Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Part 8. Randy, Icha dan Aira

Icha segera pulang. Dia tidak mau bertemu dengan 'teman' lamanya lagi. Aira hanya sebentar menangis ketika melihat si tante galak namun kini sudah berhenti.

Wanita itu masuk ke dalam rumah kontrakan yang beberapa waktu ini ia tinggali. Ia pandangi wajah Aira yang polos. Tanpa sadar air matanya mengalir melewati pipinya.

"Tidak akan aku biarkan ada orang yang menghina kamu, apalagi menyakitimu."

Dengan insting seorang anak, tangan Aira terulur ke mata Icha. Ia bermaksud untuk menghapus air mata yang keluar dari mata ibunya.

"Aisss...!!!" gumam Aira. Mungkin dia ingin berkata, "jangan menangis!" kepada ibunya.

Icha pun lalu tersenyum dan mengangguk. Dibawanya Aira ke pembaringan seraya ia pun merebahkan tubuhnya di samping anak kecil itu.

Aira terduduk sambil memainkan mainan pemberian Randy di atas kasur. Hanya sebentar kemudian dia merangkak ke arah ibunya. Mulutnya ia sundulkan di payudara Icha.

Perempuan itu paham apa yang diinginkan Aira. Dia lalu menurunkan sebelah kiri kerah bajunya dan bhnya ke bawah hingga puting susu berwarna coklat miliknya menyembul keluar.

Aira dengan lahap mencaplok serta menyedot ASI milik ibunya dengan posisi duduk bersimpuh. Icha mengelus rambut Aira yang cepak mekar penuh kasih sayang.

Icha melamun. Matanya terus mengeluarkan kristal bening. Dia masih mengingat kejadian tadi ketika bertemu dengan Ranty. Dia hanya bisa menampar mulut pedas Ranty. Kalau dahulu mungkin Ranty sudah babak belur olehnya namun sekarang dirinya seperti tidak berdaya mendapatkan cemoohan dari orang lain.

Yang paling membuatnya sakit hati adalah Ranty menyebut Aira dengan sebutan anak haram. Lelah menangis, akhirnya Icha memejamkan mata hingga terlelap tidur.

•••​

Randy pulang ke apartemen miliknya saat matahari sudah berada di ufuk barat. Hari itu dia sangat lelah. Sepertinya dia sudah menguras 90 persen energinya. Bahkan dia meninggalkan Sari dalam keadaan tak bernyawa, ehh...maksudnya tak sadarkan diri.

Ranty yang sedang berada di depan layar televisi berdiri untuk menyambut kekasihnya itu. "Ran, udah pulang?" Ranty melingkarkan tangannya di leher Randy seraya mengecup bibir pria itu singkat.

"Iya kak capek banget nih. Randy mau bersihin badan dulu," ungkapnya sekaligus melepaskan lilitan tangan Ranty di lehernya.

Setelah menanggalkan bajunya, Randy lalu masuk ke dalam kamar mandi. Suara gemercik air yang keluar dari shower menandakan lelaki itu sudah memulai aktivitasnya.

Tanpa permisi Ranty tiba-tiba mengikuti Randy masuk ke dalam kamar mandi tanpa sehelai benangpun. Randy terkejut ketika merasakan punggungnya merasakan air bag yang sangat kenyang.

Jari-jari lentik menggenggam pusaka miliknya yang sedang tertidur pulas. Randy mendiamkan aksi Ranty. Perempuan itu beraksi mengecup dan menjilati punggung Randy yang lebar.

"Randy lagi capek kak," celetuk Randy yang merasa gelagat Ranty ingin bercinta.

"It's okay Ran. Kamu capek kan? Biar kakak bantuin sabunin belakang kamu."

Randy tidak memprotes. Dia lalu duduk di kursi plastik. Ranty menyabuni dadanya sendiri hingga busanya sangat melimpah. Dia kemudian menempelkan payudaranya ke punggung Randy lalu menggerakkannya ke atas dan ke bawah.

Randy memejamkan mata merasakan sensasi nikmat yang diberikan kakak kandungnya itu.

Perlahan tongkat sakti Randy mulai bereaksi. Ia merasakan ngilu di area kejantanannya karena telah dipakai untuk menggempur Sari tapi kali ini kembali dipaksa untuk menegang lagi.

Ranty berbisik. "Ran, kita nostalgia yuk!" ucapnya membuat Randy bingung. "Nostalgia gimana?"

"Kamu masih inget kan dulu kita pernah bercinta di bak mandi terus tiba-tiba mamah masuk dan kamu terpaksa menyelam sampe kehabisan nafas," ingat Ranty sambil terkekeh geli mengingat kejadian waktu itu.

"Tapi yang sekarang gak usah pake nyelam segala. Kita pake bath tub aja."

Belum sempat Randy menolak, Ranty sudah buru-buru beranjak untuk mengisi bath tub yang tersedia di sana.

"Tapi kak, Randy capek banget nih," kilah Randy.

"Capek tapi ngaceng gitu. Udah sini Ran, biar kakak yang bikin kamu rileks."

Randy kemudian menurut. Dia masuk ke dalam bath tub lalu meluruskan kakinya walaupun harus nangkring di tepian karena terlalu panjang.

Ranty menyusul duduk tepat di atas pusaka Randy. Ia belai leher hingga dada bidang adiknya itu dengan lembut. Dipagutnya dagu Randy yang ditumbuhi jambang tipis lalu lidahnya berkelana ke seluruh penjuru wajah pria itu hingga dipenuhi dengan air liur milik kakaknya.

Randy heran kenapa kakaknya itu sangat mahir dalam memainkan tempo. Dia tahu titik-titik dimana lelaki merasakan kenikmatan.

Selanjutnya Ranty mulai mengangkat pinggulnya lalu mengarahkan senjata Randy ke dalam liang lendir yang sudah sangat basah itu.

Blesss...

"Shhh...achhh..." desah Ranty yang didera nafsu yang sudah memuncak. Berbeda dengan Randy yang meringis karena ngilu di area kejantanannya.

"Duh...ngilunya, semoga kak Ranty gak lama keluarnya deh. Tadi sama mbak Sari terlalu over."

Ranty menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang. Randy mendesah akhirnya menikmati goyangan Ranty.

Wanita itu tampak sudah sangat lihai, berbeda saat pertama kali mereka melakukannya. "Kakak belajar dari mana yah, kok kaya udah pro, padahal aku tinggal lama. Apa jangan-jangan?!"

Pikiran Randy buyar kala bibirnya kembali dipagut oleh Ranty. Tangan lelaki itu reflek menangkap kedua payudara Ranty yang bergelantungan manja.

"Achhh...Rhannn...kakak mau keluar..."

Serrr...serrr...serrr...

Tubuh Ranty ambruk di atas tubuh Randy. Deru nafasnya terdengar cepat. Ranty puas menikmati orgasmenya di dalam air.

"Lanjut lagi Ran?" tawar Ranty yang sudah menegakkan tubuhnya.

"Skip dulu deh kak. Randy capek banget nih."

"Tapi kan kamu belum keluar Ran."

"Gak papa kak, lain kali aja," ujar Randy yang membuat Ranty sedikit kecewa.

Padahal orgasme barusan hanya sebagai pemanasan saja. Dia ingin merengkuh lebih banyak kenikmatan dari adik kandungnya itu.

"Ya udah deh kalo gitu. Kamu lanjut bersih-bersih. Kakak keluar dulu." Ranty lalu bangkit. Setelah mengeringkan tubuhnya dengan handuk, dia keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun.

"Hufhhh..." Randy mendesah lalu melanjutkan mandinya. Kejantanannya perlahan kembali tertidur. "Maaf kak, lain kali Randy bakalan puasin kakak lebih dari ini."

Setelah selesai Randy keluar kamar mandi dengan hanya berbalut celana bokser dan handuk untuk mengeringkan rambutnya.

Ranty saat itu sudah berganti pakaian dengan piyama berwarna pink sedang memainkan ponselnya.

Melihat Randy datang buru-buru Ranty meletakkan ponselnya di atas kasur dengan wajah panik dan terkejut.

"Ehh...R...Randy...udah selesai mandinya?" ujar Ranty langsung berdiri.

"Belum kak, hehehe..."

"Kok udah keluar?"

"Ya udah lah kak, kalo belum ya masih di kamar mandi. Gitu aja kok ditanyain."

Ranty menenguk ludahnya dengan susah payah. "Kak, itu HP-nya bunyi. Gak diangkat?"

"Eng..***k penting kok!" Ranty melihat layar ponselnya dan langsung ia alihkan ke mode pesawat.

"Emm...Ran, kamu tau gak tadi kakak ketemu siapa?" ungkap Ranty merubah topik pembicaraan.

"Siapa emangnya?" tanya Randy sambil berpakaian santai.

"Icha. Kamu masih inget gak sama dia. Dia itu cewek gatel selingkuhan Reza."

Sontak mata Randy langsung melotot. Dia tatap wajah Ranty yang terlihat antusias saat bercerita.

"Icha...?!" ujar Randy memastikan.

"Iya, Icha si pelacur murahan yang memeknya dipake semua cowok secara gratis," jawab Ranty penuh dengan kekesalan.

Emosi mendengar ucapan kakaknya itu namun Randy mencoba untuk menahan diri. Dia tidak terima ibu dari anaknya dikatai pelacur meskipun dulu Icha memang penyuka seks bebas namun kini dia sudah berubah.

"Terus kakak gimana?"

"Ya kakak kata-katain lah. Kakak bilang dia lonte, penampilannya kaya pembantu, kayaknya sih udah dibuang sama Reza deh, mungkin Reza tau kalo anaknya itu bukan anaknya dia. Kan si lonte itu main sama banyak cowok." Ranty mengeluarkan seluruh kata-kata kasarnya. Puas melihat wanita yang merebut kekasihnya kini menderita.

"Bahkan anaknya itu kakak katain anak haram! Ehh...habis itu malah kakak ditampar sama dia, ishhh...sakit!" lanjut Ranty sambil mengusap pipinya untuk menarik simpati Randy.

Dada Randy sontak mendidih. Kalau Ranty bukan siapa-siapanya sudah pasti dia tidak akan mendapatkan ampun dari lelaki itu.

"Kakak keterlaluan!" Ranty tersentak kaget. Bukannya mendapatkan dukungan dia justru malah dihujat oleh adiknya sendiri.

"Kok kamu bilang gitu sih? Anaknya kan emang anak haram. Bapaknya aja gak tau siapa. Dia pasti cuma ngaku-ngaku biar Reza tanggung jawab sama dia karena dia udah terlanjur hamil sama cowok lain." Ranty mulai beradu argument dengan Randy.

"Semua anak yang lahir itu suci! Kalo ada yang harus disalahkan itu orang tuanya. Lagian apa salah anak itu sampe kakak tega-teganya menghina dia?"

Mata Ranty mulai berkaca-kaca. Dia tidak menduga Randy bisa semarah itu saat dia menghina orang yang bahkan tidak dikenal Randy dengan baik. Orang yang sudah merampas kebahagiaan Ranty.

"Ka...kamu bentak kakak?!" kata Ranty sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Sekarang Randy tanya gimana rasanya kalo anak kakak dihina kayak gitu? Pasti marah kan? Sama kayak Randy juga kak!" ucap Randy keceplosan karena saking marahnya.

"M...maksudmu apa Ran? Emangnya kakak menghina anakmu? Memangnya kamu punya anak? Hah...jawab Randy?!"

Randy menghembuskan nafas dalam. Dia tidak ingin berdebat lebih jauh lagi." Terserah kakak lah, Randy mau pergi aja. Jangan tunggu Randy!"

"Ran! Kamu mau kemana?! Jawab dulu pertanyaan kakak!" Randy memakai jaket sama sekali tidak memperdulikan kata-kata Ranty.

Wanita itu memukul permukaan kasur dengan tangan kiri. "Arkhhh...!!! Randy, kenapa segitunya kamu belain pelacur sialan itu! Kenapa kamu gak belain kakak?!"

Ranty menekuk lututnya serta membenamkan wajahnya di antara kedua lutut itu. Tak berselang lama ponselnya kembali bergetar. Dia melihat siapa yang mengirim pesan. "Pak Suherman."

Karena masih dirundung emosi Ranty langsung menghubungi Suherman. "Halo pak."

"..."

"Iya saya sudah memikirkan tawaran bapak tadi siang."

"..."

"Iya pak saya mau. Kira-kira kapan saya bisa mulai?"

"..."

"Baik pak. Terima kasih." Ranty kemudian menutup telponnya lalu menghempaskan ke atas kasur.

Dia merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamar apartemen itu. "Semoga pilihanku tepat."

•••​

Jam 7 malam, saat itu hujan rintik-rintik. Setelah membeli beberapa makanan Randy memacu motornya ke rumah kontrakan Icha.

Dia khawatir dengan mereka. Icha pasti dalam keadaan tidak baik-baik saja karena hinaan dari Ranty. Hatinya juga merasa sakit mendengar anaknya mendapatkan perilaku tidak semestinya.

Sesampainya di rumah kontrakan, Randy pun mengetuk pintu beberapa kali namun tidak mendapatkan jawaban apapun dari dalam. Dia lalu berinisiatif membuka pintu tersebut dan benar, ternyata tidak terkunci.

Randy berjalan ke dalam rumah sambil menyalakan lampu. "Udah malem lampu belum pada dinyalain," gumam Randy.

Dia kemudian berjalan ke kamar tidur. Saat masuk dia mendapati Aira yang sedang bermain sendiri sedangkan Icha sedang tertidur menyamping masih menggunakan hijab dengan salah satu payudaranya terekspose.

Aira sontak berseru girang saat ayahnya datang. Namun Randy buru-buru menempelkan jari telunjuknya di depan bibir agar Aira tidak membangunkan ibunya.

"Sssttt...jangan berisik Aira. Kasihan mamah," ucap Randy setengah berbisik.

Seolah paham, Aira kembali duduk tanpa mengeluarkan celotehan lalu menyodorkan sebuah boneka yang tengah ia mainkan ke arah Randy.

Randy mengusap kepala Aira sejenak lalu merebahkan dirinya di samping Icha. Randy menyangga kepalanya dengan satu tangan menatap wajah Icha yang tenang dari samping.

Terlihat mata sembab Icha yang menandakan ia habis menangis. Diciumnya pipi Icha yang sedikit berkeringat lalu tubuh itu dipeluk dengan erat. Keringat Icha sama sekali tidak membuat Randy jijik karena dari rahim wanita itulah anaknya lahir.

Aira merangkak ke arah mereka berdua. Menaiki perut ibunya lalu jatuh di sela-sela antara Randy dan Icha. Ternyata dia hanya ingin mencari kehangatan di antara kedua orangtuanya.

Randy memeluk Aira dengan penuh kasih sayang. Di dinginnya malam itu mereka sama-sama terlelap dalam satu dekapan. Hujan pun semakin deras.

Jam menandakan pukul 11.30 WIB. Icha terjaga dari tidurnya. "Astaghfirullah," kata Icha yang sadar dia sudah tidur terlalu lama. Perempuan itu meraba-raba bagian kasur di depannya karena Aira tidak ada di sana.

"Aira, kamu dimana?! Sayang!" Icha panik. Pikirannya sudah parno. Berbagai kemungkinan sudah mengisi otaknya termasuk bagaimana dia bisa hidup setelah itu jika Aira menghilang.

Icha hampir saja menangis sebelum membalikkan badannya. Ia akhirnya bisa mengeluarkan nafasnya yang sempat tercekal di dalam lehernya. "Hufhhh..." Lega karena melihat Aira berada di tempat paling aman yaitu di pelukan Randy.

Mendengar kepanikan Icha, Randy pun mengucek matanya. Dia tatap Icha yang sedang bersimpuh duduk di atas kasur menatap dirinya dan juga Aira.

"Dah bangun Cha." Icha hanya mengangguk.

"Itu Cha," tunjuk Randy ke arah payudaranya. Icha terkejut lalu buru-buru menaikkan bhnya untuk menutupi payudaranya yang tadi dipakai Aira untuk menyusu.

"Datang kapan Ran?" tanya Icha sambil mengusap wajahnya agar tidak terlalu terlihat kusut.

"Sekitar jam 7. Kamu tidur dari jam berapa? Kok lampunya pada belum dinyalain?"

"Aku ketiduran dari sore Ran. Maaf yah aku kecapean." Icha beranjak sambil menutupi kesedihannya.

"Aku mandi dulu. Aku belum sempet mandi tadi sore." Icha berjalan ke arah kamar mandi namun sedetik kemudian Randy berdiri dan memegang tangan Icha.

Icha pun berbalik langsung dipeluk oleh Randy dalam-dalam. Kepalanya ia benamkan di dada milik lelaki itu. Entah kenapa saat itu dia hanya ingin menangis di pelukan Randy.

"Jangan ditutupi kesedihan kamu. Kalo mau nangis, nangis aja."

"Hiksss...hiksss...hiksss..." Icha membalas pelukan Randy. Lelaki itu mengelus belakang kepala Icha dengan penuh perhatian.

Dia tahu apa yang dirasakan Icha. Dia pun dapat merasakannya. Randy mendongakkan wajah Icha yang dipenuhi oleh air mata. Diusapnya kristal bening itu.

"Kamu gak usah takut. Ada aku di sini yang bakal melindungi kamu sama Aira. Gak akan aku biarin orang lain menyakiti kalian."

Icha tersenyum sembari mengangguk. Kedua mata mereka lalu tertutup. Sepersekian detik kemudian bibir mereka bertemu.

Tidak ada pagutan, tidak ada kuluman. Murni ciuman penuh perasaan di antara mereka. Icha merasa aman berada di pelukan Randy, begitupun Randy merasa nyaman memeluk wanita itu.

"Yuk, makan dulu. Aku udah bawain kamu makanan," ucap Randy setelah bibir mereka berpisah.

"Tapi aku belum mandi Ran."

"Udah malem gak baik mandi malem-malem. Lagian aku lebih suka kamu yang belum mandi daripada yang udah."

Icha hanya mendehem. Dia akhirnya setuju. Mereka pun makan bersama dalam diam. Randy tak lepas pandangan kepada Icha membuat perempuan itu kikuk.

"Emang aku keliatan kayak pembantu yah Ran?" tanya Icha sambil membenahi jilbabnya.

8Q7nJtyK_o.jpg


"Yaa...lumayan mirip sih, tapi awww...ishhh..." pekik Randy yang mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Sebelll...!!!" ujar Icha seraya memalingkan wajahnya.

Randy terkekeh geli. "Cha, kalo kamu insecure kenapa kamu gak pake baju yang aku beliin, kan bagus-bagus. Terus kamu juga gak dandan sama sekali ya pantes kamu dibilang kayak pembantu."

"Siapa juga yang insecure," balas Icha sambil memanyunkan bibirnya ke samping.

Randy kembali tertawa. Dia ulurkan tangan ke sudut bibir Icha yang meninggalkan sebutir nasi di sana. "Cha. Kamu udah cantik dari dalam, kalo kamu cantik juga dari luar, gak adil dong sama yang lain."

"Oh jadi kamu mau bilang juga kalo aku jelek dari luar gitu?" ungkap Icha sedikit merajuk.

"Yee...siapa yang bilang gitu? Kan kamu yang bilang sendiri."

Randy kemudian mengambil ponselnya lalu membuka kamera depan. "Nih liat sendiri. Kalo ada yang bilang dia jelek berarti matanya rabun," ujar Randy seraya menyerahkan hpnya kepada Icha.

Wanita itu senyam-senyum sendiri. Randy berhasil mengembalikan moodnya secara keseluruhan. Itulah mengapa orang-orang menjulukinya sebagai sang Casanova.

Icha kemudian meletakkan benda pipih itu di atas meja. Dia lalu memandangi wajah tampan Randy dalam-dalam.

"Ran, gimana kalo misalnya Aira ternyata bukan anak kandung kamu? Gimana kalo dulu ternyata aku bohong sama kamu? Apa kamu masih sayang sama Aira?"

"Kalo kamu bilang begitu aku gak akan percaya," jawab Randy enteng.

"Kenapa?"

"Cha, meskipun aku gak pernah mengandung Aira bukan berarti aku gak punya kontak batin sama dia. Waktu pertama kali aku ketemu sama dia di rumah Reza, ada perasaan rindu yang besar walaupun sebelumnya aku sama sekali belum pernah ketemu sama Aira."

Icha melipat kedua tangannya di atas meja mengingat kejadian saat itu. Itu adalah pertemuan yang merubah hidupnya. Seandainya waktu itu Randy tidak datang mungkin sekarang Icha dan Aira masih menderita di bawah bayang-bayang Reza.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba terdengar suara anak kecil menangis. Sontak mereka berdua langsung berlari ke dalam kamar. Ternyata Aira sudah terbangun dan menangis di atas kasur.

"Aira pipis Ran."

"Sini biar aku bantu."

Mereka berdua kemudian bekerja sama mengganti celana Aira yang basah terkena kencing. Randy menceboki Aira, Icha yang memakaikan celana setelah dibalut bedak dan minyak kayu putih.

"Yee...anak papa udah cantik," ujar Randy sambil mengangkat Aira tinggi-tinggi.

Anak kecil itu pun bersorak gembira. Icha tanpa sadar menyunggingkan senyum bahagia.

"Cha. Aku boleh nginep di sini ya semalam aja. Hujannya gak berhenti-berhenti."

"Mau nginep di sini terus juga boleh," batin Icha sambil tersenyum penuh makna.

"Cha?!"

"Ehh...iya boleh kok tapi kasurnya yang sebelah basah kena ompolnya Aira."

"Gak papa kan masih ada sebelahnya. Cukup kok buat bertiga, hehehe..."

Icha menurut saja. Dalam hati ia senang Randy mau menginap bersamanya dan juga Aira.

Mereka pun tidur. Aira di bagian tengah kasur, Icha di sebelah kanannya memeluk Aira, lalu Randy berada paling tepi kasur memeluk keduanya.

To Be Continue...
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd