Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Memuaskan Nafsu Pacarku

Boleh requestkah hu? Mungkin Rara bisa ngentot sama anak SMP dan kakek tua status lebih rendah kayak pengamin dll hu. Cuma saran aja hu biar makin seru 🙏
Kalau mau genre shotacon gak boleh di update di sini Hu karena underage. Di sebelah aja updatenya.

Buat cerita KBB mungkin side story Bella aja.

Biar cerita Rara sama Rian fokus dulu ke drama mereka dan tipis-tipis ekse lah.
 
Chapter 7 : Acara Party



Kos Rian

“RIAN! KAMU GILA, YA!?” teriakku sambil memukul keras dada Rian.

“Awww ... sakit, Sayang. Kenapa kok kamu pukul aku?” Rian berpura-pura kesakitan dengan wajahnya yang memelas sambil memegang bagian dadanya yang baru saja aku pukul dengan tanganku.

“Ya lagian kamu bener-bener, ya. Masa aku disuruh pake baju kayak begitu!” tolakku yang merasa aku seperti wanita murahan kalau harus menggunakan pakaian yang Rian inginkan tersebut.

Rian sebelumnya memperlihatkan sebuah foto wanita yang memakai pakaian dress berwarna hitam ketat memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu dengan sempurna. Namun pakaian yang dipakai oleh wanita tersebut berbelahan dada yang sangat rendah sampai belahan dada wanita itu terlihat jelas. Bahkan dari gambar yang diperlihatkan oleh pacarku itu, bisa jelas sekali terlihat dengan mata telanjang bagaimana puting susu wanita itu yang menyeplak.

Aku tentu saja tidak ingin menggunakan pakaian se-sexy itu karena sebelumnya aku sudah pernah mengikuti kemauan Rian untuk menggunakan pakaian sexy yang dipilihnya. Namun hasilnya banyak sekali mata pria yang melihatku dengan pandangan mesum mereka dan itu sedikit menggangguku. Meskipun jauh di dalam hatiku aku menyukai kalau banyak pria yang mengagumiku, tetapi aku tidak begitu memperlihatkan secara terang-terangan tentang hal itu.

“Please, Sayang. Kamu bakalan sexy banget kalau pakai baju kayak begitu,” ucap Rian memohon dan salah satu tangannya itu memegang tanganku dengan begitu lembut untuk membujukku.

“Ahhh ... aku gak mau! Pas itu aku udah pernah loh aku pakai baju kayak gini. Malah kamu bukannya jagain aku, aku dibiarin aja digrepein sama cowok-cowok bangsat itu!” tolakku tegas dengan permohonan Rian karena teringat kejadian yang tidak mengenakkan untukku.

Aku masih dapat mengingat jelas beberapa bulan yang lalu saat aku diajak Rian untuk pergi ke sebuah club malam tempat biasa dia berkumpul bersama teman-temannya. Seperti sekarang, dia membujukku untuk ikut dengannya karena pada saat itu aku sedang malas-malasnya untuk keluar. Tetapi karena aku mendengar rengekan Rian yang terus memohon padaku agar aku ikut dengannya, pada akhirnya aku menerima ajakan pacarku itu.

Meskipun aku sudah mengiyakan kemauannya, tetapi Rian malah memintaku menggunakan pakaian yang telah dipersiapkannya. Tentu saja aku menolak tegas kemauannya itu karena pakaian yang dibawa pacarku itu terlihat begitu terbuka. Tetapi karena aku terkena bujuk rayuannya yang sering kali membuat hatiku luluh, aku pun menggunakan pakaian rok yang sangat pendek dengan dibalut sebuah stocking hitam dan juga t-shirt crop top yang sangat ketat.

Rian juga tidak memperbolehkanku untuk menggunakan BH mau pun CD dan aku hanya diperbolehkan menggunakan g-string saja. Aku berkali-kali menolak permintaan gilanya itu, tetapi aku pun akhirnya mengikuti kemauan Rian karena pacarku yang terus-menerus membujukku dengan godaan-godaan nakalnya itu.

Di Club pun tadinya aku sudah memberikan wanti-wanti pada Rian kalau dia harus menjagaku. Tetapi ternyata pacarku itu malah mengingkari janjinya.

Saat itu aku diajak Rian untuk pergi ke lantai dansa dan untuk beberapa saat dia masih bersamaku untuk bergoyang tipis-tipis mengikuti alunan musik. Namun setelah beberapa saat kemudian dia meninggalkanku di lantai dansa seorang diri yang di sekelilingku dipenuhi mayoritas pria dengan keadaanku yang sudah sedikit tipsy.

Pikiranku yang sudah sedikit oleng karena minuman alkohol yang aku minum sebelumnya sampai membuatku tidak menyadari kalau Rian sudah pergi meninggalkanku dan duduk di table tempat dia dan teman-temannya duduk. Di lantai dansa itu aku awalnya biasa saja, namun perlahan-lahan aku merasa gerah karena merasakan gerayangan tangan seseorang yang menyentuh bagian-bagian tubuhku.

Kalian tahu kan kalau aku sudah dalam keadaan sange berat dan itu membuat kegilaan di dalam diriku keluar begitu saja. Gerayangan tangan seseorang yang tidak aku kenal itu awalnya aku tepis dan aku sangka tangan Rian yang sedang menjahiliku. Tetapi saat aku menoleh dan melihat kalau itu bukan pacarku, pada saat itu aku langsung mencari-cari keberadaan pacarku.

Saat aku sedikit panik dan spontan melihat ke area table di mana Rian sedang duduk bersama teman-temannya sambil menegak minuman yang sedang diangkatnya. Pandanganku dan pandangan Rian bertemu. Namun pacarku itu malah tersenyum senang melihatku seorang diri yang berada di tengah-tengah banyaknya pria yang ada di dekatku. Rian sepertinya sama sekali tidak menyadari kalau sekarang pacarnya itu sedang digerepe oleh seorang pria.

Aku melihat Rian dengan tatapan memohon dan kembali bergabung padaku, tetapi dia seperti memberitahuku melewati sorotan matanya itu kalau aku harus menikmati apa yang sedang aku rasakan. Walaupun aku bisa aja pergi dari tempat itu, entah kenapa kakiku seperti terpaku dan otakku pada saat itu tidak dapat berpikir jernih.

Aku yang sudah dalam keadaan sedikit mabuk pun akhirnya pada saat itu mengikuti nafsu birahiku. Gerayangan tangan pria yang tidak aku kenal itu terus menjalar ke seluruh badanku hingga akhirnya membuatku mendapatkan orgasmeku.

“Maaf, Sayang. Maafin aku, Ra,” ucap Rian dengan ekspresi wajahnya yang masih memelas. “Tapi kamu suka, kan!?” lanjutnya yang raut wajah pacarku langsung berubah dari sedih menjadi menggodaku.

“RIAN, KAMU YA—”

“Iya, Baby. Maafin, maafin aku, ya. Hehehe....” Dengan lagak cengengesannya itu, Rian seperti tidak ada perasaan bersalah sama sekali padaku. Tapi dia malah seperti merasa senang kalau pacarnya dalam keadaan seperti itu.

Aku sebenarnya sudah menerka-nerka kenapa sikap Rian seperti itu dan bahkan sempat bertanya pada Bella dengan tingkah aneh pacarku itu. Tetapi sahabatku itu bilang kalau mungkin saja Rian itu into cukcold dan dia senang kalau diriku dipuaskan oleh pria selain dirinya sambil dia melihatnya juga.

Aku tentu saja tidak percaya dengan ucapan Bella karena aku tahu sebajingan apa sahabatku itu apabila menyangkut hal pria. Apalagi aku tidak tahu dengan istilah cukcold yang dijelaskan oleh Bella.

“Bener, deh. Kali ini aku janji bakal jagain kamu. Kamu bakal kelihatan wah banget soalnya kalau pakai baju kayak gini,” puji Rian yang masih menggunakan kalimat godaannya itu padaku.

“Ahhh ... KAMU! Memangnya kita mau ke mana, sih? Aku sampe disuruh pakai baju kayak begitu,” tanyaku dengan jantung berdebar kencang dan bayangan pikiran mesumku itu mulai berdatangan di benakku.

“Ikut saja, Sayang. Kita gak ke club kok kali ini. Ada acara party temen aku yang ulang tahun. Tapi acarnya cuma diisi circle aku aja aku aja dan gak banyak orang kok yang dateng,” jawab Rian yang bola matanya begitu bahagia karena mungkin saja dia mengira aku bakal mengiyakan keinginannya itu.

“Memang kapan acaranya?”

“Masih 2 minggu lagi. Awal bulan depan acaranya.”

Aku terdiam dan memikirkan apa yang akan terjadi pada acara party teman Rian itu. Aku memang sudah terbiasa dengan keanehan-keanehan pacarku yang kadang terjadi di luar ekspektasiku. Sebetulnya aku malas untuk datang ke acara party tersebut karena aku tahu di sana hanya akan minum-minum, menyombongkan diri, menyanjung orang lain, dan ya begitu-begitu saja.

“Please, Sayang. Masa mereka dateng bawa cewek mereka semua, aku cuma dateng sendirian,” ucap Rian yang masih saja merengek dan memelas memohon. “Kan aku juga ingin nyombongin gimana sexy-nya cewek aku ke mereka,” lanjut Rian dengan pujian gombalnya.

“Ahhh ... kamu mah gitu terus gombalnya!”

“Bener, Sayang. Kamu kan tahu banyak temen-temen aku yang sering tanyain kamu.”

Aku membuang pandanganku agar Rian tidak melihat pipiku yang mungkin sekarang sudah merah merona karena malu mendengar gombalin classic-nya itu.

“Yaudah, tapi kali ini kamu harus jaga aku, loh! Aku gak mau kejadian kayak di club sebelumnya!” ucapku tegas pada Rian karena tidak ingin kejadian sebelumnya menimpaku lagi. “Kalau kali ini kejadian lagi, aku bakal bener-bener marah sama kamu!” lanjutku dengan menekankan kata marah.

“Iya, Sayang. Aku janji!”

Saat itu hilang sudah perasaan kesalku pada Rian karena nafsu birahiku sebelumnya tidak dia tuntaskan. Selain itu bayangan di dalam benakku masih memikirkan tentang apa yang terjadi di acara party nanti. Meskipun aku berharap acara itu tidak menjadi gila karena aku tahu kelakuan teman-teman Rian sama seperti dia, tetapi tidak aku pungkiri kalau aku menyukai ketika gerayangan tangan pria yang terjadi di club sebelumnya.

Aku tentu saja tidak ingin Rian tahu kalau aku menyukai hal itu karena aku tidak ingin dicap cewek gampangan karena dengan mudah memberikan tubuhku pada pria yang tidak aku kenal.

Rian senang bukan main saat aku mengiyakan ajakannya. Saat itu aku dan Rian cuddle seperti biasa dengan saling memeluk satu sama lain. Aku tidur di dadanya sambil mencium aroma khas dari tubuh Rian yang sering kali membuatku hilang kendali karena nafsu birahiku. Dengan tangannya yang jahil memainkan payudaraku ataupun ingin turun ke bawah memainkan liang kewanitaanku, aku membiarkan saja hal itu karena aku sangat menyukai cuddle dengannya.

Pada saat aku dan Rian cuddle dan tengah asyik bercengkerama, tiba-tiba saja pintu kamar kos pacarku diketuk oleh seseorang.

TOK ... TOK ... TOK....

“Rian ... Rian ... Rian....” Seorang berteriak dari luar kamar kos Rian dan dari ciri-ciri khas suara tersebut aku bisa mengenalinya kalau itu adalah sahutan Dion teman satu kos pacarku.

“Sayang, itu kenapa temen kamu!?” tanyaku sambil mengangkat wajahku dan melihat wajah Rian. Hembusan anfas pacarku itu menerpa tengkukku dan nafsu sex-ku perlahan-lahan mulai bangkit.

“Gak tahu, mungkin dia mau minjem motor kali. Kamu bukain deh pintunya,” timpal Rian begitu saja tanpa memikirkan kalau aku masih menggunakan kemeja putihnya saja.

“Ihhh ... kamu gila, ya! Aku masih pakai baju kayak gini, loh!” sergahku sambil menarik kemeja putih panjang yang sedikit menutupi bagian pahaku.

“Ya, gpp. Dia juga kan pernah ngelihat kamu naked pas kita ngentot waktu itu sih, Sayang.”

“Ahhh ... gilanya kamu muncul lagi, kan! Ya tetep aja aku malu lah, Sayang.”

Sebenarnya ada suatu kejadian di mana aku tidak menceritakannya pada Rian perihal Dion. Tetapi aku tidak pernah menceritakan kejadian itu pada pacarku karena aku takut kalau dia akan marah padaku kalau mengetahuinya. Tapi di depan Rian aku selalu menjaga sikapku ketika berada di depan teman kosnya itu. Meskipun tak jarang Dion sering kali memancing-mancing diriku untuk melakukan hal-hal yang pernah aku lakukan dengannya.

“Udah, gpp. Teman aku juga gini. Gak perlu malu deh, Sayang.”

“Ya tetep aja aku malu kalau pakai baju kayak gini.”

TOK ... TOK ... TOK....

Saat aku berdebat dengan Rian untuk siapa yang membuka pintu itu, suara ketukan dan panggilan Dion semakin keras. Sampai akhirnya karena Rian yang malas, aku pun terpaksa membuka pintu tersebut.

“Sebentar teriakku.” Sambil ogah-ogahan aku berdiri dan berjalan ke arah pintu dengan hanya menggunakan kemeja putih saja yang membalut tubuhku. “Kenapa, Dion?” lanjutku yang melihat seorang pria dengan tubuh tinggi tegap kini berdiri tepat di depanku.

Bersambung....​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd