Ara dengan nikmat. Cairan cintanya meler ke pangkal pahanya, hingga terciprat ke lantai di mana mereka berdiri.

“Raaa….Raaa….Raaa…Ahhhhh…dikit…lagi…dikit…lagiii….ahhhhh…..” racau Santy yang segera orgasme, karena terus di terpa badai yang nikmat. Ara langsung mempercepat kocokannya di kemaluan Santy yang sudah memerah basah.

“Raaa….aahhh….tanteeee….keluarrrr…ohhhhh...” teriak Santy, mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya bergetar dalam pelukan Ara. Cairan orgasme menyembur, membasahi kedua jari Ara yang masih berada di dalamnya, hingga muncrat membasahi lantai.

“Ahhhh……”. Deru orgasme yang mulai pudar, Santy menjauhkan diri hingga jari-jari Ara tercabut dari dalam tubuhnya, lalu membaringkan diri di kasur empuk hotel. “Hh…hh…hh…” nafasnya masih tersengal-sengal. Ara sodorkan jari tengah ke mulut Santy. Tahu yang di minta Ara, Santy mengemut jari yang basah karena cairan orgasmenya sendiri, merasai sari vaginanya sendiri.

“Enak nggak tan?” tanya Ara.

“Mmmm….”. Santypun hanya bisa bergumam, karena ia masih sibuk mengulum jari Ara dengan lembut. Merasa suduh cukup, Ara menarik jari tengahnya dari mulut Santy. Dan sekarang ia lahap sendiri jari telunjuknya. Dengan begini keduanya telah merasakan cairan orgasme Santy.

Ara naik ke kasur, lalu membuka kaos Santy. Terlihat Bh putih Santy yang menutup payudaranya. Sang pemilik benda kenyal itu masih terpejam lelah. Ara congkel keluar kedua payudara Santy dari cup bh. Tersembulah dua gunung idaman para manusia. Ara melihat kedua puting Santy agak tegak keras menantang untuk di hisap olehnya. “Ouhhhh….” desah Santy merasakan lidah Ara sekilas menoel puting sebelah kanannya.

“Kapan mau di tindik kayak aku tan?” tanya Ara sambil memelintir puting Santy yang semakin kembali mengeras sempurna. “Nggak tau Ra…aahhhh” ucap Santy. Ia sempat terpikir untuk menindik salah satu putingnya, seperti Ara dan Hani. Tapi masih belum berani karena takut akan karena rasa sakitnya.

“Raaa….tante capekkkk...” melas Santy merasakan putingnya berada didalam mulut Ara. Terasa putingnya di hisapi kuat-kuat oleh pasangan lesbinya. Aerolanya juga tak luput masuk kedalam mulut Ara, dihisapi dan dijilat juga. Mau tak mau birahi Santy bangkit lagi, siap untuk ronde kedua.

Ara singkap bagian bawah dress Santy sampai perut, memperlihatkan isinya yang menggairahkan hasratnya. Ia berlutut di depan Santy yang masih terbaring, dengan kaki terjuntai menyentuh lantai. Ia elus kedua paha mulus Santy. Lantas ia bentangkan kaki Santy melebar. “Enghhh….” Santy melenguh pelan, merasakan rabaan di pahanya. Ara hanya diam seribu bahasa, terus merasakan kelembutan paha Santy. Telapak tanganya lambat laun semakin turun ke pangkal pahal. Ia bisa melihat bekas perbuatannya tadi, celana dalam Santy yang sudah basah. Lalu ia endus-endus baunya, menghirup dalam-dalam, sampai-sampai merangsang otaknya.

Santy kembali melenguh, merasakan hembusan nafas Ara yang panas menerpa vaginanya. Birahinya kembali naik perlahan. Tanpa membuka celana dalam Santy, Ara hanya menyampingkannya. Ia tatap dengan nanar lubang cinta Santy sudah merekah merah. Sang gadis akan menyantap makanan yang basah dan empuk itu. Ia julurkan lidah mungilnya, perlahan ia jilati garis vagina itu. Lidahnya mengecapi rasa asin yang menagih. “Ahhh…..” erang Santy, merasakan sebuah benda lunak dan basah hinggap di pusakanya.

“Raaaa…memekkkk…. tanteeee…. kamu apaainnnn…..owuhhhh” gusar Santy, merasakan lidah panas Ara yang bergilya di bibir vaginanya. Tak buang waktu lagi ia lumat vagina temben Santy. Tangannya tidak tinggal diam, tangan kirinya ia gunakan untuk meremas dada Santy yang terpampang bebas. Sedangkan tangan kanannya masuk ke dalam leggingnya sendiri, mengusap-usap kemaluannya sendiri, merangsang dirinya sendiri. Ia bisa merasakan betapa basah dirinya, hanya karena mengerjai Santy. Habis ini harus giliran dirinya yang harus dipuaskan pikirnya.

Puas menjilat bagian luar vagina Santy, lidah Ara kini liar menerobos masuk ke liang panas Santy. Sesekali bibir atas hidungnya bersingungan dengan klitors yang sudah menonjol keras. Keahlian Ara dalam memuaskan wanita tidak perlu ditanyakan lagi. Karena sesama wanita, dia tahu titik bagian tubuh mana yang harus di mainkan olehnya. Dan kini lubang cinta Santy menjadi bulan-bulanan mulut dan lidah Ara.

*Slurp….Slurp…Slick…Slurps….Slick….si wanita muda kombinasikan antara hisapan, jilatan dan tusukan. Membuat Santy semakin tenggelam dalam kenikmatan. Ara menarik tangannya berada di dalam leggingnya, lalu ia gunakan tangan itu memainkan buttplug yang menancap sempurna. Ia putar sextoy itu, sesekali mencabutnya dan menancapkannya kembali. Santy di buat menggeram sakit dan keenakan oleh ulah Ara di lubang pantantnya. Ara masih heran kapan pacarnya akan memerawani lubang anal Santy, padahal ukurang buttplug sudah cukup besar.

“Ahhhh….lidahhhh….kamuuu….enakk…..aahhhh….enakkkk……” racau Santy. Tangannya menggapai kepala Ara, menariknya semakin dalam ke selangkangannya. Ara mengerti kemauan Santy, maka ia tingkatkan intesitas tusukan lidahnya. Tak lupa remasan tanganya di dada Santy. Ia hentikan permainan buttplugnya, dan gunakan jarinya menusuk lubang senggama Santy.

Dalam waktu singkat, tubuh Santy menegang kaku. “Aduhhh….lagiiii…dapett.., lagihhhh…memekkkkkk aku enakkk ..aahhh...shitttt!” erang Santy panjang, orgasme kembali hadir ke tubuhnya. Rasa nikmat kembali menerpa seluruh saraf-saraf dalam tubuhnya. Bagi Santy orgasme kali ini lebih enak dari yang pertama.

Lidah Ara yang masih bersinggah di dalam vagina, tersembur cairan orgasme Santy yang deras. Seluruh cairan orgasme Santy yang keluar, di tampung oleh Ara di dalam mulutnya. Karena saking deras, mau tak mau ia minum. Cairan kewanitaan Santy mampu menghilangkan dahaganya.

“Hh…hh…hh…hh” deru nafas Santy terdengar parau akibat orgasme yang hebat. Tubuhnya sudah awut-awutan, penuh dengan keringat yang menambahkan kesan sensual. Ara senang dengan hasilnya, membuat kekasih tua dari pacarnya sendiri tumbang dengan kenikmantan.

“Huhuhuhu…., tadi jari Ara, sekarang mulut Ara yang di semprot sama tante” rajuk Ara gemas. Mendengar ucapan Ara, Santy membuka matanya. Ia posisikan dirinya setangah berbaring dengan bertumpukan kedua sikutnya, lalu berucap “Habisnya….., kamu brutal banget sih sama memek tante kan jadi ngecrit terusss….” ucap Santy.

“Brutal-brutal….., tapi enaaaa kannnn……” goda Ara. Santy mengganguk.

“Tante sudah capek Ra, habis nyetir jauh, langsung kamu hajar sampe dua kali klimaks….”

“Hihihihi” tawa Ara mendengar penuturan Santy.

“Yeehhh…. Malah ketawa doang lagi” gemas Santy melihat respon dari Ara.

“Hihihi…. skornya 2-0 kosong ya tan”. Mendengar itu Santy tersadar, dan menjadi tak enak hati. Ia sudah di puasi, hingga orgasme sebanyak dua kali, tapi kekasih muda sesama jenisnya belum sama sekali. Ia harus berbalas budi pikirnya.

Santy harus juga memuaskan Ara, “sini Ra, tante pengen jiltain memek mungil kamu”.

“Yesshhh……gitu dong tante ku yang cantik, tante mau gimana ini?” tanya Ara girang.

“Hmmmm....oh kamu di atas aja ya, dudukin muka tante aja ya sayang, tante sudah capek banget…. maklum sudah tua” ucap Santy

“Ihhh… tante belum tua kok….” ucap Ara cemberut.

“Masa sih?".

"Iya tan, buktinya kemarin tante kuat di gangbang sama empat orang".

"Hehe bener juga kamu sayang, yauda sini, tante pengen jilmekin kamu" pinta Santy.

Mendengar permintaan itu, Ara naik ke kasur dan berdiri di atas Santy, ia perlihatkan cetakan vaginanya yang terlihat menggunung di balik legging ketatnya. Santy menjulurkan tangannya ke atas, menyentuh benda kramat bagi Ara itu. “Ahhh….desah Ara saat jari Santy menulusuri gundukan tembam itu. Saraf-saraf nikmat Ara tergilitik, juga. Santy senang mendengar suara merdu Ara. Dengan satu jari, ia telusuri garis belahan memek Ara.

Tak kuat lagi berdiri, perlahan ia jongkok di atas kepala Santy. Memposisikan memeknya tepat di atas mulut Santy. Kini memeknya yang masih tertutup legging hanya berjarak beberapa centi saja. Ia bisa merasakan hembusan nafas Santy tembus ke leggingnya, menggelitik kemaluannya yang sudah basah. Santy majukan bibirnya dan mendaratkan kecupan kecil di sana. Menerima itu, Ara melenguhnya.

Vaginanya semakin gatal, ia butuh sesuatu untuk menggaruknya. Tak tahan lagi, ia turunkan selangkangannya menempelkannya ke wajah Santy. Lalu ia goyangkan pinggulnya maju mundur. Dengan tidak sopannya kepada orang yang lebih tua, Ara menggilas wajah Santy dengan vaginanya. Santy hanya bisa merem di perlakukan seperti itu, sambil berusaha nafas kala hidung tidak tertutup memek Ara.

“Ohhh…..aihhhhh” desah Ara bisa merasakan hidung Santy menggesek belahan kemaluannya.

“Ahhhh….aku nggak kuat lagiiiihhh....” erang Ara, dengan tergesa-gesa ia melepas leggingnya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Lalu Ia kambali jongkok di atas kepala Santy. Kini Mulut mulut Santy bertemu langsung dengan mulut kemaluan Ara. Tak mau mengecewakan kekasih mudanya, Santy langsung melumat vagina Ara dengan nafsu, yang langsung di sambut dengan erangan “Ohhh…yessss…tanteeee.....ohhhh.....”. Lidah Santy dengan giatnya membelai-belai belah vagina Ara. Karena Ara, ia sudah lebih hebat dalam memuaskan wanita, walau belum sehebat Ara.

Ara mendesah-desah di saat organ intimnya di belai lembut oleh lidah Santy “Ahh…Ahh...ahh…”. Sesekali ia menggilas muka Santy dengan memek basah yang sudah memerah. Memeperkan cairan vaginanya ke seluruh wajah Santy. Tak tahan dengan perlakuan yang di terima, dari bawah Santy mencengkeram pinggul Ara agar tak goyang-goyang lagi. Dengan begitu ia bisa fokus memberikan oral sex ke Ara. Muka Ara sudah sangat merah, nafsu sudah menjulang tinggi tak terbendung. Cairan kewanitaannya yang mengalir di telan-telan bulat oleh Santy. Bermenit kemudian orgasme menerpa dirinya. “Yessss…..yesss….ahhh….tanteeee….I’m cumminngggg!!!” erang Ara hebat, sambil mengusap-usap klitorisnya sendiri dengan cepat.

“Aahhhh……” teriak Ara sambil terdongak, di saat meraih orgasmenya. Kedua bola matanya keatas, hingga hanya terlihatputihnya saja. Tubuh bergetar-bergegar hebat. *Cret Cret Cret Cret. Muka Santy menjadi sasaran tembak memek Ara. Berkali-kali wajahnya tersembur orgasme Ara yang sangat deras, hingga basah kuyup. Saat rasa orgasme sudah mereda, tubuh Ara ambruk kekanan, jatuh kekasur. Kaki kirinya meniban Santy. “Hh…hh….hh…hh…” nafas Ara berat.

“Gimana sayangku? enak nggak ?” tanya Santy seraya mengelus kaki Ara mesra.

“I-iya…tan…hh…enak….hh…banget…hh…malahan….tante su-sudah jagohhh sekarang ...hh...hhh...hhh...” jawab Ara dengan nafas yang masih tersengal. Ara cukup senang, karena Santy sudah pandai memuaskan seorang perempuan. Ia berhasil, menaklukan sekaligus mengajarkan Santy.

Benar-benar pemandangan hebat dan menggairahkan, seorang wanita dewasa berhasil memuaskan seorang wanita yang jauh lebih muda, bahkan seumur anaknya sendiri. Satu jam lamanya mereka saling memuaskan. Keduanya sudah sangat lelah untuk bergerak. Suasana kamar menjadi hening, hanya terdengar suara hirupan nafas yang terdengar samar-samar.

*Grukkk…. suara perut yang meraung, memecahkan kesunyian di kamar itu.

”Ehhh…hahaha, keasikan ena-ena sampe lupa makan siang kita Ra” ujar Santy sambil tertawa.

“He-eh….. pesen makan yuk tan…dari room service aja ya” ucap lemah Ara.

“Iya, kamu apa?”

“Aku mau nasi goreng aja tan, sekalian jus jeruk tan, biar seger dikit” pinta Ara.

"Ah kayaknya enak, tante pesan itu juga dehhhh" ucap Santy, yang kemudian bergegas menelpon roomservice untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan mereka datang, kedua nya membersihkan diri secara bersama. Ya keduanya mandi bersama, namun tidak ada kejadian berarti kecuali cumbuan pelan di bawah siraman shower. Selesai makan, keduanya beristirahat, menanti waktu malam nanti.



Malam Hari.

“By the way, lokasi dinner-nya dimana Ra?” tanya Santy sambil merapihkan riasan di wajahnya di depan meja rias.

Sejerumus kemudian sesosok perempuan muda keluar dari kamar mandi, yang tak lain adalah Ara.

“Wow…., tante Santy cantik banget nihh….” puji Ara melihat Santy, yang notabene tidak lain adalah teman main seks dari pacarnya sendiri. Santy berpakaian dress hitam panjang sampai di bawah lutut dengan bagian dada yang berbentuk V dan rendah, sehingga belahan dadanya terpampang dengan indah.

“Terima kasih sayang, kamu juga cantik kok” balas Santy memuji. Ia bisa melihat wanita yang seumur anaknya memakai dress bertali bewarna putih. Panjang dress milik Ara juga sama dengannya, selutut.

“Hehehe… makasih juga tante, yuk cuss sekarang aja, sudah siap kan?” tanya Ara. Santy balas dengan anggukan tanda siap untuk segera berangkat. Lantas keduanya keluar dari kamar mereka, menuju tempat dinner yang Ara sudah janjikan.

Apakah aneh melihat dua wanita yang menawan cantik dan seksi melakukan dinner yang intim, yang lazimnya di lakukan pasangan pria dan wanita. Tentu saja aneh dan gila di mata masyarakat pada umumnya, namun tidak aneh untuk di tempat yang mereka tuju nanti.....

Bersambung.....

Pesan Penulis:
  1. Loh kok Part 13 dan Part 14 belum di update? Part 14 (final + epilogue) belum ready, di karenakan masih banyak kekurangan. Dan jujur saja, selain sibuk di RL, penulis mengalami kesulitan menulis part 14, meski endingnya sudah ada.​
  2. Kenapa gak update part 13 dulu? Penulis memutuskan untuk sekaligus merilis berbarengan part 13 dan part 14, karena kontennya mungkin agak...... meresahkan bagi sebagian pembaca.​
  3. Terus kapan update main storynya? Realistisnya habis lebaran, maka dari itu penulis minta maaf apabila terlalu lama.​
  4. Kalau begitu kenapa bikin extra story terus? Penulis mencoba mengexplore bebarapa genre. Sekaligus menghilangkan kebuntuan di part 14.​
  5. Penulis minta maaf apabila extra story nanti (Lesbians in Action & White Menu Club) kurang menarik ya. Jujur penulis nggak tau, apakah kedua part ini dapat memuaskan para pembaca atau tidak. Kalau belum, harap maklum, ane cuma penulis newbie.​
  6. Hehehe.



Thanks updatenya suhuuu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd