Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Part 5. Sebuah Perangkap

Siang itu Sari sedang membaca buku-buku resep masakan yang ingin ia coba.

Ditinggal suaminya bekerja dan sang anak yang telah ia titipkan di pondok pesantren milik keluarganya sendiri membuat Sari merasa jenuh di rumah. Maka dari itu ia memutuskan untuk mencari kesibukan salah satunya dengan mencoba membuat menu baru.

Saat sedang asik membolak-balikkan lembaran kertas yang ada di tangannya tiba-tiba ponsel miliknya berdering. "Siapa yang nelpon siang-siang begini ya?" Pikirannya semakin bingung kala melihat tidak ada nama kontak yang tersemat dalam nomor yang sedang mencoba tersambung itu.

"Halo? Assalamualaikum," sapa Sari dengan ramah.

"Waalaikumusalam, ibu Sari apa kabar?"

Sari tak langsung menjawab karena belum tahu siapa yang menghubunginya. "Mohon maaf ini siapa ya?"

"Saya Ginanjar ibu, suaminya Dewi. Apa ibu ingat kita pernah ketemu di rumah sakit dan kita bertukar nomor telepon?"

Sari pun mengangguk pelan. Ia ingat seorang lelaki paruh baya yang menemuinya saat Pram dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan.

"Iya saya ingat. Ada keperluan apa bapak menelpon saya ya?"

"Jadi begini bu. Saya sudah mengumpulkan bukti-bukti tentang perselingkuhan antara suami anda dan istri saya dan ternyata ada sesuatu yang baru saja terungkap. Rencananya saya ingin membicarakan perihal ini dengan ibu secara langsung. Apa ibu ada waktu untuk bertemu sekalian saya ingin menagih janji ibu untuk sekedar minum teh bersama."

Dahi Sari mengernyit. "Memangnya kapan aku pernah janji?"

"Bagaimana ibu Sari? Apakah ibu ada waktu hari ini?" ujar Ginanjar membuyarkan lamunan Sari.

"Emm...gimana ya? Sepertinya saya tidak tertarik dengan hal itu lagi. Saya sudah memutuskan untuk memaafkan suami saya jadi semua itu sudah bukan masalah bagi saya dan saya yakin suami saya tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi."

"Iya benar suami ibu pasti sudah tidak akan selingkuh lagi, hahaha..." timpal Ginanjar sambil terkekeh.

"Kenapa anda tertawa?"

"Emm...maaf bukan begitu maksud saya. Mungkin itu bukan masalah bagi anda atau suami anda tapi bagaimana dengan anak dari suami anda?" tanya Ginanjar sambil menyeringai.

"Memangnya ada apa dengan anak saya?" Sari mulai gelisah mendengar Keelan dibawa-bawa dalam hal ini.

"Oh bukan-bukan. Maksud saya bukan anak ibu, tapi anak Pram dengan istri saya."

"Hah? Bu...bukannya anak itu sudah meninggal di dalam kandungan karena keguguran?" tanya Sari semakin bingung dengan arah pembicaraan Ginanjar.

"Nah benar apa yang saya perkirakan. Sepertinya anda belum tau dengan anak Pram yang lain."

"A...apa maksudnya? Anak yang lain?!" Sari terkejut mendengar hal tersebut.

"Iya, maka dari itu saya mau membicarakan masalah ini. Karena bagaimanapun anak itu harus tau tentang siapa ayah kandungnya yang sebenarnya."

"B...baiklah, dimana kita bisa ketemu?"

"Di hotel Arya Yudha. Saya tunggu di restorannya sekarang ya."

"Iya, saya siap-siap dulu," kata Sari lalu menutup telponnya.

Sari kembali gelisah. "Ada misteri apalagi yang kamu sembunyikan mas?!" batin Sari. Wanita itu kemudian bersiap dengan mengganti pakaian dengan blouse abu-abu dan celana jeans putih.

Tanpa menunggu lama ia langsung pergi ke hotel yang disebutkan tadi dengan menggunakan taksi online.

Sesampainya di sana Sari langsung menuju ke restoran hotel tersebut. Pandangannya mengedar ke segala penjuru arah. Matanya menangkap sosok pria paruh baya dengan menggunakan setelah jas rapi melambaikan tangan.

Sari pun menghampirinya. Ginanjar dengan senyumnya berdiri. "Silahkan duduk," tawarnya kepada Sari.

Mereka lalu duduk bersama-sama. "Cepat katakan maksud anda tadi," sergah Sari cepat karena tidak ingin berlama-lama dengan pria itu.

"Sabar ibu Sari. Yang akan saya katakan ini mungkin akan mengguncang anda. Jadi santai dulu, rileks." Ginanjar tersenyum.

Ia membenarkan posisi jasnya agar tetap terlihat rapi dan elegan di depan wanita cantik itu.

Sari diam saja dan memutuskan untuk menunggu lelaki itu berbicara. "Silahkan pesan makan dulu." Ginanjar lalu membuka buku menu yang ada di hadapannya.

Sari menghembuskan nafas kasar. Lelaki itu bilang kalau ada sesuatu penting yang mau dikatakan, namun yang saat ini mereka lakukan hanya membuang-buang waktu. Perempuan itu akhirnya menurut saja dan tidak menaruh curiga apa-apa kepada Ginanjar.

Setelah memilih menu, hanya berselang satu menit seorang waitress datang dengan dua cangkir teh hangat. "Loh mbak saya gak pesan ini kok," celetuk Sari.

"I...ini gratis kok bu. Silahkan diminum." Pelayan itu langsung pergi meninggalkan meja mereka.

Sari heran mengapa pelayan itu terlihat gugup, mungkin dia belum lama bekerja sehingga masih agak kaku dalam melayani pelanggan. Sari juga heran kenapa cangkir yang disajikan antara dirinya dan Ginanjar berbeda motif. Apa memang restoran ini kekurangan cangkir?

Mula-mula Ginanjar meminum teh miliknya sambil memandang paras ayu Sari, membuat wanita itu menjadi canggung karenanya.

"Maaf saya tidak punya banyak waktu. Kalau bapak tidak mengatakannya sekarang lebih baik saya pulang saja." Sari hendak bangkit dari duduknya sebelum ditahan oleh Ginanjar.

"Sebentar Bu. Baiklah ibu minum tehnya dulu setelah itu saya janji akan mengatakannya."

Kata-kata Ginanjar mengurungkan niat Sari untuk pergi. Dia kemudian menyeruput teh hangat yang disajikan kepada dirinya itu.

Ssrrrulllppp...

Ginanjar tampak menyunggingkan senyum smirk. Sari menyelesaikan tegukkan pertamanya.

"Ayo cepat katakan pak," ungkap Sari tak mau mengulur-ulur waktu lagi.

Ginanjar menyatukan telapak tangannya di atas meja seraya menatap Sari secara intens. Wajah ayunya yang murni tanpa riasan make up yang berlebihan.

"Jadi begini. Apa ibu tau ternyata suami ibu dan istri saya menjalin hubungan gelap lebih lama dari yang kita kira?"

"M...maksud bapak?"

"Ya, Dewi itu adalah mantan kekasih Pram sebelum menikah dengan saya. Awalnya setelah menikah saya pikir mereka sudah tidak berhubungan lagi. Tapi ternyata saya salah. Mereka masih berhubungan secara sembunyi-sembunyi."

Sari menelan salivanya dengan susah payah. "Jadi maksud bapak, mas Pram dan Dewi sudah lama berselingkuh?"

Ginanjar mengangguk pasti. "Apa buktinya kalau begitu?" Sari masih mencoba tidak secara mentah-mentah menelan omongan Ginanjar.

Pria itu lalu menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Sari. "Ini lihatlah." Perempuan itu langsung menyambar lipatan kertas tersebut lalu membuka dan melihat isinya.

"Saya punya anak laki-laki bernama Reihan. Saya tidak kepikiran sama sekali bahwa dia memang benar anak kandung saya atau bukan karena saya pikir dia lahir dari rahim istri saya jadi sudah pasti dia adalah anak kandung saya. Tapi setelah kabar perselingkuhan dia dan suami anda terkuak saya mencoba tes DNA dan hasilnya seperti yang disebutkan di kertas itu," jelas Ginanjar panjang lebar.

Sari membaca isi surat yang berasal dari laboratorium salah satu rumah sakit elite di Bandung itu dengan seksama. Tatkala tangannya bergetar, keringat tiba-tiba merembes melalui pori-pori keningnya.

Hatinya tak karuan. Surat itu menyatakan bahwa Reihan adalah 99% anak kandung suaminya. Ia lalu melihat tanggal lahir anak itu.

Matanya membulat sempurna. Dia lahir pada tahun yang sama dengan Keelan anaknya. Itu berarti Pram sudah selingkuh sejak mereka belum lama menikah.

Sari tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menutupi mulutnya sendiri tidak menyangka jika ternyata dia sudah dikhianati selama itu. Sari mengandung anak Pram yang mana di lain tempat ada wanita yang sedang mengandung anak suaminya juga.

Kepala sari tiba-tiba terasa sedikit pusing. Matanya berkunang-kunang. Pandangannya menjadi rabun sehingga tulisan-tulisan yang ada di kertas itu tidak terbaca lagi. Bulu romanya meremang. Keringat semakin banyak bercucuran di atas kening Sari.

"Ibu baik-baik saja?" tanya Ginanjar seraya menyentuh punggung tangan Sari.

Perempuan cantik itu terkejut. Sentuhan itu terasa sangat berbeda hingga rasanya sekujur tubuhnya mendesir nikmat. "Aduh, kenapa tiba-tiba aku begini?!" ujar Sari bermonolog.

Ginanjar terkikik dalam hati. "Hehehe...ibu Sari ternyata sangat menggairahkan kalau sedang terangsang begitu."

Sari tidak bisa berkonsentrasi lagi. Ia merasakan celana dalamnya basah. "Kenapa di saat seperti ini? Aku sudah lama tidak merasakannya. A...aku ingin," keluh Sari.

Ginanjar tersenyum licik. "Ibu Sari, kamu sungguh mempesona. Saya sudah gak ada rasa lagi sama Dewi. Saya jijik dengan wanita yang suka selingkuh, tapi waktu pertama kali liat kamu, aku sudah jatuh hati. Kamu sungguh wanita yang sangat mengagumkan," batin Ginanjar memuji Sari.

"Semua hasil tes di lab itu adalah hasil rekayasa. Saya akan mendapatkan kamu bagaimana pun caranya. Termasuk membuat kamu membenci Pram. Kamu wanita yang terlalu sempurna, kamu tidak pantas bersanding dengan lelaki brengsek seperti dirinya. Aku tau kelemahan dia sekarang."

Sari terlihat semakin gelisah. Kedua telapak tangannya berusaha menekan sekuat tenaga celah di pahanya. "Astaghfirullah, bagaimana ini? Semakin lama semakin gatal dan juga kenapa sekujur tubuhku merinding?! Apa yang harus aku lakukan?"

Dia tidak memikirkan tentang hasil lab itu lagi. Sari sudah lupa akan tujuannya karena dilanda nafsu yang mendadak muncul entah mengapa.

Sari memejamkan mata seraya berkonsentrasi untuk membuang semua pikiran-pikiran jorok. Tapi mau dilawan gelombang tersebut justru semakin lama semakin besar. Mungkin bila dia tidak mengenakan celana dalam, cairan cintanya sudah meleleh mengalir di pahanya.

"Tidak! Gimana aku melampiaskannya di saat seperti ini? Randy?!" Tiba-tiba saja entah bagaimana di kepalanya muncul nama seorang pria.

Sari buru-buru mengambil ponselnya dari dalam tas kecil yang ia bawa. "Ehemmm..." Ginanjar mendehem membuat Sari sadar kalau dirinya bukan satu-satunya yang sedang berada di situ.

"M...maaf pak saya terima telepon dulu," ucap Sari berbohong. Padahal ponselnya sama sekali tidak berdering.

Wanita itu lalu bangkit dan berjalan sedikit menjauh dengan gerakan kedua paha digeseknya. Sari mencari kontak bernama 'Randy' kemudian menekan tombol bergambar gagang telepon.

Tuuuttt...tuuuttt...tuuuttt...

Beberapa kali nada sambung terdengar namun belum juga diangkat oleh Randy. "Randy, ayo angkat teleponnya. Mbak mohon!" monolog Sari.

"..."

"Waalaikumusalam Ran,mbak boleh minta tolong jemputin mbak di hotel Arya Yudha sekarang? Penting!" kata Sari tanpa basa-basi sama sekali. Dia berbicara sambil menahan hasrat yang ingin meledak.

"..."

"Iya Ran makasih. Di restorannya yah. Assalamualaikum."

"..."

Telepon lalu terputus. Sari kembali menggulir ponselnya saat tiba-tiba dari arah belakang kedua lengannya ditangkap oleh tangan yang besar.

Sari teramat sangat terkejut. Desiran yang sedang menguasai dirinya membuat sentuhan itu kian sensitif. Belum sempat ia menengok, kedua tangan itu sudah mendorongnya ke depan memaksa perempuan cantik itu untuk berjalan.

"Ayo ikut saya bu Sari," pinta Ginanjar. Sari hendak memprotes namun cengkeraman tangannya yang cukup kuat membuat wanita itu tak kuasa menolak.

Waitress yang baru datang membawa pesanan pun disuruh pergi oleh Ginanjar setelah diberi uang tips yang ia taruh di atas nampan.

"Ehh...mau kemana ini pak?" tanya Sari yang terus melangkah tanpa tau tujuannya.

"Kamu mau ketemu sama anaknya Pram kan? Ayo dia ada di atas," jawab Ginanjar yang kini sudah tidak lagi memegangi lengan Sari melainkan memeluk pinggangnya dari samping.

Tidak tahu apa yang terjadi tapi Sari menurut saja. Dalam hati ia penasaran bagaimana rupa anak Pram yang bukan berasal dari rahimnya. Tapi gairah seksual yang ia rasakan juga ikut ambil bagian dalam keputusannya mengikuti kemauan Ginanjar.

Mereka lalu memasuki lift dan naik ke lantai ke tujuh. Sari semakin gelisah, pahanya beberapa kali saling ia gesek-gesekan.

Sari merasakan gatal dan ingin digaruk dari dalam. Apalagi sudah cukup lama ia tidak mendapatkan nafkah batin dari suaminya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam sebuah kamar. Sari sempat melihat nomor kamar yang masuki. Setelah berada di dalam Sari celingak-celinguk.

"Mana anak itu?" tanya Sari dengan suara yang nyaring.

"Dia gak ada di sini," jawab Ginanjar santai.

"M...maksud bapak?" Ginanjar tersenyum senang lalu perlahan mendekati tubuh Sari.

"Bapak menipu saya ya?" bentak wanita itu seraya mundur ke belakang hingga mentok ke tembok.

"Bukan begitu ibu Sari yang cantik dan anggun. Ada hal yang lebih penting yang ingin saya ungkapkan."

Sari melotot dengan nafas naik turun dengan cepat. Dia menggelengkan kepala cepat lalu berpaling dengan cepat dengan tujuan keluar dari situ.

Belum sempat niatnya terlaksana, Ginanjar kembali mendorong Sari ke dinding. "Saya tau ibu sedang bergairah kan? Saya juga tau kalau ibu sudah lama tidak mendapatkan nafkah batin dari Pram karena miliknya sudah tidak berfungsi lagi akibat kecelakaan itu."

Mendengar ucapan Ginanjar barusan membuat Sari sangat terkejut. "S...siapa bilang?! Suami saya masih normal kok!" sanggah Sari berusaha menutupi kekurangan yang dimiliki suaminya saat ini.

Ginanjar terkekeh. "Saya tau semua laporan tentang kondisi Pram. Bahkan saya tau jadwal kontrol suami anda. Jadi anda tidak usah menyangkal lagi."

Sari sudah mati kutu. Dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk menyangkalnya. "Sebenarnya dia ini siapa? Kenapa bisa tau semuanya?"

Kini Ginanjar semakin mengikis jarak dengan Sari hingga bibir Ginanjar tepat berada di samping telinga Sari yang masih tertutup hijab.

"Biarkan saya menggantikan tugas laki-laki tidak berguna itu. Kita lakukan sekarang, oke? Ibu tenang saja semuanya aman, tidak akan ada yang tau," ucap Ginanjar seolah-olah memberikan penegasan kepada Sari bahwa mereka sama-sama menginginkannya.

Sejenak Sari berpikir. "Apa aku lakukan saja? Aku sudah tidak tahan lagi tapi aku sungguh tidak ingin melakukan bersama dia. Tuhan tolong aku! Randy tolong mbak!"

Mata Sari setengah tertutup menatap bibir Ginanjar mendekati bibirnya.

"Emphhh..." Sari terpejam dan tanpa sadar kedua tangannya melingkar di leher pria paruh baya tersebut.

To Be Continue...

8CJPP3T3_o.jpg
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd