Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Menuju Puncak ( Ritual Sex di Gunung Kemukus)

Status
Please reply by conversation.
:yo:.. :yo:.. :yo:.. Absen menuju puncak dimalam jumat hu.
 
Chapter 2 : Gobang si Jago Tua

Pov Gobang.

Gobang terpaku melihat anaknya tersungkur jatuh terkena pukulan di ulu hati dan pelipisnya. Terpaksa Gobang menjatuhkan anaknya dengan keras. Dia berburu dengan waktu untuk menyelamatkan sahabat sekaligus Kakak iparnya Karta, sebelum Karta mati kehabisan darah. Walau tonggak kayu runcing itu hanya menyerempet dan tidak mengenai bagian vital. Tapi tetap saja Karta akan mati kehabisan darah kalau tidak segera ditolong. Kalau hal itu terjadi, Gobang tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya.

Karta adalah sahabat terbaik yang dia punya. Kalaupun sekarang Karta memusuhinya, karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Gobang sengaja menutup rapat sebuah rahasia besar yang bisa membahayakan jiwanya dan juga membahayakan jiwa orang orang yang dicintainya.

Gobang bergerak cepat memberi pertolongan pertama, dia mengambil daun yang dikenal dengan nama babadotan ( sunda ), meremas sebanyak banyaknya lalu disumpalkan ke luka di perut Karta, Gobang lalu membuka bajunya disobeknya. Lalu digunakan mengikat luka Karta agar darahnya tidak terus mengalir.

Hatinya memaki panjang melihat anak buah Karta tidak ada yang berusaha menolong Karta saat dia bertarung dengan Jalu anak lelaki semata wayangnya.

"Cepat kalian bawa Karya dan si Jalu ke RS, kalau ada apa apa dengan mereka, kalian akan celaka." kata Gobang kepada anak buah Karta yang bengong melihat Gobang berusaha menyelamatkan Bosnya.

Mendengar ancaman Gobang, mereka segera mengangkat Karta dan Jalu dan membawanya ke depan. Di depan mereka bingung akan membawa Karta dan Jalu menggunakan apa. Mereka ke sini dengan memakai motor.

"Kalian naik mobil, motor kalian aku yang bawa." kata Gobang sambil memberikan kunci ke anak buah Karta yang dia tahu pasti bisa menyetir.

Gibang melepas kepergian mereka dengan perasaan was was. Bagaimana kalau Karta tidak bisa diselamatkan? Tanpa berpikir panjang Gobang mengikuti dari kejauhan. Memastikan mereka selamat sampai RS.

Gobang menarik nafas lega dokter sudah mengambil alih Karta dan Jalu anaknya. Mereka sudah dalam perawatan orang yang tepat dan tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan dia juga sempat melihat kondisi Udin yang mulai membaik.

******

Pov Narsih

Suara telpon mengagetkan Narsih dari lamunan. Narsih segera mengangkat telpon. Terdengar suara yang sangat dikenalnya, mengabarkan Karta suaminya masuk RS. Tanpa sadar gagang telpon yang sedang dipegangnya terlepas.

Kang Karta suaminya dalam kondisi kritis di RS. Tanpa berpikir panjang, Narsih segera berangkat ke RS, Narsih tidak sadar sendal yang dipakainya berlainan. Bahkan rambutnya yang yang kusut setelah berhubungan sex dengan Ujang keponakannya belum sempat dirapikan. Pikirannya hanya tertuju ke RS tempat suaminya sedang dalam masa kritis.

Narsih mengeluarkan motor yang sangat jarang dipakainya. Selama ini Narsih lebih nyaman naik Angkot. Tapi sekarang kondisinya darurat, dia harus secepatnya sampai RS atau dia akan menyesal seumur hidupnya karena tidak sempat melihat Kang Karta untuk yang terahir kalinya.

Sepanjang jalan Narsih berdoa agar Kang Karta bisa diselamatkan. Dia belum siap untuk kehilangan suami yang sangat dicintainya. Walau seumur hidupnya Narsih tidak bisa mencintai Kang Karta sebagai suami. Narsih mencintai Kang Karta sebagai seorang kakak, tidak lebih.

Sampai RS beryepatan dengan suster yang keluar dari pintu ruang operasi.

"Keluarga Bapak Sukarta?" tanya Suster.

"Saya, Sus.!" jawab Narsih dengan suara bergetar. Narsih berusaha menegarkan hatinya untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun.

"Kondisi Pak Sukarta sudah bisa kami atasi, Bu. Pak Sukarta sudah bisa melewati masa kritisnya, Bu. Sungguh luar biasa stamina dan daya juangnya." kata Suster membuatku lega.

Setelah berusaha untuk tegar menghadapi situasi terburuk, ahirnya Narsih lega mendengar keadaan Kang Karta yang bisa melewati masa kritis.

Kang Karta dipindahkan ke ruang rawat inap. Narsih sempat protes kenapa Kang Karta langsung dipindahkan ke ruang rawat inap bukan ke IGD seperti pasien yang dalam keadaan kritis. Setelah mendapatkan keterangan dokter bahwa kondisi Kang Karta sangat stabil, Narsih menyetujuinya.

******

Aku segera mengangkat telpon dari Gobang atau ayahku. Entah dari mana dia mendapatkan nomer telpon rumah ini, sesuatu yang sangat mencurigakan. Dia tahu setiap detil kehidupanku sedangkan pengetahuan tentang lawan lawanku nol besar.

"Hallo....hallo.....hallo, siapa ini?" tanyaku, namun tidak ada jawaban walau aku sudah berlang kali bertanya. Ahirnya aku menutup telpon.

Siapa orang itu? Apa benar si Gobang. Tapi kenapa dia hanya dia tidak bicara apapun. Kembali telpn berbunyi dan aku langsung mengangkatnya. Suara berat seorang pria menyapaku.....

"Gunung Kemukus? " tanyaku heran. Belum sempat aku bertanya detil, orang itu sudah mematikan telponnya.

"A Ujang mau ke Gunung Kemukus lagi,?" tanya Ningsih dengan nada suara cemburu. Ningsih duduk di depanku, pandangan matanya penuh selidik.

"A Ujang mau ke mana?" tanya Lilis yang baru keluar dari kamar dengan hanya memakai gaun tidur warna putih yang transparan sehingga sama samar bagian dalam tubuhnya terlihat.

"A Ujang mau ke Gunung Kemukus, " Ningsih menjawab dengan suara yang meninggi. Kecumburuannya berunah menjadi kemarahan. Matanya mulai berkaca kaca.

"Bukan begitu, tadi kan Ningsih yang ngangkat telpon dan tahu yang nelpon itu lelaki. Dia cuma bilang Gunung Kemukus, lalu telponnya mati." kata berusaha menerangkan kepada dua wanita yang menatapku marah.

"Benar begitu, Sih?" tanya Lilis ke Ningsih sambil duduk di sampong Ningsih yang mulai terisak menangis. Perlahan Ningsih mengangguk sebagai jawaban.

"Siapa yang nelpon A Ujang?" Lilis memulai interogasinya.

Aku menatap dua bidadari yang duduk di hadapanku. Aku seperti seorang terdakwa yang siap menerima vonis bersalah.

"Siapa Gobang, A?" tanya Lilis, tatapannya berubah menjadi tajam.

Tentu saja mereka tidak mengenal nama Gobang, karena nama ayahku yang tertera di Kartu Keluarga adalah Ugan. Gobang adalah nama julukan yang dipilih olehnya. Gobang atau di Sunda disebut juga Kolewang adalah senjata sejenis golok yang panjangnya lebih dari 40 cm. Gobang, adalah nama yang menurutnya sangat keren dan menakutkan lawan lawan yang mendengarnya. Begitu cerita yang didengarnya dari Mang Karta kenapa ayahnya memilih nama Gobang.

"Dia teman Mang Karta?" itulah satu satunya jawaban yang paling masuk akal, menurutku. Aku tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya atau belum waktunya Ningsih dan Lilis tahu hal sebenarnya.

"Gobang bicara apa saja?" tanya Lilis berusaha mwnguasai keadaan sambil memeluk pundak Ningsih yang mulai bisa menguasai diri.

"Kalau A Ujang mau ke Gunung Kemukus dengan Gobang. A Ujang bisa berangkat." kata Lilis membuatku terkejut, sangat di luar perkiraanku. Lilis yang aku kenal pasti akan marah kalau berkaitan dengan wanita. Gunung Kemukus sangat identik dengan sex dan zina. Lilis sudah mengultimatum bahwa terahir kali aku ke Gunung Kemukus dengan Bi Narsih dan tidak boleh kembali melakukan ritual dengan wanita lain. Tapi kenapa sekarang justru memberiku lampu hijau. Kecurigaanku kembali muncul.

"Tapi, Teh...!" Ningsih tidak meneruskan perkataanya, karena Lilis menempelkan jari telunjuknya di bibir basah Ningsih.

"Sih, kita tidak akan pernah bisa lepas dari Gunung Kemukus. Kita juga tidak mungkin melakukan ritual, karena hati dan jiwa kita sudah kita serahkan ke A Ujang. Apa Ningsih mau melakukan ritual dengan pria lain di Gunung Kemukus?" tanya Lilis menatap Ningsih. Ningsih langsung menggeleng keras.

"Satu satunya cara kita lepas dari kewajiban ritual di Gunung Kemukus adalah .membiarkan A Ujang tetap melakukan ritual di Gunung Kemukus. Itu adalah tumbal atau pengorbanan yang kita lakukan karena telah mendapatkan apa yang kita inginkan." kata Lilis menerangkan panjang lebar ke Ningsih.

Ningsih terdiam, matanya menatapku. Entah apa yang dipikirkannya, aku gagal menyelami keinginannya. Aku tidak mau melukai hatinya yang lembut. Aku terlalu mencintainya dan tidak mau kehilangan dirinya.

"Teh Lilis tahu, kamu juga pengen dicolok memeknya, kan?" kata Lilis berusaha mencairkan keadaan yang mulai tegang. Lilis memberiku insyarat yang langsung aku mengerti.

Aku bangun dan mengangkat tubuh Ningsih yang pura pura jual mahal. Badan Ningsih lebih berat dibandingkan Lilis.

"Bawa ke mana, Lis?" tanyaku.

"Ke kamar Lilis aja." kata Lilis berjalan mendahuluiku membuka pintu kamar.

Aku membawa masuk Ningsih ke kamar Lilis dengan spring bednya lebih besar cukup menampung 4 orang. Aku meletakkan tubuh Ningsih pelan pelan.

Ningsih menarikku sehingga aku menindih tubuhnya yang semok. Kami berciuman mesra dan lama.

"A, jangan pernah ninggalin, Ningsih ya !" kata Ningsih menatapku dengan segenap perasaannya. Aku hanya mengangguk. Aku tidak akan pernah meninggalkan wanita yang sangat aku cintai ini. Tapi aku tidak bisa mengucapkannya di hadapan Lilis, itu akan menyakiti Lilis kalau dia tahu aku lebih mencintai Ningsih.

Aku membuka pakaian Ningsih hingga bugil. Aku sangat menyukai bentuk tubuhnya yang semok dan agak gemuk.

Dadanya terlihat semakin besar. Aku meremasnya perlahan lalu menjilati setiap lermukaannya yang halus dan putih sehingga urat uratnya membayang jelas.

Tiba tiba suara bel terdengar keras mengagetkan kami. Lilis memberiku isyarat agar meneruskan kegiatanku yang sedang mencumbu Ningsih. Dengan tergesa gesa Lilis memakai baju gamis dan jilbab syar'i nya lalu meninggalkan kami yang sedang asik bercumbu.

Baru saja aku menjilati memek Ningsih, Lilis muncul dengan tergesa gesa.

"A, ada Desy. Aa di suruh ke RS, " kata Lilis membuatku sangat terkejut.

*******

Tubuh Gobang bergerak cepat melakukan gerakan gerakan silat Cimande yang sudah dilatihnya lebih dari 40 tahun. Tepatnya sejak dia berusia 7 tahun dan kini usianya sudah 50 tahun. Tangan dan kakinya bergerak lincah dan bertenaga.

Selesai berlatih tangan kosong, Gobang mengambil sebilah Kolewang atau di Betawi dikenal dengan nama Gobang, itulah nama yang dipakainya untuk membuat takut setiap lawan yang dihadapinya. Mereka sudah lebih dahulu takut mendengar nama Gobang sebelum berhadapan langsung.

Gobang menarik senjatanya keluar dari sarungnya. Tajam dan mengerikan apa lagi ada noda noda darah yang sudah menghitam dan tidak bisa hilang walau dia sudah berusaha membersihkannya.

Kembali Gobang bergerak menggunakan jurus Pepedangan yang legendaris dan diciptakan oleh Mbah Khair. Jurus yang menjadikannya sebagai jawara paling ditakuti. Hanya ada satu orang yang pernah mengalahkanny dan hampir membuatnya kehilangan nyawa kalau saja Karta tidak menolongnya. Ahirnya Gobang dan Karta bisa mengalahkan orang itu berdua mereka mengeroyoknya.

Gobang terus berlatih sambil membayangkan sedang bertempur dengan orang itu. Seluruh otot di Tubuhnya mengembang. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Gerakannya terhenti saat seorang wanita cantik berusia sekitar 40 tahun muncul dan bertepuk tangan.

"Semakin tua Kang Gobang semakin gagah saja. Tua tua kelapa." kata wanita cantik itu memandang kagum.

"Kamu juga, di usia 40 tahun kamu masih tetap cantik mengalahkan wanita berusia 30 tahun. Tubuhmu juga masih tetap kencang dan menggiurkan." kata Gobang membalas pelukan wanita cantik itu tanpa merasa risih dengan tubuh Gobang yang basah oleh keringat.

Gobang melepas pelukannya, lalu memasukkan kolewang ke dalam sarungnya. Matanya menatap wajah cantik yang berada di hadapannya. Wajah yang sangat mirip dengan artis Ayu Azhari.

"Kamu membawa kabar apa, Dhea?" tanya Gobang.

Bersambung.....


Semoga cerita ini busa menghibur para pembaca sambil mengisi waktu beristirahat anda.

Mohon masukannya, menurut para pembaca, plot tunggal atau hanya dalam sudut pandang Ujang seorang atau ada tambahan karakter lain yang ikut bercerita? Makasih atas masukannya.
 
Terakhir diubah:
Kang gobang jangan terjerat sama dhea, masa berbagi sama jalu si
Hihihi...
Itu istrimu dirumah menanti kang.

:Peace:
 
Saya rasa cukup dari sisi ujang aja, jika dilihat dr sudut pandang yang lain cerita jadi tidak menarik
ada dua plot yang ane bikin, salah satunya menambah karakter lain sebagai solusi, untuk mencari tahu plot mana yang paling disuka pembaca. kalau plot tokoh tunggal, maka itu yang akan ane kembalikan hingga ahir cerita. terimakasih atas masukannya.
 
Gobang, Dea, Narsih.... manusia penuh misteri.... apa peran mereka dalam kehidupan Ujang Jalu..? Hadeh.. makin rumit aja nih...

Oh iya.. ada satu lagi, siapa yg ditakuti Gobang dan hampir mengalahkan Gobang...?
 
Bimabet
Idihh.. Dhea dan Gobang saling memuji, pasti dulunya udah sering nih ena enakan berdua. :pandaketawa:

Sudah saatnya kang Gobang dpt porsi lebih tuk tampil dicerita. :mantap:

Makin solid nih tim family Ujang, seandainya kang Gobang dan Mang karta kembali bersahabat, mencari musuh/dalang sebenarnya dibalik surat tantangan.

Lanjut suhu.. walau masih kurang, thanks updatenya. :beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd