Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mbak Anty, Binor Tetangga Kontrakanku

Bimabet
Pulang kampung


Sehabis pertempuran yang berhujung memuntahkan lava putih di dalam gua malam itu, rupanya esoknya mbak Anty lebih banyak diam dan bingung. Entah apa yang mbak Anty pikirkan saat itu, mungkin saja ia belum siap untuk kembali mengulangi hal yang salah untuk kedua kalinya. Mau di bilang apa kali ini bilamana mbak Anty hamil duluan kembali kepada orang tuanya di kampung? Malam harinya aku kembali ke kontrakanku kudapati mbak Anty tengah memasak untukku dan untuknya, sambil aku membawakan mbak Anty koper yang telah kujanjikan kepadanya. Bukan tak ingin hati menahan mbak Anty untuk mengurungkan niatnya kembali ke kampungnya, tapi sedari kemarin hubungan kita masih sangat menggantung. Bisa dibilang hanya sebatas nafsu belaka, perihal kedepan mau kearah mana kita masih belum ada keputusan. Banyak hal – hal yang belum kita bahas sampai tahapan serius jadi aku masih menangkapnya ini belum bisa di pastikan apakah aku akan menikah dengan mbak Anty atau tidak, perihal perasaan mungkin kami sama – sama sayang namun belum tahu seberapa banyak kadar sayangnya kami antara satu dengan lainnya. Ah biarkan saja waktu yang akan menjawabnya nanti.

Randy : “mbak ini koper yang aku janjikan kemarin” tegurku.​
Mbak Anty : “wah makasih mas, cukup ini kayaknya mas buat sisa barangku nanti”​
Randy : “bener cukup dan kamu beneran ingin kembali ke kampung?”​
Mbak Anty : “iya aku mau balik ke kampung saja mas, disana aku dapat info lowongan di pabrik sepatu yang baru aja pindah dari Tangerang. Infonya sedang buka banyak lowongan sebagai operator dan kebetulan teman SMA-ku ada yang menjadi kepala bagian di sana”​
Randy : “wah begitu toh mbak, syukurlah kalau kamu sudah ada kerjaan yang baru”​
Mbak Anty : “iya mas, meski gak besar banget gajinya namun aku bisa setiap hari ketemu anakku mas”​
Randy : “iya mbak, terus aku gimana mbak?”​
Mbak Anty : “kamu gimana sih mas? Hehehe”​
Randy : “ihh pakai nanya lagi”​
Mbak Anty : “ya kalau mas memang bener serius sama aku, tunjukin sama tembung (minta) aku sana”​
Randy : “yowes gini, besok kan Jumat. Aku anterin kamu ke kampungmu gimana?”​
Mbak Anty : “anterin gimana mas? Jumat siang gitu?”​
Randy : “Jumat malam aja mbak, kan cepet ini lewat toll paling subuh sudah sampai. Aku bawa mobil nanti”​
Mbak Anty : “mobilnya siapa mas? Noh kan kamu aja masih banyak rahasianya ke aku loh mas, kayak kamu tuh sebenernya kerja apa? Aku juga gak kamu kenalin ke orang tuamu? Rumahmu dimana? Saudaramu berapa? Masa yang begini mau aku nikahi semua masih misterius gitu loh” cecernya terhadapku.​
Randy : “hehehe, mobil kantor itu. Kerjaku kan aku udah bilang jadi kuproy. Orang tuaku masih ada kok, kapan mau aku kenalin? Masa pas kemarin aku kenalin, aku ngenalinnya gimana dong? Kan kamu masih istri orang. Rumahku di Bogor, kalau rumah orang tua di Jakarta. Saudaraku ada 2, kakakku ada dua. Hayo apa lagi?” jawabku mencari pembenaran.​
Mbak Anty : “gak percaya aku itu mobil kantor sama kamu jadi kuproy. Ya nanti kamu kenalin akulah ke orang tuamu kalau kamu serius. Tuh kan udah punya rumah kenapa ngontrak? Tuh kan pokoknya aku merasanya kamu sangat misterius”​
Randy : “yaudah nanti di jalan ke kampungmu tanya aku sepuasmu mbak, akan aku jawab jujur sejujurnya. Sekarang aku mau makan masakanmu dulu udah laper ini”​
Mbak Anty : “hehehe, iya awas mas gak jawab jujur. Eh iya sampe lupa, yuk makan mas”​

Malam itu setelah makan malam, aku membantunya packing beberapa barangnya yang hendak dibawa pulang. Banyak juga ternyata satu tas besar dan satu koper ditambah dua tas kecil dan beberapa plastik, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23:56. Kantuk dan lelah menghampiri kami berdua, malam itu tidak ada pertempuran lender karena kami memerlukan stamina untuk esok hari menuju perjalanan panjang ke Boyolali.

Pagi hingga sore harinya aku kerja seperti biasa dan berusaha merampungkan semua kerjaanku secepatnya dan seberesnya hingga tidak ada gangguan di akhir pekan ini. Sebelum kembali menuju kontrakan aku mengambil mobilku di rumah orang tuaku dan melaju menuju kontrakanku. Jalan jumat malam memang sangat luar biasa padatnya khususnya yang menuju Cikampek sepenglihatanku dari tol dalam kota ini yang hendak menuju daerah Depok pinggiran. Mana daerah Depok jalannya kecil – kecil dan banyak percabangan jalan sehingga waktu tak terasa menujukan pukul 22:13. Karena takut mbak Anty resah menanti akhirnya aku kirimkan pesan kepadanya sambil stuck dalam macetnya kota satelit ini.

Randy : “mbak aku kena macet, maaf ya kalau ke malaman. Oh iya kamu udah makan belum? Aku beliin MCD mau ndak?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, aku pikir mas Randy kabur. Hehehe, nanti aja mas sama mas Randy aja belinya”​
Randy : “gak kabur mbak, jelek amat mikirnya. Ini bentar lagi sampai kok, udah di dekat MCD soalnya”​
Mbak Anty : “bercanda mas, yowes yang penting mas kesini dulu makannya nanti gak apa – apa”​
Setengah jam kemudian akhirnya aku sampai di kontrakanku dan tak lama mbak Anty membukakan pintu kontrakanku.
Randy : “maaf mbak lama, mana kopernya sini aku masukin ke mobil?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, santai dulu mas kan baru sampai”​
Randy : “gak apa – apa mbak, nguber waktu. Nanti aja istirahat di rest area aja mbak kalau aku ngantuk soalnya arah Cikampek macet bener tadi”​
Mbak Anty : “yowes mas kalau menurut mas begitu, nanti kalau capek istirahat loh mas jangan dipaksain”​
Randy : “siap mbak, ini aja kan yang mau dibawa? Gak ada yang ketinggalan?”​
Mbak Anty : “iya ini aja mas, mudah – mudahan gak ada yang tertinggal kalau ada ya mas Randy yang kasih ke saya nanti”​
Randy : “siap saya anterin ke Boyolali, tapi saya dikasih jatah juga nanti”​
Mbak Anty : “wuuuu maunya mas Randy itu mah, hehehe”​

Selesai memasukan barang ke dalam mobil lalu kami bergegas melaju meninggalkan kontrakan ini, dan tak lupa membeli makanan untuk di makan di jalan karena aku sendiri kurang bisa makan nasi bilamana mengendarai jarak jauh jadi aku hanya pesan burger saja dan kentang. Kalau makan kenyang bahaya aku bisa mengantuk nanti, hehehe.

Di perjalanan aku dicecar pertanyaan banyak oleh mbak Anty dan akhirnya aku terbuka semua disana perihal kehidupanku, pekerjaan, keluarga dan banyak hal semua tentang diriku karena tentang mbak Anty aku sudah hampir 100% mengetahuinya tinggal aku mengetahui orang tuanya dan rumahnya saja. Dan tiba pada pertanyaanku yang pernah kami bahas dan sangat menggantung pada saat itu hingga saat ini sebenarnya yaitu perihal keyakinan.

Sampai pada bahasan itu aku dan mbak Anty pun tak bisa memberikan jawaban yang pasti akan bagaimana kami kedepannya? Luar biasa memang jalanan Jumat malam itu lima jam aku habiskan dari Depok hanya untuk mencapai Cikampek, karena merasa kebelet aku pustuskan menepi di rest area km 57. Kulihat mbak Anty tengah tertidur karena capek dan jenuh mungkin sedari tadi menungguku.

Randy : “mbak Anty, mbak, mbak bangun mbak”​
Mbak Anty : “eeeehhh mas iya mas ada apa?” jawabnya kaget.​
Randy : “maaf mbak ngebangunin, aku mau kencing dulu mbak. Mbak mau ke kamar mandi gak?”​
Mbak Anty : “eh iya mas, aku juga deng”​

Setelah istirahat selama setengah jam aku kembali melajukan mobilku menuju Boyolali tak terasa selepas Cikampek sampai Semarang aku bisa tempuh dalam waktu lima jam perjalanan hingga tiba di rest are favoritku di daerah Ungaran, sejenak menepi karena ingin memajamkan mataku barang waktu satu hingga dua jam. Tak sadar jam sudah menunjukan jam delapan pagi kala sinar mentari memancarkan sinarnya tepat di depan wajahku. Ah sial sudah berapa jam ini aku tertidur? Loh kemana ini mbak Anty? Kok tidak ada?

Aku bergegas mematikan mesin mobilku yang sedari tadi dalam posisi netral menyala dan menuju keluar mencari mbak Anty. Dan kudapati ternyata mbak Anty berada di ujung rest area ini di dekat Starbucks.

Randy : “hei mbak, aku pikir kamu pergi kabur loh”​
Mbak Anty : “hehehe, kabur kemana aku lagipula”​
Randy : “yakali mbak, kamu lagi apa eh disini?”​
Mbak Anty : “itu eh mas lagi ngelihat gunung itu”​
Randy : “oh Gunung Ungaran toh, kenapa mbak?”​
Mbak Anty : “oh namanya Gunung Ungaran toh, bagus mas pemandangannya dari sini. Emang mas pernah kesana?” tunjuknya kearah Gunung Ungaran.​
Randy : “dari atas atau basecamp Mawar juga bagus kok mbak pemandangannya tanpa harus sampai ke puncaknya. Pernah beberapa kali mendaki dan sekedar camping di basecampnya”​
Mbak Anty : “masa mas kamu pernah mendaki kesana?”​
Randy : “hehehe, pernah mbak beberapa gunung di Jawa sudah banyak yang kudaki termasuk gunungmu mbak” candaku sambil mencolek mbak Anty.​
Mbak Anty : “isshhh mas malu ah kedengeran orang nanti hehehe, serius mas?”​
Randy : “serius mbak, gini – gini mantan mapala nih” sombongku.​
Mbak Anty : “ahh gak percaya, masa mantan mapala sukanya sama gunung kembar” balasan candanya saat itu.​
Randy : “wkwkwkwk, kalau itu mah jangankan anak mapala mbak. Semua cowo juga suka kecuali yang homo ya mbak”​
Mbak Anty : “wkwkwkwk bisa aja mas Randy, udah yuk jalan lagi bentar lagi sampai mas”​
Randy : “siap mbak”​

Satu setengah jam perjalanan dari rest area Ungaran akhirnya kami sampai di tempat orang tua mbak Anty. Setelah menurunkan semua barang mbak Anty dan memperkenalkan orang tuanya kepadaku, aku dipersilahkan istirahat di kamarnya mbak Anty. Tak perlu waktu lama akhirnya aku terlelap di peraduan dan bergelut dengan kantuk.



*masih ada lanjutannya besok akan di update*

Mohon maaf sementara sampai sini, dalam sub judul ini masih belum bersambung ya :ampun:
Jangan tamat dulu dech.....
Terkesan bgt dengan ceritanya...
Tdk mengada2 ...
Ternyata beda keyakinan yg Menghalangi kalian bersatu yach...
Aku koq jadi baper yo....
Qiqiqi
 
Pulang kampung


Sehabis pertempuran yang berhujung memuntahkan lava putih di dalam gua malam itu, rupanya esoknya mbak Anty lebih banyak diam dan bingung. Entah apa yang mbak Anty pikirkan saat itu, mungkin saja ia belum siap untuk kembali mengulangi hal yang salah untuk kedua kalinya. Mau di bilang apa kali ini bilamana mbak Anty hamil duluan kembali kepada orang tuanya di kampung? Malam harinya aku kembali ke kontrakanku kudapati mbak Anty tengah memasak untukku dan untuknya, sambil aku membawakan mbak Anty koper yang telah kujanjikan kepadanya. Bukan tak ingin hati menahan mbak Anty untuk mengurungkan niatnya kembali ke kampungnya, tapi sedari kemarin hubungan kita masih sangat menggantung. Bisa dibilang hanya sebatas nafsu belaka, perihal kedepan mau kearah mana kita masih belum ada keputusan. Banyak hal – hal yang belum kita bahas sampai tahapan serius jadi aku masih menangkapnya ini belum bisa di pastikan apakah aku akan menikah dengan mbak Anty atau tidak, perihal perasaan mungkin kami sama – sama sayang namun belum tahu seberapa banyak kadar sayangnya kami antara satu dengan lainnya. Ah biarkan saja waktu yang akan menjawabnya nanti.

Randy : “mbak ini koper yang aku janjikan kemarin” tegurku.​
Mbak Anty : “wah makasih mas, cukup ini kayaknya mas buat sisa barangku nanti”​
Randy : “bener cukup dan kamu beneran ingin kembali ke kampung?”​
Mbak Anty : “iya aku mau balik ke kampung saja mas, disana aku dapat info lowongan di pabrik sepatu yang baru aja pindah dari Tangerang. Infonya sedang buka banyak lowongan sebagai operator dan kebetulan teman SMA-ku ada yang menjadi kepala bagian di sana”​
Randy : “wah begitu toh mbak, syukurlah kalau kamu sudah ada kerjaan yang baru”​
Mbak Anty : “iya mas, meski gak besar banget gajinya namun aku bisa setiap hari ketemu anakku mas”​
Randy : “iya mbak, terus aku gimana mbak?”​
Mbak Anty : “kamu gimana sih mas? Hehehe”​
Randy : “ihh pakai nanya lagi”​
Mbak Anty : “ya kalau mas memang bener serius sama aku, tunjukin sama tembung (minta) aku sana”​
Randy : “yowes gini, besok kan Jumat. Aku anterin kamu ke kampungmu gimana?”​
Mbak Anty : “anterin gimana mas? Jumat siang gitu?”​
Randy : “Jumat malam aja mbak, kan cepet ini lewat toll paling subuh sudah sampai. Aku bawa mobil nanti”​
Mbak Anty : “mobilnya siapa mas? Noh kan kamu aja masih banyak rahasianya ke aku loh mas, kayak kamu tuh sebenernya kerja apa? Aku juga gak kamu kenalin ke orang tuamu? Rumahmu dimana? Saudaramu berapa? Masa yang begini mau aku nikahi semua masih misterius gitu loh” cecernya terhadapku.​
Randy : “hehehe, mobil kantor itu. Kerjaku kan aku udah bilang jadi kuproy. Orang tuaku masih ada kok, kapan mau aku kenalin? Masa pas kemarin aku kenalin, aku ngenalinnya gimana dong? Kan kamu masih istri orang. Rumahku di Bogor, kalau rumah orang tua di Jakarta. Saudaraku ada 2, kakakku ada dua. Hayo apa lagi?” jawabku mencari pembenaran.​
Mbak Anty : “gak percaya aku itu mobil kantor sama kamu jadi kuproy. Ya nanti kamu kenalin akulah ke orang tuamu kalau kamu serius. Tuh kan udah punya rumah kenapa ngontrak? Tuh kan pokoknya aku merasanya kamu sangat misterius”​
Randy : “yaudah nanti di jalan ke kampungmu tanya aku sepuasmu mbak, akan aku jawab jujur sejujurnya. Sekarang aku mau makan masakanmu dulu udah laper ini”​
Mbak Anty : “hehehe, iya awas mas gak jawab jujur. Eh iya sampe lupa, yuk makan mas”​

Malam itu setelah makan malam, aku membantunya packing beberapa barangnya yang hendak dibawa pulang. Banyak juga ternyata satu tas besar dan satu koper ditambah dua tas kecil dan beberapa plastik, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23:56. Kantuk dan lelah menghampiri kami berdua, malam itu tidak ada pertempuran lender karena kami memerlukan stamina untuk esok hari menuju perjalanan panjang ke Boyolali.

Pagi hingga sore harinya aku kerja seperti biasa dan berusaha merampungkan semua kerjaanku secepatnya dan seberesnya hingga tidak ada gangguan di akhir pekan ini. Sebelum kembali menuju kontrakan aku mengambil mobilku di rumah orang tuaku dan melaju menuju kontrakanku. Jalan jumat malam memang sangat luar biasa padatnya khususnya yang menuju Cikampek sepenglihatanku dari tol dalam kota ini yang hendak menuju daerah Depok pinggiran. Mana daerah Depok jalannya kecil – kecil dan banyak percabangan jalan sehingga waktu tak terasa menujukan pukul 22:13. Karena takut mbak Anty resah menanti akhirnya aku kirimkan pesan kepadanya sambil stuck dalam macetnya kota satelit ini.

Randy : “mbak aku kena macet, maaf ya kalau ke malaman. Oh iya kamu udah makan belum? Aku beliin MCD mau ndak?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, aku pikir mas Randy kabur. Hehehe, nanti aja mas sama mas Randy aja belinya”​
Randy : “gak kabur mbak, jelek amat mikirnya. Ini bentar lagi sampai kok, udah di dekat MCD soalnya”​
Mbak Anty : “bercanda mas, yowes yang penting mas kesini dulu makannya nanti gak apa – apa”​
Setengah jam kemudian akhirnya aku sampai di kontrakanku dan tak lama mbak Anty membukakan pintu kontrakanku.
Randy : “maaf mbak lama, mana kopernya sini aku masukin ke mobil?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, santai dulu mas kan baru sampai”​
Randy : “gak apa – apa mbak, nguber waktu. Nanti aja istirahat di rest area aja mbak kalau aku ngantuk soalnya arah Cikampek macet bener tadi”​
Mbak Anty : “yowes mas kalau menurut mas begitu, nanti kalau capek istirahat loh mas jangan dipaksain”​
Randy : “siap mbak, ini aja kan yang mau dibawa? Gak ada yang ketinggalan?”​
Mbak Anty : “iya ini aja mas, mudah – mudahan gak ada yang tertinggal kalau ada ya mas Randy yang kasih ke saya nanti”​
Randy : “siap saya anterin ke Boyolali, tapi saya dikasih jatah juga nanti”​
Mbak Anty : “wuuuu maunya mas Randy itu mah, hehehe”​

Selesai memasukan barang ke dalam mobil lalu kami bergegas melaju meninggalkan kontrakan ini, dan tak lupa membeli makanan untuk di makan di jalan karena aku sendiri kurang bisa makan nasi bilamana mengendarai jarak jauh jadi aku hanya pesan burger saja dan kentang. Kalau makan kenyang bahaya aku bisa mengantuk nanti, hehehe.

Di perjalanan aku dicecar pertanyaan banyak oleh mbak Anty dan akhirnya aku terbuka semua disana perihal kehidupanku, pekerjaan, keluarga dan banyak hal semua tentang diriku karena tentang mbak Anty aku sudah hampir 100% mengetahuinya tinggal aku mengetahui orang tuanya dan rumahnya saja. Dan tiba pada pertanyaanku yang pernah kami bahas dan sangat menggantung pada saat itu hingga saat ini sebenarnya yaitu perihal keyakinan.

Sampai pada bahasan itu aku dan mbak Anty pun tak bisa memberikan jawaban yang pasti akan bagaimana kami kedepannya? Luar biasa memang jalanan Jumat malam itu lima jam aku habiskan dari Depok hanya untuk mencapai Cikampek, karena merasa kebelet aku pustuskan menepi di rest area km 57. Kulihat mbak Anty tengah tertidur karena capek dan jenuh mungkin sedari tadi menungguku.

Randy : “mbak Anty, mbak, mbak bangun mbak”​
Mbak Anty : “eeeehhh mas iya mas ada apa?” jawabnya kaget.​
Randy : “maaf mbak ngebangunin, aku mau kencing dulu mbak. Mbak mau ke kamar mandi gak?”​
Mbak Anty : “eh iya mas, aku juga deng”​

Setelah istirahat selama setengah jam aku kembali melajukan mobilku menuju Boyolali tak terasa selepas Cikampek sampai Semarang aku bisa tempuh dalam waktu lima jam perjalanan hingga tiba di rest are favoritku di daerah Ungaran, sejenak menepi karena ingin memajamkan mataku barang waktu satu hingga dua jam. Tak sadar jam sudah menunjukan jam delapan pagi kala sinar mentari memancarkan sinarnya tepat di depan wajahku. Ah sial sudah berapa jam ini aku tertidur? Loh kemana ini mbak Anty? Kok tidak ada?

Aku bergegas mematikan mesin mobilku yang sedari tadi dalam posisi netral menyala dan menuju keluar mencari mbak Anty. Dan kudapati ternyata mbak Anty berada di ujung rest area ini di dekat Starbucks.

Randy : “hei mbak, aku pikir kamu pergi kabur loh”​
Mbak Anty : “hehehe, kabur kemana aku lagipula”​
Randy : “yakali mbak, kamu lagi apa eh disini?”​
Mbak Anty : “itu eh mas lagi ngelihat gunung itu”​
Randy : “oh Gunung Ungaran toh, kenapa mbak?”​
Mbak Anty : “oh namanya Gunung Ungaran toh, bagus mas pemandangannya dari sini. Emang mas pernah kesana?” tunjuknya kearah Gunung Ungaran.​
Randy : “dari atas atau basecamp Mawar juga bagus kok mbak pemandangannya tanpa harus sampai ke puncaknya. Pernah beberapa kali mendaki dan sekedar camping di basecampnya”​
Mbak Anty : “masa mas kamu pernah mendaki kesana?”​
Randy : “hehehe, pernah mbak beberapa gunung di Jawa sudah banyak yang kudaki termasuk gunungmu mbak” candaku sambil mencolek mbak Anty.​
Mbak Anty : “isshhh mas malu ah kedengeran orang nanti hehehe, serius mas?”​
Randy : “serius mbak, gini – gini mantan mapala nih” sombongku.​
Mbak Anty : “ahh gak percaya, masa mantan mapala sukanya sama gunung kembar” balasan candanya saat itu.​
Randy : “wkwkwkwk, kalau itu mah jangankan anak mapala mbak. Semua cowo juga suka kecuali yang homo ya mbak”​
Mbak Anty : “wkwkwkwk bisa aja mas Randy, udah yuk jalan lagi bentar lagi sampai mas”​
Randy : “siap mbak”​

Satu setengah jam perjalanan dari rest area Ungaran akhirnya kami sampai di tempat orang tua mbak Anty. Setelah menurunkan semua barang mbak Anty dan memperkenalkan orang tuanya kepadaku, aku dipersilahkan istirahat di kamarnya mbak Anty. Tak perlu waktu lama akhirnya aku terlelap di peraduan dan bergelut dengan kantuk.



*masih ada lanjutannya besok akan di update*

Mohon maaf sementara sampai sini, dalam sub judul ini masih belum bersambung ya :ampun:
Lanjut suhu. buat temen begadang
 
Wah update makasih hu nice dah bener alami, hmmm keinget daerah ungaran, boyolali yg dipelsetin jadi crocodile forget hahahaha enak pagi2 motoran kesana dngn pemandangan yg bikin adem mata
 
Pulang kampung


Sehabis pertempuran yang berhujung memuntahkan lava putih di dalam gua malam itu, rupanya esoknya mbak Anty lebih banyak diam dan bingung. Entah apa yang mbak Anty pikirkan saat itu, mungkin saja ia belum siap untuk kembali mengulangi hal yang salah untuk kedua kalinya. Mau di bilang apa kali ini bilamana mbak Anty hamil duluan kembali kepada orang tuanya di kampung? Malam harinya aku kembali ke kontrakanku kudapati mbak Anty tengah memasak untukku dan untuknya, sambil aku membawakan mbak Anty koper yang telah kujanjikan kepadanya. Bukan tak ingin hati menahan mbak Anty untuk mengurungkan niatnya kembali ke kampungnya, tapi sedari kemarin hubungan kita masih sangat menggantung. Bisa dibilang hanya sebatas nafsu belaka, perihal kedepan mau kearah mana kita masih belum ada keputusan. Banyak hal – hal yang belum kita bahas sampai tahapan serius jadi aku masih menangkapnya ini belum bisa di pastikan apakah aku akan menikah dengan mbak Anty atau tidak, perihal perasaan mungkin kami sama – sama sayang namun belum tahu seberapa banyak kadar sayangnya kami antara satu dengan lainnya. Ah biarkan saja waktu yang akan menjawabnya nanti.

Randy : “mbak ini koper yang aku janjikan kemarin” tegurku.​
Mbak Anty : “wah makasih mas, cukup ini kayaknya mas buat sisa barangku nanti”​
Randy : “bener cukup dan kamu beneran ingin kembali ke kampung?”​
Mbak Anty : “iya aku mau balik ke kampung saja mas, disana aku dapat info lowongan di pabrik sepatu yang baru aja pindah dari Tangerang. Infonya sedang buka banyak lowongan sebagai operator dan kebetulan teman SMA-ku ada yang menjadi kepala bagian di sana”​
Randy : “wah begitu toh mbak, syukurlah kalau kamu sudah ada kerjaan yang baru”​
Mbak Anty : “iya mas, meski gak besar banget gajinya namun aku bisa setiap hari ketemu anakku mas”​
Randy : “iya mbak, terus aku gimana mbak?”​
Mbak Anty : “kamu gimana sih mas? Hehehe”​
Randy : “ihh pakai nanya lagi”​
Mbak Anty : “ya kalau mas memang bener serius sama aku, tunjukin sama tembung (minta) aku sana”​
Randy : “yowes gini, besok kan Jumat. Aku anterin kamu ke kampungmu gimana?”​
Mbak Anty : “anterin gimana mas? Jumat siang gitu?”​
Randy : “Jumat malam aja mbak, kan cepet ini lewat toll paling subuh sudah sampai. Aku bawa mobil nanti”​
Mbak Anty : “mobilnya siapa mas? Noh kan kamu aja masih banyak rahasianya ke aku loh mas, kayak kamu tuh sebenernya kerja apa? Aku juga gak kamu kenalin ke orang tuamu? Rumahmu dimana? Saudaramu berapa? Masa yang begini mau aku nikahi semua masih misterius gitu loh” cecernya terhadapku.​
Randy : “hehehe, mobil kantor itu. Kerjaku kan aku udah bilang jadi kuproy. Orang tuaku masih ada kok, kapan mau aku kenalin? Masa pas kemarin aku kenalin, aku ngenalinnya gimana dong? Kan kamu masih istri orang. Rumahku di Bogor, kalau rumah orang tua di Jakarta. Saudaraku ada 2, kakakku ada dua. Hayo apa lagi?” jawabku mencari pembenaran.​
Mbak Anty : “gak percaya aku itu mobil kantor sama kamu jadi kuproy. Ya nanti kamu kenalin akulah ke orang tuamu kalau kamu serius. Tuh kan udah punya rumah kenapa ngontrak? Tuh kan pokoknya aku merasanya kamu sangat misterius”​
Randy : “yaudah nanti di jalan ke kampungmu tanya aku sepuasmu mbak, akan aku jawab jujur sejujurnya. Sekarang aku mau makan masakanmu dulu udah laper ini”​
Mbak Anty : “hehehe, iya awas mas gak jawab jujur. Eh iya sampe lupa, yuk makan mas”​

Malam itu setelah makan malam, aku membantunya packing beberapa barangnya yang hendak dibawa pulang. Banyak juga ternyata satu tas besar dan satu koper ditambah dua tas kecil dan beberapa plastik, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23:56. Kantuk dan lelah menghampiri kami berdua, malam itu tidak ada pertempuran lender karena kami memerlukan stamina untuk esok hari menuju perjalanan panjang ke Boyolali.

Pagi hingga sore harinya aku kerja seperti biasa dan berusaha merampungkan semua kerjaanku secepatnya dan seberesnya hingga tidak ada gangguan di akhir pekan ini. Sebelum kembali menuju kontrakan aku mengambil mobilku di rumah orang tuaku dan melaju menuju kontrakanku. Jalan jumat malam memang sangat luar biasa padatnya khususnya yang menuju Cikampek sepenglihatanku dari tol dalam kota ini yang hendak menuju daerah Depok pinggiran. Mana daerah Depok jalannya kecil – kecil dan banyak percabangan jalan sehingga waktu tak terasa menujukan pukul 22:13. Karena takut mbak Anty resah menanti akhirnya aku kirimkan pesan kepadanya sambil stuck dalam macetnya kota satelit ini.

Randy : “mbak aku kena macet, maaf ya kalau ke malaman. Oh iya kamu udah makan belum? Aku beliin MCD mau ndak?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, aku pikir mas Randy kabur. Hehehe, nanti aja mas sama mas Randy aja belinya”​
Randy : “gak kabur mbak, jelek amat mikirnya. Ini bentar lagi sampai kok, udah di dekat MCD soalnya”​
Mbak Anty : “bercanda mas, yowes yang penting mas kesini dulu makannya nanti gak apa – apa”​
Setengah jam kemudian akhirnya aku sampai di kontrakanku dan tak lama mbak Anty membukakan pintu kontrakanku.
Randy : “maaf mbak lama, mana kopernya sini aku masukin ke mobil?”​
Mbak Anty : “iya mas gak apa – apa, santai dulu mas kan baru sampai”​
Randy : “gak apa – apa mbak, nguber waktu. Nanti aja istirahat di rest area aja mbak kalau aku ngantuk soalnya arah Cikampek macet bener tadi”​
Mbak Anty : “yowes mas kalau menurut mas begitu, nanti kalau capek istirahat loh mas jangan dipaksain”​
Randy : “siap mbak, ini aja kan yang mau dibawa? Gak ada yang ketinggalan?”​
Mbak Anty : “iya ini aja mas, mudah – mudahan gak ada yang tertinggal kalau ada ya mas Randy yang kasih ke saya nanti”​
Randy : “siap saya anterin ke Boyolali, tapi saya dikasih jatah juga nanti”​
Mbak Anty : “wuuuu maunya mas Randy itu mah, hehehe”​

Selesai memasukan barang ke dalam mobil lalu kami bergegas melaju meninggalkan kontrakan ini, dan tak lupa membeli makanan untuk di makan di jalan karena aku sendiri kurang bisa makan nasi bilamana mengendarai jarak jauh jadi aku hanya pesan burger saja dan kentang. Kalau makan kenyang bahaya aku bisa mengantuk nanti, hehehe.

Di perjalanan aku dicecar pertanyaan banyak oleh mbak Anty dan akhirnya aku terbuka semua disana perihal kehidupanku, pekerjaan, keluarga dan banyak hal semua tentang diriku karena tentang mbak Anty aku sudah hampir 100% mengetahuinya tinggal aku mengetahui orang tuanya dan rumahnya saja. Dan tiba pada pertanyaanku yang pernah kami bahas dan sangat menggantung pada saat itu hingga saat ini sebenarnya yaitu perihal keyakinan.

Sampai pada bahasan itu aku dan mbak Anty pun tak bisa memberikan jawaban yang pasti akan bagaimana kami kedepannya? Luar biasa memang jalanan Jumat malam itu lima jam aku habiskan dari Depok hanya untuk mencapai Cikampek, karena merasa kebelet aku pustuskan menepi di rest area km 57. Kulihat mbak Anty tengah tertidur karena capek dan jenuh mungkin sedari tadi menungguku.

Randy : “mbak Anty, mbak, mbak bangun mbak”​
Mbak Anty : “eeeehhh mas iya mas ada apa?” jawabnya kaget.​
Randy : “maaf mbak ngebangunin, aku mau kencing dulu mbak. Mbak mau ke kamar mandi gak?”​
Mbak Anty : “eh iya mas, aku juga deng”​

Setelah istirahat selama setengah jam aku kembali melajukan mobilku menuju Boyolali tak terasa selepas Cikampek sampai Semarang aku bisa tempuh dalam waktu lima jam perjalanan hingga tiba di rest are favoritku di daerah Ungaran, sejenak menepi karena ingin memajamkan mataku barang waktu satu hingga dua jam. Tak sadar jam sudah menunjukan jam delapan pagi kala sinar mentari memancarkan sinarnya tepat di depan wajahku. Ah sial sudah berapa jam ini aku tertidur? Loh kemana ini mbak Anty? Kok tidak ada?

Aku bergegas mematikan mesin mobilku yang sedari tadi dalam posisi netral menyala dan menuju keluar mencari mbak Anty. Dan kudapati ternyata mbak Anty berada di ujung rest area ini di dekat Starbucks.

Randy : “hei mbak, aku pikir kamu pergi kabur loh”​
Mbak Anty : “hehehe, kabur kemana aku lagipula”​
Randy : “yakali mbak, kamu lagi apa eh disini?”​
Mbak Anty : “itu eh mas lagi ngelihat gunung itu”​
Randy : “oh Gunung Ungaran toh, kenapa mbak?”​
Mbak Anty : “oh namanya Gunung Ungaran toh, bagus mas pemandangannya dari sini. Emang mas pernah kesana?” tunjuknya kearah Gunung Ungaran.​
Randy : “dari atas atau basecamp Mawar juga bagus kok mbak pemandangannya tanpa harus sampai ke puncaknya. Pernah beberapa kali mendaki dan sekedar camping di basecampnya”​
Mbak Anty : “masa mas kamu pernah mendaki kesana?”​
Randy : “hehehe, pernah mbak beberapa gunung di Jawa sudah banyak yang kudaki termasuk gunungmu mbak” candaku sambil mencolek mbak Anty.​
Mbak Anty : “isshhh mas malu ah kedengeran orang nanti hehehe, serius mas?”​
Randy : “serius mbak, gini – gini mantan mapala nih” sombongku.​
Mbak Anty : “ahh gak percaya, masa mantan mapala sukanya sama gunung kembar” balasan candanya saat itu.​
Randy : “wkwkwkwk, kalau itu mah jangankan anak mapala mbak. Semua cowo juga suka kecuali yang homo ya mbak”​
Mbak Anty : “wkwkwkwk bisa aja mas Randy, udah yuk jalan lagi bentar lagi sampai mas”​
Randy : “siap mbak”​

Satu setengah jam perjalanan dari rest area Ungaran akhirnya kami sampai di tempat orang tua mbak Anty. Setelah menurunkan semua barang mbak Anty dan memperkenalkan orang tuanya kepadaku, aku dipersilahkan istirahat di kamarnya mbak Anty. Tak perlu waktu lama akhirnya aku terlelap di peraduan dan bergelut dengan kantuk.



*masih ada lanjutannya besok akan di update*

Mohon maaf sementara sampai sini, dalam sub judul ini masih belum bersambung ya :ampun:
Wahh rest area favoritt ini suhuu,,
 
jadi bagai mana penyelesaian antara beda keyakinan dua insan ini? ingin tau kelanjutanya? silahkan dipantau suhu :adek:;)
 
Masook... Seneng bacanya saya... G melulu soal sex. Sampai segini dulu. Dan akan saya maraton klo uda ad 3 atau 4 updte. Biar mantep dan mengena pas bacanya. Hehehe.. Luruskan....
 
Wah udah lama ga baca nih sekalinya baca marathon ajib, ditunggu updt selanjutnya hu :semangat: :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd