Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memuaskan Nafsu Pacarku

Chapter 6 : Permintaan Rian


Kos Rian

“Sayang, kamu gak marah?” tanyaku pada Rian dengan jantung berdetak cepat yang mana saat ini aku bersama pacarku sudah berada di atas ranjang dan kami berdua masih dalam keadaan tanpa sehelai benang pun di tubuh kami.

Sebelumnya memang aku seolah-olah lebih berani untuk bertindak gila memanggil-manggil nama orang lain sambil membayangkan tubuhku sedang disetubuhi oleh pria lain selain pacarku. Tetapi setelah melakukan hal itu dan merasakan puas, entah kenapa di hatiku ada perasaan bersalah dan tiba-tiba saja aku sangat takut kalau Rian akan marah karena kegilaanku sebelumnya.

Rian diam seribu bahasa tanpa mengatakan sepatah kata apa pun sejak tadi. Hanya pandangan matanya saja yang seolah-olah sedang berbicara kepadaku. Aku memang tadi melihat bagaimana dia menggesek-gesek penisnya sendiri ketika melihatku sedang bermasturbasi. Tetapi saat itu akal sehatku telah hilang dan hanya memikirkan tentang apa yang ingin aku rasakan saja.

“Sayang ... ngomong, dong! Jangan diem aja,” ucapku sambil mencoba menyentuh tangannya.

Rian masih diam saja meskipun aku sudah mencoba membujuknya. Aku terus saja memohon dan meminta pada pacarku agar dia berbicara. Namun apa yang aku lakukan sama sekali tidak ada jawaban atau respons dari Rian. Sampai akhirnya setelah aku memohon dan meminta untuk pacarku berbicara, mulai lah dia menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku.

“Sejak kapan kamu sering masturbasi sambil bayangin orang lain, Ra?” tanya Rian yang menatapku dengan sorotan mata yang tajam seperti dia bisa membaca isi pikiranku.

“E-e-e ... aku baru tadi masturbasi sambil bayangin Pak Somad,” jawabku dengan berbata-bata.

Rian seolah tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Hingga akhirnya aku mengeluarkan unek-unekku yang sebelumnya sempat aku simpan sendiri.

“Aku beneran baru tadi masturbasi sambil bayangin orang lain, Rian. Habisnya kamu gak kayak biasanya banget,” ucapku yang mataku sudah berair dan aku ingin menangis rasanya. “Kamu biasanya gak main cepet kayak tadi. Biasanya kamu beringas banget sampai berjam-jam kamu pake badan aku biar kamu puas. Tapi kenapa tadi kamu sama sekali gak mau lanjut dan bahkan ketika aku udah minta,” sambungku yang kali ini air mataku pun turun membasahi pipiku.

KHIKS ... KHIKS ... KHIKS....

Untuk beberapa saat aku menangis dan Rian sama sekali tidak ada usaha untuk menghentikan tangisanku. Aku sampai menangis sesenggukan karena sikap Rian yang sangat berbeda dari biasanya.

“K-k-ka-m-m-u ya-an-ng bi-a-san-y-nya s-er-rrr-ing mi-nt-a b-u-ua-t ak-u te-r-rus l-an-ju-t ka-ka-lau k-am-mu be-lu-m-m-m pu-as,” ucapku terbata-bata karena tangisanku yang benar-benar sesenggukan.

Rian sepertinya luluh karena tangisanku. Memang biasanya aku sangat jarang sekali menangis di depannya. Tetapi kali ini entah kenapa aku merasa sangat bersedih meskipun sebelumnya aku merasa bodo amat kalau akan diputuskan oleh Rian.

PUK ... PUK ... PUK....

Rian memeluk tubuhku dengan menepuk lembut punggungku. Dia seperti mencoba menghentikan tangisanku dengan sikapnya yang tiba-tiba begitu lembut padaku. Pacarku memeluk tubuhku dengan begitu eratnya sampai aku bisa merasakan bagaimana payudaraku yang kenyal dan padat tersentuh dengan dada bidangnya.

KHIKS ... KHIKS ... KHIKS....

Untuk beberapa saat aku menangis di dalam pelukan Rian. Hingga akhirnya tangisanku mulai reda dan Rian mengucapkan kata-kata yang mungkin tidak pernah terbayangkan di benakku.

“Sayang, kamu gak usah nangis lagi. Aku gak marah, kok. Malah sebenarnya aku suka kalau kamu kayak tadi,” ucap Rian dengan begitu santainya yang mana aku tidak pernah membayangkan kalimat itu terucap dari mulut pacarku. Padahal tadinya aku sudah bersiap untuk mendengarkan ucapan pacarku yang mungkin saja akan memutuskanku. Tetapi mendengar kalau dia tidak masalah dengan apa yang aku lakukan tadi dan dia malah menyukainya, membuat diriku sangat terkejut dan berada di level kegilaan yang berbeda.

“Sayang!” panggilku sambil mengangkat wajahku dari dada bidangnya dan mencoba melihat wajah Rian.

“Iya, aku serius, Ra. Aku suka kalau kamu bayangin dientot sama orang lain,” ucap Rian yang begitu frontal kepadaku dan tatapannya itu benar-benar menatap mataku.

PLAK....

Aku memukul dada pacarku berkali-kali karena merasa kesal dan berkata, “KAMU GILA YA!?”

Di satu sisi aku merasa marah karena Rian sama sekali tidak ada rasa kekecewaan pada dirinya. Malah dia seperti menikmati kalau tubuhku dinikmati oleh pria lain selain dirinya.

“Hehehe ... bukan begitu, Sayang,” timpal Rian sambil menahan tanganku yang memukul dadanya. “Aku suka aja kalau ada orang yang sange ngeliat body kamu,” sambungnya dengan mata berbinar.

DAG ... DIG ... DUG....

Aku memang pernah mendengar dari Rian kalau dia sangat suka saat ada seseorang yang memuji tubuhku. Tetapi aku tidak pernah tahu kalau ternyata pacarku itu malah senang kalau banyak pria sampai sange melihat tubuhku dan sampai menikmatinya juga.

Aku mendorong sedikit jauh tubuh Rian dan menatap wajahnya seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Bibirku bergetar karena aku benar-benar kaget karena mendengar hal itu dari mulut pacarku sendiri.

“Iya, Ra. Aku memang suka kalau badan kamu itu dipuja-puja banyak cowok apalagi mereka jadi sange ngelihat kamu,” ucap Rian memperjelas ucapan sebelumnya. “Tapi kan yang boleh nikmatin badan kamu cuma aku,” sambungnya sambil meremas payudara besarku dan memilik putingku sedikit keras.

“AGRHHH ... RIANGRHHH!” erangku mendesis karena saat itu puting payudaraku masih terasa sangat sensitif.

Aku mencoba menahan lengan Rian yang tangannya itu sedang memilin pelan puting payudaraku. Tetapi saat itu rasanya tenagaku benar-benar hilang karena pacarku malah semakin intens memilik puting payudaraku dan memberikan rasa sakit sekaligus nikmat.

“STOP ... RIANGRHHH ... UGRHHH ... UDAH, SAYANGRHHH ... AMPUNGRHHH....” Aku mengerang dengan kedua tanganku berada di lengan tangan Rian yang sedang memilin putingku. Tetapi apa yang aku lakukan sama sekali tidak ada yang berarti dan malah Rian semakin menggodaku.

“Kamu juga suka kan kalau Pak Somad ngentotin kamu!? Ngaku, gak!?”

“Gak, Sayang. Aku gak suka!”

“Kamu bohong, Ra! Jujur sama aku! Buktinya tadi kamu masturbasi sambil manggil-manggil dan bayangin Pak Somad!”

Aku mencoba menahan dan tidak mengakui apa yang dikatakan oleh Rian. Tetapi semakin aku mengelak dan tidak mengakui hal itu, semakin intens juga bagaimana Rian memainkan payudaraku. Hal itu semakin membuatku kelimpungan karena di satu sisi memang aku menyukai membayangkan kalau tubuhku sedang dinikmati oleh orang lain selain pacarku. Tetapi di satu sisi aku sangat takut kalau Rian sampai marah karena aku mengakuinya.

“Jujur gak sama aku!?”

“Gak, Sayang. Agrhhh ... aku gak suka!”

Rian semakin intens men-teasing-ku dan dengan kedua kakinya melebarkan kedua kakiku hingga liang kewanitaanku yang masih tersisa sisa-sisa cairan cintaku yang sebelumnya telah keluar dari sana terlihat jelas.

“SHHH ... AMPUN, RIAN. SHHH ... SUDAH! SHHH ... SAYANG, SAKITGRHHH....” Aku mendesis dan tubuhku bergetar karena rasa geli itu menyelimuti tubuhku.

“Makanya ngaku sama aku! Jangan bohong!” ucap Rian yang intonasi suaranya itu seperti marah. Tetapi di balik itu aku tahu kalau dia sedang menggodaku.

Aku pun takluk dengan godaan Rian. Aku merasa pertahananku hancur karena pacarku itu begitu pintar memainkan pikiran dan tubuhku.

“Iya, Sayang. Shhh ... iya aku suka,” ucapku dengan sekenanya saja dan meringis sakit sekaligus nikmat.

“Begitu, dong. Jangan bohong sama aku makanya,” timpalnya sambil melepaskan jari jempol dan telunjuknya yang sedang memilin puting payudaraku.

HUHHH ... HUHHH ... HUHHH....

Nafasku masih memburu dan aku masih menginginkan Rian untuk menjamah tubuhku. Tetapi aku terlalu malu dan harga diriku berkata untuk tidak memohon padanya karena aku masih merasa marah dengan sikap pacarku yang sebelumnya mengabaikan kepuasan sex-ku.

Rian kemudian menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut dan dari cara pandangannya, dia seperti memberitahuku kalau dia sama sekali tidak marah dengan apa yang dilihatnya sebelumnya. Pacarku kemudian mulai mencairkan suasana dan menceritakan kalau sebenarnya dia sangat suka kalau pacarnya, aku dikagumi oleh banyak pria.

“Ya aku seneng aja Sayang gimana cara mereka ngelihat kamu. Badan kamu itu nafsuin banget tahu,” ucap Rian seperti begitu bangganya karena memiliku sebagai pacarnya.

Memang sejak dari SMA aku sudah rajin berolahraga apalagi ikut kegiatan cheerleaders di sekolahku hingga membuat bentuk tubuhku seperti sekarang.

Aku mengakui kalau memang dari hasil aku yang rajin berolahraga dan menjadi pemandu sorak itu, aku mendapatkan tubuh yang cukup banyak membuat wanita iri. Apalagi ditambah payudaraku yang berukuran 36B dan juga pantatku yang bohai, membuat banyak pria yang tidak bisa melepaskan pandangannya dari tubuhku untuk mereka kagumi.

Sampai sekarang pun aku masih rajin berolahraga meskipun aku sudah berhenti menjadi pemandu sorak. Sekarang aku lebih memilih poll dance ataupun pop dance karena aku akhir-akhir ini aku suka mendengarkan musik Korea.

“Ihhh … kamu, ya! Bisa bener kalau gombalin aku!” ucapku dengan mengalihkan pandanganku karena aku tahu saat ini pipiku sedang merah merona karena malu.

“Aku serius, Ra. Badan kamu itu sexy banget,” ucap Rian yang masih begitu manis dengan ucapannya. “Temen-temen aku aja sering loh katanya jadiin kamu jadi bacolan mereka,” lanjut pacarku dengan entengnya berkata seperti itu.

Aku menatap wajah Rian dengan kedua bola mataku yang membesar karena aku sungguh terkejut mendengar penjelasan dari pacarku itu. Bibirku bergetar karena aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa-apa.

“Kamu gila, ya!? Atau kamu jangan-jangan kirim foto nude aku ke mereka!?”

“Gak lah, Baby! Masa aku kirim foto naked kamu ke mereka.”

“Bener!?”

“Iya, beneran, Sayang.”

“Awas aja ya kamu kalau sampai aku tahu kamu kirim-kirim foto naked aku ke mereka!”

“Hehehe … suer, By. Aku gak pernah kirim foto naked kamu ke temen-temen aku.”

Aku dan Rian lalu hanyut ke dalam obrolan panjang di mana terjadi perdebatan kecil dan keintiman hubungan kami yang semakin menjadi intens. Saat itu aku benar-benar melupakan semua amarahku terhadap Rian karena sikap dia sebelumnya yang tidak bisa memuaskan nafsu birahiku.

Aku pada akhirnya kalah dengan diriku sendiri karena aku sungguh sangat mencintai dan menyayangi Rian.

“Sayang, besok kamu pakai baju ini, ya,” pinta Rian sambil memperlihatkan sebuah gambar dari ponsel miliknya dan ekspresi wajahnya itu benar-benar membuatku kesal.

“RIAN! KAMU GILA, YA!?” teriakku sambil memukul begitu keras dada Rian.

Bersambung….​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd