Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menggapai Impian - All about Me

Part 9 – Sebuah Permainan (2)

Kartu sudah dibagikan, sekarang setiap orang sudah memegang 13 buah kartu di tangannya, kulihat tamuku sudah mulai menyusunnya menjadi 3 bagian, 5 kartu di bagian bawah, 5 kartu di bagian tengah dan 3 kartu di bagian atas.
Mudah-mudah an menang pikirku, aku memang mengharapkan uang 100 dollar yang sudah ditaruh di atas meja oleh tamuku, tapi aku selalu merasa assetku yang paling berharga ini akan membuat semua tamuku penasaran jika mereka tidak dapat melihatnya apalagi menyentuhnya, entah mengapa itu membuatku merasa berbeda dibandingkan LC yang lain.
Satu demi satu bagian sekarang mulai ditaruh di atas meja, dimulai dari bagian yang paling bawah, kemudian tengah dan kemudian atas. Dan Andri berteriak “Damnnnnn, kalah gw, sorry ya Nad”, “yeeeeeyyy, seratus dollar” Nadya (nama LC yang bersama Andri) berteriak kegirangan,
“sialan lo, kirain gw lo ga mau memek lo diliat si Deni” langsung dia mengajak Nadya minum dan diteguknya sloki itu sampai habis, begitu juga dengan Nadya. Lalu Andri mengambil uang 100 dollar di meja dan kemudian dia bilang “berdiri Nad”, ditaruhnya uang 100 dollar yang telah digulung ke bibirnya, kemudian wajahnya bergerak ke arah perut Nadya dan secara perlahan dari dekat pusarnya uang dollar itu diselipkan ke celana dalam G-string berwarna putih yang dipakai Nadya. Nadya ini mukanya cukup cantik dengan tinggi badan 155 cm, kulitnya yang putih cukup kontras dengan warna rambutnya yang dicat kemerahan. Di saat dia berdiri tadi dengan menyisakan celana dalam di tubuhnya, kulirik sekilas Deni tersenyum penuh nafsu, payudaranya yang tidak terlalu besar, jelas belum sebanding dengan punyaku yang kenyal dan membusung.
Ada perasaan sebal di diriku melihat tamuku memandang tubuh Nadya dengan senyum kesenangan. “liat aja nanti kalo semua orang di meja ini sudah liat payudaraku, pasti ngga ada yang kedip” pikirku sedikit kesal.
Nadya mulai menaruh kedua jarinya di pinggang lalu mengaitkannya pada tali G String nya, dan menurunkannya, perlahan terlihatlah vaginanya yang berbulu tipis, karena sering dicukur dengan teratur, kemudian turun melewati paha dan lututnya, diangkatnya satu kakinya sehingga terlihatlah mengintip belahan vaginanya, setelah dilewatinya satu kakinya, diangkat kakinya yang lain, tidak untuk diambilnya G string itu, tapi diikatnya secara rapi di pergelangan kakinya, sehingga terlihat seperti assesoris yang melingkari kakinya itu. Manis terlihat kakinya yang putih mulus dengan adanya G string itu. Aku perhatikan satu-satu, semua lelaki di situ termasuk Deni seolah tidak ingin melewatkan momen yang paling berharga dalam hidupnya, dia memandang dengan penuh senyuman. Semua orang duduk kembali untuk melanjutkan permainan kartu ini.
 
Terakhir diubah:
Part 10 – Sebuah Permainan (3)

Kartu kembali dijatuhkan ke meja, satu demi satu bagian diturunkan dan kemudian kulihat Andri berteriak kegirangan “Kalah lo Den, aseeeekkkk liat toketnya Putri” sambil matanya tidak henti melihat dadaku.
Aku merasa malu juga deg-deg an, karena sebentar lagi aku harus membuka atasanku, sehingga semua orang di ruangan ini akan melihat payudaraku. Tiba-tiba Deni berkata “ngga bisa buka langsung atasannya, soalnya Putri ngga pake B“anjrit, ngga pake BH Den, wahhhhh, pantesan lo tadi maen remes aja gw liatin di sofa” kata Andri. “hehehe, rejeki gw ngga akan gampang buat dinikmatin orang laen broooo, jadi Putri hanya perlu nurunin tali gaunnya dan nurunin sedikit gaun di dadanya sampe ngintip dikit putingnya, hahaha” kata Deni. “ok, ok, deal, sampe keliatan dikit putingya ya”. Lalu Deni mengambil dua sloki whisky dan memberikan satu padaku, “tosss” dan aku mengikutinya untuk meminumnya sampai habis. Deni mengambil uang 100 dollar dan berkata “turunin sayang tali sama gaunnya”.
Aku merasa deg-degan yang amat sangat, entah kenapa walaupun sudah sering payudaraku dilihat orang, tapi dalam permainan ini, tanpa bergoyang mengikuti musik, tanpa sebuah proses yang biasanya dimulai dengan rabaan, barulah gaunku diturunkan, aku harus menurunkan gaunku dengan mata semua orang menunggunya.
Canggung kupegang satu per satu tali yang menyangga di bahuku dan perlahan kulepaskan melewati tanganku. Kulihat sekeliling dengan harapan tidak ada yang memperhatikan, tapi aku salah, ternyata semua orang termasuk LC menatapku dengan penuh harap untuk melihat setiap gerakan yang kulakukan. Mukaku terasa panas, sepertinya telah merah merona, dan kulihat orang-orang tersenyum melihat wajahku walau matanya tetap tak beranjak dari dadaku. Aku mulai menurunkan perlahan gaun atasku sehingga mulai lebih terlihat bongkahan payudaraku, terus kuturunkan sampai mendekati aerolaku dan semakin berat aku menurunkannya sampai terlihat mengintip putting payudaraku yang coklat.
Akupun berhenti dan melepaskan tanganku, sambil kepalaku tetap tertunduk malu untuk menyaksikan bagaimana reaksi orang.
“yaaaa, segitu doang, ngga bisa dong, kan tadi dibilang sampe keliatan dikit putingnya, ini ngga keliatan sama sekali” teriak Andri.
Kulihat semua orang dan semua mengangguk tanda setuju, wajahku semakin memerah, mungkin karena aku melihat dari atas sehingga orang yang melihat dari depan memiliki sudut pandang yang berbeda.
Deni memajukan tangan yang mengenggam uang 100 dollar di tangannya, lalu dengan hati2 dimasukkannya dari atas uang itu ke belahan dadaku, tidak berhenti sampai di situ kurasakan jarinya menyangga di tengah gaunku dan secara perlahan ditariknya ke bawah, sampai terlihat setengah dari putingku. Untuk menyenangkan semua orang yang sedang melihat pertunjukkan ini dan menyempurnakan aksinya, saat jari itu dikeluarkan, tangannya bergerak menyamping lalu meremas payudaraku secara perlahan.
Semua orang di ruangan itu bersorak kegirangan dan tidak berhenti menatap pemandangan yang sangat membuat penasaran.
 
Terakhir diubah:
Part 11 – Sebuah Permainan (4)

Dengan muka yang merah merona akupun terdiam sambil menunduk, dan permainan kartu pun dilanjutkan.
Kali ini kulihat pria yang tadi sudah diturunkan celananya berteriak “sialllll, gw kalah lagi, dammmnnn” dan suasana pun semakin meriah, begitu juga aku yang sudah melupakan rasa maluku dan ikut bersorak dengan yang lain sambil berteriak “buka, buka, buka…” setelah minum dan memberikan uang 100 dollar, LC yang menemaninya mulai menurunkan celana dalam pria tsb. secara perlahan.
Pertama kulihat kepala kontolnya, lalu semakin diturunkannya celana dalam itu dan terlihatlah kontol berwarna coklat yang sudah sangat keras, dari pria yang terlihat malu tapi senang bahwa kontolnya sekarang menjadi pusat perhatian setiap LC di ruangan itu. Melihat kontol yang sedemikian keras dan tegang kurasakan cairan kewanitaanku keluar, aku yang sedari tadi kentang kembali merasakan perasaan horny.
Tiba-tiba Andri berteriak “Dennnn, liat tuh putingnya si Putri ngaceng, hahahaha, horny berat dia tuh Den”.
Aku yang tersadar, tiba tiba merasakan wajahku kembali memerah karena malu, tidak berani aku melihat putingku sendiri, namun dapat kurasakan putingku mengeras.

Tiba-tiba lampu berkedip-kedip tanda waitress akan masuk. Tak lama kemudian kulihat kembali waitress yang tadi melihatku saat menjadi pusat perhatian di room sebelumnya.
Melihat suasana di ruangan itu diapun meneguk ludah dan setelah menguasai dirinya, dia berkata “sudah mau tutup pak”. Lalu kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 4:30 pagi, tandanya waktu telah habis.
 
Terakhir diubah:
Part 12 – Just another day

Sebetulnya hari ini cukup ramai, tetapi karena aku terlalu mabuk semalam, aku jadi datang terlambat hari ini, lagian juga tidak ada tamu rutinku yang menelpon sedari sore untuk mem-booking.
Di sini peraturannya kalau LC datang terlambat, maka tidak boleh ikut kontes sampai semua LC yang datang tepat waktu telah terpilih. Jadi beginilah nasibku hari ini.
Sementara masih ada beberapa LC yang belum terpilih, lebih baik aku keluar menuju lounge di mana kekasihku bekerja sebagai DJ.

Lounge tidak terlalu ramai, mungkin karena ini hari kerja, sangat berbeda dengan weekend di mana biasanya pukul 12.00 seperti ini, sudah hampir semua meja terisi. Beberapa meja yang sudah terisi juga masih terlihat santai tamu-tamunya, sambil berjalan ke arah meja DJ kulihat pacarku sedang memainkan table tone nya dan kudengar lagu remix Seven Days dari Craig David mengisi suasana saat itu.
Aku menghampirinya “hi Ki sayang, kamu mabuk parah ya semalam, sorry aku ngga bisa nganterin kamu pulang, semalam aku balik duluan, harus maen di party nya si Niko”
“iya gapapa sayang, kan kamu juga udah kasih tau aku kemaren sebelum jalan” jawabku santai.

Ya itu pacarku Ryan, DJ club ini, selain DJ pacarku juga berprofesi sebagai pembalap. Beberapa kali saat libur aku menemaninya balapan dengan teamnya. Sekarang kulihat pacarku kembali sibuk dengan table tonenya berusaha menghidupkan suasana, akupun duduk di kursi yang disediakan dekat meja DJ.

Oh ya, nama asliku Nikki Ayesha, tapi biasalah di tempat seperti ini siapa juga yang pakai nama asli.
Melihat pacarku asik dengan pekerjaannya, pikiranku pun menerawang ke masa laluku, kembali ke masa-masa yang membawaku sampai pada titik ini.
 
Terakhir diubah:
Apa gak cemburu tuch si ryan, pacarnya di grepe² para tamu..
 
Mulustrasinya boobs doang duuuuhh
Lanjut2
 
Part 13 – Titik Nol

Pagi itu sejak suamiku pergi kerja ke bengkel, aku sudah mengemasi barang-barangku, tidak banyak, hanya beberapa pasang baju dan sepasang sepatu yang sekarang telah kukenakan. Setelah mengunci pintu rumah, akupun berjalan menuju ke depan gang di mana tukang ojek yang sudah mengatur perjalananku sedang menungguku. Sesampainya di tempat kami bertemu, mas Nardi terlihat sudah siap dengan sepeda motornya. “Sudah siap ndok” katanya ketika melihatku, “sudah mas, ayo cepat berangkat, nanti keburu ada yang lihat”, dan segera akupun naik ke jok motornya dengan menaruh tasku di antara kami, dan diapun segera membawaku ke terminal bis di kotaku. Hari ini aku sudah membulatkan tekad untuk pergi dari sebuah perkawinan yang telah dipaksakan bagiku. Kulihat mas Nardi mengemudikan motornya cukup cepat, mungkin dia khawatir nanti dilihat orang dan dianggap menculikku. Beberapa hari yang lalu aku memutuskan untuk meminta Mas Nardi yang terkenal di kota kecilku ini sebagai penyalur pembantu, dia memberiku pilihan apakah bekerja di Batam atau Solo, karena pengetahuanku tentang Batam tidak ada dan juga kudengar jaraknya sangat jauh sampai harus naik pesawat, akupun akhirnya memilih Solo sebagai tempat pelarianku.

Karena ini kota kecil, maka perjalanankupun cukup singkat, sehingga sekarang kami sudah sampai di terminal bis. Setelah kembali menjelaskan bis yang harus kunaiki dan bagaimana aku dapat sampai ke tempat penampungan sementara di Solo nanti, mas Nardi pun bergegas meninggalkanku. Kulihat keadaan terminal tidak terlalu ramai, akupun menyempatkan diri mencari warung untuk membeli sebotol air mineral untuk menemani perjalananku. Tidak jauh dari warung tempatku membeli air, kulihat bis yang akan mengantarkanku ke Solo.

Sejenak aku ragu, dengan umurku yang masih belasan tahun, mampukah aku hidup sendiri mengadu nasib di kota orang, namun aku tidak mau kembali pada kehidupan yang sangat menyiksaku, yang merenggut masa mudaku, akupun memantapkan langkah dan naik ke dalam bis yang akan membawaku pada cerita hidup yang ingin kutulis sendiri.
 
Part 14 – Cerita Hidupku

Dalam perjalananku menuju Solo, pikiranku kembali melayang pada waktu sebelum pernikahanku. Aku adalah anak ketiga dari 5 bersaudara. Aku ingat, hari itu aku sedang menghabiskan waktu membantu menyiapkan dagangan ibu pemilik pesantren, Bu Nani namanya, kami biasa memanggilnya Bu Lurah. Saat sedang merapikan dagangan, kudengar suara di belakangku “Ki, cukup bantuinnya, kamu ditungguin tuh sama Pakde mu di luar” katanya.
Aku kaget dan bertanya “hah!, ada apa Bu Lurah, kok Pakde sudah menjemput sebelum waktu Nikki libur?”, sambil membereskan barang dagangan, Bu Lurah menjawab “ngga tau, katanya kamu dijemput mau ada hajatan di rumahmu”,
“hajatan apa ya Bu, kok Nikki ngga pernah dengar, tapi yowes aku temuin Pakde sekalian beres2 bajuku dulu” sambil beranjak dari dudukku,
“permisi bu” setelah salim akupun berjalan keluar dan kulihat Pakde sudah menungguku di luar.

“Ada apa Pakde, koq tiba2 ada hajatan Nikki ngga ngerti” tanyaku ke Pakde,
“Iya, ini juga dadakan, mbakmu mau menikah lusa” jawabnya,
“loh, koq Nikki ngga dikasih tau kalo mbak mau menikah” tanyaku kembali sambil berjalan bersama ke arah pondokan.
“Nanti Pakde ceritakan di jalan ya, sekarang kamu bereskan saja barang-barangmu dulu”,
“ya sudah Pakde tunggu di sini sebentar ya, biar gendok beresin baju dulu” jawabku.

Setelah selesai membereskan bawaanku dalam sebuah tas kecil, kamipun naik motor untuk pulang kampung.
Di perjalanan Pakde menceritakan kalau pernikahan mbakku walaupun sudah direncanakan sebelumnya, namun diputuskan dalam waktu yang sangat singkat. Jadi sementara aku ada di pondokan yang cukup jauh dari kampung, maka akupun hanya diberitahu saat dijemput.

Dua jam perjalanan dengan motor, kamipun sampai di rumah. Cukup lelah badanku setelah melalui perjalanan dari pesantren ke kampungku ini, kulihat memang sudah cukup ramai orang di halaman rumahku, beberapa orang terlihat sedang melakukan persiapan untuk pernikahan besok lusa.

Akupun berjalan masuk dan salim ke semua orang yang kutemui dalam perjalananku sampai di dalam rumah, “eh gendok sudah datang” itulah sapaan orang-orang yang melihatku. Mendengar orang-orang mengatakan aku sudah datang, kulihat ibu keluar dari kamarnya, agak berbeda kulihat sambutannya ketika menghampiriku, tidak sesumringah biasanya, apa itu, akupun tidak tahu. Mungkin hanya karena lelah dengan semua persiapan pernikahan ini pikirku. Aku menghampiri ibu dan mengambil tangannya untuk salim.

“Capek ki?” tanyanya,
“lumayan bu, pantat gendok panas duduk di jok motor” jawabku,
“ya sudah kamu mandi dulu ya, biar seger”
“baik bu, gendok mandi dulu” jawabku, sambil melihat ke sekeliling, aku bertanya “calon pengantinnya mana bu, Nikki mau ucapin selamat sama mbak” tanyaku ke ibu.
Aneh kulihat raut wajahnya mendengar pertanyaanku, lalu dia hanya berkata “sudah, kamu mandi dulu, nanti juga kamu ketemu”.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Masih bingung nich ma cerita nya..
Masih pengenalan tokoh kaya e..
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd