Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Miracle Love And Magic

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
-Part 6. Perjalanan [Part 2]-




Pov Yuta.



Setelah di hadang perampok, perjalanan terasa begitu lancar. Beberapa kota dan hutan yang tidak begitu luas telah kita lewati. Kini di depan terlihat jalan yang mulai menanjak dan berkelok, karena saat ini mobil yang aku naiki mulai memasuki wilayah pegunungan yang berada tepat di bagian tengan wilayah kerajaan bagian selatan.

Gunung-gunung di sini bukanlah gunung yang menjulang tinggi, rata-rata gunung di sini memiliki tinggi sedang, antara 600 sampai 1.200 mdpl. Jika di banding gunung di tiga bagian kerajaan yang lainnya, yang rata-rata tingginya di atas 3000 mdpl, tentu tinggi gunung di sini tidak ada seberapanya.

Gunung di sini tingginya memang tidaklah seberapa, tapi dengan bentuk gunung yang berjajar antara gunung yang satu dengan yang lainnya, cukup membuat sulit saat melalui wilayah ini. Jalanan yang menanjak dan tikungan tajam, menjadi tantangan tersendiri saat melewati jalan di pegunungan. Selain tanjakan dan tikungan yang menantang, jalan di sini juga menyimpan bahaya yang tidak terduga. Banyaknya jalan yang menembus di antara dua bukit membuat jalan ini rawan longsor, tanah maupun batu bisa sewaktu-waktu longsor dari atas bukit.

Aku yang mulai bingung mau ngapain di dalam mobil, akhirnya aku cuma bisa melihat dan mengamati orang-orang yang berada di sekitarku.

Di belakangku tempat di mana ada tiga wanita teman sekolahku, aku melihat Hana dan Keyko yang sedang terpejam meski aku tau mereka tidaklah tidur. Saat mataku beralih melihan Luna, aku melihat Luna sedang membuka mata, namun pandangannya kosong. Begitu juga saat aku melihat Kleo, aku melihat Kleo sedang membuka mata, tapi mirip dengan Luna, pandangan mata Kleo juga kosong.

Dari pada semakin bingung dengan ulang empat wanita ini, aku mengalihkan pandanganku ke dua wanita lainnya yang berada di depanku. Namun yang aku lihat hanyalah dua orang wanita yang sesang begitu fokus melihat ke arah jalan di depan mereka.

Rasa bosan dan bingung kini bercampur jadi satu di diriku, dan akhirnya aku memutuskan untuk melakukan hal yang paling aku sukai, apa lagi kalau bukan tidur. Dengan posisi duduk bersandar, perlahan aku mulai memejamkan mataku.

“Ciiittttt, Brugh.... Aduduh!” tanganku mengelus bagian keningku yang baru saja terbentur bagian belakang kursi yang berada di depanku akibat dari mobil yang berhenti mendadak.

“Woi kalaian yang ada di depan, bisa tidak sebenarnya kalian tuh mengendarai mobil?. Pakei acara ngerem mendadak segala, benjol nih kening aku” keluhku.

“Maaf, aku kurang berhati-hati sampai lambat menyadari kalau ada yang menghalangi jalan kita!” kata wanita yang sedang memegang stir mobil.

Begitu mendengar kata-kata ada yang menghalangi jalan, seketika aku bersikap waspada. Perampok lagi atau hewan liar, itu sekarang yang ada di pikiranku. Namun saat aku melihat kiri dan kanan mobil, aku tidak melihat sesuatu yang membahayakan, yang aku lihat justru perkampungan kecil yang ada di sebelah kiri mobil.

Saat aku melihat ke semua orang yang ada di mobil dan ingin bertanya apa yang menghalangi jalan. Aku baru sadar, ternyata semua orang kini sedang melihat ke arah depan mobil, dan saat aku arahkan pandanganku ke arah depan, barulah aku tau apa yang menghalangi jalan.

“Itu sih gunung, dan mungkin kita salah jalan!” kataku di tengah keheningan.

“Kita tidak salah jalan” kata wanita di depanku.

“Yuta, itu bukan gunung, tapi itu batu besar yang menutupi jalan” ungkap Kleo, dan setelah aku lebih teliti mengamati, ternyata itu memang sebuah batu.

Batu raksasa berwarna hitam itu menutupi seluruh bagian jalan. Mau belok kiri atau kanan untuk menghindari batu, itu juga tidak mungkin di lakukan karena ada dua bukit yang mengapit batu itu.

Saat aku sedang mengagumi ukuran batu yang begitu besar, ada dua orang prajurit kerajaan mendatangi mobilku. Aku sangat tau mereka adalah prajurit kerajaan, karena pakaian mereka sama persis dengan prajurit kerajaan yang tadi kami temui di sepanjang jalan.

Dua wanita di depanku langsung keluar dari mobil begitu dua orang tadi sudah tepat berada di depan kami. Kleo dan ketiga temanku yang duduk di belakang juga segera ikut keluar dari mobil. Melihat mereka semua sudah berada di luar mobil, aku pun ikut keluar dan bergabung dengan mereka.

“Kami mohon maaf atas terganggunya perjalanan tuan dan nona sekalian karena belum selesainya pekerjaan kami menyingkirkan batu besar ini!” ungkap salah satu dari dua orang prajurit.

“Apa tugas kalian bisa segera di selesaikan?” tanya Kleo.

Dua prajurit itu bukannya menjawab, mereka justru saling melihat saru sama lain. Dengan melihat tingkah mereka berdua, aku yakin ada yang tidak beres dengan pekerjaan mereka.

“Maaf nona, kami sudah berhari-hari di tempat ini, tapi kami belum juga menemukan cara untuk menyingkirkan batu ini” jawab orang tadi setelah beberapa saat terdiam.

“Bukannya banyak sihir yang bisa di gunakan untuk menghancurkan batu ini?” kembali Kleo bertanya.

“Kalau ada sihir yang mampu menghancurkan batu ini, tidak mungkin sekarang batu ini masih utuh” jawab prajurit yang dari tadi cuma diam.

“Apa maksut kamu?” kini giliran Keyko yang bertanya.

“Semua sihir sudah kita gunakan, bahkan sihir peledak yang khusus untuk peperangan juga sudah kita gunakan. Tapi semua tidak ada pengaruhnya ke batu ini, seolah batu ini punya kekuatan penangkal sihir” jawab si prajurit.

“Jangan mengada ngada, mana ada batu seperti itu!” ungkap Keyko.

“Kalau nona tidak percaya, silahkan nona mencobanya sendiri!”.

Mendengar perkataan prajurit kerajaan, Keyko segera mengeluarkan busur panahnya, dan dengar elemen air yang dia kuasai, dia menciptakan tiga anak panah sekaligus yang bentuknya mirip dengan kristal. Begitu anak panahnya terbentuk dengan sempurna, Keyko segera menarik erat benang busur panahnya, dan setelahnya tiga anak panah itu melesat dengan cepat ke arah batu.

Tidak ada suara ledakan, tidak juga ada asap yang keluar. Tiga anak panah Keyko lenyap begitu saja saat berjarak beberapa centi dari batu yang dia incar.

“Mustahil, itu benar-benar lenyap begitu saja!” kata Keyko yang belum percaya dengan apa yang barusan dia lihat.

“Membuat tiga anak panah sekaligus dengan energi sihir, itu sangat luar biasa, bahkan yang aku tau cuma para jendral yang bisa melakukan itu. Setidaknya kami berdua yakin kalau tuan dan nona bukanlah orang biasa, tapi kini tuan dan nona juga sudah melihat sendiri bagaimana batu itu meniadakan kekuatan sihir yang mencoba menghancurkannya” tutur prajurit.

“Hana, Luna, kita gabungkan kekuatan kita, mungkin saja itu bisa memberi dampak ke batu itu!” pinta Keyko yang sepertinya belum puas dengan percobaannya tadi.

“Kalian tidak perlu melakukan itu, karena percuma saja!. Biarkan aku mencoba sesuatu” ungkap Kleo seraya dia berjalan mendekat ke arah batu.

Seketika semua orang terdiam, dan kini semua terfokus melihat apa yang akan di lakukan Kleo.

Kleo menempelkan tangannya ke batu itu. Untuk beberapa saat tidak terjadi apa-apa. Namun seketika tanah bergetar saat aku melihat tubuh Kleo di selimuti cahaya hitam. Aku juga merasakan energi sihir yang begitu besar keluar dari tubuh Kleo.

“Energi sihir wanita itu sangat luar biasa. Aku yang sudah lama menjadi seorang prajurit, sekalipun aku belum pernah melihat energi sihir sebesar dan sekuat ini. Tanahpun sampai bergetar di buatnya!” ungkap salah satu prajurit.

“Sebenarnya kalian itu siapa?” tanya prajurit yang lain, namun kami tidak ada yang menghiraukannya, karena kami semua sedang berfokus dengan apa yang di lakukan Kleo.

“Yuta bantu aku!” aku seperti mendengar suara di pikiranku.

“Siapa yang ngomong barusan?” pikirku.

“Dasar bodoh, ini aku Kleo. Aku sedang melakukan telepati dengan kamu!” kembali aku mendengar suara, tapi kali ini aku tau itu suara Kleo yang mengirim telepati ke padaku.

“Iya, aku mengerti. Terus apa yang bisa aku bantu?” tanyaku.

“Kemari, dan tempelkan tangan kamu seperti yang aku lakukan!” jawab Kleo. Aku yang mendapatkan perintah darinya segera berjalan mendekatinya.

“Yuta apa yang mau kamu lakukan?” tanya Hana.

“Kalian tunggu di situ, aku akan membantu Kleo” jawabku, dan begitu aku sudah berada di dekat batu, akupun melakukan yang sama persis dengan apa yang di lakukan Kleo.

“Tempelkan tanganmu dan berkonsentrasi, setelahnya biarkan energi sihirmu keluar untuk meruntuhkan batu ini” perintah Kleo yang tiap tahapnya sudah aku lakukan.

•>

•>

Pov. Hana.


Aku tidak mengerti dengan cara apa Yuta ingin membantu nona Kleo, yang aku lihat cuma dia sedang melakukan hal yang sama dengan yang di lakukan nona Kleo.

“Nona, sekiranya beri tau kami, sebenarnya apa yang sedang mereka berdua lakukan?” tanya prajurit yang kini ada di sampingku.

“Seandainya aku tau, aku pasti akan menjawab yang kamu katakan. Tapi aku benar-benar tidak tau apa yang sebenarnya mereka lakukan” jawabku.

Baru saja aku selesai menjawab pertanyaan si prajurit, aku kembali melihat cahaya kuning dan putih menyelimuti tubuh Yuta, dan “SWOOSHH” sebuah energi sihir yang aku kira bisa dua kali lebih besar dari energi sihir nona Kleo, terpancar dari tubuh Yuta.

Getaran tanah semakin terasa kencang, dan batu besar yang ada di depanku sedikit demi sedikit mulai runtuh dan runtuhannya seketika hancur menjadi debu-debu halus yang begitu saja hilang di terpa angin. Dalam sekejap, batu besar itu sudah menyusut menyisakan setengah bagian dari ukurannya semula, dan ukuran batu itu terus menyusut seiring berjalannya waktu.

“tuan muda itu ternyata menyimpan kekuatan yang lebih besar dari nona yang ada di sampingnya. Kekuatan para jendral tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan kekuatan mereka berdua” ungkap prajurit yang terdengar begitu mengagumi nona Kleo dan Yuta.

Aku sebenarnya juga tidak menyangka kalau Yuta punya kekuatan sebesar ini. Yuta yang dulu aku kenal adalah seorang lelaki lemah yang selalu menjadi bahan olok-olok semua orang, ternyata selama ini dia menyembunyikan kekuatannya, dan semua yang aku lihat saat ini membuatku tidak lagi bisa menahan luapan perasaanku.

“Aku benar-benar jatuh cinta dengan Yuta!” kataku membatin.

Tidak butuh waktu lama untuk Yuta dan nona Kleo meruntuhkan batu besar tadi. Bersamaan dengan melemahnya energi sihir mereka berdua. Batu besar yang tadi menghalangi jalan kini pun sudah menghilang menyisakan batu bulat berwarna hitam seukuran kepala manusia.

Terlihat nona Kleo dan Yuta begitu kelelahan setelah mereka mengeluarkan energi sihir yang begitu besar. Namun aku penasaran dengan batu bulat yang merupakan sisa dari batu besar tadi. Ternyata bukan aku saja yang penasaran, saat aku, Keyko dan Luna berjalan santai mendekati Yuta dan nona Kleo, dua prajurit yang sejak tadi bersama kami mereka justru berlari mendekati batu bulat yang membuatku penasaran.

“Kalian jangan pegang batu itu!” cegah nona Kleo saat seorang prajurit ingin menyentuh batu itu.

“Nona, kami harus segera menyingkirkan batu ini” kata prajurit itu.

“Apa kalian sebegitu terburu buru sampai kalian mau memegang batu yang telah menyimpan energi sihir yang sangat besar?” tanya nona Kleo.

“Nona, ini cuma batu biasa” jawab prajurit, dan tanpa mendengarkan larangan nona Kleo, dengan begitu ceroboh prajurit itu memegang batu itu.

“BUGHH” bunyi tubuh prajurit yang terpelanting cukup jauh setelah memegang batu itu.

“Dasar bodoh!” seru nona Kleo.

Aku sebenarnya ingin tertawa melihat kebodohan prajurit itu. Tapi aku merasa kasihan melihatnya yang sedang meringis menahan sakit.

“Yuta, bawa batu itu kemari!” perintah nona Kleo ke Yuta.

Yuta yang di perintah hanya bisa nurut, dan aku tidak melihat hal aneh saat Yuta menyentuh, memegang bahkan kini dia membawa batu itu.

“Nona, kenapa Yuta begitu mudah memegang dan membawa batu itu?” tanyaku ke nona Kleo.

“Batu itu dan Yuta memiliki elemen sihir yang sama, jadi tidak akan ada penolakan dari batu itu untuk Yuta” jawab nona Kleo.

“Nona, itu sebenarnya batu apa?” tanya Keyko.

“Itu batu wadah sihir, dan batu kecil itu adalah inti dari batu besar tadi. Saat aku membuka jalan ke inti batu, Yutalah yang mengisi batu itu sampai penuh dengan energi sihirnya, dan begitu terisi penuh hancurlah batu besar tadi dan menyisakan inti batu yang menyimpan energi sihir Yuta” jawab nona Kleo.

“Jadi batu itu bukan batu anti sihir, melainkan batu penyerap sihir” kataku yang mendapat anggukan kepala nona Kleo tanda dia mengiyakan perkayaanku barusan.

“Pantas saja sihirku hilang tak berbekas” gumam Keyko.

“Letakkan batu itu di sini!” kata nona Kleo pada Yuta.

Sebuah lubang hitam terlihat baru di buat nona Kleo, itu persis seperti sihir Luna yang bisa membuat lubang untuk menyimpan benda ke dimensi lain. Melihat elemem sihir nona Kleo dan Luna yang sama-sama pengguna elemen sihir kegelapan, aku sangat yakin lubang hitam yang di buat nona Kleo fungsinya sama dengan apa yang biasa di buat Luna. Dengan menyimpan batu itu di dimensi lain, maka keamanan batu itu sudah terjamin.

“Lubang apa yang barusan kamu buat?” tanya Yuta setelah dia meletakkan batu tadi ke lubang yang di buat nona Kleo.

“Itu lubang dimensi, lubang itu menghubungkanku dengan tempat penyimpanan khusus yang aku buat” jawab nona Kleo.

“Apa sekarang kita bisa melanjutkan perjalanan?” Yuta bertanya ke dua wanita yang bertugas mengemudikan mobil.

“Hari mulai malam, mungkin lebih baik kita beristirahat di tempat ini sekalian memulihkan kondisi tuan Yuta dan nona Kleo” jawab salah satu wanita.

“Apa kalian berdua punya nama?. Kalau kalian punya nama, beri tau aku biar aku gampang memanggil kalian!. Satu lagi, jangan panggil aku tuan, cukup panggil Yuta” ungkap Yuta.

Dua wanita itu terlihat saling melihat dalam kebingungan.

“Sudah, kalian berdua lebih baik menuruti kemauan Yuta. Dia tuh tipe orang keras kepala, sekali dia punya kemauan, tidak mungkin kalian bisa menolaknya, dan aku juga penasaran dengan nama kalian berdua” tutur nona Kleo.

“Aku Mia” kata si wanita berambut pendek yang sedari tadi mengemudikan mobil.

“Aku Shia” kata si rambut panjang.

“Sudah cukup perkenalannya, sekarang kita bersiap membangun tenda!” kata Keyko.

“Di sana ada tanah lapang, kita bisa membangun tenda di sana” tunjukku ke tanah lapang yang tidak begitu jauh letaknya dari sebuah desa kecil yang ada d tempat ini.

“Tunggu, biar aku dan teman-temanku yang membangunkan tenda buat tuan dan nona sekalian” kata seorang prajurit sambil memapah temannya yang tadi terpelanting karena kebodohannya.

“Kami bisa melakukannya sendiri, lebih baik paman merawat teman paman yang terluka” ungkap Keyko.

“Tapi kalian sudah membantu kami, setidaknya biarkan kami sedikit membalas bantuan kalian”.

“Kalau paman mau membantu, tolong beritahu kami di mana sumber air di tempat ini, karena kami butuh air untuk mandi dan memasak” kataku.

“Untuk mandi, silahkan kalian gunakan kamar mandi di rumah penduduk, biar kami nanti yang mengantar. Sedangkan untuk masak, nanti akan ada yang mengantarkan air ke tempat kalian!” ungkap si prajurit.

“Baiklah kalau begitu, tapi sebelum mengantar kami ke rumah penduduk, lebih baik paman obatin dulu temannya!” kata Keyko.

Mendengar apa yang di katakan Keyko, prajurit tadi membawa rekannya ke pos jaga tempat mereka istirahat. Pos jaga para prajurit tidaklah jauh dari tempatku sekarang, dan sebenarnya dari tadi banyak prajurit kerajaan yang melihat aksi Yuta dan nona Kleo dari pos jaga mereka.

“Kalian mau bikin tenda, emang kalian bawa tenda?” tanya Yuta.

“Kami tidak membawanya, tapi tuan Hermes yang sudah menyiapkannya untuk kita” jawabku.

“Ini perlengkapan membangun tendanya!” kata Mia setelah dia mengeluarkan peralatan membangun tenda dari dalam mobil.

“Yuta, tolong bangunin tenda untuk kita!. Kita mau mandi dulu” kata nona Kleo dan bersamaan dengan itu ada seorang prajurit wanita mendatangi kami dan mengantarkan kami ke rumah penduduk untuk meminjam kamar mandi di sana.

“Bangun tenda yang benar ya, hihihi” tawaku lirih sambil berlalu meninggalkan Yuta mengikuti ketiga wanita yang sudah lebih dulu pergi meninggalkanku.

•>

•>


Pov. Yuta


Cukup lama aku membangun tiga tenda sekaligus untuk beristirahat malam ini. Satu tenda muat dua orang, artinya nanti malam aku akan terbebas dari para wanita, karena pasti aku tidur sendiri di tendaku. Mia dan Shia, mereka pasti lebih memilih tidur di mobil, sekalian menjaganya.

Hanya membangun tiga tenda saja, tubuhku sudah begitu lelah, dan aku tadi hampir terjatuh jika tidak ada sepasang tangan yang memegangi tubuhku.

“Tuan Yuta tidak apa-apa?” tanya Shia yang masih memegang tubuhku.

“Aku tidak apa-apa, mungkin ini akibat tadi aku terlalu banyak menggunakan energi sihir, dan aku cukup kelelahan” jawabku. “Shia, cukup panggil namaku!” kataku.

Shia hanya tersenyum dan membantuku duduk di karpet yang sudah aku gelar di depan tenda. Di tempat lain aku melihat Luna dan Mia sedang menyiapkan perapian untuk memasak makan malam kami.

“Minum” kata singkat Luna seraya menyerahkan segelas air mineral untukku.

“Makasih” ungkapku, dan akupun meminum air pemberian Luna. “Kamu tidak ikut mandi Hana dan yang lainnya?” tanyaku saat Luna duduk di sampingku.

“Malas” jawab singkat Luna, dan saat aku melihatnya, ternyata dia sedang menatapku.

“Tidur di sini!” pinta luna sambil dia mununjuk pahanya.

“Maksutnya?” tanyaku.

“Tidur!” bentak Luna sambil dia menarikku, dan aku baru tau maksut Luna saat aku sudah tiduran dengan posisi paha Luna menjadi tumpuan kepalaku.

Tiduran dengan posisi seperti ini membuatku sangat nyaman, apalagi di tambah suasana alam yang menenangkan. Perlahan tapi pasti aku mulai menutup kedua mataku. Baru juga memejamkan mata, aku merasa ada hawa kurang mengenakkan sedang mengelilingu, dan saat aku membuka mata, aku melihat beberapa pasang mata sedang melotot melihat ke arahku.

“Enak ya tiduran di pangkuan Luna?” tanya Keyko.

“Pantesan tadi malas waktu aku ajak mandi, ternyata ini tujuan kamu!” kata Hana ke Luna.

Baik aku maupun Luna, kami hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan dan perkataan dua teman kami.

“Ada yang kecolongan ternyata!” ungkap Kleo sambil berjalan melewatiku yang sedang di kerubuti tiga teman wanitaku.

Akupun bangkit dari posisi tiduranku dan berjalan meninggalkan tempatku tadi. Dari tempatku sekarang, aku sedang melihat perdebatan lucu antara Hana, Keyko, dan Luna. Perdebatan yang akhirnya berakhir saat Kleo menegur mereka, dan akhirnya mereka membantu Mia dan Shia yang sedang menyiapkan makan malam.

“Sebenarnya tuan dan nona-nona yang ada di sana itu siapa?. Rasanya ada nama di antara kalian yang tidak begitu asing di telingaku!” kata seorang lelaki yang tiba-tiba datang dan duduk di sampingku.

“Oh paman prajurit, aku kira siapa!” kataku.

“Tuan bisa memanggilku Karim, dan apa tuan bisa menjawab pertanyaanku tadi?”.

“Aku akan menjawab pertanyaan paman, tapi sebelumnya paman cukup memanggilku Yuta, karena aku hanyalah seorang pelajar sekolah biasa. Untuk para wanita yang di sana, dua orang dengan seragam itu Mia yang rambutnya pendek dan Shia yang berambut panjang. Wanita berambut coklat di sana adalah Hana, sedang yang berpakaian serba hitam dia adalah Luna. Wanita yang tadi bersama denganku menghancurkan batu, dia Kleo tapi biasa di panggil nona Kleo, dia adalah salah satu penyihir kerajaan,-”

“Pantas dia punya energi sihir sekuat itu, tidak salah kalau dia adalah salah satu penyihir kerajaan. Nama nona Kleo pun sepertinya aku pernah mendengarnya, apa benar dia itu penyihir yang menguasai sihir ruang dan waktu dan penyihir kegelapan tingkat atas?” tanya paman Karim yang memotong perkataanku.

“Paman benar, penyihir yang paman maksut ya itu, nona Kleo wanita yang sekarang sedang membuat makan malam” jawabku.

“Seperti dugaanku, kalian memang bukan sekumpulan orang sembarangan, dan siapa wanita yang tadi bisa membuat tiga anak panah dengan sihirnya?”.

“Dia Keyko, anak Perdana menteri”.

Begitu aku menyebut anak Perdana menteri, seketika paman Karim melotot ke arahku.

“Kamu jangan bercanda, mana mungkin putri seorang Perdana menteri bepergian tanpa ada tentara atau prajurit yang mengawalnya!” ungkap paman Karim.

“Mia, Shia dan Hana, mereka pengguna sihir elemen api. Luna dan Kleo, mereka sama-sama pengguna sihir elemen kegelapan. Dari kuatnya energi sihir yang pamar rasakan dari mereka, tentu mereka bukan pengguna elemen sihir yang biasa-biasa saja, apa lagi ada Kleo. Apa menurut paman dengan keberadaan mereka, Keyko masih butuh pengawalan banyak prajurit yang tentunya akan membuatnya mencolok?” tanyaku.

“Kamu benar, kalian semua memiliki energi sihir yang luar biasa, terutama kamu. Aku tidak percaya kalau kamu cuma seorang pelajar, energi sihir kamu itu bahkan sudah melebihi seorang jendral perang pasukan kerajaan”.

“Tapi kenyataannya aku hanyalah seorang pelajar yang masih belajar cara mengendalikan energi sihir” terangku.

“Woi Yuta, kamu mau makan atau terus ngrumpi?. Cepat kemari kalau kamu lapar!” panggil Hana dengan lantangnya.

“Paman aku makan dulu, atau mungkin mau bergabung dengan kita?” tanyaku.

“Aku baru saja makan”.

“Kalau begitu, aku pergi dulu pama!”.

“Makan yang banyak, dan pulihkan tenaga kamu. Aku yakin kamu tadi kehilangan banyak energi” pesan paman Karim sebelum dia kembali ke poa tempatnya berjaga.

Di bawah sinar rembulan malam, aku mulai menikmati makan malamku dengan di temani enam wanita cantik. Mungkin banyak yang iri dengan posisiku saat ini, namun aku sesungguhnya tidak menyukai di kelilingi wanita sebanyak ini.

Begitu perut kenyang, semua pergi ke tenda masing-masing. Keyko satu tenda dengan Hana, sedangkan Kleo berdua dengan Luna. Aku yang sudah mulai mengantuk, aku juga masuk ke tenda yang aku tempati sendiri.

Sebelum aku masuk, aku sempat melihat paman Karim dan dua rekannya berdiri tak jauh dari perkemahanku. Dari posisi mereka aku dengan jelas pelihat posisi seorang penjaga.

“Dasar paman Karim, suka bikin repot dirinya sendiri” gumamku saat aku berjalan ke arah tenda.

Mia dan Shia mereka tampak masih berdebat di samping mobil, tapi karena benar-benar mengantuk, aku tidak mempedulikan perdebatan mereka. Saat ini aku hanya ingin ke tenda dan tidur.

Dengan beralas karpet, aku mulai membaringkan tubuhku di dalam tenda. Rasa dingin begitu saja menyelimutiku, dan karena rasa dingin aku memiringkan tubuhku dan sedikit menekuk kakiku. Namun belum juga aku menutup mata, aku merasakan hangat dan empuk di punggungku, dan baru aku menyadari keberadaan orang lain di tenda ini saat ada tangan yang memeluk pinggangku dari belakang.

“Kalau dengan pelukan kamu masih merasa dingin, tubuhku mungkin bisa menghangatkanmu!” kata seseorang yang kini sedang memelukku dari belakang.

“Shia, apa yang kamu lakukan?” tanyaku.

Meski aku tidak menoleh dan melihat wajahnya, dari suara yang aku dengar itu pasti suara Shia, dan pasti aku tidak salah.

“Maaf aku tidak permisi dulu sebelum masuk, tapi semua yang aku lakukan ini adalah tugasku dan Mia. Selain menjadi pengemudi mobil, tugas kami adalah memberikan pelayanan malam untuk kamu, dan kamu tidak boleh menolaknya!” kata Shia.

“Kalau kamu menolak, aku akan berteriak dan pasti semua bakalan berfikiran buruk tentang kamu!” ancam Shia dengan suara berbisik di telingaku.

“Terima layanan malam dariku, dan kamu tidak akan menyesalinya!” bisik Shia lagi seraya dia menjilat daun telingaku.

Menolak itu pilihan yang kurang tepat, menerima juga aku tidak bisa.

“Wanita semakin kamu tolak justru dia akan semakin memaksa kamu. Bukannya lebih enak pasrah dan menikmatinya” tiba-tiba aku teringat kata-kata Kleo di malam saat dia memperkosaku.

Saat aku masih berfikir dan bimbang antara menolak atau menerima, ada bagian di tubuhku yang menolak untuk tidak menerima kehangatan dari Shia, dan sekarang bagian itu sudah mulai mengeras membuatnya lebih besar dari ukuran normalnya.

“Selain tugas, sebenarnya sudah lama aku ingin melakukan ini” rengek Shia sambil mempererat pelukannya padaku.

“Aku ingin menyerahkan semua yang aku miliki ke lelaki yang sangat aku kagumi, dan setelah lama mencari sosok itu, akhirnya aku menemukannya di dirimu” kata Shia menjelaskan maksut perkataannya.

“Silahkan kamu temanin aku, silahkan juga kalau kamu mau memelukku. Tapi aku harap cukup itu saja yang kamu lakukan padaku” kataku.

“Kenapa kamu cuma ngebolehin aku memelukmu jika aku sanggup melakukan apapun untuk kamu!” ungkap Shia.

“Kamu gak usah aneh-aneh!” kataku.

“Bukannya kamu tadi kedinginan?. Lagian aku bisa memberikan rasa hangat sekaligus rasa nikmat, jadi jangan menolak perlakuanku ke kamu!” kata Shia seraya dia menarikku hingga aku kini saling bertatap muka dengannya.

“Shia”.

“Sstttt, kamu cukup diam dan menikmatinya!”.

“Tapi aku tidak menginginkannya”.

“Kalau seperti itu, aku akan membuatmu menginginkannya”.

Shia langsung mendekapku dan begitu saja mencium bibirku.

“Shia, stop!” kataku.

“Kenapa?. Apa aku tidak menarik bagimu?”.

“Bukan itu, tapi apa kamu lupa dengan peraturan di kerajaan kita tentang ikatan darah yang sama artinya dengan sebuah pernikahan?” tanyaku.

“Aku tidak lupa dengan peraturan itu. Tapi aku ini hanya seorang budak, jadi peraturan itu tidak berlaku untukku. Kamu bebas melakukannya denganku tanpa memikirkan peraturan itu”.

“Budak!, jangan bercanda, mana mungkin kamu seorang budak!”.

“Aku memang budak, bukan hanya aku, Mia dan orangtua kami adalah budak tuan Hermes. Meski tuan Hermes begitu baik memperlakukan aku dan keluargaku, kami tetaplah budak, dan seorang budak harus mematuhi perintah tuannya”.

“Jadi, semua yang kamu lakukan sekarang ini adalah perintah tuan Hermes?”.

“Sebagian memang perintah tuan Hermes, tapi ada saatnya aku punya keinginan sendiri seperti yang aku lakukan sekarang ini. Satu lagi perintah tuan Hermes padaku dan Mia. Kami berdua harus menyerahkan kesucian kami padamu dan selamanya menjadi budak kamu” tutur Shia.

“Apa kamu menerima perintah itu?” tanyaku.

“Awalnya kami menolak, tapi setelah melihatmu aku dan Mia justru ingin segera melakukannya” jawab Shia.

“Kalau aku menolak?”.

“Hukum seorang budak, jika kami gagal menjalankan perintah kamu harus mengakhiri hidup kami. Jika kamu menolak, kami juga tidak keberatan untuk mengakhiri hidup kami.

“Tugas seorang budak adalah pasti dan harus di selesaikan jika gagal, nyawa mereka menjadi taruhannya” kataku mengingat sebuah peraturan perbudakan di kerajaan ini.

Di kerajaan ini bahkan di kerajaan yang lain perbudakan adalah hal yang wajar. Selain ada peraturan yang membuat hidup seorang budak terasa tak berarti, ada juga peraturan yang melindungi mereka. Memukul atau melukai seorang budak, hukumannya cukup berat bahkan bisa sampai hukuman mati jika ada tuan yang sampai membunuh budaknya tanpa alasan yang dapat di terima.

“Kamu benar-benar ingin melakukannya denganku?” tanyaku.

“Bukan cuma ingin, tapi aku sangat ingin melakukannya. Bahkan Mia juga menginginkannya, dan tadi kami sempat debat karena berebut giliran melakukan ini semua dengan kamu” jawab Shia.

Kini aku tau apa yang mereka berdua debatkan tadi. Tapi aku tidak menyangka mereka berdebat soal ini.

Ingin aku menolak, tapi aku tidak tega melihat mereka mengakhiri hidupnya sendiri. Tapi kalau aku melakukannya, mereka akan menjadi budakku untuk selamanya. Aku benar-benar bingung dengan keputusan apa yang harus aku pilih.

“Nikmati saja, bukannya punya dua budak cantik itu sangat menguntungkan!” aku mendengar suara Kleo.

“Kamu main telepati lagi, dan kenapa kamu bisa tau?” tanyaku melalui telepati Kleo yang di hubungkan denganku.

“Karena akulah yang meminta Hermes untuk memberi perintah ke dua gadis itu, dan aku sudah sangat yakin malam ini salah satu dari mereka akan melakukannya”.

“Dasar wanita aneh, apa kamu tidak cemburu aku melakukan inu dengan wanita lain?”.

“Aku tentu sangat cemburu, sesungguhnya sekarang aku ingin gabung dengan kalian. Melakukan hal itu bertiga pasti menyenangkan bukan!”.

“Dasar sinting!” bentakku.

“Hihihihi, selamat bersenang-senang kekasihku. Jangan lupa, setelah mereka berdua, giliran aku yang akan melakukannya!” kata terakhir Kleo sebelum aku merasakan sihir telepatinya terputus.

“Bibir kamu menolak, tapi ini tidak menolak” kata Shia yang entah sejak kapan tangannya sudah mengelus benda tegan di selangkanganku dari balik celana yang aku gunakan.

“Kamu bukan lelaki yang agresif, tapi aku semakin menyukaimu. Meski kamu tadi sudah memakan begitu banyak makanan, tapi aku yakin kamu masih lelah. Karena itu biar aku yang melayanimu, kamu diam dan nikmati, lagian ini sudah menjadi tugasku, memberikan pelayanan malam untuk tuanku” tutur Shia.

Dengan kuatnya, Shia mendorongku hingga kini aku telentang di atas karpet, dan perlahan Shia naik ke atas tubuhku dengan pantatnya tepat di atas penisku yang sudah mengeras.

“Selain besar, ini juga keras” kata lirih Shia ketiga dia menggoyangkan pantatnya yang terasa begitu padat dan empuk.

Aku hanya diam, dan mencoba menikmati yang dilakukan Shia padaku.

Dengan kedua tangannya, Shia menaikkan bajuku dan tanpa membuka bajuku kini dia mulai merapa dadaku. Tidak cuma meraba dadaku, dengan membungkukkan badannya, Shia kembali mencium bibirku. Lidahnya menari menjilat dan membasahi bibirku.

Shia menyudahi ciuman di bibirku, kini dia begitu fokus dengan dada bidangku. Tangannya tak pernah berhenti mengelus dada dan perutku. Bibirnya yang tadi dia gunakan untuk mencium bibirku, kini bibir itu menciumi puting kecilku dan lidahnya tak pernah berhenti menjilati putingku. Rasa geli karena jilatan lidah Shia membuatku bergidik dan merinding di seluruh tubuhku.

Puas memainkan putingku, Shia perlahan turun ke bagian bawah kakiku, dan tanpa meminta persetujuanku dia begitu saja menarik turun celan dan CD yang aku gunakan sehingga penisku yang sudah tegang dan membengkak berdiri dengan gagahnya tepat di hadapan Shia.

Aku masih diam, namun aku mencoba melihat ke arah Shia. Sadar sedang aku perhatikan, Shia hanya tersenyum dengan mata yang sedang melihat ke arahku.

“Diam dan nikmatin saja” kata Shia dengan senyum genitnya.

Selesai dengan kata-katanya, terlihat Shia mulai membuka pakaiannya sendiri. Kini terlihat tubuh Shia yang sudah telanjang, karena di balik bajunya dia sudah tidak lagi memakai pakaian dalam, dan aku baru sadar kalau bagian bawah tubuh Shia sudah tidak tertutup apa-apa lagi sejak tadi.

Aku begitu terpana melihat tubuh telanjang Shia. Kulitnya yang putih, payudara besar dengan puting kecil berwarna merah kecoklatan, serta vagina tanpa bulu yang terlihat masih begitu rapat. Kini aku sangat yakin, jika tubuh Shia belum pernah di jamah oleh seorang lelaki, dan kini dia merelakan semuanya untukku.

Tanpa rasa malu ataupun sungkan, Shia mengelus payudaranya sendiri, seolah memamerkan betapa indah bagian tubuhnya itu.

“Tuan, setiap bagian di tubuhku, selamanya akan menjadi milikmu” ungkap Shia yang kini kembali memanggilku tuan.

Nafsuku yang mulai sulit aku tahan, benar-benar membuatku gelisah, namun aku mencoba tetap tenang meski mataku tidak mau berpaling dari keindagan tubuh Shia.

“Biarkan budak mu ini melayanimu” kata lirih Shia yang tanpa malu begitu saja dia memegang batang penisku dan dengan begitu lembut dia mulai mengocoknya.

Kocokan Shia di batang penisku benar-benar semakin menambah nafsuku. Gerakannya yang kadang cepat dan kadang di perlambat, membuat merinding seluruh tubuhku.

Aku menutup mata, meresapi setiap rangsangan di tubuhku. Barulah aku membuka mata saat aku merasa ada benda basah sedang menari-nari di lubang kencingku. Saat mataku melihat ke arah Shia, ternyata dia sedang membungkukkan badannya dan dengan lidahnya dia menjilati lubang kecingku.

Sadar sedang aku perhatikan, Shia melirik ke arahku, dan setelah sedikit tersenyum Shia begitu saja membuka mulut mungilnya dan tanpa rasa jijik dia mulai mengulum penisku.

Mulut mungil Shia terlihat penuh sesak dengan penisku. Sesekali aku merasakan penisku bergesekan dengan giginya, meski rasanya sedikit ngilu, tapi kuluman bibir Shia begitu nikmat, di tambah dengan lidahnya yang terus menjilati kepala penisku. Aku semakin melayang penuh kenikmatan dengan permainan mulut dan lidah Shia.

“Aaaaahhhhh” desah panjangku saat rasa nikmat tidak bisa aku tahan lagi, dan begitu saja aku menyemburkan spermaku ke mulut Shia.

Dari tatapan Shia yang melotot ke arahku, sepertinya dia tidak siap dengan apa yang barusan terjadi, dan aku yakin spermaku tadi keluar cukup banyak karena aku melihat aliran sperma keluar dari celah bibir Shia yang masih di jejali penisku.

Beberapa saat setelah puncak kenikmatan aku raih, Shia mengeluarkan penisku dari mulutnya.

“Kamu marah dengan yang terjadi barusan?” tanyaku saat Shia mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

“Aku tidak marah, tapi tadi aku sempat terkejut dengan cairan yang tiba-tiba keluar dari kemaluan tuan” jawab Shia.

“Kenapa kamu tidak memuntahkannya?” tanyaku kembali.

“Cairan itu penuh dengan energi murni, tentu sangat rugi jika aku memuntahkannya. Sebenarnya aku justru menginginkannya lagi, tapi aku punya cara lain untuk membuat tuan mengeluarkan cairan seperti tadi!” ungkap Shia, dan setelah berkata Shia perlahan kembali menaiki tubuhku.

Tubuh telanjang Shia semakin terlihat jelas olehku. Payudara besarnya, dan vagina mulusnya kembali membuatku terangsang dan semakin membakar nafsuku. Penisku yang tadi sedikit lemas, kini sudah kembali tegang dan mengeras dengan sempurna.

Shia kini berjongkok di atas penisku. Kedua tangannya meraih tanganku dan tanganku di tuntun ke arah kedua payudaranya. Benda besar, kenyal dan lembut itu kini ada di genggamanku. Nafsu telah sepenuhnya menguasaiku, dan tanpa di perintah begitu saja aku meremas kedua payudara Shia dengan tanganku.

“Aaahhh” desah lirih Shia saat aku meremas payudaranya dan kadang aku memilin-milin puting kecilnya yang terasa semakin mengeras.

Saat aku sibuk dengan kedua payudaranya, Shia mulai memegang kembali penisku dan menggosok-gosokkan ke celah vaginanya yang terasa sudah begitu basah. Beberapa waktu Shia masih saja menggosokkan penisku ke celah vaginanya yang sudah begitu basah dengan cairan yang keluar dari vaginanya.

“Tuan, ikatan ini akan mengikatku sebagai budak tuan, apapun perintah tuan akan aku turuti, dan ikatan ini akan terputus saat kematianku” kata lirih Shia dan dengan sekali hentakan kuat, Shia membanting pantatnya dan seketika itu penisku menerobos masuk ke vaginanya dan merobek kesucian Shia.

“Aaaawwwww, Sakiit!” jerit Shia sesaat setelah penisku tertanam sempurna di vaginanya.

Darah yang selamanya mengikat Shia sebagai budak ku, terlihat mengalir dari celah vaginanya. Darah merah dan cairan bening, terlihat mengalir membasahi batang penisku. Dengan prosesi ini, kini aku dan Shia sudah terikat untuk selamanya, sebuah ikatan antara tuan dan budaknya.

Shia masih diam di posisinya. Penisku yang kini berada di dalam liang vaginanya, terasa di urut dan di remas dinding vaginanya. Rasa ngilu dan nikmat yang aku rasakan, bercampur menjadi satu dan membuatku begitu menikmati saat-saat seperti ini.

“Kamu bisa menghentikannya kalau sakit!” kataku begitu lirih.

“Tuan jangan bercanda!. Aku sama sekali tidak merasakan sakit, aku justru sangat menikmati ini semua” kata Shia yang kini sedikit menyondongkan tubuhnya ke depan dan kini kedua tangannya bertumpu di dadaku.

Sambil memejamkan matanya, aku melihat wajah Shia yang memerah dengan ekspresi penuh kenikmatan.

"ENGGGG... SSSSHHH... AAAHHH" desah Shia saat dia mulai menggerakkan pinggulnya.

Pantat Shia yang perlahan naik, memperlihatkan sebagian batang penisku yang mengkilap karena cairan dari vagina Shia, bercak merah darah juga terlihat di sebagian batang penisku.

“Tuan, punya tuan sangat besar!. Vaginaku terasa penuh dan sesak, aaaahhhhhhh....” racau Shia yang mulai menaik turunkan pantatnya, dan bersamaan dia juga menggoyangkan pinggulnya.

Tiap gerakan Shia, memberikan sensasi rasa yang berbeda. Dengan gerakan pantatnya, aku merasa penisku seperti di sedot-sedot lubang vaginanya. Sedangkan gerak pinggulnya, membuat penisku seperti di aduk-aduk di dalam vagina Shia yang sempit.

Semakin lama, gerakan pantat dan pinggul Shia semakin liar. Dua payudara besarnya sampai bergoyang-goyang mengikuti irama gerakannya yang semakin liar.

Melihat dua payudara besar Shia yang bergoyang-goyang di depan wajahku, semakin menambah nafsuku. Dengan gemas aku memegang dan meremas kedua payudara Shia dengan kedua tanganku, dan dengan sedikit mengangkat kepala, aku mulai menjilati dan mengulum puting payudara Shia.

“Oohhhh tuan.... Teruss aaaahhhh.... Geliiii.... Aaahhhhh....” desah Shia.

Desahan Shia benar-benar membuatku hilang kendali, dan kini sepenuhnya aku di kontrol oleh nafsu.

Dengan tangan dan mulutku yang masih sibuk dengan payudara Shia. Kini aku mulai menggerakkan pantatku membuat penisku semakin mentok ke dalam vagina Shia.

“Tuuaaannn aaahhhhh.... Pellaaannn tuaaann.... Aaahhhhhh....” racau Shia yang penuh dengan desahan kenikmatan.

Plok.... Plok.... Plok.... Plok.... Bunyi pantat Shia yang semakin cepat bergerak turun naik.

Mengimbangi gerakan Shia yang semakin liar, akupun mempercepat gerakan pantatku yang menusuk-nusuk vaginanya dari bawah.

“Tuuuaaannnn.... Aahhhkkuuuuu.... Mmmaauuuuu.... Aaahhhhhnnyaammmppeekkkaaahhhh....” desahan Shia semakin keras.

Aku tidak peduli jika ada yang mendengar desahan Shia. Saat ini yang ada di pikiranku hanya ingin segera mencapai puncak kenikmatan.

Dinding-dinding vagina Shia semakin rapat menjepit penisku. Otot-otor vagina Shia juga semakin berkedut-kedut. Aku yakin sebentar lagi dia akan mencapai puncak kenikmatannya. Dengan hentakan yang cukup kasar....

“Aaaaaahhhhhhhhhh.... Tuaannnn” desah panjang Shia saat aku merasa ada cairan hangat menyembur dari dalam liang vaginanya.

Shia terdiam dan terlihat dia masih menikmati detik-detik dia mencapai puncak kenikmatan. Namun, aku yang tinggal sedikit lagi bisa menuntaskan nafsuku, aku justru mempercepepat gerakan pantatku. Bersamaan dengan cairan yang ingin menyembur keluar dari penisku, aku sedikit mengangkat punggungku membuat penisku semakin dalam masuk ke dalam liang vagina Shia.

Beberapa kali tubuhku bergetar, beriringan dengan semburan demi semburan sperma keluar dari kepala penisku.

Aku tidak menghitung berapa kali aku menyemburkan sperma ke dalam vagina Shia. Yang aku tau dan yang aku rasa, saat ini aku benar-benar lelah.

Setelah sejenak mengatur nafas, aku melihat ke arah wajah Shia. Wajahnya terlihat memerah, namun aku juga melihat rasa lelah yang sama dengan yang aku rasakan.

Perlahan Shia mengangkat pantatnya, begitu pantat Shia terangkat, terlihatlah penisku yang mulai tertidur. Begitu sepenuhnya penisku sudah keluar dari vagina Shia, aku melihat cairan kental berwarna putih dengan bercak merah mengalir keluar dari celah vagina Shia.

“Tuan tidak perlu takut, aku tidak akan hamil. Dengan sihir, cairan sperma tuan yang keluar di vaginaku telah aku ubah menjadi energi murni yang akan menambah kekuatan sihirku” tutur Shia yang sepertinya melihat rasa kawatir dari ekspresi wajahku.

Aku pun tersenyum ke arah Shia yang kini sedang terbaring di sampingku dengan tubuh lemasnya.

Beberapa detik kemudian, aku mendengar nafas halus Shia yang menandakan dia sudah tertidur dengan kondisi tanpa busana dan vagina yang masih kotor bekas percumbuannya denganku.

“Terlalu rendah jika aku menganggap kamu sebagai budak. Wajah cantik, kulit bersih dan lembut, serta keindahan tubuhmu, itu terlalu sempurna untuk seorang budak. Di luar sana mungkin akan banyak bangsawan yang ingin memjadikanmu istri. Namun kamu lebih memilih membuat ikatan budak denganku. Biar ada ikatan tuan dan budak, tapi aku akan menganggapmu sebagai teman bukan seorang budak” gumamku seraya mengelus rambut Shia dengan tangan kananku.

Rasa lelahku kini membuatku ingin segera terlelap mengikuti Shia. Namun belum juga mataku tertutup, aku merasakan ada seseorang yang berjalan mendekat ke arah tendaku. Dengan sigap aku menutupi tubub Shia dengan bajunya, dan akupun segera memakai celanaku kembali.

Sambil duduk di atas karpet, aku menati kedatangan orang itu. Dari aura sihir yang di keluarkannya, aku sangat tau siapa dia, siapa lagi selain Kleo yang punya aura sihir sekuat ini.

“Kamu sudah selesai?” tanya Kleo yang baru masuk ke dalam tendaku.

Aku masih diam belum menjawabnya, kini aku justru asik melihat ke arahnya yang malam ini datang ke tendaku hanya berbalut piama tidur tipis yang mempertontonkan keindahan tubuhnya.

“Aku sudah selesai dengan Shia, tapi kalau kamu meminta aku masih sanggup melakukannya” kataku, dan akupun tersenyum.

“Apa kamu yakin mau melakukannya malam ini denganku?” Kleo bertanya padaku.

“Nona Kleo yang cantik, kalau kamu menginginkannya, silahkan mendekat” jawabku.

Dengan anggunnya Kleo berjalan mendekat ke arahku. Senyum di bibirnya terlihat semakin jelas saat dia sudah semakin dekat denganku, dan saat dia sudah berada tepat di depanku....

“Aaaahhhhhh....” suara desahan!

•>

•>


Bersambung....
wkakakaka :nenen:
betapa tidak mengenakan dan juga membuat teramat sangat penasaran toh Yuta - nona Cleo adalah suami istri :tepuktangan:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd