Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Part 3. Kating Galak

"Hoy! Ngelamun aja!" sentak Prilly saat Randy terpaku ke suatu arah.

"Ehhh...iya dimana tempat kumpulnya tadi?" jawab Randy mencoba kembali fokus.

"Hmmm...di aula. Ayok sini gue anterin." Prilly kemudian menarik tangan Randy dan berjalan menuju tempat yang ia sebut.

Setelah sampai di aula terlihat banyak sekali mahasiswa baru yang telah hadir dan berkumpul di sana. Seluruh perhatian langsung tertuju pada Randy. Selain karena wajahnya yang di atas rata-rata, tubuhnya yang besar, tegap dan atletis membuat mata kaum hawa sulit untuk lepas darinya.

Randy dengan cuek masuk dan duduk di salah satu bangku bagian belakang yang masih kosong. Selain karena malas duduk di depan, badannya yang besar juga berpotensi menghalangi pandangan teman di belakangnya.

"Hay, namaku Cindy. Nama kamu siapa?" Tiba-tiba saja dari samping seorang perempuan mengulurkan tangannya ke arah Randy.

Gadis itu tersenyum masih menunggu Randy menjabat tangannya. Namun Randy hanya melirik sejenak lalu kembali fokus ke arah depan dimana seorang pembimbing sedang menerangkan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan sebagai mahasiswa baru.

"Kamu di jurusan apa?" tanya Cindy sekali lagi. Tapi lagi-lagi Randy hanya mengacungkan dirinya.

"Dasar sombong. Sok kecakapan banget nih cowok. Tapi emang cakep sih, tipe gue banget lagi. Ahh...sial!" batinnya menggerutu.

"Sok kenal sok deket nih cewek. Persis kayak Icha jaman dulu. Cewek kek gini mending gue hindari aja deh. Bikin repot," batin Randy kemudian.

Dari arah sebelah Cindy terdengar sayup-sayup tawa cekikikan dari teman-temannya. Mereka menertawakan Cindy yang sama sekali tidak menarik perhatian Randy.

Cindy hanya menghela nafas kasar. "Awas kau yah. Bakalan gue bikin lu mohon-mohon cinta dari gue." Cindy pun bersikap seolah masa bodoh. Dia melipat kedua tangannya di depan sambil kembali mendengarkan arahan dari pembina.

Sekitar satu jam kemudian acara pun selesai. Para calon mahasiswa baru berbondong-bondong keluar dari aula. Randy sudah disambut oleh Justin dan Prilly.

"Gimana tadi? Udah dikasih tau besok suruh bawa apa aja buat ospek?" tanya Justin.

"Emang tadi dibilangin suruh bawa apa aja ya?" Randy justru bertanya balik.

"Ya ampun Randy, emang dari tadi lu ngapain aja di dalem?" ujar Prilly geleng-geleng kepala.

Randy hanya terkekeh sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Entahlah, dia hanya tidur di dalam aula karena merasa bosan.

"Ya udah tenang aja. Gue ada kenalan yang siap buat nyiapin kebutuhan ospek lu. Lu cuma bayar 600 ribu udah beres semuanya."

"Ahh 600 ribu mahal amat!"

"Lu mau kagak?!"

"Mau!" jawab Randy cepat.

Daripada ribet mengurusi hal yang tidak penting lebih baik bayar asalkan semua beres. Kalau perlu ospeknya pun juga dijoki oleh orang lain.

"Ya udah," balas Justin singkat.

•••​

Dua hari Randy melakukan persiapan ospek. Lebih tepatnya dia hanya bersantai di dalam apartemen miliknya bersama Ranty.

Randy sedang duduk menonton acara televisi. Ranty terlihat fokus menatap meja sambil menulis sesuatu.

"Kakak lagi ngapain?" Randy bangkit dari duduknya lalu menghampiri kakaknya. Dia memegang kedua bahu Ranty seraya mengecup puncak kepalanya.

"Kakak lagi bikin surat lamaran kerja nih," jawab Ranty tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas folio yang ada didepannya.

"Surat lamaran? Emang kakak mau kerja dimana?"

"Ada casting iklan sabun mandi. Waktu lihat kriterianya kakak masuk nih. Semoga aja kakak yang terpilih."

"Casting iklan? Gak ada yang lain emang?"

"Kakak lihat jenjang karirnya. Kalo kakak sukses kakak bisa jadi model. Itu sih kata agensinya."

"Kalo gitu gak sesuai dengan jurusan kuliah kakak dong?"

"Yah untuk sekarang adanya cuma ini. Kalo ada tawaran lain pasti kakak ambil juga kok. Nanti tinggal pilih kalo dua-duanya masuk."

Randy hanya menghela nafas panjang. Dalam hatinya dia merasa khawatir kalau Ranty memilih karir sebagai model. Dia tahu persis bagaimana kehidupan seorang model. Beberapa temannya seperti Ajeng dan Anes sudah menjadi blue print tentang semua hal berbau model.

Tapi Randy tetap harus mensupport kakaknya. Lebih baik bekerja seadanya dulu sebelum memilih untuk karir masa depannya.

•••​

Keesokan harinya adalah hari pertama Randy melaksanakan ospek. Dia datang cukup terlambat karena harus menjemput atribut yang ia pesan dahulu. Dengan penampilan yang cukup aneh dan memalukan dia berlari masuk ke tempat acara.

"Sial! Gue jadi gak keren banget deh. Semoga Annisa gak ngeliat," ucap Ranty dalam hati.

Saat itu dia memakai rompi dari plastik berwarna biru dan topi caping seperti petani serta tas berbahan dasar kardus murni 24 karat.

"Heh kamu yang terlambat! Siapa yang bilang kamu boleh masuk barisan?! Sini-sini!" panggil salah satu pembina dengan marah-marah.

Randy hanya mencebikkan bibirnya kala menghampiri kakak angkatan yang judes itu. Setelah berada dihadapannya sejenak pembina itu menginspeksi atribut Randy dari atas sampai bawah.

"Liat ini! Kemarin dibilangin apa? Tali sepatunya pake tali rafia! Kok ini pake tali biasa?!"

"Lah mana gue tau kak! Emang apa bedanya tali rafia sama yang ini sih? Lebih kenceng juga yang ini!" balas Randy tidak kalah garang.

"Dasar cewek gaje! Gue entot juga lu!" lanjut Randy dalam hati.

"Push up!" perintah sang pembina yang bernama Fira.

Dengan penuh kedongkolan Randy mengikuti perintah dari Fira. Baru saja beberapa hari dia berada di kampus ini sudah ada dua perempuan yang sangat menyebalkan.

Setelah menyelesaikan hukuman dari pembina ospek, Randy kembali masuk ke barisan. Para mahasiswa baru pun berbisik-bisik tentang kejadian barusan. Ada yang menyarankan agar tidak membantah dari kakak angkatan agar tidak mendapat masalah di lain waktu.

Tapi memang dasar Randy yang tidak ada takutnya sama sekali terhadap siapapun. Dia menjalani ospek sesuka hati. Hal itu benar-benar membuat Fira dongkol. Dia merasa tidak dihargai sebagai seorang senior.

Setelah istirahat makan siang, Randy lagi-lagi membuat masalah. Dia terlambat berkumpul sesuatu waktu yang ditentukan karena ketiduran di teras masjid. Dia pun dipanggil oleh senior untuk yang kesekian kalinya. Namun kali ini kesabaran mereka sudah habis.

Randy dibawa ke sebuah ruang kelas yang berada di lantai atas. Di sana sudah ada beberapa pembina termasuk Fira itu sendiri.

Wanita itu menatap sinis Randy sambil melipat kedua tangannya di depan. Randy hanya menatap dengan tatapan datar. Dalam hati dia berujar, "mau apalagi sih ini cewek?!"

"Udah kalian keluar. Ini bagian gue," ucap Fira menyuruh teman-temannya keluar dari ruangan.

"Oke, kita serahin anak songong ini ke lu. Kita urusi yang lain," timpal salah satu lelaki yang hanya mendapat anggukan dari Fira.

Setelah semua orang pergi tinggallah dua orang saling melancarkan tatapan tajam. Fira menginspeksi Randy dari atas hingga ke bawah.

"Modal badan gede dan tampang doang gak berlaku di sini! Jadi siapapun yang berlagak di sini pasti bakalan kena hukuman!" sergah Fira seraya mendekati Randy.

"Apaan sih lu gak jelas?! Gue ke sini bukan mau cari urusan sama lu. Gak selera gue sama badan tepos kayak lu!" balas Randy kesal.

Wanita itu membulatkan bola matanya. Iya tersinggung dengan ucapan Randy yang terkesan body shaming kepadanya.

"Oh ya? Berani taruhan kita duel sekarang. Gue buktiin badan tepos gue bisa ngalahin badan gede lu!" tantang Fira dengan penuh emosi.

Fira kemudian mengambil kuda-kuda bersiap untuk melawan Randy. Pria itu mengernyitkan dahinya. Posisi yang diperagakan oleh Fira adalah posisi kuda-kuda taekwondo. Hanya saja tumpuannya kurang kuat. "Hmmm...anak taekwondo rupanya."

Randy hanya menampilkan senyum smink di bibirnya. Seperti kata dia sebelumnya kalau dia tidak tertarik bermain-main dengan wanita menyebalkan itu.

Selang beberapa detik Fira langsung melancarkan sebuah tendangan memutar ke arah wajah Randy. Dengan mudah Randy menangkisnya hanya dengan satu tangan.

Dengan secepat kilat Randy membalas dengan tendangan ke arah dagu Fira. Gerakan cepat Randy membuat Fira terkejut. Alhasil dia gagal bereaksi menangkis tendangan tersebut.

Namun saat kaki hendak mendarat di dagu Fira, tiba-tiba Randy menghentikan gerakannya memberikan efek angin yang berhembus meniup rambut Fira ke belakang.

"Sial! Dia jago taekwondo rupanya," batin Fira.

Randy tersenyum remeh seraya menurunkan kakinya dari depan wajah Fira. "Jangan nantangin juara taekwondo kalo ilmu lu belum tinggi."

Ucapan Randy benar-benar membuat Fira meradang. Dia merasa diremehkan. Tanpa berpikir panjang perempuan itu lalu kembali melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah Randy tetapi dengan mudah Randy berhasil menangkisnya dan mengulangi hal yang sama hingga Fira kelelahan sendiri.

"Udah main-mainnya? Gue mau balik."

Randy lalu berbalik hendak pergi dari tempat itu. Merasa diacuhkan, Fira kemudian mengumpat, "heh, cowok belagu! Urusan kita belum selesai!"

Randy sama sekali tak mengindahkan peringatan dari Fira yang membuat perempuan itu semakin geram. Dari arah belakang Fira berlari dan mengangkat kakinya berusaha menyerang Randy.

Mendapatkan sinyal bahaya, Randy reflek berbalik dan mengayunkan kakinya dengan kuat hingga landing mulus di pelipis perempuan itu.

Bruggghhh...!!!

"Arghkkk...!!!" Seketika Fira tersungkur di atas lantai keramik di ruangan itu. Randy pun terkejut dan panik. Dia menghampiri wanita yang sedang meringis kesakitan itu.

"Lu gak papa?" ucapnya sembari menjulurkan tangan. Darah segar mengalir dari pelipisnya karena robek akibat tendangan Randy yang kelewat kuat.

"Sorry gue reflek tadi," imbuhnya lagi. Randy menarik tangannya yang sudah digenggam Fira hingga perempuan itu terduduk di lantai.

Fira memegangi pipinya yang berlumuran darah dengan mata yang sembab karena menahan tangis. Ekspresi wajah garang yang ditampilkan Fira di awal sudah tak nampak lagi.

"Kirain suhu ternyata cupu," ujar Randy sedikit menarik ujung bibirnya.

Fira lalu membenamkan wajahnya di antara dua lututnya sambil terisak menangis. Ada rasa sakit, syok, dan yang paling besar adalah rasa malunya karena ternyata dia bukan tandingan lelaki itu.

"Udah sini biar gue bawa ke UKS," ucap Randy seraya mencoba mengangkat Fira.

"Mana ada UKS. Emangnya sekolah, ini kampus bego."

"Yah apalah itu istilahnya gue bodo amat."

Saat Randy hendak mengangkat tiba-tiba Fira menepis. "Gue bisa jalan sendiri!" Randy hanya mendehem saja.

"Gue gak mau ketemu sama temen-temen gue," lanjutnya lagi. Dia merasa malu jika bertemu dengan teman-temannya karena tidak bisa diandalkan untuk menghukum Randy.

Mereka pun jalan memutar agar aman. Setelah sampai di tempat UKK (Unit Kesehatan Kampus) yang ternyata sedang kosong, Randy lalu mengambil beberapa benda dari kotak P3K.

"Ngapain ngikut ke sini?" tanya Fira yang sudah mulai tenang dari tangisnya.

"Siapa yang ngobatin lu kalo bukan gue sekarang? Apa mau gue panggilin temen lu yang tadi?"

"Ehh...jangan!" cegah Fira. Bagaimanapun dia tidak mau teman-temannya sampai tahu keadaan dia. Untuk alasannya dia akan pikirkan nanti.

Randy pun mulai mengobati mulai dari memberikan alkohol pada luka robekan di pelipisnya. Beberapa kali Fira mengaduh kesakitan. "Aduhhh..."

"Jagoan taekwondo gini aja kesakitan," sindir Randy yang membuat Fira kesal namun diam saja tidak menimpali.

Wajah mereka sangat dekat. Bahkan Fira dapat merasakan hembusan nafas Randy di kulit wajahnya. Baru saat itu Fira bisa melihat detail wajah Randy yang ternyata tampan.

Detak jantung Fira meningkat beberapa kali lipat. Apalagi saat melihat bibir Randy yang basah benar-benar sangat sensual di mata seorang wanita. Fira bisa dikatakan bukan seorang perempuan yang lugu-lugu amat. Dia memiliki pengalaman yang cukup di usianya yang menginjak 23 tahun.

Saat Fira sedang berfantasi tanpa sadar dia memajukan bibirnya hingga menempel di bibir lelaki yang ada dihadapannya itu.

Randy sempat terkejut namun dia masih bisa mengendalikan dirinya. Ia diamkan sejenak sampai Fira tersadar sendiri atas kelakuannya itu.

Benar saja beberapa detik kemudian Fira terlonjak dengan wajah yang bersemu merah. Dia menunduk. "Maaf, aku gak sadar," ujarnya canggung.

Randy tertawa kecil. Sebagai seorang Casanova yang sudah sangat ahli dalam menaklukkan wanita tidak bereaksi secara berlebihan. Setelah membalut lukanya dengan hansaplast, Randy lalu menarik dagu Fira ke atas.

"Ciuman yang benar itu gini," ungkap Randy seraya memagut bibir Fira.

Wanita itu menahan nafasnya karena terkejut. Dia mendorong bahu Randy untuk menghindar tapi cengkeraman yang kuat di lehernya membuat usaha itu sia-sia.

Alhasil Fira hanya meremas bahu Randy dengan mulut yang sudah sepenuhnya dikuasai oleh Randy. Fira hanya pasrah namun ikut menikmati cumbuan dari Randy.

Cccppp...sssppp...ncppp...sssppp...

Bunyi kecipakan antara dua lidah dan dua pasang bibir mereka saling beradu.

"Achhh...sial, kenapa rasanya nikmat gini. Duh...aku...a...aku ingin..." batin Fira.

Perlahan tubuh Fira dibaringkan di atas kasur itu. Randy lalu menurunkan resleting celana Fira kemudian menarik lepas dan membuangnya ke sembarang tempat.

Fira reflek menutupi bagian sensitifnya dengan kedua tangan. "Lu mau apa?!" tanya Fira panik.

Randy menampilkan senyum smink. "Gak usah muna. Celana dalam lu udah basah noh. Gue tau lu gak polos-polos amat. Berhubung lu udah cium gue sembarangan, gue bakal kasih lu pelajaran."

Fira mulai bergidik ngeri saat Randy menurunkan celananya sendiri hingga batang kejantanan kebanggaan setiap lelaki mengacungkan dengan keras.

"Besar banget! Jauh lebih besar dari pacar gue."

Fira diam saja memandangi benda itu. Ada gejolak di hatinya. Ada rasa gengsi yang berperang dengan rasa penasaran. Jujur dia tidak pernah melihat kejantanan yang sebesar ini secara langsung selain dari film blue yang sering ia tonton bersama pacarnya.

Saat Fira masih berpikir, Randy sudah menempelkan kelapa penisnya di bibir vagina yang masih tertutup celana dalam. Randy lalu menyingkapkan kain itu ke samping.

"Kita main cepet aja ya." Dengan mata sayu Fira mengangguk lalu memposisikan kakinya mengangkang.

Randy lalu menaruh ujung penisnya di antara dua bibir vagina Fira lalu...

Blesss...

Batang penis Randy melesat masuk ke dalam inti tubuh Fira. Wanita itu memekik tertahan kala dimasuki oleh benda yang cukup besar.

Tanpa memberikan kesempatan kepada otot-otot kewanitaan Fira untuk beradaptasi dengan ukuran penisnya, Randy langsung tancap gas. Fira sempat mengaduh kesakitan. Untung saja vaginanya sudah basah jadi mempermudah gesekan yang terjadi di antara mereka.

Plokkk...plokkk...plokkk...

Beberapa menit berselang wanita itu mulai bisa menyesuaikan diri dengan Randy.

"Achhh...iyahhh...emhhh...aduhhh..." Desahan demi desahan keluar dari mulut Fira. Kepalanya terasa pening efek dari benturan di pelipisnya.

Tak berselang lama Fira sudah mendapatkan tanda-tanda ia akan orgasme. Terbukti dengan dinding vaginanya yang semakin memperkuat meremas penis Randy yang bergerak keluar masuk dengan cepat.

"Achhh...gueee...mhauu...nyhampeee..." Gumam Fira. Randy yang sebenarnya masih jauh terpaksa harus menggenjot lebih keras dan kuat agar ia juga mencapai klimaks.

"Achhh...nyhampeee...ghuee...kheluarrrr..."

Serrr...serrr...serrr...

Akhirnya Fira mencapai klimaks yang dahsyat. Randy semakin mempercepat. Dirinya juga hampir mencapai orgasme. Dan akhirnya dia mencabut penisnya dari gua kenikmatan itu lalu...

Crottt...crottt...crottt...

Sperma Randy tumpah di perut Fira dengan jumlah yang cukup banyak. Nafas mereka terengah-engah terutama Fira yang walaupun sebentar tetapi menghadapi lawan yang tangguh. Dia tidak bisa berpikir lagi jika melayani orang seperti Randy dengan waktu yang lama. Pasti dia bisa pingsan.

Setelah selesai mereka berdua lalu merapikan pakaiannya. Fira melirik Randy yang sedang menarik resleting celananya ke atas.

"Lu jago taekwondo ya?" tanya Fira seperti tidak terjadi apa-apa barusan.

"Gue juara taekwondo pas SMA tapi pas kelas 3 gue mutusin mau jadi pemain basket aja."

"Sial!" balasnya singkat. Randy terkekeh mendengar umpatan dari Fira. Perempuan itu sudah salah memilih lawan. Tapi tidak apa-apa karena bonusnya luar biasa.

"Oh ya, tadi lu bilang kalo lu berani taruhan pas mau lawan gue," ungkap Randy mencoba mengingatkan Fira akan ucapannya tadi.

"Perjanjian batal!"

Randy memprotes. "Enak aja, lu sendiri kan yang tadi bilang. Sekarang udah kalah seenaknya bilang perjanjian batal."

"Ya udah lu maunya apa?" tanya Fira kesal.

Barulah Randy tersenyum lebar. "Oke, nanti sewaktu-waktu kalo gue butuh lu gue bakalan hubungi."

"Enak aja. Ini yang pertama dan yang terakhir kalinya gue ngelayani lu. Gak ada lain kali!"

"Eh siapa bilang gue mau gituan lagi sama lu?"

"Terus maksud lu butuh gue?"

"Yang lain. Butuh gak melulu soal seks kan?"

"Hmmm..." Fira hanya mendehem menimpali ucapan Randy. Dalam hati dia sedikit kecewa pria itu tidak tertarik mengulangi lagi bersamanya.

"Okelah, deal!" lanjut Fira. Mereka pun berjabat tangan.

Randy mengangguk senang. Bagaimanapun membangun koneksi di kampus ini sangatlah bermanfaat. Apalagi sepertinya wanita itu cukup berpengaruh di dalam circlenya.

To Be Continue...
 
menarik ceritanya
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd