Duapuluh Enam
Nia
Masih teringat terus saat tadi di apartement harsa, aku benar-benar terkejut harsa bisa melakukan hal itu.
Jujur pertama kali aku merasakan hal itu, atau orang bilang Namanya Squirt, rasanya benar-benar tak bisa utarakan dengan kata-kata.
Tapi sejak kapan dia bisa melakukan hal itu, tangannya yang begitu kaku dan terburu-buru bisa langsung berubah lebih lembut.
“ohh tidaak” gumamku kembali terbayang terus menerus kejadian tadi. Secara gak sadar aku mengelus belahan vaginaku sendiri.
Tak lama aku mulai tertidur, albert pun jam segini belum pulang, kalau nginap pun kasih kaba ke akua tau ke mama.
Terdengar sayup-sayup suara pintu terbuka, pasti itu albert. Mataku susah untuk dibuka karena sangat Lelah.
Denyit tanga tempat tidur, dan tak lama terasa remasan pelan di selingin elusan belahan vaginaku, aku berusaha membuka mataku setelah aku tidur dengan posisi tangaku di selangkangan, seolah sedang mnastubasi.
“albert?” gumamku membuka mataku perlahan, tapi dia tak ada di tempat. Aku langsung liat di kasur bawah dia pun taka da.
“mimpi lagi?” gumamku duduk dengan tatapan kosong, tak lama pintu terbuka, dan albert masuk dengan membawa handuk, jelas dia baru selsai mandi.
“udah pulang?”
“udah barusan, langusng mandi, capek banget” ucapnya langsung ke kasur bawah.
“kakak sendiri kenapa bangun? Mimpi buruk?” tanyanya.
“enggak,
“eh ia, tadi mimpi di gerayangin setan” ucapku berusaha menyindir albert, aku yakin dia melakukan hal tadi diam-diam.
“ohh, “ jawabnya seolah tak tau apa-apa,
Paginya aku bangun dengan niat minta di ajarin buat adonan dadar gulung, tepat jam lima pagi aku bangun,
Albert tertidur dengan ponsel yang di gengam, aku langsung berniat merpihkan ponselnya ke meja di samping.
Saat menarik ponselnya tak sengaja terbuka, membuat aku terkejut albert sedang membuka situs porno dengan tag tulisan Incest, dengan cepat aku langsung menaruhnya di meja.
Aku semakin yakin albert ada sedikit kelainan, yaitu menyukai kakaknya sendiri. Aku masih sedikit kaget soal ini,
“san kok udah bangun?”
“eh ma, hmm tadinya mau bantu buat adonan hehe”
“udah kok kemarin, tunggu yang sana habis baru buat lagi, “ kata mama, dugaaan aku salah aku kira mama buatnya setiap hari,
“mau ikut ke pasar lagi gak?”
“belanja lagi?”
“iah, belanja kecil-kecilan aja, sekalian mau cek stok dadar gulungnya”
“hmm… boleh”, padahal aku udah cek kemarin sore masih ada dadar gulungnya
Aku kembali ke kamar lagi, memikirkan uang yang sudah aku dapatkan, lumayan banyak seperti uang jajanku kuliah dalam sebulan.
Ada rasanya untuk menunjukan kalau aku masih bisa hidup baik-baik saja, tetapi rasanya gak akan sama seperti dulu.
“tapi sepertinya gak ada bedanya, hasilnya bakalan beda,” tapi aku upload satu foto dengan pakian rapih saat di kantor.
Entah ada yang masih perduli atau tidak seperti dulu.
***
Aku ikut mama ke pasar agak siang, sekitar jam tujuh pagi, karena nci yang jualan roti jam segitu sudah ada di tempat.
“yuk” ajak mama, aku pakai jaket albert yang ada penutup kepala, celana tidur panjang, dan sendal jepit.
Di luar pasasr aku melihat mada lagi mengobrol dengan orang-orang pasar sambil minum kopi.
Sekilas melihat dia tak ada beban berat, ketawanya bikin aku iri, ketawa lepas tanpa beban. Yang terpenting aku tak boleh dia melihatku. Itu alasan aku memakai jaket yang ada penutup kepalanya
Aku masih belum terbiasa dengan lantaiinya basah dan berawarna hitam, apa lagi pakai sendal jepit, rasanya mau langsung bilas dengan air bersih.Aku selalu di belakang mama saat berjalan sampai di tempat nci yang buat roti.
“haa habis semua?” ucap mama kaget. Aku juga ikut kaget.
“iah, kemarin sore ada yang borong, ini uangnya, “ ucapnya kasih uang ke mama duraatus ribu rupiah,
“oh ia, nanti kalau ada pesan lagi, boleh pesan?” tanya nci.
“boleh boleh, “ mama kasih nomor ponselnya, raut wajah mama begitu senang, dan udah lama gak lihat mama sesenang seperti itu.
“siapa yang borong ma?”
“mama juga gak tau, kalau gitu kita sekalian beli bahan buat adonan, buat besok, mau?” ajak mama.
Mama langsung masuk ke dalam lagi, tepatnya ke toko sembako, tempatnya lebih kering dari tempat masuk tadi.
Dan aku melihat lagi mada membawa karung berisi terigu masuk ke dalam toko itu, tak hanya dia ada dua orang yang membawa karung terigu.
Aku bisa lihat dengan jelas otot tanganya, dada dan perutnya yang timbul, karena kaos yang ia pakai untuk menjadi alas saat panggul karung terigu agar gak kotor. Hampir ada dupuluh balik dia membawa karung, sampai mama selesai belanja.
“bawa san kuat gak?” mama kasih aku kantong isi sepuluh kilo terigu di bagi dua kantong plastic, sedangkan mama belanja kelapa, dan lainnya.
Aku bawa terigu aja udah terasa lumayan, apa lagi mama bawa delapan kantong plastik, aku gak perhatiin mama belanja apa, karena masih tertuju ke mada yang masih panggul terigu.
Mama langsung panggil becak buat pulang ke rumah, ini kedua kalinyaa aku naik becak. Agak sempit karena bawa belanjaan juga. Apa lagi kalau lewat jalan agak rusak pas arah rumah, rasanya becak yang aku naikin matu ambruk karena kami berdua, ini sama seperti aku menaiki motor mada. ada suara benturan cukup keras saat melewati jalan rusak.
***
Sesampainya di rumah aku langsung mandi lagi karena kaki terasa gatal tak terbiasa dengan jalanan di pasar. Ada panggilan tak terjawab dari ares beberapa kali, dan dia kembali menelpon aku lagi.
“haloo”
“haiii beb, jalan yuk, udah lama gak ketemu kangen~” ucapnya seperti seolah-olah tak ada masalah.
“uhmm, “ aku ragu antar bisa atau ngak, karena di lain sisi aku belum mengatakan putus sama ares, dan seolah aku memberikan satu kesempatan untuk melihat sikapnya yang sekarang.
“iah boleh, sekalian aku mau tanyain langsung”
“okeh, aku jemput atau gimana?”
“Ketemuan di lokasi aja, aku nyusul”
“oke bye”
Gak lama ares kasih aku lokasinya, yaitu salah satu mall yang aku sering kunjungin selama masih SMA, dan pulang liburan dari Australia pasti ketemu ares disana.
Kalau dari sini jaraknya jauh juga, lebih jauh dari apartement harsa, sekitar dua jam. Kalau naik taksi mungkin satu jam lebih. Dan untungnya ketemuan jam dua sore, jadinya aku bisa bantu mama buat adonan kue dadar gulung dan kue lainnya.
“ini kue pisang kan ya ma?” aku lihat adonan putih kental,
“heheh yup, kamu suka kan?”
“hehe ia, “
“oh ia ma, nanti aku mau pergi ya “ kataku lihat cara mama bungkusin kuenya pakai daun pisang.
“kemana?”
“ketemu Ares,”
“Ares? Kamu masih pacaran sama dia?” angguk aku,
“kenapa ma?, kok kaget gitu?”
“gak apa-apa, mama kira ares udah jauhin kamu kondisi kamu seperti ini” jawab mama menghela nafas panjang, seperti ada yang mama tutupin sama aku,
“ngak kok,” aku juga gak belum bisa bilang kalu perhatian ares gak kayak dulu, selalu ada saat aku butuh bantuan. Dan sekarang ketemu pun susah,
“ya udah hati-hati” angguk aku lanjutin bantuin mama. peluk aku seolah takut terjadi apa-apa denganku.
***
Jam dua belas aku langsung naik angkutan umum dan lanjutin naik taksi, aku sengaja pakai pakian biasa saat aku ke kantor. Celana panjanng, kaos, jaket, dan tas kecil kesayangan kalau aku pergi jalan.
Rasanya kangen tinggal di kota metropolitan seperti ini, Gedung menjulang tinggi, apa lagi malam tiba asik rasanya lihat lampu-lampu kota.
Dua jam kurang sepuluh menit aku sudah sampai, aku langsung telepon dan ares janjian di steak21. Tempat makan farvorit aku kalau ke mall.
Hati kecil punya firasat tak enak, karena ares pasti ada maunya.itu yang aku rasain sekarang pas melihat ares, dari jauh aku bisa lihat ares yang duduk di pojokan sambil main ponsel.
“hi” kataku duduk di depannya,
“hii beb” senyumnya yang menawan membuat aku senyum juga. Aku gak bisa bohong senyum ares yang buat dulu aku suka sama dia.
“aku udah pesan makanan favrotit kamu” ucapnya pegang tagannku, aku hanya senyum aja karena jadi aneh rasanya ketemu dia. Atau tepatnya setengah hati.
Sepuluh menit basa basi, membuat suasana mencair, di tambah pesanan udah datang,. Sambil makan sambil tanya kesehariannya dan keseharianku juga.
Aku bilang ke dia kalau aku kerja di kantor sebagai admin, dan dia naik pangkat menjadi direkur di perusahaan papanya yang dulu di pegangnya, sekaligus papanya sudah menjadi pangkat yang tinggi di banding sebelumnya.
Selesai makan ares ajak aku nonton, aku gak ikutin film yang bagus untuk hari ini. Membiarkan ares yang memilih.Ares memilih film comedy, tetapi tak ada yang lucu sama sekali, pikiranku hanya satu. Pasti ada sesuatu ares meminta bertemu.
Aku hanya pura-pura ketawa saat di ketawa, walau tagannya tak berubah seperti dulu selalu iseng kepahaku. Dua jam lebih film selesai, tak terasa karena pikiranku kosong selama dibioskop.ares mengandengku menuju parkiran.
“kamu lagi sakit?” tanyanya. Aku angguk pelan.
“kenapa gak bilang? Harusnya gak jadi deh ketemuan”
“gak apa-apa, ketemu kamu udah lebih baik kok, heehe” jawabku berbohong, ares langsung mengajak pulang,
Hanya pembicaraan kecil di dalam mobil, mulutku kaku ingin bertanya, suara wanita di telepon itu.
“kita mampir ke apartementku sebentar yah, ada ketinggalan buat laporan ke papa” ucapnya,
“uhmmm” aku ragu, rasanya semakin buat curiga sikap ares.
“tapi aku mampir dulu beli minum” Ares berhenti di salah satu café sebut aja starbuck, aku di suruh tunggu mobil.
Sambil tunggu ares kembali social mediaku, ada cukup like tak terlalu banyak, dan ada beberapa komentar yang membuat hatiku sedikit sakit.
Orang yang komentar salah temanku,” Wah udah jadi kaya lagi nih, habis jual apa nih?” tulisnya. Yang like lebih banyak di banding fotoku.
“hei, kenapa beb?” ucap ares yang udah datang, dan kasih kopi kesukaanku, yaitu ice coffee capucino.
“enggak kok, mataku kecolok tadi hehe” aku langsung minum langsung setengah cup untuk menghilangkan ingatan sementar tentang komentar. Seolah mereka yang like benar-benar senang kondisiku seperti ini.
***
Sampai apartement ares aku ikut turun, karena aneh arasanya tubuhku seperti ingin pipis. Sepertinya terlalu banyak minum saat makan, bioskop dan minum kopi.
Apartemetnya sangat berbeda, lebih besar dari dulu kita pacaran, itu membukti penghasilnya lebih besar.
“tok tok tok”
“aress udah belum?” aku menunggu ares ke kamar mandi tahan kencing, tak lama ares keluar dengan handuk,
“sorry lama aku gak tahan buat BAB” katanya, aku gak bilang kalau aku kebelit pipis makanya aku tahan sampai tak kuat menahan.
“aahhhhhhhh leggaaaaaa” aku langsung siram pakai selang kloest baut bersihin sisa air pipis.
“ouhh” vaginaku yang terkena semprotan rasanya geli, aku mengarahkan ke klitorisku,
“shitt aku jadi horny gini yaaa” gumamku menyudahinya, selesai pakai celana aku gak sengaja menarik celana ares yang dia tinggal dan jatuh sesuatu yang asing bagiku.
“blue wizard?” aku sedikit aneh dengan namanya, apa mungkin ini sejenis obat tetes mata atau sejenisnya.
“ares,, ini punya kamu?” tanyaku saat dia memakai kimono handuk, bukan pakai pakian seperti tadi. Dengan sigap ares langsung ambil.
“itu apa?”
“kamu gak isengin aku kan kyak dulu?” aku ingat pernah di isengin permen karet yang efeknya bikin aku horny.
“gak,, gak mungkin kan?” tanyaku, ares langsung kunci pintu. Senyumnya mnagatakan kalau botol kecil itu ia.
“issshh gila ih,,” aku merasa kayak di jebak, atau ini memang yang di maksud ingin bertemu denganku.
“kenapa? Bukannya kamu suka di isengin gitu, langsung manja galak” ucapnya tertawa kecil. Sambil peluknya dari belakang langsung remas kedua buah dadaku.
“semakin besar dan kencang” bisiknya ciumin tenggkuk leherku, aku berusaha tak mendesah tetapi desahanku keluar dengan sendirinya.
“please jangan aresss~~!“ gumamku sambil merasakan tangannya masuk kecelanaku dan mengelus vagina ku dari luar.
“udah basah beb, cudlle yuk, ” bisiknya langsung buka kaosku dan tindih di tempat tidurnya.
“please, aku sama kamu janji kan pacaran sehat?" aku berusaha tak terbawa rasa hornyku. Tapi rangsang ares benar-benar membuat aku tak menahan desah, tanpa terasa aku sudah telanjang bulat di atas kasurnya.
"itu kan dulu, lagian kamu itu polos banget tau" ucapnya menyingkapkan kaosku dan melumat buah dadaku. jari-jari menjadi kasar saat meremas buah dadaku, seolah dia seperti orang kelaparan.
“stop, aku bakalan turutin kemauan kamu, tapi jawab dulu,” katakua saat dia mau menciumku.
“apa beb?”
“jangan masukin tapi, aku turutin selama bukan masukin oke” kataku pelan.
“waktu aku telepon dulu, apa wanita yang mendesah saat AKU TELEPON ITU PACAR KAMU?” aku menaikan nada bicaraku karena tangan ares bermain di vaginaku. Aku bertanya seperti ini karena agar mood ares jelek.
“haaaaaa” lenguh panjangnya.
“bukan dong, pacar aku cuman kamu,”
“mereka cuman pemuas birahiku kok, gak ada rasa cinta beb”
“lagian aku gak salah kan? Kamu yang gak mau ini aku masuk ke kamu” ucapnya sambil gesekin penisnya ke vaginaku yang terasa licin sambil terus tanganya memainkan buahdadaku.
“jadi kamu lakuin saat kesepian ?”
“tentu dong, makanya aku ajak kamu” senyumnya, sampai terasa kepala penisnya masuk ke dalam vaginaku.
“no no. ahhh noo jangann, ARessss!!” aku benar-benar panik kepala penisnya masuk semakin dalam.
“lagian aku masukin juga gak maslaah kan?”
“aasshhhhh “jeritku terasa sakit saat ares menekan lebih dalam.
“aku pacar kamu,, bukan pemuas kamuuuuuuu!!” teriaku sampai ares mencabut penisnya, sekaligus nafas legaku ares mendengarkku, walau aku merasakan ingin penisnya masuk ke dalam vaginaku.
“pacar juga pemuas tau, udah ah jangan beriisk, kamu juga bakalan enak kok beb” tubuhku di peluknya dari belakang, ciuman di tengkuk, telingaku semakin membuat aku semakin horny, apa lagi tanganya bermain di vaginaku,
"sakit dikit, di awal, percaya deh, kesana=kesana enak"
"enjoy aja sayang" ucapnya langsung sedikit paksa posisi menungguing, dan ares kembali memasang kepala penisnya lagi.
“lagi pula kamu yang agresif di banding aku kan? Sekarang kok kamu pasrah sih beb?” bisiknya buat aku mengigit bibirku.
"plaakkkk" tamparan keras di pantatku sebelum ares menempelakna kepala penisnya.
“ohh sempittt” gumamnya menarik tanganku ke belakang, ada yang menetes, air mataku keluar perlahan dengan mulai masuknya penis ares ke vaginaku. Walau aku horny tapi aku gak ingin dengan cara seperti ini
“shitt papa lagii yang telepon!!” gumamnya langsung cabut penisnya dan angkat telepon yang bergetar karena di silent ares.
“thanks god” gumamku saat ares ke balkon apartementnya.
“tunggu disini beb, ada urusan di bawah” ucapnya Aku langsung bergegas memakai pakaianku, aku pakai seadanya karena aku takut ares datang lebih awal. Aku lupa memakai bra, di tambah jaket aku ketinggalan di mobilnya. Sedikit tercetak putingku dari luar kaos, Yang jelas aku harus pergi dari sini,
persaan yang campur aduk, yang jelas aku harus melawan rasa horny itu sementara waktu, aku gak habis pikir ares melakukannya seperti ini.
aku semakin yakin, ares sudah berbeda seperti yang dulu, sepertinya ini waktunya mengakhiri hubunganku terhadap ares. aku sedikit meneteskan air mataku saat hubungan ini harus di akhiri,
tapi saat aku keluar dari apartementnya, terasa terbayang wajah mada yang tersenyum, aku berdiri sebentar untuk menyeka air mataku. dan semakin tekad untuk mengakhiri hubungan ini.
Bersambung...