Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Kenapa tidak bertarung asmara saja antara arci dengan isna... pasti lebih menegangkan....
#save_om _arczre
 
:takut:
Mungkin dua"N̤̥̈̊y̶̲̥̅̊ɑ̤̥̈̊ mati..

:galau:
Kesempatan Gª datang dua kali neh kek nya
 
anak kecil umur 5 tahun punya pemikiran seperti itu? Tentu saja tidak wajar, karena PN bukan manusia biasa.
 
BAB IX: WOUNDED TIGER vs LONELY WOLF

1fd9a1382649111.jpg


b337f4395511529.jpg


Arci mempersiapkan kuda-kudanya, demikian juga Isna. Suasana serentak menjadi hening. Hanya suara binatang-binatang di sekitar pegunungan yang terdengar dari serangga dan hewan melata bernyanyian. Isna akan mencurahkan seluruh pengetahuannya, seluruh pengalaman bertarungnya selama ini dalam pertarungan terakhir ini. Arci juga mengingat-ingat seluruh pertarungannya selama ini, semua upaya yang dia lakukan untuk bertahan hidup dia ingat semuanya.

Apa yang akan terjadi pada pertarungan ini? Tak ada yang mengetahuinya. Arci pun tidak yakin ia bisa hidup setelah pertarungan ini, demikian juga Isna. Tapi mereka bertarung bukan untuk menentukan siapa yang paling terbaik di antara mereka. Mereka bertarung untuk alasan khusus. Isna ingin membalaskan dendam karena Arci telah membunuh kakak yang dicintainya. Arci bertarung untuk menuntaskan tugasnya sebagai seorang bodyguard, karena Isna dan Rasyid adalah dua orang yang ditugaskan oleh Putra Nagarawan untuk membunuh ayahnya Riska.

Entah kenapa tidak seperti pertarungan-pertarungan sebelumnya, kali ini Arci lebih tenang dari biasanya. Begitu juga Isna. Seolah-olah mereka sudah mengerti takdir mereka masing-masing. Arci mulai melangkah perlahan ke depan, gerakannya makin luwes wajar ia sudah berpengalaman cukup lama dan mengasah seluruh kemampuannya hingga saat ini.

Isna mulai menyerang duluan dengan dua tendangan kanan kiri, Arci menangkis dengan tangannya. TAP! TAP!

Arci sebagaimana yang diketahui adalah seorang ahli silat, maka dia menyerang Isna langsung menggunakan jurusnya Terkaman Harimau. Jurus terkaman harimau adalah di mana seseorang menyerang lawannya seperti harimau yang melompat menerkam mangsanya. Isna cukup sigap dengan serangan itu, ia melihat semuanya, bahkan bisa menghindar ketika Arci menerkamnya. Arci berguling dan mendekat ke Isna lalu melancarkan tendangannya. Isna dengan mudah bisa menghindar dan berputar.

Kedua orang ini berdiri berhadapan lagi. Kini Arci yang menyerang dengan tebasan lengan lalu menyabetkan cakar harimaunya ke tubuh Isna. Isna bisa menahan serangan itu dengan menangkis lengan Arci. TAP! TAP! TAP! Ya, sama sekali tak mengenai tubuh Isna. Sang serigala menangkap kedua pergelangan tangan Arci. Keduanya kini bertempur dengan kedua kaki mereka.

Arci berusaha menginjak kaki Isna, Isna dengan lincah menghindar. Dia juga berusaha untuk bisa menginjak kaki Arci. Arci memutar pergelangan tangannya sehingga pegangan Isna terlepas, kemudian dia masuk ke dada Isna dan memukulnya telak, tapi Arci lengah sehingga tendangan Isna masuk juga ke dadanya. Kedua orang ini pun mundur beberapa langkah.

Isna memijat dadanya. Arci juga.

"Kau masih hebat saja," kata Isna. "Dasar tua bangka"

"Kamu juga," ujar Arci.

Keduanya lagi-lagi langsung menyerang kali ini pukulan-pukulan yang dilepaskan keduanya bertemu. Arci dan Isna saling menangkis dan menyerang. Sesekali pukulan Isna masuk mengenai wajah Arci, sesekali juga pukulan Arci mengenai wajah Isna.

Isna kini mulai bisa membaca gerakan Arci. Dia bisa menangkap seluruh pukulan Arci. Bisa jadi karena luka-luka yang dulu Arci alami belum sembuh benar. Tulang rusuk dan tulang dadanya masih ada sisa-sisa luka dari masa lalu. Sabetan karambit Isna pada masa lalu masih membekas di sekujur tubuhnya sampai sekarang. Terapi yang dilakukan oleh Ray pun tak bisa menyembuhkannya seratus persen. Wanita Kurdi ini sekali lagi bisa menyerang Arci di titik-titik lukanya.

Isna masih ingat luka Arci di tulang rusuk bagian kiri. Maka ia menyerang tulang rusuk itu dengan pukulan bertubi-tubi, Arci terdesak hingga harus meringis menahan sakit setelah ia bersusah payah berkelit.

"Hahahahaha, sakit? Aku ingat semua titik-titik di mana aku melukaimu dulu," kata Isna.

"Aku juga ingat," kata Arci.

Arci melompat lagi dan tangannya dengan cepat menyerang tubuh Isna. Sang Harimau dengan gesit membuat serangan dari arah samping membuat Isna terkecoh sehingga ia tak menyangka ketika sebuah tendangan mengenai tulang rusuknya. Isna ambruk dan berguling di lantai. Tapi dengan cepat ia berdiri lagi. Rasa nyeri di tulang rusuknya kembali terasa.

Arci melompat dan melepaskan tendangannya ke arah Isna. Isna menghindar, dengan bergeser dua langkah. Ketika Arci sudah sampai ke tempat tadi ia berdiri ia menerjang Arci dengan tendangannya. Arci menangkis sehingga ia mundur beberapa langkah. Tiba-tiba Isna melompat sikunya diarahkan ke kepala Arci.

DUESSH!

Tepat di dahi Arci telak sekali siku itu mengenainya membuat sebuah sobekan kecil di kening lelaki ini. Darah langsung mengucur dari luka itu. Belum selesai di sana, setelah siku kiri Isna menghajarnya kemudian dilanjut dengan siku kanannya yang menusuk ke dadanya. Belum sempat Arci mundur karena serangan mendadak itu, lutut Isna sudah ada di udara dan menghantam kepala Arci.

Tubuh Arci terpental hingga tiga meter dan ambruk begitu saja ke lantai. Arci baru menyadari ini bukan Kravmaga. Ini adalah Muay Boran. Ternyata selain Kravmaga, Isna juga mempelajari Muay Thai kuno. Ternyata selama ini Isna menyembunyikannya. Isna berdiri dengan tenang. Arci yang agak shock perlahan-lahan menjaga dirinya, menata seluruh tubuhnya, ia sedikit demi sedikit bangkit. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Pusing sekali. Hantaman lutut Isna tadi tepat mengenai telinganya membuat telinganya sebelah kiri mendengung.

"Bagaimana? Udahan?" tanya Isna.

"Brengsek!" umpat Arci.

Arci menampar pipinya berkali-kali, agar mengurangi pusingnya. Ia kemudian bersiap lagi. Tangannya mulai membentuk cakar harimau. Dia pun bergerak maju untuk menyerang Isna. Cakaran Harimau mulai meliuk-liuk, berkelebat ke tubuh Isna. Isna menangkisnya dengan lengan, siku dan lutut. Isna berhasil menangkap lengan Arci dan kemudian membantingnya. Arci berguling lalu langsung berputar dan balik menyerangnya. Ditangkapnya lengan Isna dan dengan cakarnya ia merobek lengan baju Isna.

Belum selesai Isna terkejut dengan cakaran Arci, Tiga kuku macan sudah mampir ke pipinya. Ia langsung berkelit dan mundur beberapa langkah, tapi tangan Arci tak lepas dari tubuhnya. Arci ikut maju ketika Isna mundur, Isna terkejut, tapi ia tak kehilangan akal, walaupun lengan kirinya dipegang oleh Arci, ia malah menekuk sikunya sehingga tubuhnya mendekat ke arah Arci lalu dengan lututnya ia menahan tubuh Arci, kemudian siku lengan kanannya diarahkan ke wajah Arci. Sang Harimau dengan sigap dan reflek langsung melepaskan lengan Isna dan menurunkan tubuhnya sehingga serangan mendadak itu bisa dielakkan. Arci mundur beberapa langkah hingga ia harus bisa mendapatkan keleluasaan dalam bergerak, karena Isna sebagaimana yang ia ketahui sangat lihai dalam jarak dekat.

Isna mengetahui sekarang kalau Arci menjaga jarak, tapi hal itu tidak jadi masalah. Ia sudah berniat untuk terus menyerang dan menyerang. Tak ada pertahanan yang baik selain menyerang.

Isna mengangkat kakinya untuk menendang Arci. Pria ini berkelit, kali ini tendangan dan tendangan yang terus-menerus mengejar Arci seolah-olah Isna mau berkata, aku juga bisa bertarung jarak jauh. Arci pun kewalahan. Hal itu ketika ia mengira Isna akan mengarahkan tendangan ke arah atas, tapi ternyata Isna bisa melakukan gerakan seperti sekrup yang berputar. Dia menyapu kakinya lalu sebelum tubuh Arci jatuh ke lantai Isna sudah mendaratkan tendangannya ke wajah Arci.

Arci langsung terpental lagi menjauh. Isna tak memberi kesempatan kepada Arci, ia segera menuju ke arah Arci yang baru saja jatuh di lantai dan menghadiahkan Arci sebuah tendangan kerasa di perut Arci sehingga pria ini terhempas lagi ke arah lain sambil memegangi bagian tubuhnya yang terasa sakit.

Belum sempat Arci menahan rasa sakit di dadanya, sebuah tendangan lagi-lagi mengarah ke dada Arci hingga dia pun terhempas lag ke lantai dan menggeliat-geliat kesakitan.

Arci berguling-guling, dia kali ini merasa terdesak. Akhirnya dengan segala kekuatan yang dia punya. Ia berusaha menjaga jarak lagi. Isna terus mengejarnya. Mereka bertemu lagi kini Isna menyerang lagi dengan tendangannya yang keras, Arci menghantam sebuah dinding yang terbuat dari kayu hingga ia masuk ke ruangan lain di joglo itu. Di ruangan itu rupanya adalah ruangan di mana senjata-senjata disimpan. Dari mulai golok, pedang, parang, clurit, tombak, semuanya ada.

Arci kemudian mengambil celurit. Isna yang mengetahui lawannya mengambil senjata segera mengambil sesuatu yang ia rasa pas. Dia pun mengambil golok. Kini keduanya sama-sama membawa senjata. Arci mengayunkan cluritnya WUSSHH!

Isna bisa menghindar, agaknya luka yang kambuh di rusuk kirinya membuat Arci tak leluasa mengayunkan senjata, hal itu membuat Isna mendapatkan keuntungan. Segera saja ia menyabetkan golongnya ke tubuh Arci. Arci yang tak sadar punggungnya terbuka itu pun terkena sabetan untuk pertama kalinya.

Tapi Sang Harimau tak menyerah ia kembali menyabetkan cluritnya, Isna kini bertahan. Benturan-benturan kedua senjata tajam itu keras sekali bahkan mengakibatkan mata di kedua senjata tajam itu sampai tercuil. Begitu sampai kedua senjata itu beradu lagi patahlah keduanya. Arci melemparkan clurit buntungnya dan menendang Isna yang masih kaget karena parangnya juga sampai patah. Isna terkena tendangan Arci.

Arci menekuk kaki kirinya dan kaki kanannya bergeser ke belakang. Ia mempersiapkan cakar harimaunya dan tiba-tiba ia menyerang Isna yang sedang lengah. "Cabikan Harimau!" serunya.

Jurus inilah yang menghabisi Rasyid dulu. Bedanya dulu Arci memakai karambit, tapi sekarang ia tak membawanya. Sekarang cakarnya mulai mencabik-cabik Isna. Isna yang menyadari hal itu segera ia mencoba berkelit, dia melengkungkan badannya hingga kepalanya hampir saja menyentuh ke tanah, itu hanya untuk menghindari cakaran Arci. Lalu dia menghantamkan sikunya ke tulang rusuk Arci yang terluka tadi. Arci dengan refleknya menangkap lengan itu kemudian mencakar wajah Isna sekali lagi.

SCRAACTH!

Isna memalingkan wajahnya, saat itu Arci mulai dapat kesempatan menendang perut Isna berkali-kali. Mungkin karena sangat keras membuat Isna muntah darah. Namun Isna tak menyerah, dengan cepat ia menarik lengannya lalu dengan hentakan dari kakinya ia mengangkat tubuh Arci dan menghempaskannya ke lantai dan bersamaan dengan itu lututnya menghantam dada Arci yang baru saja jatuh. Arci langsung muntah darah.

Arci kemudian mendorong Isna. Isna menjauh beberapa langkah. Keduanya sama-sama terluka. Darah segar mengalir dari mulut mereka. Menyadari bahwa mereka masih berada di ruang senjata. Isna pun mengambil sebilah pedang yang ada di dekatnya. Arci kemudian mengambil golok.

Keduanya bersiap menyerang lagi.

"Kenapa kamu tidak mengeluarkan jurusmu itu? Jurus yang mengalahkan aku dulu?" tanya Isna.

"Tidak, karena aku tahu kamu pernah melihatnya. Kamu pasti punya rencana untuk mengalahkanku ketika aku mengeluarkannya," jawab Arci.

"Jadi itu alasannya? Benar sekali. Ada kelemahan pada jurusmu itu, ia terlalu lambat untuk mengambil tenaga pada pukulan terakhirnya. Kalau musuhnya terlalu cepat, kamu pasti kalah. Waktu itu aku kalah karena terlalu banyak luka pada tubuhku sehingga aku tak bisa menghindar, tapi kali ini aku punya cara untuk mengalahkanmu," kata Isna.

Arci menyadari kelemahan jurus dari Harimau Mengamuk. Maka dari itulah ia tak mengeluarkannya. Ia hanya perlu timing yang pas itu saja sebenarnya.

"Aku tak pernah menyangka kalau kita sudah sejauh ini, aku bisa mengalahkanmu tanpa mengeluarkan jurus itu," kata Arci.

"Sekali pun kamu mengeluarkan jurus terakhirmu, aku pasti akan membunuhmu," kata Isna.

Pertarungan pun akhirnya berlanjut. Isna menyabetkan senjatanya ke Arci. Arci menghindar, pedang itu meluncur hampir saja mengenainya kalau saja ia tak punya reflek yang bagus. Terjadilah pertarungan sengit lagi dengan menggunakan senjata tajam.

WUSHH! TRANG! WUSSH! TRANG!

Menghindar dan menangkis, gerakan-gerakan mereka tak bisa diikuti oleh mata manusia normal. Kecepatan sabetan pedang Isna benar-benar membuat Arci hampir kewalahan kalau saja refleknya jelek, sudah pasti ia sudah terbabat. Demikian juga Isna, kalau saja ia tak terlatih untuk membawa senjata tajam sudah pasti tubuhnya sudah robek dari tadi.

Tapi sekali lagi Arci tahu kelemahan Isna, ia lemah diserang dari bawah. Akhirnya ia mengubah kuda-kudanya menjadi merendah, ia lebih banyak menyabetkan golok ke kaki Isna. Isna yang menyadari hal ini berusaha berkelit, Arci terus mengejar Isna hingga ia kepepet menyentuh dinding. Akhirnya wanita Kurdi ini pun nekat melompat ke arah Arci menusukkan pedangnya.

SRRUUKK!

Pedang itu menembus tubuh Arci. Bersamaan dengan itu Arci juga menebaskan goloknya ke tubuh Isna. Pundak kiri Isna tertebas hingga golok itu membelah tubuhnya. Keduanya lalu sempoyongan lalu Arci pun berlutut. Keduanya berhadap-hadapan dan kedua tubuh mereka pun merapat. Keduanya saling bersandar satu sama lain.

Arci mempunyai kesempatan sekarang. Tangan kanannya mengepal, seluruh tenaganya dikerahkan pada tangannya itu. Isna menyadarinya ia makin menusukkan pedang itu sampai dalam menembus Arci, lalu ia memutarnya. Arci menahan rasa sakit itu dengan memegang tangan Isna agar tak memutar pedang tersebut. Kemudian sebuah pukulan telak ke ulu hati yang menghancurkan pankreas Isna dilepaskan.

BUUUAAAKK!

Isna muntah darah. Matanya terbelalak kemudian ia ambruk ke tubuh Arci.

"Az...kiy..yyaaa..," bisik Isna sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Jurus Harimau Mengamuk berhasil mengenai Isna. Tapi Arci juga tak bisa berbuat banyak. Ia sudah tak punya tenaga lagi. Akhirnya keduanya menghembuskan nafas terakhirnya sebaga seorang ksatria, bertarung hingga titik darah penghabisan.

(bersambung.....)

Next, siapa lagi yang akan ane bunuh ya?

:pandajahat: :pandaketawa: :haha:
 
Terakhir diubah:
keduax :haha: akhirnya isna benar2 mati :galau: bacanya besok aja udah ngantuk :ngiler:
 
Wahh. Sadis nih.. Main dibunuh-bunuh aja. Tapi makasih mas bro.. Ane udah ditampilin.. :ampun: tapi dikit banget.. :galau: apa ngak ada lanjutan buat raja tuh mas bro? Ya setidaknya matinya keren pas bertarung juga..
 
yah, nggak tau deh nanti. Jakarta belum terbakar koq. :D
 
Asikk.. Masih panjang nih ceritanya.. Hehe.. :D ane juga lagi merampungkan chapter terakhir deadly agent. Jadi pas di tayangkan sisa chapter bisa dapet titel tamat. Kalo ane tilik cerita mas bro kok bisa ya terangkum disebagian besar cerbung ane.. Alias terhubung ke cerita ente.. Wahh bakal jadi mantap nih.. Ok deh.. Mas bro ente emang mantap :jempol:
 
hhuuaa. .beneran dimatiin atu atu. .
bearti ntr hiro ama moon jg ya.. :galau:

jd bener, ntr yg tersisa tinggal cicitnya doni hendrajaya yg lagi bengong di pojok nongkrongin kios warisan..
:sendirian:
 
What a fight,bravo gan arc :jempol:
double k.o.
siapa lg kira2 ya yg bkalan d end-kan??
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd