Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Bimabet
wah tanda tanda nih, asal Sari aman
saya juga senang :papi:
 
Part 18. Malam Panas Dikala Hujan Deras

Malam yang syahdu ditemani hujan deras mengiringi pembaringan dua anak manusia berbeda generasi.

Icha sang ibu memeluk anaknya erat seakan tidak rela jiwa dan raga mereka berpisah barang sedetik saja. Dengan senandung kecil dia menimang-nimang Aira yang sesekali mengeratkan giginya entah apa yang ia rasakan dalam mimpinya.

Wanita itu memiliki suara merdu namun jarang orang dapat menikmati suaranya karena Icha sudah tidak lagi menyanyi di depan orang sejak saat itu. Iya saat itu.

Tengah malam Aira terjaga tapi dengan sigap Icha mampu menidurkan anaknya lagi. Hanya dengan mengeluarkan salah satu payudaranya tangis Aira langsung terdiam. Sedikit meringis sakit karena gigi Aira telah tumbuh membuat puting payudara Icha dikunyah bagaikan daging empuk. Ingin disapih tapi Icha belum tega melakukannya.

Pukul 12 tengah malam Icha mendengar pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. "Siapa yang bertamu malam-malam pas hujan begini ya?" Icha bangkit dari tidurnya lalu berjalan menuju pintu.

Disibakkannya tirai jendela rumah untuk mengecek siapa yang datang pada jam istirahat seperti ini. Siapa tahu maling kan Icha bisa mengambil ancang-ancang untuk berteriak.

Saat dilihat mata Icha membulat kala melihat seorang pria yang amat ia kenali berdiri kedinginan di depan rumah.

Ckrek...

Pintu pun terbuka. "Randy?!" Icha terkejut dengan keadaan Randy yang tidak baik-baik saja. Tubuhnya basah, wajahnya penuh lebam dan sedikit pucat. Terlebih lagi matanya bengkak jelas pria itu habis menangis.

Icha langsung menarik tangan Randy untuk masuk ke dalam rumah. Raut panik jelas tertera di wajah Icha. Tanpa bertanya lebih dahulu wanita itu buru-buru mengambilkan handuk untuk mengeringkan badan Randy.

Lelaki itu diam saja sambil menggigil ketika Icha mengelap kepalanya hingga ke arah leher dengan menggunakan handuk. Netra matanya menatap erat wajah manis Icha dari dekat. Perempuan itu melakukannya dengan penuh perhatian, padahal beberapa hari ini Randy tidak mengunjunginya karena sibuk.

"Lepas bajunya Randy. Aku siapin air hangat dulu," celetuk Icha yang dengan sigap langsung memanaskan air dari kompor.

Melihat sosok wanita itu entah mengapa membuat Randy tenang. Dia menurut saja dengan Icha. Setelah air siap Randy kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Air hangat yang mengalir dari kepala hingga ujung kaki Randy membuatnya nyaman.

"Ahh, disiram aja nikmat gini apalagi kalo berendam ya. Sayang di rumah Icha gak ada bath tub." Randy dengan cepat menyelesaikan mandinya.

Saat keluar, di atas meja sudah tersedia teh hangat yang disajikan oleh Icha. Sungguh wanita yang pengertian. Di sofa Icha duduk menunggu Randy.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Randy duduk di sebelah Icha. Tampaknya sebuah penjelasan sudah dinantikan oleh perempuan itu.

"Ada apa Randy?" tanya Icha sambil memangku kepalanya di sandaran sofa menatap lekat wajah Randy yang terlihat murung.

Dag dig dug

Jantung Randy bekerja dua kali lipat. "Kenapa kok gue jadi gugup di depan Icha sih?! Lagian kenapa Icha pake acara masang wajah innocent gitu dah! Bikin gemes aja." Randy sesaat menunduk untuk menyamarkan rona merah di wajahnya dan menormalkan kerja jantungnya.

Bagaimana Randy bisa menjawab? Masalah yang ia hadapi bukan sesuatu yang bisa untuk dikatakan. Ah, bagaimana jika dia mengalihkan pembicaraan?

"Emm...Aira gimana keadaannya? Lagi ngapain?" tanya Randy berusaha lepas dari pertanyaan Icha tadi.

"Aira baik-baik aja kok. Dia lagi tidur." Randy mengangguk kikuk.

Icha bisa melihat kegalauan di wajah Randy saat ini. Sekuat apapun pria itu tutupi tetap tidak bisa mengelabui perasaan Icha yang peka.

"Kamu ada masalah ya?" tanya Icha hati-hati. Randy diam saja tak bergeming. Dia merebahkan dirinya di sandaran sofa seraya menatap langit-langit rumah kontrakan itu.

"Cha, apa kamu pernah merasa dikhianati?" ucap Randy. "Hah?!" Icha mengangkat alisnya mendengar perkataan Randy. "Dikhianati?" Randy mengangguk lalu menoleh ke arah Icha.

Wanita itu bingung untuk menjawab. "Apa ini tentang Annisa?" terka Icha, karena setahu dia Randy selama ini masih getol mengejar cinta Annisa.

Pria itu menggeleng. "Terus?" Randy menggigit bibir bawahnya. "Jawab aja Cha. Apa rasanya sesakit ini?" Icha semakin bingung dengan yang dikatakan Randy.

Pengkhianatan bukan hanya soal cinta, bisa soal sahabat, harta, tahta, dan lain-lain. Tapi konteks yang dialami Randy benar-benar tidak jelas dan Randy bungkam akan hal itu.

Saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu tiba-tiba air mata Randy keluar. Hah, sisi lemahnya kembali mengambil alih raganya. Randy menunduk menutup wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangan. Icha bisa merasakan kesakitan yang Randy rasakan.

Icha mengusap punggung Randy. "Gak papa kalo kamu mau nangis juga. Nangis bukan berarti lemah. Semua orang butuh pelampiasan, jangan ditahan."

Randy menatap wajah Icha dengan mata sembabnya. Icha tersenyum manis, manis sekali. "Tapi perlu kamu tau. Apapun yang terjadi ada aku dan Aira yang selalu ada buat kamu. Selalu siap mendukung kamu dari belakang."

Kata-kata Icha benar-benar merasuk ke dalam jiwa Randy. Ya, apalagi yang dicari Randy jika kebahagiaan ada di sini. Di rumah sederhana ini? Randy lupa akan hal itu. Mengejar sesuatu yang tidak pasti dan menyia-nyiakan sesuatu yang selalu ada untuknya.

Wanita itu berpikir untuk menghibur kegalauan hati Randy. Mungkin berpelukan, berciuman, atau sekedar bermesraan akan memperbaiki suasana hati lelaki itu.

Icha mengusap kristal bening di pipi Randy. Mata mereka saling bertemu, kemudian wajah Icha mendekat hingga bibir mereka tak berjarak lagi.

Cuppp...

Mereka sama-sama memejamkan mata merasakan benda kenyal menempel satu sama lain. Icha memegang kedua pipi Randy. Semakin lama lumatan Icha di bibir Randy semakin menuntut.

Randy terbuai dengan apa yang dilakukan Icha. Tangannya mendarat di pinggang Icha yang ramping lalu sedikit meremasnya. Sejenak mereka melepaskan tautan di bibir mereka meninggalkan saliva yang saling terhubung.

Tak bisa dipungkiri meskipun mereka masih sama-sama menginginkannya tetapi mereka juga butuh oksigen untuk mengisi paru-paru mereka agar tidak kehabisan nafas. Icha menatap mata Randy penuh arti.

"Awhhh..." Icha sedikit terkejut. Randy dengan satu tangannya mengangkat tubuh Icha hingga bokong wanita itu kini mendarat di pangkuannya. Icha kembali menarik sudut bibirnya ke atas membentuk bulan sabit.

Icha melingkarkan tangannya di leher Randy seraya kembali memagut bibir itu. Tangan Randy bergerak menggerayangi punggung Icha serta mendorongnya agar semakin lekat kedua tubuh mereka saling menempel.

"Mmmhhh...ssscccppllpp...sssppp..." Randy mulai beraksi lebih agresif. Bibirnya turun ke bawah ke bagian leher jenjang Icha yang kala itu tanpa mengenakan hijab.

"Uhhh...ssshhh...emmmhhh..." Icha kelabakan menerima serangan Randy. Ia meremas-remas rambut Randy yang masih setengah basah itu.

Dengan satu tangan Randy dengan lincah membuka kancing baju tidur Icha hingga terlepas semuanya. Ia menyibakkan ke kanan dan kiri menampilkan lekuk tubuh Icha yang mulus tanpa cacat sedikitpun.

Cup penutup dua gunung kembar Icha yang berwarna putih yang di kenakan Icha langsung ditarik ke atas. Icha terkejut sekaligus malu karena tidak menyangka Randy tanpa permisi mengeluarkan salah satu aset berharganya.

"Putingnya gede ya, coklat pula," komentar Randy membuat Icha semakin malu dibuatnya. Ia langsung menutupi kedua nipple miliknya itu. "Aku udah punya anak Randy kalo kamu lupa. Jelas lah bentuknya kaya gini. Udah sering disedot sama Aira," ucap Icha setengah kesal.

Randy menyingkirkan tangan Icha di payudaranya. "Mana mungkin lah aku lupa. Pentil ini kan anak aku yang nyedot-nyedot. Ehh, papanya boleh ikutan nyedot dong?"

Icha tertawa geli seraya mengangguk. "Boleh," jawab Icha sambil menyodorkan salah satu putingnya ke mulut Randy. Bagaikan bayi baru gede Randy langsung mencaploknya dengan penuh nafsunya. "Uhhh...ssshhh...Rhannn..."

Berbeda saat Aira yang menyedotnya, ada rasa berbeda ketika Randy yang melakukannya. Geli dan sengatan-sengatan kecil menjalar di seluruh saraf Icha membuat dirinya dimabuk kepayang.

Randy merasakan cairan manis masuk ke kerongkongannya. "Apa persediaannya masih ada?" tanya Randy. "Maksudnya?" Icha tidak mengerti. Lalu Randy menjulurkan lidahnya hingga membuat cairan putih itu menetes dari ujung lidahnya.

Dengan gemas Icha memencet hidung Randy. "Abisin. Aku memang ada niatan untuk sapih Aira." Randy menatapnya dengan mata berbinar. "Okay sesuai permintaan kamu ya Cha." Setelah itu Randy benar-benar akan menghabiskan persediaan ASI Aira di dalam payudara Icha.

Wanita itu hanya bisa mendesah saat nutrisi yang ada di tubuhnya masuk ke dalam tubuh Randy.

"Hoarrrrggghhh..." Suara sendawa Randy membuat Icha tidak dapat menahan ketawanya. "Dasar bayi kawak. Nafsu amat nyedotnya."

"Tapi suka kan?" goda Randy. "Buka sekalian Cha!" Icha menurut melepaskan piyama beserta bra yang berada di atas payudaranya hingga kini keadaannya sudah topless.

Randy memijat kedua gunung kembar Icha. "Gumusshhh..." Lagi-lagi Randy menyedot puting Icha. Dia menjadi candu dengan benda itu. Dada Icha dijelajahi oleh lidah Randy dan meninggalkan jejak di sana.

Setelah itu Randy mengangkat tubuh Icha yang ada di pangkuannya lalu mendaratkannya di atas sofa. Tanpa ragu-ragu Randy langsung menarik lepas celana sekaligus dalaman Icha hingga telanjang bulat.

Mata Icha membulat sedangkan wajahnya tambah memerah karena inti tubuhnya terpampang jelas di depan mata Randy. Sontak Icha merapatkan pahanya serta kedua tangannya menutupi area segitiga bermuda itu.

"Mmmhhh...malu!" Randy sudah membentangkan kedua paha Icha namun tangannya masih menghalangi pandangan. "Mau buka sendiri apa dibukain?" goda Randy. Icha tidak menanggapi. Wajahnya berpaling ke samping tidak ingin menatap wajah mesum Randy itu.

Perlahan kedua tangan Icha terangkat ke atas dengan sendirinya menampilkan pemandangan yang sangat indah terawat di mata Randy. Tidak ada hutan rimbun, yang ada padang pasir yang telah lama tidak disirami air kehidupan di sana. Kini satu-satunya sumber airnya telah mengeluarkan sedikit cairan yang mengalir ke bawah melewati goa berkerut itu.

"Udah Ran! Ahh, kamu mah gitu!" rengek Icha yang melihat mata Randy tidak berkedip dengan mulut melongo saat menatap vagina miliknya.

Dia malu berada dalam posisi seperti itu. Apalagi jika Aira melihat dirinya dalam keadaan ini, pasti anaknya akan berpikir, "ihh, mama kok gitu?" Karena keseharian Icha kini selalu memakai pakaian yang tertutup dengan sikap yang lembut dan penuh kasih sayang tiba-tiba dia mengangkang memperlihatkan kelaminnya di depan seorang pria dewasa. Membayangkannya saja membuat wajah Icha memerah.

"Memek kamu indah banget Cha. Kaya memek perawan aja. Gak kelihatan kalo kamu udah pernah melahirkan." Mendengar pujian Randy bukannya Icha senang, dia justru merasa kesal.

Entah itu sindiran atau apalah, yang jelas Icha berpikir mana mungkin miliknya bisa dibanding-bandingkan dengan yang belum pernah melahirkan apalagi masih perawan. Randy terlalu berlebihan.

"Apaan sih kamu Ran! Iiihhh..." gerutu Icha sambil menutupi penglihatan Randy dari vaginanya. Randy menyingkirkan tangan Icha. Dia mendekati wajahnya ke inti tubuh molek tersebut. "Emhhh...wangi..." Randy kemudian menjilat lipatan itu yang di antaranya terdapat daging kecil mirip kacang. "Achhh...Rhannn...!!!" desah Icha dengan pinggul terangkat ke atas. "Emhhh...manis Cha. Aku suka..." komentar Randy.

Dengan semangat empat lima Randy menjilati, mencumbu, dan memagut bibir Icha yang berada di antara pahanya itu. "Achhh...ssshhh...Rhannn...udah..." Randy tidak menggubris permintaan Icha justru semakin menaikkan intensitasnya. "Achhh...geli Rhannn...!!!" Icha tampak meremas-remas rambut Randy sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya menghindari lidah nakal Randy.

Tak berselang lama punggung Icha melengkung dengan pinggul naik ke atas serta tangannya menarik rambut Randy agar semakin menempel di klitoris yang sedang dihisap oleh Randy. "Awnghhhhhh...!!!" Icha berhasil mendapatkan orgasme pertamanya sejak berbulan-bulan lalu.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Rasanya sungguh plong. Beban yang selama ini ada di pundak Icha seolah terangkat ke atas. Selama ini memang Icha hampir tidak pernah melakukan aktivitas seksual. Bukan karena tidak ingin tetapi dirinya tengah disibukkan oleh aktivitasnya sehari-hari sebagai seorang ibu dan sekaligus ayah jika Randy tidak ada. Jadi dia lupa untuk menyenangkan dirinya sendiri.

Icha memejamkan mata dengan senyuman terukir di bibirnya. Tubuhnya lemas tapi rona kepuasan jelas tercetak di wajah cantiknya itu. Sejenak Icha menetralisir nafasnya yang memburu saat mengiringinya ke gerbang surga dunia yang ia alami.

Saat dirinya memejamkan mata, dia tidak mengetahui apa yang dilakukan Randy pada saat itu. Dia tidak tahu kalau Randy telah melepaskan celananya sendiri yang membungkus senjata yang sudah tegang maksimal.

Icha baru sadar ketika merasakan benda keras sedang menyapu-nyapu bibir vaginanya. Saat membuka mata, Icha melihat kejantanan Randy sedang digosok-gosokkan di area lembah basah miliknya.

Sontak Icha menahan perut Randy dengan tangannya. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan tatapan memohon. "Rhannn..." gumam Icha lirih. Dia tidak ingin sampai ke tahap ini. Icha tahu apa yang dia lakukan dengan Randy itu salah. Tapi apa yang bisa dia perbuat untuk sekarang?

Randy tersenyum sambil mengedipkan matanya. Tidak ada yang bisa menghentikan Randy untuk saat ini. Perlahan helm pink miliknya membelah duren montong milik perempuan manis itu. Dorongan tangan Icha tidak berarti apa-apa untuk Randy. Icha mendesis memejamkan mata dan mengerutkan alisnya.

Jlebbb...!!!

"Awmmmhhh...!!!" Akhirnya setelah hidup bersama mengasuh Aira, untuk pertama kalinya Icha dan Randy kembali bersatu melalui jiwa dan raga mereka. "Ouuhhhh...!!!" Randy memeluk Icha, merebahkan tubuhnya di atas tubuh wanita itu. Randy merasakan jepitan yang kuat di kejantanannya yang membuat kenikmatan menjalar di seluruh tubuhnya.

Icha menegang. Tangan kirinya memeluk Randy sedangkan tangan kanannya meremas bokong Randy yang mengeras. Icha akhirnya telah sepenuhnya menerima Randy di dalam tubuhnya. Randy mengangkat kepalanya menatap wajah Icha. Mata perempuan itu sayu. Mulutnya menganga kala Randy mulai menarik pinggulnya lalu mendorongnya kembali masuk ke dalam goa lendir milik Icha. "Achhh..." "Achhh..." "Achhh..."

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

Mulut mereka sama-sama menganga dengan ujung hidung dan dahi mereka saling menempel. Kedua tangan Icha meremas otot trisep Randy di lengannya.

Di derasnya hujan malam itu raga mereka saling bertumbukkan sedangkan jiwa mereka telah naik ke khayangan menari-nari mengungkapkan rasa sayang dan syukur karena mereka kembali dipertemukan oleh keintiman yang hakiki.

Bibir mereka berbicara tanpa suara. Lidah mereka menari-nari di dalam mulut pasangannya. Kini tangan Icha melingkar di leher Randy sedangkan kakinya di pinggul Randy.

Ini pertama kalinya bagi Icha setelah sekian lama. Maka dari itu inti tubuhnya terasa sangat bahagia kedatangan tamu yang telah lama tidak berjumpa. Otot-otot vaginanya berkontraksi hebat.

Mereka semakin bernafsu untuk mengadu mulut mereka. "Mmmhhh...ssshhh...achhh...mmmhhh..."

Tak bertahan lama, pertahanan Icha kembali jebol. "Awnghhhhhh...achhh...!!!" Icha seolah-olah diterbangkan ke atas awan.

Serrr...serrr...serrr...serrr...serrr...

Randy memperlambat aksi pompaannya di vagina Icha saat merasakan penisnya disembur oleh cairan cinta wanita itu. Ia memberikan kesempatan Icha untuk merengkuh kenikmatan yang dia berikan. Dipandangi wajah perempuan itu yang terlihat sangat puas. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya benar-benar puas atas ketangguhan Randy.

"Sayang?"

"Hmmm?!" Icha memaksakan matanya untuk terbuka. Mendengar ucapan dari Randy membuat bibir Icha terangkat secara otomatis.

"Mau lagi?" Randy bertanya dengan sedikit menggoda. "Capek!" ucap Icha. Tetapi kepalanya justru mengangguk. Malu-malu mau, itulah kata yang tepat menggambarkan keadaan Icha saat ini.

Randy bangkit lalu melepaskan kejantanannya dari inti tubuh Icha. Wanita itu menurut ketika Randy menyuruhnya untuk menungging. Randy mencium dia bongkahan bokong Icha kemudian menjilat di sepanjang bibir vagina Icha sampai ke duburnya. "Ihh, jorok Ran!" Icha sedikit merapatkan pantatnya hingga celah itu menutup.

Randy tersenyum meringis sambil memposisikan penisnya di depan vagina Icha.

Blesss...

Randy kembali memasuki tubuh Icha. "Uhhh...ssshhh..." Meskipun tadi sudah dimasuki benda besar itu tapi rasanya milik Icha tetap saja terasa sesak. Randy kembali memompa Icha dari belakang.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

Icha menggigit bibirnya penuh kenikmatan. Lubang sensitifnya tengah diobok-obok oleh kelamin Randy yang ukurannya lebih besar dari ukuran standar orang Indonesia membuat otot vaginanya meregang lebih besar dari semestinya.

"Ssshhh...uuuhhh...ssshhh...aaahhh...".

"Achhh...Cha...memekmu sempit...menggigit banget...uhhh..."

Wajah Icha ia benamkan di punggung tangannya yang berada di ujung sofa. Tubuhnya terus terombang-ambing ke depan dan ke belakang. Sodokan Randy benar-benar membuatnya sulit untuk tidak mendesah. Untung saja hujan yang deras menyamarkan suara rintihannya malam ini.

"Enngghhh...ssshhh...emmmhhh..."

"Achhh...ssshhh...uuuhhh...ssshhh..."

Cairan pelumas alami Icha sudah meluber ke bagian pahanya hingga membuat tumbukan itu semakin lancar dan cepat.

Tangan kanan Randy merengkuh kedua payudara Icha lalu menariknya ke atas membuat tubuhnya Icha secara otomatis menegak. Randy mencium bibir Icha dari belakang. Tangan kiri Icha melingkar di belakang leher Randy yang berada di belakangnya.

Posisi itu membuat Icha merasakan tiga rangsangan sekaligus, di vagina, payudara, serta bibirnya. Hal itu membuat orgasme ketiganya lebih cepat datang.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

"Achhh...Rhannn...akhuu mauuu nyhampeee...!!!"

"Achhh...Cha...aku juga. Kita barengan yahhh... arrrgggghhhhhh...!!!"

Serrr...serrr...serrr...serrr...serrr...

Icha sampai pada orgasmenya terlebih dahulu disusul oleh Randy.

Crottt...crottt...crottt...crottt...crottt...

Icha panik, pasalnya Randy menumpahkan benih-benih lincah ke dalam rahimnya kala dirinya sedang dalam masa subur. Namun hasrat ingin melepaskan kejantanan Randy tertutupi oleh kenikmatan yang ia dapatkan. Alhasil Icha hanya pasrah merasakan rahimnya hangat oleh cairan yang disemprotkan Randy.

"Hufhhh...hufhhh...hufhhh...hufhhh..." Nafas mereka saling bersahutan untuk berebut oksigen yang mereka butuhkan. Icha menelungkup dengan ditindih tubuh besar Randy. Tidak berat karena Randy menahannya dengan kedua lengan.

Randy menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Icha. Keringat wanita itu begitu sedap di indera penciuman dan pengecap Randy. "Uhhh...udah ahh Ran...achhh...capekkk..." Icha berusaha bangkit namun Randy masih setia menemplok di punggung Icha sambil meremas-remas gunung kembar miliknya serta memberikan cap di leher menggunakan mulut Randy.

Samar-samar Icha mendengar suara anak menangis yang tenggelam karena suara derasnya hujan menimpa atap rumah itu. "Ran! Aira bangun!" Icha menampar paha Randy karena masih betah menanamkan miliknya di dalam inti tubuh Icha.

Dengan terpaksa Randy mencabut kejantanannya dari vagina Icha. Wanita itu langsung berjingkrak berlari ke dalam kamar. Sperma Randy yang keluar dari vagina Icha menetes di atas lantai hingga membuat sebuah jejak yang seolah-olah menjadi petunjuk Randy agar diikutinya.

Icha melihat Aira sedang duduk di atas ranjang sambil menangis mencari ibunya. Tanpa memperdulikan keadaannya yang tengah telanjang bulat Icha menghampiri Aira. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menyelimuti badannya dengan selimut agar tubuh polosnya tercover.

Untung saja Aira sedang dalam kondisi setengah sadar akibat tiba-tiba terbangun. Melihat puting Icha, Aira langsung mencaploknya lalu menyedotnya. Icha memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Randy mengikuti jejak sperma yang ditinggalkan Icha. Dia ikut masuk ke dalam selimut memeluk Icha dari belakang. "Aira," gumam Randy tersenyum melihat anaknya begitu lahap menyedot nipple Icha. Padahal usianya sudah satu tahun lebih.

Randy mengusap pipi Aira yang chubby menandakan bahwa dirinya tidak kekurangan nutrisi dan ibunya berhasil merawatnya dengan baik.

Icha merasakan bagian bawahnya ada seekor ular yang ingin masuk ke sarangnya lagi. Dia pun mendelik ke arah Randy. "Udah Ran! Ada Aira. Takut nanti dia uhhh..." Belum sempat Icha menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba ular itu sudah bersembunyi di lubang basah miliknya.

"Ran, aduhhh...ssshhh..." Icha menggigit bibir bawahnya merasakan gesekan antara kulit ular itu di dinding vaginanya.

Pelan namun pasti. Sambil menyusui Aira, Icha menahan desahan yang akan keluar dari mulutnya. Icha mendorong paha Randy agar tongkatnya terlepas dari inti tubuhnya namun tenaga Randy jauh lebih kuat. Randy justru mengangkat sebelah kaki Icha sehingga sodokan yang ia lakukan semakin dalam dan semakin lancar.

Badan Icha tersentak-sentak. "Uhhh...ssshhh..." Dia akhirnya pasrah kembali digauli oleh ayah kandung anaknya itu. Icha hanya berharap semoga Aira tidak mendapatkan hadiah berupa adik untuk anaknya yang masih berusia 1 tahun lebih itu.

Aira sudah berhenti menyusu. Intensitas pompaan Randy juga menurun hingga akhirnya berhenti. Icha menoleh ke belakang karena sebenarnya dia juga sudah mulai turn on lagi.

"Hufhhh...capek juga ya Cha, hehehe..." ucap Randy sembari melepaskan kejantanannya yang masih tegang. Entah beneran lelah atau itu hanya sinyal untuk Icha.

Wanita itu sejenak menatap Aira yang kembali terlelap tidur. Merasa aman dia membalikkan badannya lalu naik ke atas tubuh Randy. Ia mencari-cari senjata Randy di dalam selimut. Setelah itu dia arahkan tepat di celah basah yang menganga miliknya itu.

Sleppp...

Dengan perlahan Icha menurunkan pinggulnya hingga senjata itu masuk sepenuhnya. Dengan inisiatif Icha menggoyangkan pinggulnya. Walaupun sudah lama tidak bersenggama tetapi Icha masih ingat bagaimana caranya menyenangkan seorang pria.

Randy meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. Ia menikmati servis Icha yang kini bergerak lebih aktif. Icha mencium bibir Randy sambil bergerak naik turun.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

Mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Icha, Randy tidak bisa tinggal diam. Dirinya mulai bergerak mengimbangi permainan Icha yang panas.

"Ouhhh...uuuhhh...ssshhh...emmmhhh..."

"Ssshhh...achhh...nikmat Cha...therusss..."

Kepala Icha menggeleng-geleng saking nikmatnya. Lama dia tidak mendapatkan sentuhan pria, sekalinya dapat langsung membuatnya kelimpungan begini. Nafsu Randy sungguh besar. Jika Icha tidak menyerah maka pertempuran bisa sampai pagi.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

"Achhh...Rhannn...akhuu...nyhampeee..."

Serrr...serrr...serrr...serrr...serrr...

Tidak dapat ditahan lagi Icha orgasme di atas tubuh Randy. Lelaki itu yang juga hampir mencapai puncak terus memompa dari bawah tanpa memberikan jeda Icha untuk setidaknya menikmati puncak kenikmatan yang ia raih.

"Achhh...bentar Cha... bentar lagi... achhh..."

Icha hanya bisa menelungkup sambil menggigit bahu Randy karena dirinya sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak.

Cleppp...cleppp...cleppp...cleppp...

Hingga pada titik tertentu Randy mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi membenamkan seluruh torpedonya ke dalam rahim Icha.

"Arrrgggghhhhhh...!!!" geram Randy.

Crottt...crottt...crottt...crottt...crottt...

"Awww...awww...accchhh...!!!" Icha memekik merasakan lubang kedua di dalam vaginanya diterobos oleh benda panjang itu.

Kembali sperma Randy dengan lancar masuk ke dalam rahim wanita itu. Icha mendengus. Setelah ini dia benar-benar harus membeli pil anti hamil sebelum terlambat.

Dahulu memang Icha kecolongan karena mengira hanya dengan sekali sperma itu masuk tidak akan menyebabkan hamil. Seperti banyak pasangan suami istri yang harus beberapa kali berhubungan intim baru bisa menghasilkan keturunan.

Tapi prediksi Icha salah. Sperma Randy betul-betul seorang jawara yang mampu melewati halangan dan rintangan sehingga dapat masuk finish sebelum tumbang di tengah jalan.

Icha kemudian memejamkan mata karena kelelahan. Tidak jauh beda dengan Randy yang juga kelelahan dan langsung tertidur dengan posisi yang sama. Kejantanan Randy yang melemas tidak serta merta terlepas dari goa milik Icha.

Ini di luar rencana Icha. Awalnya dia hanya ingin menghibur Randy dengan tubuhnya tanpa harus melakukan hubungan seks. Tapi sekarang Icha tidak menyesal telah menyerahkan tubuhnya kepada Randy karena dia juga menikmatinya. Mereka pun terlelap tidur sambil berpelukan.

To Be Continue...
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd