Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Bimabet
Part 11. Ciuman Paksa

"Annisa! Kamu mau pulang? Aku anter ya."

Annisa mengira setelah mata kuliah berakhir dia akan terbebas dari pria itu tapi nyatanya setelah keluar dia masih saja diikuti.

"Aku enggak mau pulang. Aku mau ke perpustakaan dulu," tolak Annisa acuh. Itu tidak membuat Randy menyerah.

"Oh kebetulan aku juga mau ke perpustakaan," balas Randy mencari alasan. Padahal dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama perempuan itu.

Annisa mendelik ke arah Randy. "Eh, gak jadi deh. Aku mau ke kantin aja." Dia kembali berjalan meninggalkan Randy yang masih menatapnya.

"Hmm, makan siang dulu juga boleh, yuk!" Randy menebalkan wajahnya. Baginya demi bisa bersama Annisa dia rela melakukan apapun. Walau Annisa tampak tidak nyaman.

"Bisa gak sih jangan ikutin aku terus?! Kalo mau pulang, pulang aja!" Sedikit kesal Annisa memarahi Randy.

Tapi yang dimarahi hanya mengedikkan kedua bahunya cuek dan terus mengikuti wanita itu.

Akhirnya Annisa memutuskan pergi ke perpustakaan. Wanita itu memilih-milih buku yang akan dia baca, lain halnya dengan Randy yang berada di sampingnya seolah sedang memilih buku padahal pandangannya tidak lepas dari wajah Annisa.

Perempuan itu melirik Randy dengan mata setengah menutup. Jengah dengan sikap Randy yang selalu mengikuti dirinya. Annisa lalu duduk di salah satu bangku di sana. Membaca buku-buku referensi tentang mata kuliah yang sedang ia pelajari.

Randy duduk tepat di depan Annisa pura-pura membaca buku hanya untuk memandangi wajah ayunya dari dekat. Beberapa mahasiswi lalu lalang. Tidak sedikit pula yang tebar pesona atau sekedar menyapa Randy.

Maklum sejak hari pertama masuk kuliah dia menjadi salah satu most wanted di kalangan cewek-cewek kampus.

"Hai Randy!"

"Hay ganteng!"

"Kapan-kapan jalan yuk!"

"Mampir ke kostan aku Randy!"

Berbagai godaan-godaan itu sempat mampir di telinga Annisa. Membuat indera pendengaran wanita itu sedikit panas. Apalagi Randy menimpali dengan kerlingan mata membuatnya mendengus kesal.

"Dasar, cowok ganjen. Digodain gitu pake acara ngerespon lagi!" Pandangan Annisa tajam ke arah Randy.

Tapi saat pria itu balik menatapnya dia buru-buru mengalihkan pandangan ke buku itu lagi.

"Kalo cemburu ngomong aja. Kalo gitu kan aku jadi gak genit-genit sama cewek lain." Randy terkekeh melihat wajah Annisa ditekuk ke bawah.

"Ih siapa juga yang cemburu. Ge'er banget sih jadi orang," sungut perempuan itu. Annisa mengangkat bukunya ke depan sampai Randy tidak bisa melihat rona merah di wajahnya.

Tiba-tiba saja Randy menarik buku yang dipegang Annisa. Sontak wanita itu kaget karena setelah itu wajar Randy sudah menggantikan posisi buku tersebut di depan wajahnya.

Ya, Randy mencondongkan tubuhnya di hadapan Annisa hingga kedua muka mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

Wajah Annisa semakin memucat kala Randy semakin mendekati dirinya. Bola matanya membulat. Desah nafas dari mulut Randy tepat mengenai bibirnya.

"Jangan cium, Randy!" Namun mata Annisa terpejam seolah mengkhianati hatinya. Bibirnya sudah maju beberapa senti.

Tapi ditunggu-tunggu bibir Randy tidak juga mendarat di bibirnya. Saat membuka mata dia mendapati Randy yang sudah kembali ke posisinya semula sambil menahan tawa.

"Bibirmu kenapa Annisa? Lagi sariawan ya? Kok maju-maju gitu?" Randy mengepalkan tangannya di depan mulut seperti orang batuk namun yang keluar adalah sebuah kikikan kecil.

"Randyyy...!!!" seru Annisa. Karena kesal Dia sampai tidak ingat kalau saat itu mereka sedang berada di perpustakaan.

Lagi-lagi Annisa ditegur oleh penjaga perpustakaan karena terlalu berisik. Sumpah demi apapun dia sangat malu dengan kejadian ini. Wajahnya sudah memerah bagaikan kepiting rebus.

"Aaa...Randy! Kamu jahat. Kenapa kamu ngerjain aku kayak gini!" Annisa memegangi kedua pipinya yang memanas.

Randy tertawa karena sekali lagi bisa menjahili Annisa yang sedari tadi jaim terhadapnya. "Kita pacaran kaya dulu lagi yuk! Nanti kamu bebas deh mau cium bibirku kapan aja," ucap Randy penuh percaya diri.

Annisa melirik tajam. Randy tahu kelemahannya. Dulu memang dia sangat candu terhadap bibir lelaki itu. Rasa bibir dan lidah Randy benar-benar membuatnya tenang.

Seumur hidup Annisa baru menikmati satu bibir yaitu milik Randy. Entah apakah bibir pria lain juga senikmat itu? Jangan hitung kiai Jamal. Itu adalah kejadian yang ingin dia lupakan. Ingin muntah rasanya jika mengingat kejadian itu lagi.

"Enggak!" jawab Annisa tegas menolak ajakan Randy untuk berpacaran lagi seperti dulu.

Randy sama sekali tidak menyerah. Dia yakin kalau Annisa hanya belum bisa melupakan kesalahannya di masa lalu dan butuh waktu untuk itu.

"Apa aku cium paksa aja dia ya?" ujar Randy bermonolog.

"Ah, pasti nanti kena gampar deh."

"Bodo ahh..."


Randy kembali memajukan bibirnya ke arah Annisa. Lelaki itu bermaksud benar-benar menciumnya kali ini. Namun bibir Randy justru mendarat di benda keras tapi tidak keras-keras amat.

Plukkk...!!!

Buku yang sedari tadi dipegang Annisa diayunkan tepat di bibir Randy hingga membuat pria itu memekik kesakitan. "Aduhhh...!!!"

"Mau cium lagi nanti aku bawain knalpot, biar kamu kapok ciuman sama knalpot tuh!" Annisa yang kesal lalu berdiri dan beranjak pergi dari situ.

"Annisa! Tunggu aku beib!" Randy kembali mengikuti kemana perginya Annisa. Dia sudah bucin tingkat dewa jadi dia cuek saja jika dianggap mengemis cinta padahal memang iya.

Wanita itu berjalan melewati koridor kampus. Dia sama sekali tidak menghiraukan Randy yang berkali-kali memanggil namanya.

Sampai mereka melewati suatu sudut yang cukup sepi Randy berhasil menangkap Annisa. Secepat kilat Randy mengukung Annisa hingga menempel di tembok.

Wanita itu terkejut tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jantungnya nyaris berhenti melihat sorot mata Randy. Dia punya firasat buruk. Sepertinya Randy akan berbuat nekat.

"Ran, tolong Ran, aku mau pergi!" Randy sama sekali tidak mengendurkan kungkungannya justru semakin kuat.

Annisa sudah menahan dada bidang Randy. Perempuan itu mencoba melawan meskipun dirinya tahu kekuatannya tidaklah sebanding dengan Randy.

Kedua pipi Annisa dipegang oleh Randy lalu diarahkannya mendongak ke atas karena Randy jauh lebih tinggi darinya.

Benar saja apa yang ditakutkan Annisa. Perlahan wajah Randy mendekati wajahnya. Dia meremas kemeja bagian dada milik lelaki itu.

Mata Annisa membulat sempurna kala merasakan benda lembut dan lunak menempel di bibirnya. Ya, itu adalah bibir Randy. Bibir yang selamat ini menjadi candunya. Bibir yang selalu memberikan rasa nikmat yang nyaman di hatinya.

Tapi untuk kali ini dia benar-benar tidak mengharapkannya. Apalagi dalam posisi seperti ini. Siapa tau ada orang yang datang. Pasti mereka akan dapat masalah. Namun seolah pria itu sama sekali tidak memperdulikannya.

Terbukti dia masih melanjutkan apa yang dia lakukan. Randy memejamkan mata seraya menyesap bibir mungil Annisa. Tidak dipungkiri Randy juga sangat merindukan momen seperti ini.

Pria itu memagut serta mengulum sepasang bibir milik Annisa. Wanita itu tidak dapat bergerak karena kepalanya sudah dipegangi dengan kuat oleh Randy.

"Ummm...ssscccppp...mmmngghhh..." Suara dua bibir mereka saling bertautan.

Annisa masih diam dan tidak membalas ciuman yang dilakukan oleh Randy. Matanya masih terbuka, beberapa kali berkedip karena was-was oleh keadaan sekitar.

Lama kelamaan pertahanan Annisa mulai melemah. Pandangannya sayu menatap bibir pria itu yang bergerak di depan mulutnya.

"Emhhh...achhh..." Mulut Annisa mulai terbuka. Itu menjadi kesempatan bagi Randy untuk menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Annisa.

Saat itu juga Annisa terpejam serta menjulurkan lidahnya menyapa milik Randy yang semakin bergerak masuk. Tangannya yang semula menahan dada Randy kini bergerak naik melingkar di leher Randy.

Keduanya pun terlibat ciuman panas. Bibir Randy seolah memiliki zat adiktif yang mampu membuat Annisa selalu ketagihan olehnya.

Gagal sudah langkah move on Annisa. Kini dia justru semakin menikmati ciuman yang dilakukan Randy begitupun sebaliknya.

Di saat Annisa mulai terbuai tiba-tiba datang dua ekor kucing yang saling kejar-kejaran ingin kawin.

Miauuungggg...

Sontak Annisa tersadar atas apa yang sedang mereka lakukan. Dia buru-buru mendorong Randy lagi. Saat bibir mereka terlepas Annisa lalu melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras di pipi Randy.

Plakkk...!!!

Dengan mata berkaca-kaca Annisa menunjuk tepat di wajah Randy. "Jangan pernah ikutin aku lagi! Aku benci sama kamu!"

Setelah menyelesaikan kata-katanya Annisa langsung berlari pergi. Randy sudah tidak menahannya lagi. Pria itu menempelkan kedua telapak tangannya ke tembok sambil menatap ke lantai bawahnya.

"Sial...!!!" ujar Randy seraya meninju tembok itu yang membuat dia kesakitan.

Tidak jauh dari tempat Randy dan Annisa berciuman barusan ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan aktivitas mereka sedari tadi. Dengan ponselnya mengarah ke tempat itu dia tersenyum penuh kemenangan.

"Mati kau! Hahaha...sebentar lagi ada perang saudara dan cewek sok suci itu pasti bakalan malu kalo sampe video ini kesebar," ucap wanita yang bernama Cindy itu bermonolog.

Dia buru-buru melancarkan rencananya yang tiba-tiba muncul karena melihat dua orang itu. Cindy pergi mencari Justin. Seseorang yang diketahuinya adalah kekasih dari Annisa.

Kebetulan sekali tidak membutuhkan waktu lama dia melihat Justin berjalan dengan santai. Cindy lalu berlari cepat ke arah lelaki itu.

"Kak! Kak Justin!" panggilnya centil. Justin memang salah satu cowok incerannya di kampus itu. Sekarang setelah mendapatkan bukti perselingkuhan pacarnya dengan teman dekatnya sendiri dia berharap akan mendapat simpati dari pria itu.

Justin menoleh, melepaskan headphone miliknya seraya mengernyitkan dahi karena tidak mengenal wanita yang memanggilnya itu.

"Hhhh....kak Justin...hhhh..." ujar Cindy sambil ngos-ngosan. Dia menunduk memegangi lututnya sembari mengatur nafasnya.

Justin mencebikkan bibirnya menatap wanita itu dari atas sampai bawah. Dia pikir Cindy hanya seorang fangirlnya saja. "Ada apa ya?" tanya Justin tak ingin berlama-lama dengan situasi ini. Dia punya kegiatan yang lebih penting.

"Gini kak. Kakak pacarnya cewek yang namanya Annisa itu kan?" tanya Cindy memastikan.

Justin hanya mengangguk sambil memperhatikan apa yang ingin perempuan itu sampaikan.

"Emm...tapi maaf sebelumnya kakak jangan kaget ya soalnya aku bakalan kasih tau apa yang dilakukan pacar kakak dibelakang kakak." Cindy kemudian merogoh ponselnya lalu menggulirnya sesaat.

"Nih kak. Tadi aku gak sengaja ngegap pacar kakak lagi ciuman sama sahabat kakak sendiri si Randy," ujar Cindy seraya menunjukkan HP-nya kepada Justin.

Lelaki itu menatap layar ponsel milik Cindy dengan seksama. Di situ memperlihatkan adegan ciuman yang dilakukan Randy dan Annisa yang diakhiri dengan sebuah tamparan keras di pipi Randy.

"Hihhh...mau pdkt caranya gitu. BEGO! Itu sih bukannya bikin Annisa makin dekat tapi malah makin jauh. Dasar sangean di saat yang gak tepat," ujar Justin bermonolog.

Justin melirik ke arah Cindy. Dia tahu kalau wanita itu ingin melihat reaksinya saat melihat pacarnya sedang berselingkuh dengan temannya sendiri. Pria itu menebak maksud dari perempuan yang bernama Cindy itu. Dia ingin mengadu domba dirinya dengan Randy.

"Sial, gimana nih? Mau biasa aja tapi pasti si cepu ini pasti curiga. Ah, terpaksa deh harus akting dikit."

Sesaat Justin berdehem mengumpulkan suaranya agar tidak fals. Lalu seketika lelaki itu membulatkan matanya seakan-akan emosi muncul dari dalam dirinya.

Cindy yang melihat ekspresi Justin pun bersorak gembira dalam hati. Lelaki most wanted itu sudah masuk ke dalam perangkapnya. Kini tinggal menunggu dia memutuskan wanita sok suci itu dan jatuh ke pelukannya.

"Brengsek...!!!" Justin mengumpat seraya mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi bersiap untuk membantingnya.

Cindy buru-buru menahannya, tidak mau kalau HP kesayangannya menjadi korban amukan Justin.

"Ehh...tunggu kak. Jangan dibanting hpku! Aku tau kakak pasti emosi. Tapi perlu kakak tau tadi sebelum aku rekam itu aku liat pacar kakak duluan yang godain Randy. Awalnya Randy gak mau tapi dia terus godain bahkan sampai nekad dia cium paksa Randy. Liat aja tuh kan cewek kakak nafsu banget waktu ciuman sama Randy, akhir-akhir aja dia sok nampar Randy," terang Cindy lagi berusaha memanas-manasi Justin agar semakin marah dengan Annisa.

"Godain gundulmu! Annisa bukan cewek gatel kayak lu!" batin Justin kesal dengan Cindy yang suka play victim.

Justin kembali menatap layar ponsel milik Cindy. Saat itu dia mengetahui bahwa wanita itu punya niat yang buruk kepada Annisa. "Gak bisa dibiarin. Buru-buru gue hapus deh sebelum cewek dower ini bikin masalah. Semoga dia belum sempet back up videonya."

Cindy tidak tahu apa yang dilakukan Justin saat menggulir ponselnya. Mungkin sedang melihat-lihat koleksi foto pribadinya. "Pasti kak Justin lagi lihat-lihat fotoku. Lagi nyeleksi calon pacar barunya, xixixi..."

Dengan bangganya Cindy membiarkan Justin mengotak-atik ponsel pribadinya yang sebagian besar terdapat foto dirinya yang memperlihatkan kemolekan tubuh yang ia miliki. Bahkan ada yang telanjang bulat.

Padahal yang sedang Justin lakukan mengecek file back up di ponselnya. Dia tidak akan membiarkan orang berbuat jahat terhadap Annisa. Dia sudah menganggap Annisa sebagai adik atau calon anak tirinya.

Setelah berhasil melenyapkan bukti tersebut Justin mengembalikan HP milik Cindy. "Thanks ya," ucapnya singkat seraya mengedipkan mata.

Cindy tersenyum malu lalu mengangguk. "Kak Justin pasti mulai tertarik sama aku nih, hihihi...asik...asik...asik..." Hatinya bersorak gembira berhasil merebut Justin dari pacarnya yaitu Annisa.

Setelah itu Justin berpisah dengan Cindy. Dia tidak punya waktu untuk cewek caper seperti dirinya. Dia lebih tertarik dengan wanita yang menolak dan menghindari pesona dirinya. Itu jauh lebih menantang.

•••​

Sore hari adalah jadwal latihan tim GB. Justin Randy dan kawan-kawan berlatih seperti biasa. Randy yang tahun ini menjadi rising star selalu membuat sang pelatih berdecak kagum.

Meskipun dalam pikiran coach Roy sedang pusing karena memikirkan percakapan dengan suami adik iparnya yaitu Ginanjar tentang permintaan pria paruh baya itu untuk mendepak Randy dari squad GB.

Meskipun Ginanjar lah orang yang merekomendasikan Randy untuk masuk ke dalam timnya tapi kini Randy sudah menjadi bagian dari tim. Jadi sudah menjadi tanggung jawab coach Roy untuk melindungi seluruh pemainnya apalagi Randy yang performanya sedang menanjak.

"Ran! Oyy!" seru Justin merangkul pundak Randy setelah mereka menyelesaikan satu sesi latihan.

"Apaan?" tanya Randy sambil meneguk sebotol Ponari Sweat.

"Lu kenal sama yang namanya Cindy?"

Randy mengerutkan dahinya setengah berpikir. "Gak kenal, kenapa?" Mungkin Randy tau tapi pertemuan mereka tidak terlalu berkesan sehingga membuat Randy lupa.

"Gue juga, hahaha..." balas Justin sambil tertawa.

Bughhh...

Pukulan ringan mendarat di ulu hati Justin membuat pria itu menghentikan tawanya secara mendadak lalu membungkuk.

"Anjirrr..***je banget lu! Kirain mau ngajakin treesome lagi." Randy memutar bola matanya malas.

Justin mengembalikan posisinya lagi mensejajarkan langkahnya dengan Randy. "Siapapun dia, gue minta lu hati-hati sama cewek yang namanya Cindy."

"Emangnya kenapa?"

"Dia punya niat gak baik sama Annisa."

Randy menoleh dengan memasang wajah kaget. Justin tidak tahan untuk menoyor wajah cengo sahabatnya itu.

"Intinya jaga Annisa baik-baik. Kalo gak gue ya elu sebagai mantan calon suaminya. Kalo gak elu ya gue sebagai calon papa tirinya." Justin menaikkan salah satu sudut bibirnya seraya menaik turunkan alisnya.

"Dan juga jangan cium Annisa sembarangan, oyy...itu di kampus bukan di kamar hotel!"

Randy kembali dengan ekspresi cengonya. "Tau darimana lu?!"

Belum sempat Justin menjawab, Randy sudah lebih dulu dipanggil oleh assisten coach. "Randy, lu ditunggu coach Roy di ruangannya sekarang!"

"Oke, sebentar!" Randy pun langsung bergegas menghadap ke coach. Dia punya firasat tidak baik.

"Randy, silahkan duduk." Randy mengikuti arahan dari coach Roy.

Pria setengah baya itu memangku dagunya dengan punggung tangan di atas meja dengan ditopang oleh sikunya.

Coach Roy menghembuskan nafas sejenak. "Kemarin saya dapat telfon dari bapak Ginanjar. Saya gak tau apa yang terjadi antara kamu dan dia tapi dia meminta saya untuk mendepak kamu dari tim."

"Te...terus gimana dong pak nasib saya?" tanya Randy yang mulai khawatir dengan nasibnya di dalam tim. Itu pasti buntut dari masalah antara dirinya, Sari dan Ginanjar saat berada di hotel waktu itu.

"Saya sudah bilang sama dia kalau saya gak mungkin bisa seenaknya depak seseorang dari tim. Saya juga bilang bahwa dia tidak berhak ikut campur dalam urusan tim saya."

Perkataan coach Roy membuat Randy sedikit tenang. "Tapi saya tidak bisa menjamin terlalu banyak. Karena saya tau gimana sifat Ginanjar itu. Saya cuma minta kamu hati-hati."

"Terus saya harus gimana pak?" Jangan tanyakan bagaimana perasaan Randy saat itu. Kalau ditunjuk untuk duel satu lawan satu di atas ring mungkin dia masih berani tapi jika sudah menyangkut kekuasaan Randy tidak bisa berbuat apa-apa.

"Untuk saat ini kamu fokus aja sama karir basketmu. Untuk jaga-jaga saya udah menghubungi teman saya yang ada di tim PJ. Mereka siap menampung kamu kapan saja. Kalo kamu merasa terancam di sini, saya akan meminjamkan kamu ke tim PJ. Bagaimanapun juga kamu atlet basket yang potensial."

"Terima kasih coach!" Randy mengangguk. Pindah dari tim GB bukanlah suatu opsi. Banyak yang akan dia korbankan jika sampai pindah. Annisa, Icha, Aira, Sari, bahkan Ranty.

Randy meninggalkan ruangan itu dengan lesu. Dia harus memikirkan cara untuk terlepas dari bayang-bayang Ginanjar. Paling tidak coach Roy berada di pihaknya saat ini.

To Be Continue...
 
Makasih updatenya om.

Ane mengutuk orang yg telah copy cerita orang lain untuk keuntungan sendiri. Buatlah cerita sendiri bisa kan. Jangan buat penulis di forum gratis seperti ini minggat karena ulah kalian yg copy seenaknya
 
Makasih updatenya hu, kayak s2, namapun sang primadona cantik, alim, bijak mana boleh jual murah, mula2 benci, melawan tapi lama2 jatuh hati juga tu sama Randy hehe. Lanjut drama & konfliknya hu. Biar enak.
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd