Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Miracle Love And Magic

Status
Please reply by conversation.
-PROLOG-



Sandi Goma Yutaka


Pov Yuta


Sebagai seorang anak yang terlahir dari keluarga yang tidak jelas keberadaannya. Tanpa ada satupun petunjuk yang mengarahkan padaku siapa kedua orang tuaku.

Cacian dan bullyan senantiasa aku dapat sejak aku kecil. Bahkan dulu, siksaan fisik juga aku alami. Karena kekuasaan, mereka bebas melakukan tindakan itu padaku, dan karena kekuasaan juga, aku tidak punya kuasa untuk melawan mereka.

Tidak ada yang tahu apa keinginanku, dan juga tidak ada yang tahu apa harapanku. Namun aku tau, apapun harapan dan keinginanku, tidak mungkin ada yang bisa terwujut untuk saat ini. Tapi, sesungguhnya ada satu hal yang aku miliki, yang tidak di miliki oleh kebanyakan orang, dan mungkin hanya ini kelebihan yang aku miliki saat ini.



Criiinggg........... “Cklek....” alarm, selalu tepat berbunyi di waktu yang sudah aku tentukan.

“Swosshhhhhh.....” suara air yang keluar dari kran air, sebagai tanda awal kegiatanku di hari ini.

Dingin, kenapa air di pagi hari selalu dingin?.... Apa hanya aku yang merasa dingin di setiap pagi, atau semua orang juga merasakannya?.... Aku tidak tau, dan aku tidak ingin tau apa jawabannya.

“Sandi Goma Yutaka murit kelas XI SMA....” kadang aku bingung, kenapa aku harus sekolah, dan kenapa juga aku harus menggunakan seragam dengan tulisan pengenal namaku. Padahal, jarang orang yang mau mendekat hanya untuk mengenalku.

Sampah yang hina dan kotor, mungkin itulah yang selalu aku lihat dari pandangan orang yang menatap ke arahku.

Dasar manusia, aku sangat membenci mereka. Meski kadang aku merasa aneh dengan diriku sendiri yang membenci manusia, karena tidak bisa aku pungkiri, aku sendiri juga menusia.

Bangku paling belakang, dan dari 39 murid, cuma aku yang duduk sendirian. Sebenarnya ada 40 murid di kelasku, tapi aku tidak tahu kenapa satu orang itu sejak kenaikan kelas dan pembagian kelas baru, sekalipun dia belum pernah masuk sekolah.

“Tok...tok...tok...” bunyi ketukan tiga kali dan pintu kelas yang terbuka, sontak membuat kegiatan jam pembelajaran di kelasku sedikit terganggu.

“Ma'af, mengganggu pelajarannya.” seorang wanita dengan senyuman yang menghiasi bibirnya, masuk ke dalam kelasku.

Guru wanita yang mengajar di kelasku, dengan keterkejutannya dia menatap wanita yang baru masuk. Begitupun murid yang lain, mereka seperti begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang kini sedang berjalan ke arah meja guru.

“Cih, nambah lagi satu wanita, si mulut seribu yang suka ngomongin orang.” gumamku begitu lirih.

“Nona Keyko!.” sapa guruku ke wanita tadi.

“Nona!. Sepertinya dia anak orang penting.” kembali aku bergumam.

“Hai Yuta, bisa gak jangan berisik!. Wanita itu anak Perdana Mentri.” tutur Hana, satu-satunya wanita di kelas ini yang mau bicara padaku.

“Namaku Sandi, bukan Yuta!.” kataku ketus.

“Wajah kamu tidak cocok di panggil Sandi!.” balas Hana.

“Terserah!.” kataku malas, dan aku mengalihkan pandanganku melihat pemandangan di luar kelas, yang aku lihat dari jendela di sampingku.

“Yuta!.” panggil guruku.

“Kenapa juga dia memanggilku dengan nama itu?. Lagian, siapa sih yang memberiku nama itu?.” batinku.

Aku arahkan pandanganku ke guruku, dan bergantian ke nona anak orang penting, yang kini menatap ke arahku dengan senyuman.

“Dasar makhluk bermuka dua, di depan tersenyum di belakang menghina.” batinku.

“Nona Keyko, silahkan bisa duduk dengan Yuta di belakang. Tapi, kalau nona tidak berkenan, silahkan pilih tempat yang nona mau, biar saya yang atur.” tutur guruku.

“Sebelumnya aku mohon ma'af, Ibu Velerin cukup manggil saya Keyko saja, jangan pakai nona!. Untuk tempat duduk, di belakang juga tidak apa-apa.” katanya begitu ramah.

Ibu Velerin, guru yang sedang mengajar di kelasku sepertinya cukup kikuk dengan keadaan saat ini.

“Kalau begitu, non....eh, Keyko silahkan duduk di bangkunya.” kata bu Valerin. “Yuta, bantu jangan usil ke Keyko!.”

Setiap pasang mata di kelasku, memandang kagum ke Arah Keyko yang berjalan ke arahku. Sebaliknya, mereka semua justru memandang sinis ke arahku.

“Keyko!.” kata wanita yang sudah duduk di sampingku, seraya mengulurkan tangannya mengajakku berkenalan.

Baru kali ini ada orang apa lagi wanita mengajak aku berkenalan secara langsung. Dengan Hana saja aku berkenalan cuma pada waktu perkenalan di depan kelas beberapa hari yang lalu.

“Yuta.” jawabku dan aku menjabat tangannya sebentar. “Kenapa dia terus tersenyum padaku?.” tanyaku dalam hati saat melihat Keyko masih saja tersenyum padaku.

“Dasar Yuta nyebelin, tadi saja tidak mau aku panggil Yuta, sekarang ada Keyko, justru ngenalin nama Yuta, huuh.” keluh Hana yang menoleh ke arahku dan Keyko.

“He,hei. Bukan begitu maksutku!. Tapi, tadi kan Ibu Velerin manggilku Yuta, masak aku ngenalin ke nih cewek namaku Sandi!.” kataku lirih.

“Sopan sedikit apa tidak bisa kamu itu?. Ini nona Keyko, anak perdana mentri.” kata Hanna dengan mata melotot ke arahku.

“Hana, Yuta, jangan berisik!.” tegur bu Valerin.

“Iya bu!.” jawabku dan Hana bersamaan.

“Hihihihhi. Kalian itu cocok, kalian pacaran ya?.” kata Keyko sambil tertawa lirih.

“Enggak!.” kembali aku dan Hana menjawab bersamaan.

“Tuh kan cocok, hihihihi.”

Aku dan Hana tidak menggubris perkataan Keyko, kami berdua kembali diam mendengarkan apa yang di sampaikan bu Velerin.

“Sekarang sudah komplit 40 murid di kelas ini. Jadi Ibu akan memberikan tugas kelompok kepada kalian. Setiap kelompok wajib terdiri dari empat orang. Untuk siapa saja anggota kelompoknya, ibu sendiri yang akan nentuin.” kata bu Velerin sambil memandang ke arah semua muridnya.

Tidak butuh waktu lama, sepuluh kelompok telah terbentuk, dan aku tergabung dengan kelompok terakhir bersama Hana, Keyko, dan Luna, yang artinya aku adalah satu-satunya laki-laki dalam kelompok, dan itu sangat menyebalkan.

Luna, wanita pendiam teman sebangku Hana, yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara. “Ok, ini akan jadi kelompok teraneh di kelas ini.” batinku.

“Tugas pertama kelompok kalian cukup mudah. Kalian cuma harus mengumpulkan empat jenis tanaman obat yang bisa kalian cari di hutan. Ingat, di hutan bukan di pasar!.” seru bu Velerin. “Mungkin cukup sekian pelajaran ibu hari ini. Minggu depan ibu harap semua bisa mengumpulkan tugasnya!.”

“Merepotkan!.” ucapku acuh.

Setelah kepergian ibu Velerin, itu artinya jam pulang sekolah tiba, dan aku harus segera bergegas ke tempat kerjaku. Sebuah tempat perakitan senjata.

Sepanjang perjalanan menuju pintu gerbang keluar masuk sekolahku, aku melewati lapangan luas tempat murid-murid berkumpul dan berlatih.

Sihir, beladiri, adalah seni yang di miliki hampir semua murid di sekolahku. Karena sekolahku bukan sekolah biasa, dan hanya orang-orang bertalenta khusus yang bisa masuk ke sekolahku ini.

Cukup heran juga waktu aku dapat undangan masuk ke sekolah ini selepas dari SMP. Aku yang tidak bisa beladiri atau sihir, bisa di terima sekolah di tempat ini.

“Yuta!.” panggil Keyko yang sepertinya sedang menunggu seseorang di sampong mobil mewah.

“Ehmm, ya!.” jawabku singkat, dan aku berjalan santai ke arahnya.

“Besok kita ke hutan, tadi aku sudah bicara dengan Luna dan Hana!.” tutur Keyko dengan begitu semangat.

“Dasar wanita, memutuskan apa saja se enaknya!.” batinku. “Ok!.” kataku singkat.

“Ya sudah, aku permisi pulang dulu” Keyko menaiki mobil mewah di sampingnya. “Daaa, Yuta!. Sampai ketemu besok!.” dengan mengeluarkan kepalanya dari jendela mobilnya, Keyko melambaikan tangannya padaku.

Ok, hariku mulai aneh. Mulai dari Hana yanf semakin cerewet akhir-akhir ini. Luna yang semakin aneh dengan diamnya, tetapi tidak pernah menghindariku seperti orang yang lain. Apa lagi ada si nona basar Keyko yang aku tidak mengerti, apa sebenarnya tuh maunya wanita, ramah, murah senyum, tapi aku melihat ada sesuatu yang dia tutupin dariku, bahkan mungkin dari semua orang.

“Dasar wanita, selalu MEREPOTKAN!.



Keyko Hamura


Pov Keyko


Sudah sepuluh hari aku tidak masuk ke sekolah karena aku harus menemani ibuku yang berobat ke luar negri. Setelah sepuluh hari di rawat, Ibuku akhirnya sembuh, dan boleh pulang ke rumah. Sebenarnya, ibuku belum sembuh sepenuhnya. Penyakit ibuku memang sembuh, namun karena penyakitnya, ibuku kehilangan pengelihatannya, atau buta.

Sebenarnya ada suatu sihir yang bisa menyembuhkan mata ibuku, tapi sayang sihir itu sudah lama hilang. Meski begitu, aku tetap senang mrlihat ibuku yang kembali sehat.

Hari ini hari pertamaku masuk sekolah, meski baru di pelajaran terakhir aku bisa masuk sekolah. Mungkin karena jabatan Ayahku, pihak sekolah memberikan perlakuan khusus padaku.

“Tok...tok...tok...” tiga kali aku mengetuk pintu, baru aku masuk ke dalam kelas.

Semua orang memandang ke arahku dengan keterkejutannya, termasuk guruku. Namun setelah aku perhatikan, ada satu orang yang terlihat acuh dengan kehadiranku.

Setelah sejenak berkenalan, aku berjalan ke tempat dudukku. Aku duduk di bangku paling belakang, bersama lelaki yang dari tadi begitu acuh dengan kehadiranku.

“Siapa dia sebenarnya, kenapa sebegitunya pandangan mereka ke lelaki itu?.” batinku, saat melihat teman-teman satu kelasku memandang sinis ke arah lelaki teman satu bangkuku.

“Keyko.” kataku ramah, dan aku mengulurkan tangan mengajak dia berkenalan.

Sejenak dia menatap heran padaku. “Yuta.” katanya, dan sejenak dia menjabat tanganku.

“Dasar Yuta nyebelin, tadi saja tidak mau aku panggil Yuta, sekarang ada Keyko, justru ngenalin nama Yuta, huuh.” keluh seorang wanita yang tiba-tiba menoleh ke arahku dan Keyko.

“He,hei. Bukan begitu maksutku!. Tapi, tadi kan Ibu Velerin manggilku Yuta, masak aku ngenalin ke nih cewek namaku Sandi!.” kaa Yuta lirih.

“Sopan sedikit apa tidak bisa kamu itu?. Ini nona Keyko, anak perdana mentri.” kata wanita di depanku, dengan mata melotot ke arah Yuta.

“Hana, Yuta, jangan berisik!.” tegur bu Valerin.

“Ternyata Hana namanya.” batinku saat aku tau nama wanita yang duduk tepat di depanku.

“Iya bu!.” jawab Yuta dan Hana bersamaan.

“Hihihihhi. Kalian itu cocok, kalian pacaran ya?.” kataku bercanda, sambil tertawa lirih.

“Enggak!.” kembali Yuta dan Hana menjawab bersamaan.

“Tuh kan cocok, hihihihi.” kembali aku menggoda mereka.

Mereka berdua kembali diam, tidak lagi mempedulikan kata-kataku.

“Wanita pendiam, dengan sedikit senyuman. Siapa dia?.” cukup aku di buat bingung dengan wanita di samping Hana.

Hari ini ada pembagian kelompok di kelasku, dan aku masuk kelompok terakhir. Aku, si cuek Yuta, si periang Hana, dan si pendiam yang bernama Luna, akhirnya menjadi satu kelompok.

“Kamu pasti bingung, kenapa orang-orang memandang sinis Yuta?.” suara Hana yang membuatku terkejut, karena barusan aku sedang menatap Yuta dan orang-orang yang baru di lewatinya.

Aku menoleh ke belakang, tepat di belakangku ada Hana dan Luna yang berdiri menatapku.

“Eh, Luna, dan Hana, kok kamu tau soal itu Han?. Sejujurnya, dari tadi aku ingin menanyakan itu ke kamu.” kataku.

“Kamu taukan semua murid di sekolah ini punya keistimewaan?. Contohnya Luna, dia ahli sihir dan mantra kegelapan, dan aku ahli dalam memanipulasi api. Kamupun pasti punya keistimewaan turun temurun kan?.”

“Iya, aku bisa sihir air. Terus apa hubungannya semua itu dengan Yuta dan orang-orang yang memandang sinis padanya?.” tanyaku.

“Sampai sekarang, tidak ada satupun yang tau apa kelebihan dan keistimewaan yang di miliki Yuta. Asal usul Yuta pun juga tidak ada yang tau. Banyak yang berfikir Yuta itu kesalahan sekolah ini, dan banyak juga yang berfikir Yuta itu hasil hubungan gelap, dan masih banyak lagi. Karena itu, sebagian besar orang selalu memandang sinis kearah Yuta.” tutur Hana.

“Tanpa tau yang sebenarnya, mereka menghakimi Yuta. Itu sangat kejam!.” kataku.

“Kemarin-kemarin, mungkin hanya aku dan Luna yang membuang semua fikiran buruk tentang Yuta. Tapi hari ini, sepertinya bertambah satu lagi orang yang satu fikiran dengan kami berdua.” kata Hana, dan dia tersenyum padaku.

“Hihihi.... Kalau begitu, kita jadi sahabat, mau kan?.” ajakku.

Hana tersenyum, begitupun Luna, dan hari ini aku menemukan sahabat baru.

“Semoga esok Yuta bisa gabung jadi sahabat kita!.” kata Hana.

“Iya semoga, biar lengkap jadi empat sahabat, hihihihi.”

“Aku punya satu rencana bagus untuk membuat Yuta jadi sahabat kita!.” seru Hana.

“Apa itu Han?.” tanyaku penasaran.

“Besok kita ke hutan mencari tanaman obat seperti tugas bu Venerin. Saat itu, kita bikin si Yuta sahabatan dengan kita, kalian setuju kan?.” tanya Hana.

“Aku setuju?.” jawabku.

Anggukan dan senyuman kecil, menjadi jawaban Luna. “Ayolah Lun, satu kata saja!.” batinku.

“Terus siapa yang ngasih tau Yuta tentang rencana ke hutan besok?.” tanyaku.

“Ehmmm, gimana kalau kamu saja, kan kamu teman satu bangkunya, dan sepertinya dia sedikit sungkan dengan status anak perdana mentri yang kamu sandang.” kata Hana.

“Ok, tapi orangnya dimana sekarang?.”

“Kamu tunggu saja di gerbang sekolah, bentar lagi orangnya juga muncul. Si Yuta biasanya keliling sekolah dulu sebelum pulang.”

“Kamu tau banget soal Yuta, hayo ngaku, Hana suka Yuta kan?.” sedikit aku menggoda Hana.

“Eh, apa sih kamu tuh Key!. Enggak-enggak, sudah sekarang kamu buruan ke gerbang sekolah.” kata Hana, dan segera dia membalikkan badannya.

Aku tersenyum melihatnya, begitu juga Luna, dia juga tersenyum dengan tingkah Hana yang begitu jelas kalau dia menyukai Yuta.

Di dekat mobil yang menjemputku, aku menunggu Yuta. Dari kejauhan aku melihat dia berjalan ke arahku.

“Yuta!.” panggilku ramah ke Yuta.

“Ehmm, ya!.” jawabnya singkat, dan dengan santainya dia berjalan ke arahku.

“Besok kita ke hutan, tadi aku sudah bicara dengan Luna dan Hana!.” tuturku dengan begitu semangat.

Yuta diam sejenak, dia terlihat seperti sedang berfikir, atau mungkin sedang bingung.

“Ok.” jawab singkat Yuta.

“Ya sudah, aku permisi pulang dulu” aku masuk kedalam mobil yang menjemputku. “Daaa, Yuta!. Sampai ketemu besok!.” dengan mengeluarkan kepalaku dari jendela mobil, aku melambaikan tangan pada Yuta.


Hana Celista Agatha


Pov Hana


“Misterius.” yah itu yang aku lihat pertama kali dari diri Yuta, seorang lelaki yang sejak awal aku masuk SMA telah mencuri perhatianku.

Seminggu yang lalu tepatnya, impianku untuk berada satu kelas dengan Yuta terwujut. Lewat perkenalan di depan kelas, aku dan dia mulai saling mengenal.

Pandangan orang-orang yang begitu sinis ke arah Yuta, tidak sedikitpun menghalangiku untuk mengagumi sosok Yuta. Namun sayang, lelaki itu selalu protes saat aku memanggilnya Yuta, dia justru menyuruhku memanggil dia dengan nama depannya saja, Sandi.

“Luna tunggu!.” panggilki ke sahabatku sejak kecil, yang kini masih saja satu sekolah denganku, Luna.


Luna Febio Alexis



Dia berdiri diam di depan rumahnya, menunggu aku yang berjalan ke arahnya. Entah kapan terakhir kali aku mendengar Luna bersuara, mungkin waktu aku masih kecil, atau mungkin Luna sama sekali belum pernah bersuara padaku.

“Lun nebeng!.” pintaku saat sudah berdiri di samping Luna.

Sebuah anggukan dan senyuman tipis, menjadi jawaban Lina atas permintaanku. “Masih saja tidak bersuara.” batinku.

Aku lupa cerita, SMA ku bukan sekolah pada umumnya. Di sekolahku khusus untuk anak-anak yang memiliki kemampuan khusus. Apa kami mutan seperti di film X-Man?, tentu bukan. Kekuatan kami ini sudah di turunkan turun temurun dari nenek moyang kami, sangat berbeda dengan mutan yang merupakan hasil dari mutasi gen yang ada di tubuh mereka.

Aku dan keluargaku dari dulu terkenal dengan ahli sihir memanipulasi api, artinya keluargaku bisa mengendalikan api, meski saat aku berlatih, aku masih harus menggunakan bantuan batu sihir api merah untuk melatih kekuatan sihirku. Tidak semua keluargaku bisa melakukan sihir ini, melainkan hanya keturunan wanita murni keluargaku yang bisa melakukan sihir ini.

Sedangkan Luna sahabatku, dia adalah ahli mantra dan sihir kegelapan. Biarpun di bilang kegelapan, keluarga Luna bukanlah orang jahat. Mantra atau sihir kegelapan sesungguhnya sangatlah berguna, seperti saat ini.

Dengan menggunakan sihir kegelapannya, Luna membuka gate, atau gerbang langsung menuju sekolah dari depan rumahnya, meski terlebih dahulu aku dan Luna harus melihat situasi. Saat di rasa aman dan tidak ada orang lain yang melihat, Luna mengeluarkan sihirnya.

Sebuah lubang berdiameter dua meter, muncul di depanku dan Luna. Luna dan aku segera masuk ke lubang, dan saat aku dan Luna sampai di sekolah, dengan cepat lubang itu menghilang.

“Makasih, Lun!. Kalau gini kita kan gak telat, hihihihi.....” kataku.

“Hana, Luna, berhenti di tempat!.” suara yang begitu khas terdengar di telingaku.

“Ketahuan deh Lun!.” dengan malas, aku dan Luna menghentikan langkah kami, dan perlahan membalikkan badan, menghadap orang yang barusan memanggil kami.

“Auch...auch....” sakit juga saat telingaku di tarik ke atas oleh guruku, bu Velerin.

“Sudah berapa kali kalian tuh ibu marahin karena ini?. Ibu sudah capek marahin kalian, dan ini yang terakhir ibu bilang, jangan sembarangan menggunakan sihir kalian, mengerti!.” kata bu Velerin begitu tegas padaku dan Luna.

“I,i,iya bu, kami janji ini yang terakhir.” kataku, sedang Luna hanya diam tak bersuara.

“Ya sudah, sekarang masuk ke kelas!.” perintah bu Velerin.

Aku dan Luna segera melanjutkan perjalanan menuju kelas. Di depan kelas, aku melihat Yuta yang baru masuk ke dalam kelas.

“Sebenarnya apasih yang di miliki anak itu, kenapa bisa masuk ke sekolah kita?.” kata beberapa orang yang barusan melihat Yuta memasuki kelas.

Akupun sampai sekarang juga masih belum tau, apa sebenarnya kelebihan yang di miliki Yuta, karena sampai detik ini, dia belum sekalipun mrnunjukkan apa yang menjadi kelebihannya. Namun aku yakin, dia punya sesuatu yang bisa membuatnya menjadi salah satu bagian dari sekolah ini.

“Hai Hana, hai Luna!.” sapa Keyko, teman baruku di kelas, yang baru kemarin menjadi bagian dari kelasku.

“Hai, Key.” balasku ramah, dan Luna membalas sapaan Keyko dengan senyumannya.

Sudah seperti biasa, begitu duduk di tempat dudukku, aku langsung melihat pemandangan seorang lelaki yang menundukkan kepalanya layaknya seorang pemalas.

“Dasar Yuta pemalas!.”
Tandai dengan mantra biar gak hilang ditelan black hole
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd