Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mbak Anty, Binor Tetangga Kontrakanku

Bimabet
Duh..sad ending, tapi mungkin itu yg terbaik buat mereka berdua..
Asli masih penasaran dengan background randy, siapa randy ya?apa randy sumaker (sugeh macak kere)..
Semoga dilanjut ke jilid 2..

Makasih ceritanya suhu..
:ampun:
 
makasih hu ceritanyaa
ga nyangka secepat ini
 
Perjalanan menghapus luka.


Malam minggu sehabis pergumulan aku dan mbak Anty, kami berbincang – bincang mengenai arah yang lebih tertata serta tertuju pada titik ujung. Dari beberapa aspek dan segi kami saling membicarakan dan kejujuran satu sama lain, aku pun memiliki janji akan mengunjungi mbak Anty dalam sebulan sekali minimal. Dan perihal keyakinan ini kami memilik waktu sampai satu tahun dari sekarang apakah bisa berteguh dalam satu keyakinan atau harus pada jalannya masing – masing bahkan kemungkinan terburuk kami harus berpisah karena tidak baik juga bila terlalu lama kami terus menerus melakukan hubungan pergumulan ini.

Karena senin aku sudah ada janji dengan pihak customer yang ingin melihat sudah sejauh mana projek pekerjaan yang diserahkan kepada perusahaanku, mau tidak mau aku pamit kepada Ibu dari mbak Anty beserta keluarga pagi hari minggu pagi agar aku tidak terlalu di forsir kalau kembali sore hari. Minggu malam aku sudah kembali ke kontrakanku, ah sepi juga tanpa tetangga sepertinya aku pun harus pindah juga dan kembali ke Bogor dimana rumahku sudah selesai di renovasi. Terimakasih banyak kontrakan yang sudah memberikan kenangan yang manis untuk saat ini, begitu gumamku saat itu.

Seminggu setelah kunjunganku ke rumah mbak Anty kami masih intens berhubungan baik dengan telepon atau videocall dan saat itu aku sudah bilang ke mbak Anty kalau aku minggu itu kembali ke rumahku dan meninggalkan semua kenangan di kontrakan itu. Mbak Anty pun tertawa terpingkal – pingkal saat aku ceritakan aku pamitan ke si empunya kontrakan, beliau merasa heran kok tetiba dua penghuni kontrakannya pergi dalam waktu yang berdekatan. Dan beliau malah menduga kami berdua memang sengaja telah menyusun waktu yang sedemikian.

Suatu malam tiba – tiba aku mendapatkan pesan dari bang Romli, kaget juga aku ada apa gerangan bang Romli mengirimkanku pesan.

Knock.Knock.Knock.

Bang Romli : “Dy, apa kabar lu?”​
Randy : “eh bang Romli, baik bang. Lu sendiri?”​
Bang Romli : “sama baik juga.​
Randy : “ada apa bang?”​
Bang Romli : “ini Dy gue mau minta maaf sebelumnya, bulan ini gue belum bisa ganti duit elu. Gue ada kebutuhan yang lain Dy. Maaf ye?”​
Randy : “eh iya bang selow aja”​
Bang Romli : “oh iya, lu udah pindah ya?”​
Randy : “iya bang gue udah balik ke rumah gue di Bogor, mainlah bang?”​
Bang Romli : “wah gila udah punya rumah lu, boleh dah kapan – kapan gue main”​
Randy : “Amin bang, masih nyicil ini juga. Siap di tunggu, btw kok lu tau gue pindah?”​
Bang Romli : “gpp Dy yang penting punya sendiri. Pas kemarin gue lewat mampir mau ambil barang – barang gue tanya Pak Haji katanya lu udah pindah”​
Randy : “oh iya bang, maaf gue lupa pamitan ama elu”​
Bang Romli : “gpp Dy, santai aja. Eh udah dulu ya Dy, gue mau nganterin bini gue kontrol”​
Randy : “sip bang. Salam buat bini lu”​
Bang Romli : “siap makasih Dy”​

Minggu kedua mbak Anty mulai kerja di pabrik sepatu di daerah Salatiga ternyata, awalnya aku kira di daerah Boyolali karena seingatku Boyolali tidak ada pabrik sepatu melainkan garment. Aku pun tahu lokasi pabriknya lumayan jauh setengah jam lebih perjalanan dari rumah mbak Anty dan intensitas kami berhubungan baik melalui pesan atau videocall jadi sangat sedikit per harinya. Aku pun memahaminya karena mbak Anty pasti sangat capai sekali baik dalam bekerja maupun laju sehari – hari.

Bulan berganti akupun masih dengan setiap mengunjungi mbak Anty hingga tiga bulan tak terasa mbak Anty sudah bekerja di perusahaan tersebut yang artinya hubungan kami kurang lebih sama dengan lamanya mbak Anty telah bekerja. Setiap kali aku mengunjunginya di Boyolali pasti tidak lupa mbak Anty minta jatah untuk disetubuhi, akupun tidur sudah jadi satu dengan mbak Anty dan anaknya dalam satu kamar setiap kali berkunjung. Dan Ibu serta adik dari mbak Anty tidak menunjukan sikap risih atau keberatan perihal tersebut.

Ibu mbak Anty dan adiknya selama aku berulang kali kesana lebih selalu menunjukan keramahan dan sikap welcome dalam menyambutku, itulah hal yang membuatku semakin nyaman dan semakin mantap dalam menentukan arah kedepanku bersama mbak Anty dan buah hatinya. Rasanya ingin cepat – cepat aku bawa orang tuaku untuk melamar mbak Anty, aku yakin mbak Anty juga merasakan hal yang sama denganku terlebih di kampung mbak Anty aku sudah di anggap calonnya mbak Anty oleh tetangga – tetangganya. Dan keluarga mbak Anty agak bangga denganku dengan latar belakang, pekerjaan dan sikapku yang sekiranya dapat mengayomi mbak Anty serta membantu dan menopang perekonomian mereka di kemudian hari.

Bulan ke empat rupanya banyak sekali pekerjaanku yang tidak bisa aku tinggalkan dan hal tersebut ternyata seiring juga oleh pekerjaan mbak Anty yang mengharuskannya memiliki waktu kerja yang panjang juga. Bila kemarin ada orang lain yang menjadi tembok bagi kami, sekarang jarak yang menjadi jurang pemisah antara aku dan mbak Anty. Memang intensitas kami dalam berhubungan baik melalui pesan maupun videocall agak berkurang terkadang hanya sekedar satu dua pesan per hari sebagai penyemangat akan tujuan kami berdua kelak. Ah indah rasanya layaknya aku kembali menjadi ABG yang memulai pacaran layaknya ABG. Nyatanya bulan ke empat aku tidak bisa berkunjung aku harap bulan ke lima bisa berkunjung. Ah sial bulan ke lima lupa bahwasannya sudah mau memasuki bulan Puasa, alamak kering kembali keris ini toh aku kesana pun tak bisa kelon. Hehehe.

Bulan ke lima pun tak bisa berkirim foto maupun videocall yang aneh – aneh serta menjurus kearah mesum. Sering kali malah aku videocall dengan anaknya mbak Anty yang mulai bawel bercerita ini itu kepadaku, aku senang bahwasannya anak mbak Anty tidak segan dan canggung bermanja denganku. Suatu malam pada bulan ke lima aku mendapat pesan dari mbak Anty.

Knock.Knock.Knock

Mbak Anty : “mas aku boleh telepon ndak?” isi pesan mbak Anty kepadaku.​
Randy : “boleh banget mbak, ada apa toh? Kangen ya? Kok telepon bukan videocall? Hehehe” tanyaku.​

Tak lama berselang telepon gengamku berbunyi.

Mbak Anty : “hallo mas” jawabnya.​
Randy : “hallo sayang”​
Mbak Anty : “ihh, sayang – sayang”​
Randy : “loh kenapa toh mbak?” tanyaku aneh.​
Mbak Anty : “aku mau tanya ih mas”​
Randy : “ihh tadi aku nanya juga ndak kamu jawab loh mbak”​
Mbak Anty : “hehehe, yang mana toh mas. Lali (lupa) aku”​
Randy : “ihh mboh ahh” (ihh tahu ahh)​
Mbak Anty : “wkwkwk, nesu ikk?” (wkwkwk, marah nih?)​
Randy : “horraaa yoo, ono opo toh mbak?” (tidak ya, ada apa toh mbak?)​
Mbak Anty : “kangen aku mas, kamu Lebaran kesini endak eh?” rengutnya manja.​
Randy : “inginya kesana mbak, kamu liburnya berapa lama?”​
Mbak Anty : “kesini dong harus wekss, seminggu tok eh mas. Kamu endak libur apa?”​
Randy : “duh liburnya juga cuma seminggu aku, tak usahain kesana kok. Kalau semisal gakbisa paling habis Lebaran aku kesana cuti semingguan. Capek banget kalau sendirian nyetir”​
Mbak Anty : “huuu, apa aku yang kesana nih?”​
Randy : “boleh tuh mbak ide bagus, hihihi”​
Mbak Anty : “maunya kamu itu mas”​
Randy : “mau dong, sini kerumah kita”​
Mbak Anty : “kita?” tanyanya bingung.​
Randy : “iya ke rumahku di Bogor, kan kamu belum lihat dan main”​
Mbak Anty : “eh iya aku belum kesana loh, tetangganya cantik – cantik ya disana makanya kamu betah gak nengokin aku disini” candanya.​
Randy : “wkwkwkwk, endak tahu tetangganya aku aja jarang balik ke Bogor. Seringnya nginep di kantor lagi banyak kerjaan banget ini”​
Mbak Anty : “yowes mas, besok sambung lagi. Aku mau bobo takut kesiangan besok sahurnya” pamit mbak Anty.​
Randy : “melu (ikut) bobo dong mbak”​
Mbak Anty : “hush, lagi Puasa ini. Wkwkwk”​
Randy : “loh emang malam Puasa juga”​
Mbak Anty : “wkwkwk, ya endaklah maksudnya lagi bulan Puasa mas. Besok saja kalau habis Lebaran baru tak kelonin”​
Randy : “siapp, malam sayang. Muaahhh muaaahhhh”​
Mbak Anty : “ihh genit cium – cium. Hehehe”​
Randy : “kan cium bohongan tok”​
Mbak Anty : “yowes mengko (nanti) gak selesai – selesai”​
Randy : “iya dah sayang”​
Mbak Anty : “dahh sayang”​

Berhubung bulan puasa kami tidak ada adegan tidak senonoh seperti bulan – bulan sebelumnya. Selain jarak yang menjadi jurang pemisah ada satu pemisah lagi yang bernama waktu. Ya waktu menjadi pelengkap selain jarak, semoga waktu adalah jawaban terbaik dari semua perjalan yang aku dan mbak Anty lalui saat ini. Aku pun tidak bisa mengira – ngira waktu yang akan datang. Karena sesuatu yang diawali dengan indah bisa berakhir dengan buruk, dan sesuatu yang diawali dengan buruk juga dapat berakhir dengan indah. Semoga saja ceritaku dengan mbak Anty akan seperti itu, karena awal hubungan kami terjalin dimulai dengan kondisi atau keadaan yang tidak bisa dibilang baik ataupun indah. Ditengah pertempuran pelbagai rasa dari hari kehari akupun makin sangat memantapkan diri untuk memilih mbak Anty sebagai tujuan akhir.

Musim liburan Lebaran akan tiba namun aku masih saja bergelut dengan pekerjaan, ah benar saja aku tidak bisa mengunjungi mbak Anty di Boyolali sana pada musim libur Lebaran kali ini karena ada projek besar di sebuah pusat perbelanjaan yang mengharuskan projek ini rampung sehabis Lebaran. Aku pun dengan segera mengabari mbak Anty perihal berita yang kurang baik ini, nampak ada nada kecewa dari mbak Anty. Setelah dipastikan aku tak dapat mengunjungi mbak Anty, langsung aku mengajukan cuti kepada atasanku dua minggu sehabis Lebaran.

Dan aku diperbolehkan cuti lima hari saja ditambah Sabtu Minggu libur jadi total aku dapat tujuh hari. Lumayan pikirku daripada tidak sama sekali, tapi aku punya sebuah kejutan untuk mbak Anty. aku tidak akan memberitahu kedatanganku kepadanya ataupun keluarganya toh aku pikir mereka sudah menganggapku seperti keluarga sendiri kalau memang tidak bisa menginap disana aku bisa tinggal di hotel. Sengaja aku pilih hari cuti dari hari Sabtu, dan hari Jumat sebelum tengah malam aku mulai jalan dari Bogor dengan estimasi aku tiba di Salatiga sekitar Sabtu jam dua siang. Pas dengan mbak Anty pulang kerja, jadi aku bisa jemput di pabrik mbak Anty. Setelah packing dan membawa beberapa oleh – oleh untuk keluarga dan anak mbak Anty aku meluncurkan mobilku kearah tol Cikampek, rupanya jam segini tol Jakarta – Cikampek tidak terlalu macet juga ya. Karena aku cuma driver engkel (seorang diri) jadinya aku tidak terlalu forsir tenaga sekuatnya saja toh santai ini aku. Sepanjang jalan tol aku putar berulang kali lagu dari salah satu penyanyi yang sedang di gandrungi ABG jaman kini sembari memegang kemudi aku menyanyi diiringi lirik ini, maklum diriku sedang dilanda badai asmara. Hihihi.

~ Start countin' all the days
Forever I will stay with you
With you one only you
Go far and roam about
Comeback and callin' out to me
To me one only me

Oo, I'm in love
What did I do to deserve you
You tell me what did I do
To be with you, love
To be the one you runnin' into
When the days do come through ~​


BERSAMBUNG >>

alamak lagu pamungkas rupanya
gua juga suka lagu2nya, 1 pol album gua suka semua
 
Mantaapp suhu 😭😭😭
Sumpeh ini hatiku berdesir2 atas endingnya huhuhu
Suhu, plis kasih kami 2 episode tambahan tentang ketegaran yg berbuah manis (dengan janda yg berbeda pastinya)
Mungkin suhu bisa memertimbangkan hehehe
-selalu jaya diudara buat suhu- 🎶🎶🎶
 
Quo Vadis


Mataku nampak sudah mencapai puncak kantuk karena tidak kuat lagi akhirnya aku menepi di rest area daerah Tegal karena seingatku rest area berikut masih sangat jauh. Setelah memejamkan mata dan istirahat beberapa jam hingga sekitar jam delapan pagi, membasuh wajah sebentar dan bersiap jalan kembali. Pikirku nanti saja aku mandi di rest area Ungaran seperti biasanya. Dari Tegal menuju Ungaran aku tempuh dengan waktu dua jam saja, sekitar pukul 10.47 aku sudah sampai. Karena akan menjemput mbak Anty di pabrik aku sempatkan mandi dan makan siang dahulu disini, dan jarak tempuh dari Ungaran menuju Salatiga juga cuma satu jam perjalanan saja paling santai itu juga jadi aku siap – siap berangkat jam 12.00.

Singkat cerita akupun tiba di pabrik mbak Anty sekitar jam 12.56, tak apa aku menunggu satu jam di luar pabrik tersebut. Persis di sebelah ATM aku parkir menghadap pintu kelua jadi aku bisa pantau, sembari aku mengirimkan pesan kepada mbak Anty.

Randy : “mbak Anty sayang, aku tunggu di depan ya di sebelah ATM” isi pesanku kepada mbak Anty.​

Kok tidak terkirim ya? Ah mungkin di dalam pabrik tidak bisa memegang telepon gengam dengan bebas kali ya? Pikirku positif saja. Hingga pada saat jam bubaran pabrik yang luar biasa banyak sekali para pegawainya aku sempat tolah – toleh kewalahan melihat satu persatu barang kali aku bisa jumpa mbak Anty saat itu juga. Berulang kali aku telepon mbak Anty namun tidak kunjung aktif telepon gengamnya. Ada apa gerangan?

Aku mulai beranikan diri untuk bertanya – tanya kepada beberapa pegawai yang melintas di depanku. Beberapa dari mereka aku tanya tidak mengenali mbak Anty dengan ciri – ciri yang aku sebutkan, ada sekitar sepuluh orang sudah aku tanya sembari terus menghubungi dan mengecek telepon genggamku berulang kali. Sampai pada suatu pegawai pria aku tanya apakah beliau mengenali mbak Anty dan hasil jerih payahku membuahkan hasil berdasarkan informasi yang aku dapat dari pegawai pria tersebut mbak Anty rupanya hari ini ijin tidak masuk karena kurang enak badan.

Mendapat informasi seperti aku langsung panik, setelah berterima kasih atas informasi yang diberikan tanpa berlama – lama aku langsung menuju rumah mbak Anty saat itu juga. Sekitar 45 menit kemudian aku sudah tiba di rumah mbak Anty.

Randy : “permisi”​
Ibunya mbak Anty : “eh mas Randy, kapan sampai?”​
Randy : “eh Ibuk, baru saja” sambil cium tangan beliau.​
Ibunya mbak Anty : “masuk ke dalam mas?” sambil mempersilakanku masuk.​
Randy : “njeh Buk, matur suwun. Eh ini bu ada sedikit oleh - oleh” (baik Buk, terima kasih) seraya aku masuk.​
Ibunya mbak Anty : “mau minum apa mas? Atau mau rebahan dulu di kamar, pasti capek kan sudah jalan jauh?”​
Randy : “nanti aja Buk tak ambil sendiri. Disini aja Buk, ndak enak nanti aku ganggu Anty istirahat”​
Ibunya mbak Anty : “loh Anty dereng wangsul eh mas” (loh Anty belum kembali eh mas) jawabnya keheranan.​
Randy : “dereng wangsul?” (belum kembali)​
Ibunya mbak Anty : “njeh mas, kan Anty nyambut gawe” (iya mas, kan Anty bekerja)​
Randy : “oh meniku (begitu) Buk, soalnya tadi ada yang bilang Anty ndak masuk kerja. Mungkin salah orang, hehehe” tawaku dengan penuh tanda tanya.​
Ibunya mbak Anty : “yowes mas, Ibuk tinggal ke belakang kalau mau rebahan di kamar ndak apa – apa. Ibuk mau masak sek (dulu)” pamitnya.​
Randy : “njeh Buk, matur suwun” (baik Buk, terima kasih)​

Aku semakin merasa gelisah, apa benar pria tadi memberiku informasi yang salah? Padahal aku sudah menunjukan kepada pria tersebut foto dari mbak Anty? ya masa Ibuknya mbak Anty juga memberiku informasi bohongan? Semua pertanyaan semakin berputar – putar dengan banyak pemikiran negatif, pantas terakhir telepon dengan mbak Anty ada sesuatu yang sangat janggal bagiku. Semoga semua hanya firasatku saja, aku masih belum bisa membayangkan semua hal buruk kalau sampai terjadi.

Sore hampir menuju malam, tak sadar aku tertidur di ruang tamu dan kudapati mbak Anty belum juga kembali. Sehabis dari dapur untuk mengambil minum ku dengar ada suara motor di depan rumah, dan kulihat kearah luar ternyata mbak Anty diantar oleh seorang pria dan dengan spontan dari posisi duduk berboncengan yang tadinya mbak Anty memeluk pria tersebut sontak kaget begitu melihat ada mobilku dan melepaskan pelukan tersebut dengan suara lirih mbak Anty meminta pria tersebut untuk segera meninggalkan rumahnya. Rasanya api cemburu mulai menjalar ketubuhku ini, langsung aku cecar dengan segudang pertanyaan kepada mbak Anty.

Randy : “siapa itu mbak?” ketusku langsung menuju.​
Mbak Anty : “eh bukan siapa – siapa mas?” jawabnya sembari hendak meraih tanganku untuk di ciumnya.​
Randy : “udah gak usah, siapa itu mbak?” sambil menepis tangannya.​
Mbak Anty : “konco tok mas?” (teman saja mas)​
Randy : “ora mungkin ambek konco peluk – peluk ngono” (tidak mungkin sama teman peluk – peluk begitu)​
Mbak Anty : “tenan mas konco kerja tok” (benar mas teman kerja saja)​
Randy : “gak usah bohong mbak, kamu kan hari ini gak kerja kan?” jawabku dengan nada tinggi.​
Mbak Anty : “bohong darimana mas, kata siapa aku gak kerja?” sanggahnya.​
Randy : “aku tadi ke pabrikmu, aku tanyai teman – temanmu katanya kamu gak masuk”​
Mbak Anty : “…………..” diam lirih tak bisa menjawabnya mbak Anty atas pernyataanku barusan badannya bersujud dikakiku dan menangis.​
Ibunya mbak Anty : “ono opo toh mas, Ty kok mbengok – mbengok?” (ada apa toh mas, Ty kok teriak – teriak?) sembari jalan dari dapur menuju ruang tengah.​
Randy : “………………” aku hanya diam sembari memegang kepalaku dengan kedua tanganku dengan gerakan mengacak – acak rambut lalu turun menutup wajahku.​
Ibunya mbak Anty : “Ty, ono opo toh?” (Ty, ada apa toh?) sembari menggoyang – goyangkan badannya mbak Anty.​

Hikss.Hikss.Hikss

Mbak Anty : “masss, pangaapuroo mass” lirihnya sambil memegang kaki meminta maaf dengan posisi terduduk dibawah.​
Randy : “……………” tak kujawab sepatah kata entah aku mau berujar apa semua serasa sesak perkataan yang hendak terlontar.​
Mbak Anty : “masss, ampun mass” tangisnya semakin pecah.​

Aku sudah tidak menghiraukan lagi mbak Anty aku langsung menuju mobilku dan meninggalkan mbak Anty dan Ibuknya. Entah semua gelap terasa ku lajukan mobilku menuju jalan tol arak Semarang. Terdengar kembali sebuah penggalan lagu dari penyanyi ini yang menemani pilunya hatiku, sembilu membekas dalam.

~
Little did I know love is easy
But why was it so hard?
It was like never enough
I gave you all still you want more
Can't you see? can't you see?
That you want someone that I'm not
Yes, I love but I can't
So, I am letting you go now

And baby one day
When you finally found what you want
And you're ready to open your heart to anyone
Don't push people away again
Easier, I know but it’s also very lonely


Yeah, oh, oh
I love you but I’m letting go
I love you but I'm letting go
I love you and I’m letting go
It is the only way, you know? oh

And from now on
I will hold my own hand
Until one day you'll hold my lonely hand
Ooooh
~​

Oh God, kenapa lagu ini ada di daftar playlistku? Tak henti – hentinya aku mengutuk diriku sendiri. Segala tatapan tegarku sedari tadi tumpah ruah menjadi tangis sepanjang jalan menuju Tuntang, apa ada yang salah dariku? Apa ada yang kurang dariku? Tiga jam kuhabiskan waktuku di pelataran parkir sebuah tempat berdoa di daerah Tuntang dengan isak tangis yang tidak jelas. Ku langkahkan kaki keluar dari mobil menuju tempat doa tersebut, memang bukan keyakinan yang menjadi penghalang besar hubunganku dengan mbak Anty. Yang menjadi lubang hitam hubungan kami adalah pengendalian ego dan hawa nafsu.

Belakangan aku tahu pria tersebut adalah teman SMA yang memberikan kerjaan kepada mbak Anty dan pria tersebut pula yang sering bareng berangkat dan pulang kerja. Pria tersebut memang sudah duda dan mbak Anty juga baru saja menyandang status janda. Dari penuturan mbak Anty kepadaku hubungan mereka baru berjalan satu hingga dua bulan dan mbak Anty terus terang baru dua kali berhubungan dengan pria tersebut yang kedua adalah yang aku pergoki ketika mbak Anty tidak masuk kerja. Entah apa ini karmaku, dari perselingkuhan sebelum mbak Anty resmi bercerai. Karena sejatinya aku tidak percaya bahwasanya karma itu adanya.

Segala suatu tentang mbak Anty sudah perlahan mulai kuhapus dari semua ingatanku, cutiku hanya berakhir sia – sia yang hanya kuhabiskan merenung di kamarku. Sekembali aku ke Bogor berulang kali mbak Anty menelponku dan mengirim pesan namun tidak aku gubris sekalipun, ratusan kali kata maafnya kepadaku tak ku tanggapi. Ketirnya kurasakan hingga kini mungkin aku harus segera memperbaiki hidupku kini, pergi menjauh jawabanku sementara.





Terima kasih banyak atas semua apresiasi suhu – suhu hingga saat ini.

Mohon maaf bila endingnya sangat jauh dari kata baik dan sebagainya. Sumpah nubih jadi gemeteran dalam mengetik sub judul akhir ini.
Mohon maaf bila dua sub judul tidak ada adegan senonohnya, dan seakan nubih jadi menye.


~ BERAKHIR ~​
di jalan lagunya walk the walk, slow, kenangan manis, wait a minute, one only
pas ketemu malah soundtrack ny i love you but im letting go

ambyaarrr maneh nduk
 
Hiks..... Kok sad ending?


Anyway, setidaknya mba Anty udah bahagia hehehe drpd sama suami nya yg kacrut itu
 
gek ra neng boyolali hu
hehehe
susune sopo hu??


sukses juga buat suhu
makasih


kalau ada waktu nubih ceritakan hu
tapi gak janji


makasih bnyak apresiasinya hu


1. terimakasih atas perhatian yang detil terhadap respon pembaca, hampir semua dibalas satu persatu.
2. terimakasih atas cerita yg mmm, lumayan menghibur
3. sukurin sakit aty ama mbak anty
wqwqwqwq
golek binor meneh mas, ora kentu ora smile
 
Terimakasih suhu atas cerita yg telah disuguhkan, menarik dgn sad ending yh luar binasa.... tetap semangat dan terus berkarya....
 
Yaaahhh.....
Rak sido merawani silite Mbak Anty no, hu...

Tp ya all good things must come to an end, toh....

Jd..., g ada yg abadi....


Overall, this is a Frickin' Nice Story....
G sabar buat cerita suhu selanjutnya...

:semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd