Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Part 2. Seatap Lagi

Randy melihat jam tangan. Sudah setengah jam dia berdiri menunggu kereta yang membawa seseorang yang Randy nantikan sampai di stasiun.

Senyumnya terbit ketika kereta tersebut akhirnya sampai dan beberapa saat kemudian seorang wanita dengan kaos merah dan celana hotpants jeans biru yang memamerkan kulit pahanya yang putih mulus.

"Randy!" Wanita itu memanggil sambil melambaikan tangannya. Mereka berdua saling berjalan mendekat mengikis jarak.

Perempuan itu seketika langsung memeluk Randy dengan erat seraya mengecup bibirnya hingga membuat Randy terkejut.

"Kakak kenapa tiba-tiba cium Randy?!" ucap Randy sambil membasahi bibirnya dengan lidah.

"Kenapa? Kamu gak suka ya kakak cium. Ya udah deh kakak gak akan cium kamu lagi," rajuk wanita itu manja yang tak lain adalah Ranty kakak kandung Randy.

"Bukannya gak suka kak. Tapi ini kan tempat umum. Harusnya jangan di sini. Nanti aja."

"Biarin! Biar semua orang tau kalo kamu cuma milik kakak," ujarnya yang membuat Randy harus menelan ludahnya dengan susah payah. Ranty mencoba kembali mengulang tindakannya barusan.

Tapi tidak lantas terjadi karena Randy buru-buru mengalihkan perhatian. "Ehh...kak kopernya pasti berat yah. Sini Randy bawain!"

Randy langsung mengambil dua koper dari tangan Ranty lalu membawanya pergi. Ranty hanya bersedekap sambil memanyunkan bibirnya kecewa, namun tak ayal dia berjalan mengikuti Randy.

"Kamu gimana kabarnya di sini? Badanmu kok jadi kelihatan lebih gede ya. Lebih atletis." Randy menoleh mendengar pertanyaan dari kakaknya.

"Baik aja kok masih berusaha merintis karir. Ya ini karena tuntutan harus punya badan bagus dan proporsional jadi Randy rajin nge-gym. Kalo kakak gimana di rumah?" tanya Randy balik.

Ranty melirik ke arah Randy sejenak lalu membuang pandangannya ke arah lain. Terlihat jelas kalau ekspresi wajahnya langsung berubah yang awalnya heboh kini sedikit ragu dan gelisah.

"Yah begitulah."

"Begitulah gimana kak?"

Ranty hanya mengangkat kedua bahunya untuk merespon tanpa menatap lawan bicaranya. Ranty tampak enggan untuk membicarakannya tapi asumsi Randy adalah hubungan kakaknya dengan ibunya masih belum membaik, maka dia tidak melanjutkannya.

Rencananya setelah bertemu Randy ingin menanyakan kabar tentang hubungan mereka itu pun kini menguap begitu saja.

"Ini mobil kamu Ran?" Tanya Ranty saat Randy menekan tombol di kunci kontak yang membuat mobil sport yang terparkir di parkiran stasiun itu berbunyi.

"Bukan kak. Ini mobil temen Randy. Randy pinjem."

Ranty hanya mengangguk. Setelah menaruh barang bawaan Ranty di bagasi, mereka pun masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan mereka diisi dengan obrolan-obrolan ringan. Ranty tampak tertarik dengan progress Randy sebagai pemain basket. Dia senang dan bangga akhirnya Randy dapat bermain secara regular. Ranty semakin yakin kalau masa depannya bersama Randy akan jauh lebih baik dari yang dia bayangkan.

"Ran, kamu tinggal di apartemen ini?!" tanya Ranty tidak percaya saat Randy membawanya ke sebuah apartemen yang terbilang mewah.

"Iya, dikasih sama tim," jawabnya berbohong. Randy tidak mungkin berkata jujur mengenai asal-usul tempat yang ia tinggali saat ini.

Ranty masih tidak berhenti takjub kala memasuki tempat yang akan mereka huni itu. Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan.

Dia melangkah masuk, berdiri sejenak lalu berbalik ke arah Randy. Ia tersenyum lebar. "Ran, kakak bahagia banget. Masa depan yang kakak khawatirkan ternyata gak terjadi. Kakak pengin cepet merealisasikan janjimu dulu. Masih inget kan?" ucap Ranty yang membuat Randy tertegun dan tidak dapat berkata apa-apa.

Melihat kekasih sekaligus adiknya itu terdiam membuat Ranty akhirnya menarik tangan Randy mendekat lalu memeluknya erat. "Kakak udah gak sabar pengin nikah sama kamu."

Deggg...

Randy benar-benar mati kutu. Dirinya bimbang, entah kenapa cintanya pada Ranty tak sebesar dulu. Apakah karena ada wanita lain yang telah memiliki hatinya? Atau karena perubahan Ranty yang ia rasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh kakaknya itu.

"Ehmm...kak, nikah resmi ya? Kayaknya gak bisa deh," ujar Randy. Ranty menengadah ke atas dengan alis tertaut ditengah.

"Kenapa?"

"Karena status kita saudara kandung. Gimana kita bisa bikin buku nikah sedangkan di kartu keluarga kita statusnya kakak adik. Sedangkan kalau siri juga gak bisa karena tetap gak akan sah secara agama."

"Sejak kapan kamu tau soal agama?" tembak Ranty. Walaupun dia kecewa tapi dalam hati dia realistis. Rencana mereka dahulu hanya didasari oleh nafsu semata dan cinta buta sedangkan untuk merealisasikannya tidaklah semudah itu.

"Kamu cinta kan sama kakak?" ujar Ranty mengganti pertanyaan. Randy hanya mengangguk pelan terlihat ragu.

"So, buat apa nikah kalo kita masih bisa hidup bersama?" Ranty tersenyum kemudian melingkarkan tangannya di leher Randy.

Hal itu dibalas Randy dengan melingkarkan tangannya di pinggang ramping Ranty. Seketika mereka sudah terlelap dengan ciuman yang menggairahkan.

Nafsu mereka tumpah. Ranty yang memang sudah sangat merindukan sentuhan dari lelaki perkasa itu tidak mau menahannya lagi.

Tubuh Ranty diangkat membuat kakinya otomatis tersangga di pinggang Randy. Nafsu Randy pun sudah menyala. Dia melakukan teknik ciuman yang membuat si wanita mendesah kenikmatan. Ciuman yang diajarkan oleh guru seksnya dahulu.

Sesaat kemudian tubuh yang cukup mungil bila dibandingkan Randy itu dihempaskan dengan lembut ke atas kasur. Randy secepat kilat melepas kaos yang dikenakannya.

Ranty begitu takjub melihat postur tubuh Randy yang begitu atletis dengan tonjolan otot di beberapa bagian tubuhnya. Ranty beringsut ke belakang diikuti oleh Randy yang merangkak mendekatinya.

"Achhh...Randy?!" desah Ranty lolos dari mulutnya kala benda basah dan lunak menyapu lehernya.

Randy sempat memberikan tanda kepemilikan di leher Ranty. Wanita itu terus menikmati sambil sesekali meremas otot deltoid milik kekasihnya.

"Ran, biarin kakak yang di atas yah," pinta Ranty yang mendapat anggukan dari Randy.

Mereka lalu bertukar posisi. Kini Randy tengah berbaring sedangkan Ranty duduk di atas kejantanan Randy yang telah menggembung besar di balik celananya.

Ranty melumuri seluruh bibirnya dengan saliva. Dengan gerakan erotis ia meremas-remas kedua gunung kembarnya sambil menggoyangkan pinggulnya menekan sosis besar milik Randy. Sorot matanya benar-benar sangat mempesona membuat mata pada lelaki tidak akan berkedip jika melihatnya.

"It's so hot. Kakak belajar dari mana gerakan itu?"

"Otodidak," jawab Ranty singkat dengan senyum manja. Dia lalu melepaskan bajunya serta bra yang ia kenakan hingga kini terpampanglah dua gundukan yang sangat menggairahkan.

Randy reflek menjulurkan tangannya dan penangkup benda kenyal itu dan memainkan analognya. "Achhh...rhann...nikmattt..." gumam Ranty dengan mata terpejam.

Ranty menurunkan kepalanya dan hendak memberikan tanda kepemilikan di leher Randy namun buru-buru lelaki itu menghindar.

Randy menggeleng tanda isyarat penolakan. Ranty yang sedikit kecewa lalu bergerak turun ke dada bidang Randy. Menjilati setiap inchi tubuh adik kandungnya itu. Tangannya tak lepas membelai kulit perut Randy.

Ia mengusap otot abs milik Randy yang berjumlah enam. "Kamu seksi banget sih Ran. Kakak jadi nafsu banget sama kamu...ehmmm..." Ranty mengecup lalu menjilati bagian itu.

"Iya kan Randy rutin nge-gym kak."

Ranty menekan-nekan enam tonjolan itu. "Baru pertama kali kakak pegang yang gini-gini nih. Biasanya penuh lemak, hihihi..." tawa Ranty renyah, namun seketika hilang kemudian wajahnya berubah menjadi pucat karena dia sadar telah keceplosan bicara.

Randy mengernyitkan dahinya. "Maksud kakak? Siapa yang berlemak?!" tanya Randy penuh penekanan.

Ranty gelagapan. Matanya bergerak ke sana kemari dengan cepat berusaha mencari jawaban. "Eee...itu, i...itu ya kamu Ran. Dulu kan perutmu berlemak gak kaya sekarang."

"Ahh enggak juga. Dulu perut Randy juga udah sixpack kok cuma belum terlalu kelihatan aja kayak sekarang," sanggah Randy.

"Udah ahh, mending kita lanjut aja, kok malah bahas lemak sih." Ranty berusaha mengalihkan pembicaraan.

Dia kembali beraksi dengan tangannya yang masuk ke dalam celah celana Randy mengusap ular yang sudah siap berburu mangsa.

Randy hanya mengangguk saja. Dalam hati dia merasa semakin jelas kalau kakaknya itu sedang menyembunyikan sesuatu. Mulut memang bisa berbohong tetapi ekspresi wajah Ranty mengatakan yang sebenarnya.

Ranty kemudian menelanjangi Randy dan dirinya sendiri. "Enam sembilan kak," pinta Randy.

Ranty patuh dan memposisikan dirinya secara terbalik di atas tubuh Randy. Vagina Ranty yang putih mulus tanpa bulu langsung dijilati oleh Randy. "Ouhhh...iyahhh...Rhann..." desah Ranty lolos.

Dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan hal yang sama terhadap Randy. Perlahan ia jilati kepala penis adiknya itu lalu mencaploknya. Dia gerakkan lidahnya mengitari helm berwarna merah muda itu.

Nafsu Randy pun semakin lama semakin tinggi. Bibir vagina Ranty disingkap ke samping hingga kacang milik Ranty yang sudah mengeras terpampang jelas di hadapannya.

Randy kemudian menjilati benda itu. "Ouhhh...enakkk...Rhannn...therusss..." Randy menyedot-nyedot serta menggigit kecil kacangnya.

Dua jari masuk merangsang g-spot milik Ranty. "Oahhh...Rhannn...kakak gak tahannn...kakak mau nyampeee..." rintih Ranty yang sudah tidak bisa menahan orgasmenya sendiri akibat kelakuan adiknya itu.

Tak berselang lama jari Randy disiram oleh cairan orgasme milik Ranty.

Serrr...serrr...serrr...

"Achhhh...awhhh....mmmhhh...!!!" Ranty ambruk di atas tubuh Randy dengan otot-otot vagina yang berkedut memijat dua jari Randy yang masih berada di dalam.

Randy tersenyum mendapati begitu mudahnya kakak kandungnya mengalami orgasme hanya dengan dua titik rangsangan.

Lelaki itu kemudian membalikkan posisi mereka. Kini Randy berada di atas dan Ranty mengangkang di bawahnya. Sejenak mereka berpelukan mesra sambil berciuman.

Perlahan Randy menurunkan pinggulnya hingga kepala helm yang sedang menegang itu kini membelah celah sempit milik Ranty hingga tandas.

Wanita yang berstatus kakaknya itu menutup bibirnya dengan punggung tangan seraya menarik nafas dalam merasakan inchi demi inchi batang kejantanan adiknya menggelitik dinding vaginanya.

Setelah mentok Randy mendiamkan sejenak. Ranty memegang kedua lengan Randy dengan nafas yang memburu. Ranty pun menatap Randy dengan mata sayu. Lelaki itu hanya tersenyum.

"Ahh...Ran, rasanya punya kakak penuh banget. Punya kamu kegedean di memek kakak."

"Tapi enak kan kak?" Pertanyaan retoris itu keluar begitu saja. Ranty tidak menjawab pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban itu karena jawabannya hanyalah satu yaitu sangat nikmat.

Perlahan Randy menarik kejantanannya hingga hanya tersisa helmnya saja lalu kembali ia lesakkan masuk hingga terbenam seluruhnya.

"Ouhhh...Rhannn...rasanya kakak mau terbang...kamu yang terbaik...ouhhh..." desah panjang Ranty disela-sela pergumulan mereka.

Randy semakin melancarkan aksinya. Ia gunakan seluruh ilmu yang diajarkan oleh Bu Siti kepadanya. Alhasil pasangannya benar-benar terasa diterbangkan ke awan.

"Ummhhh...ouhhh...achhh...mmmhhh..." Ranty menggigit bibir bawahnya, kepalanya menengadah ke atas, tangannya meremas payudaranya sendiri, pinggulnya bergoyang mengimbangi permainan Randy.

Adiknya itu memang memiliki kelebihan dalam hal memuaskan nafsunya ketimbang pria lain. Bersenggama dengan Randy adalah hal yang diimpikan oleh setiap wanita dan dia salah satu yang beruntung.

Intensitas gerakan mereka semakin lama semakin cepat dan kuat. Itu membuat Ranty sesuatu yang akan meledak dari dalam tubuhnya.

"Ouhhh...Rhann...kakak mau nyhampeee..." Ranty mencengkeram punggung Randy dengan kuat. Kakinya mengunci pinggul Randy.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

"Ouhhh...nghhh...mmmhhh...!!!" Lolong Ranty mengejang merasakan badai orgasme yang sangat dahsyat yang hanya bisa ia raih bersama Randy.

Pinggang Ranty mengejang-ngejang, otot perutnya mengeras, jiwanya seolah terbang ke angkasa. Sungguh orgasme kali ini terasa begitu memabukkan. Mungkin karena rasa rindunya dengan pria yang masih berstatus adik kandungnya sendiri.

Randy mendiamkan posisinya agar Ranty dapat menikmati sisa-sisa orgasme yang berangsur-angsur mereda. Meskipun dirinya tahu kalau dia sendiri masih jauh dari kata klimaks tapi dia tidak mau terburu-buru.

Dia ingin membuat kakaknya tidak bisa berjalan besok atau sekedar menggerakkan badannya. Tentu saja itu hanya bukan dalam arti yang sebenarnya.

Setelah nafas Ranty mulai teratur, dia lalu membuka matanya. Dengan tatapan sayu dia memandang wajah tampan Randy yang tepat berada di atasnya.

Pria itu tersenyum. Ranty juga ikut tersenyum. Ia belai pipi Randy dengan penuh cinta. Ranty benar-benar telah jatuh cinta kepada adiknya sendiri.

Berawal dari pengkhianatan yang dialami Ranty saat masih bersama Reza dan sikap Randy yang menemaninya di saat-saat sulit. Sekarang dia tidak rela untuk kehilangan lelaki itu.

Ranty kemudian kembali menarik tubuh Randy agar ia bisa memeluknya dengan erat. Mereka berpelukan dengan inti tubuh mereka masih saling bersatu.

"Maafin kakak Ran. Maafin kakak atas semua yang kakak lakukan di belakang kamu. Kakak janji mulai detik ini kakak sepenuhnya milikmu," ucap Ranty dalam hati.

•••​

Randy sedang bersiap-siap di depan cermin. Ranty memperhatikan dari belakang. "Kamu ganteng banget deh Ran," puji Ranty jujur.

"Kenapa kamu tiba-tiba mutusin buat lanjut kuliah? Kenapa gak dari dulu?" lanjut Ranty dengan sebuah pertanyaan.

"Sebenernya males kak. Kaka tau sendiri kan aku orangnya kaya gimana. Ini cuma formalitas aja biar kata pemain basket tapi harus punya berpendidikan juga," jawab Randy sambil membenahi posisi rambutnya.

"Jangan gitu. Kakak bangga karena kamu mau lanjut kuliah. Jangan buta sama pendidikan. Itu penting."

Randy hanya mengangguk pelan. Ia kemudian berbalik menghadap Ranty. "Ya udah kalo gitu Randy berangkat dulu yah. Kakak istirahat aja katanya pinggangnya sakit."

"Iya gara-gara kamu sih Ran," protes Ranty sambil tersenyum karena mengingat kejadian hari kemarin.

"Semoga sukses," lanjut Ranty seraya mencium bibir Randy dalam-dalam.

Setelah kemesraan di pagi itu Randy berangkat menggunakan motor miliknya. Sedari tadi Justin sudah menghubunginya berkali-kali layaknya ayah yang sedang mendaftarkan anaknya ke sekolah.

Sesampainya di kampus hampir semua mata tertuju pada Randy. Bagaimana tidak, Randy adalah salah satu calon mahasiswa baru yang paling menarik perhatian.

"Randy...!!!" panggil seseorang dari kejauhan sambil melambaikan tangan penuh semangat. Dia lalu bergegas mendekati Randy.

"Hehey, apa kabar Pril?" sapa Randy kepada sosok yang tadi memanggil yang tak lain adalah Prilly.

"Welcome to our campus!" ucap Prilly lantang.

Randy tersenyum lebar melihat sikap Prilly yang ceria dan asik. Dari kejauhan seseorang menghentikan langkahnya melihat Randy. Ia mengernyitkan dahinya tampan terkejut. Pikirannya langsung tertuju entah kemana.

"Ada apa Annisa?" tanya teman yang berjalan bersamanya heran karena Annisa tiba-tiba saja berhenti.

"Thanks ya," ujar Randy menimpali ucapan Prilly. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok wanita berhijab yang sedang menatapnya dari kejauhan.

Saat tatapan mata mereka bertemu, Annisa buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lainnya.

"Eng..***k papa kok. Ayo lanjut ke perpus," respon Annisa mengajak temannya melanjutkan apa yang mereka tuju saat itu.

Mata Randy terus mengikuti kemana arah Annisa pergi. "Aku kangen banget sama kamu Annisa!" batinnya bermonolog.

To Be Continue...
 
menarik ceritanya
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd