Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Bimabet
Gapapa byk dramanya hu, malah banyak aja tread lain yg lebih byk drama berbanding scene itunya. Ane lebih suka cerita yg ada alur begini, lebih dinikmati yg ada jalan cerita dan dramanya, kalau ada scene itunya ya anggap bonus aja. Di sebelah pun ane ngikut aja like & ngomen biar suhu tambah semangat.
 
Part 20. Kejarlah Cintamu

Randy tersenyum sambil memandangi layar ponsel miliknya. Tangan kirinya berada di belakang kepalanya untuk bantalan. Di sana ada bukti rekaman serta kesaksian dari karyawan yang telah diperintah oleh Ginanjar untuk mencampurkan minuman Sari dengan obat perangsang.

Tentu saja dengan sedikit menarik urat karyawan tersebut berhasil membuka mulutnya. Kini jika Ginanjar melaporkan dirinya atas tuduhan pemukulan, Randy sudah tidak takut lagi. Mungkin karir Randy akan terancam jika itu terjadi, namun Ginanjar juga akan terancam nama baiknya. Apalagi ternyata dia memiliki bisnis sampingan ilegal dengan sebuah agensi model. Ancaman itu jauh lebih menakutkan daripada yang Randy alami.

"Paaapaaa...!!!" teriak Aira yang berlari dari arah dapur menuju kamar. Cepat Randy turun dari kasur dan menyambut pelukan si malaikat kecilnya itu.

"Waaahhh...anak papa, udah selesai bantuin mama masak?" tanya Randy sembari mengangkat Aira ke dalam pelukannya. Pipi chubby Aira menjadi sasaran ciuman Randy bertubi-tubi.

"Dah! Yo...kan!" (Udah! Ayo...makan!) Aira menunjuk ke arah pintu untuk memberi isyarat keluar dari kamar tersebut menuju dapur.

Randy mengikuti kemauan Aira. Masakan yang mengeluarkan bau harum itu menusuk indera penciuman Randy, membuat perutnya langsung demo ingin diisi.

Icha dengan daster rumahan dan sebuah apron terpasang di badannya tengah memindahkannya masakan ke dalam sebuah piring besar.

"Masakan sudah siap!" sambut Icha dengan nada antusias. Aira yang berada di pangkuan Randy lantas bertepuk tangan dan tertawa riang.

Anak itu sangat menggemaskan. Tidak heran banyak orang yang menyukainya. Malam itu mereka bertiga makan bersama di rumah sederhana yang beberapa waktu lalu disewa untuk tempat tinggal Icha dan Aira.

Aira makan dengan sangat lahap. Berkali-kali ia memukul meja makan dengan tangannya saking senangnya. Akhirnya ayah dan ibunya kembali bersama meskipun tidak ada ikatan.

Setelah selesai acara dinner itu Icha terlihat sedang mencuci piring bekas makan mereka. Aira diberikan kebebasan bermain di dalam rumah. Asalkan pintu terkunci, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Awshhh...Randy!" pekik Icha. Tiba-tiba saja lelaki itu memeluknya dari belakang. "Butuh bantuan?" tawar Randy yang terdengar seperti godaan.

"Kalo dibantu kamu bukannya selesai malah tambah berantakan,"ucap Icha yang membuat Randy terkekeh. Dia tahu maksud Icha sebenarnya.

Perlahan tangannya masuk ke dalam apron terus mengelusi perut Icha yang rata. Bibirnya dengan jahil bergerilya di leher jenjang Icha. Wanita itu menghentikan aktifitasnya lalu menatap tajam Randy. "Udah, nanti kelepasan lagi kaya semalem," tolak Icha.

"Emang kenapa kalo kelepasan? Emang kamu gak suka?" tanya Randy dengan cemberut.

Icha diam saja. Dia bingung harus menjawab apa. Kalau dia jawab tidak itu sama saja membohongi diri sendiri, kalau dijawab iya pasti Randy akan langsung menerkamnya seperti malam kemarin.

"Cha?!"

"Iiihhh...iya tapi jangan sekarang!" Icha akhirnya menyerah. Randy tersenyum penuh kemenangan. "Nanti aja kalo Aira udah tidur."

"Oke deal!" serobot Randy cepat. Dia tidak ingin Icha berubah pikiran. Dari sejak gerbang di antara mereka dibuka, Randy tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Apakah Randy telah jatuh cinta dengan Icha? Hmm...masih harus ditelusuri lebih lanjut.

Randy membalikkan badan Icha. Tersenyum memandangi setiap ukiran wajah Icha yang ternyata manis sekali. Icha tersenyum kaku karena ditatap sedemikian intens. Tiba-tiba...

Cuppp...

Randy mengecup bibir itu singkat. Icha sampai mengulum bibirnya karena malu. Wanita itu menarik kerah baju Randy, lalu dengan cepat menyambar melumat benda lunak yang menjadi candunya.

"Mmmhhh...assshhh...ccccppp..."

Mereka berpagutan dengan panas. Tangan Icha mengunci di leher belakang Randy. Lidah mereka saling menari-nari menciptakan saliva yang bercampur menjadi satu di mulut mereka. Tangan pria itu tidak diam. Ia meremas payudara kanan Icha yang menggemaskan membuat si empunya memekik kenikmatan.

"Achhh...Rhannn...ssscccppp...ssshhh..."

"Achhh...Chaaaa...mmsssppp...cccppp..."

Randy bergerak menelusuri leher Icha yang saat itu tidak mengenakan jilbab. Icha menengadah agar Randy lebih leluasa bereksplorasi di sana.

Ketika mereka sudah sama-sama panas, sudut mata Icha menangkap sosok anak kecil berdiri tidak jauh dari tempat mereka memadu kasih.

Sontak Icha langsung mendorong Randy dengan kasar. "A...Aira?!" ucap Icha panik seolah mereka tertangkap basah oleh warga. Anak kecil itu berdiri terdiam menatap orangtuanya sambil melongo.

Ah, masih kecil matanya sudah terkontaminasi oleh kelakuan ayah ibunya. Entah apa yang ada dipikiran Aira. Randy langsung mengangkat anaknya itu lalu membawa ke pembaringan. "Ayok Aira kita bobok yuk! Nanti papa kasih hadiah buat kamu. Aira mau adik?" canda Randy berusaha merubah raut wajah Aira yang masih belum berubah. Icha hanya geleng-geleng kepala kembali melanjutkan aktivitas yang tadi tertunda.

Setelah Icha selesai dan Randy berhasil menidurkan Aira, mereka duduk di sofa ruang tamu. Icha menyuguhi teh hangat tanpa gula sesuai permintaan Randy. "Kenapa gak mau pake gula?" tanya Icha berbasa-basi. "Gak perlu Cha. Manisnya udah di depan mata, hehehe..." goda Randy yang membuat Icha bersemu merah.

"Oh ya Ran, gimana progress kamu sama Annisa?" Icha mengalihkan pembicaraan. Randy terdiam sejenak, baru kembali bicara. "Jauh lebih baik dari sebelumnya," timpal Randy setelah menyeruput teh di hadapannya.

"Tapi kayaknya masih harus banyak berjuang lagi deh." Icha mengangguk membenarkan ucapan Randy. "Jangan menyerah. Aku yakin Annisa masih cinta sama kamu." Randy menatap Icha sekilas.

"Kalo misalkan dia gak luluh juga gimana?" Randy balik bertanya. "Misalnya..." sambung Randy lagi ketika Icha hendak memprotes.

"Entahlah, yang jelas kamu harus cari perempuan yang sayang sama Aira. Sampai sekarang aku masih mikir Annisa akan jadi calon yang ideal buatmu dan ibu sambung buat Aira. Jadi kalo udah ada yang cocok kenapa harus nyari yang lain, iya kan?"

Randy kemudian mendekati wajahnya hingga jarak beberapa sentimeter. "Kayaknya aku udah punya kandidat yang ideal dan udah pasti sayang banget sama Aira."

Icha mengernyitkan dahi. "Hah, siapa?!" tanya Icha penasaran. Bukannya mendapat jawaban, Icha justru mendapat sambaran di bibirnya hingga membuat dirinya jatuh terlentang di atas sofa.

Bertubi-tubi bibir ranum Icha menjadi sasaran Randy. Sambil mengulum bibir wanita itu, tangan Randy bergerak memijat dan meremas dada kiri Icha.

"Emmmhhh...Rhannn...ssscccppllpp..." Gumaman penuh gairah lolos begitu saja dari mulut Icha. Perlahan wanita itu mulai mengimbangi serangan lidah Randy di dalam mulutnya.

Ia tahu setelah membuka gerbang antara dirinya dan Randy, aktivitas seperti ini akan terus terjadi dan terus berulang. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah menahan rasa yang tumbuh perlahan agar tidak sampai bersemi di dalam dada. Karena jika sampai itu terjadi, maka akan sulit untuk membunuhnya.

Berhubungan intim semacam ini memang menjadi metode paling jitu untuk membuat perasaan cinta semakin lama semakin besar. Tapi Icha juga tahu diri bahwa hanya Annisa yang pantas untuk bersanding bersama Randy.

Kini tubuh mereka sudah sama-sama tanpa busana. Icha duduk menghadap Randy tepat di pangkuannya. Lelaki itu dengan buas menghisap seluruh cakra yang ada di dalam tubuh Icha melewati puting payudaranya.

"Mmmsssppp...gleggg...cccppp...glekkk..."

Beberapa kali Randy meneguk cairan putih yang keluar dari benda mungil yang biasa diminum anaknya. Icha menatap gemas sambil terkikik sesekali ketika Randy menatapnya dengan tatapan innocent layaknya bayi baru gede.

"Udah puas mimi cucunya, sayang?"

"Belum mamah, yang atuna belum," ucap Randy yang berpindah ke puting lainnya. Randy berucap dengan nada yang dibuat-buat. Icha tak kuasa menahan tawanya karena tingkah Randy.

"Ihhh...Randy, Aira nyedotnya gak gitu, ini...enakkk..." Icha memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya. Kejujuran Icha saat menyebutkan kata 'enak' membuat Randy tersenyum senang.

Apalagi kejantanan Randy yang telah masuk ke sarangnya masih belum bergerak sedikitpun. Otot-otot vagina Icha dengan kuat meremas tombak tumpul itu.

"Mau di atas apa di bawah?" tawar Randy setelah perutnya sudah terisi cakra yang ditransfer Icha kepadanya.

"Endonggg..." Icha mengedipkan keduanya matanya beberapa kali dengan manyun ke depan. Kini giliran Icha yang menggoda Randy dengan berpura-pura sebagai seorang anak kecil.

"Ulu...ulu...ada anak kecil minta digendong rupanya." Randy terkekeh bangkit dari duduknya dengan Icha yang setia nemplok di depan dada.

Secara otomatis Icha mengunci leher dan pinggang Randy dengan tangan kakinya agar tidak terjatuh. Tangan Randy berpegangan pada dua bongkahan pantat yang meregang menampakkan sebuah lubang berkerut di bagian belakangnya.

Setelah berhasil berdiri dengan kokoh, Randy mengangkat bokong Icha ke atas lalu ia turunkan kembali ke bawah. "Ouhhh...assshhh...mmmhhh..." desah Icha saat merasakan kulit dinding vaginanya bergesekan dengan kulit penis Randy.

Randy memandangi wajah Icha yang fokus merasakan kenikmatan yang melanda dirinya. Wajahnya merah penuh gairah. Sepertinya wanita itu memang kehausan akan belaian lelaki, dan disinilah tugas Randy.

"Enak, Cha?" Icha mengangguk tanpa membuka mata. "Lanjut apa ganti posisi?"

"Aduh Ran, lagi posisi gini masih banyak nanya..." Icha memberenggut kesal. Wajah kesalnya justru terlihat begitu menggemaskan.

Randy kembali menaik turunkan tubuh Icha yang menempel di depan tubuhnya. Icha membantu menghentak agar gerakannya semakin cepat.

Plokkk...plokkk...plokkk...plokkk...

Bibir dan lidah Randy memberikan tanda kepemilikan di leher Icha. Wanita itu meremas rambut Randy sambil terus mendesah nikmat.

"Ouuhhhh...accchhh...Randyyy..."

"Achhh...achhh...Chaaa...sempit Cha..."

Icha semakin bersemangat bergoyang di gendongan Randy. Klimaks pertamanya sebentar lagi ia raih. Tidak sampai satu menit wanita itu memeluk erat tubuh Randy seraya mengejan merasakan cairan cintanya menyembur membasahi kejantanan Randy yang tertanam di inti tubuhnya.

Serrr...serrr...serrr...serrr...

Randy menghentikan pompaannya. Nafas Icha tersengal-sengal. Kepalanya bersandar di bahu Randy. Punggung Icha yang basah diusap Randy penuh kasih sayang seolah tidak rela Icha pergi dari tubuhnya.

Icha turun dari tubuh Randy dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. "Kamu belum keluar ya, Ran? Aku pake tangan aja ya atau mulut," ucap Icha saat pandangan matanya tertuju pada batang yang masih kokoh di antara selangkangan Randy.

Pria itu menggeleng. "Buat apa pake tangan atau mulut, kalau di memek lebih nikmat." Cengiran khas Randy tersemat di bibirnya.

"Ya udah tapi kasih kesempatan aku istirahat dulu." Icha menutup matanya menggunakan punggung tangan.

Randy pergi menuju dapur dan kembali dengan segelas air putih. "Nih, minum dulu." Icha bangkit menerima air minum itu lalu meneguknya hingga tandas.

"Makasih," ucap Icha. Randy duduk di sebelah wanita itu. Icha merebahkan kepalanya di dada Randy. Begitu nyaman hingga ia dapat sejenak memejamkan mata.

"Cha."

"Hmm?" gumamnya masih belum membuka matanya.

"Kamu gak lupa kan sama janjimu tadi? Hehehe..." Icha merespon pertanyaan Randy dengan menggenggam kejantanan Randy kemudian duduk di pangkuan lelaki itu. Kepala jamurnya langsung menyeruak ke dalam goa basah milik Icha.

"Uhhh..." Icha masih meringis walaupun sudah beberapa kali benda itu masuk ke dalam sana.

"Emhhh... nikmat banget Cha. Berasa masuk ke memek perawan." Randy terkekeh hingga dibalas dengan pukulan di bahu pria itu.

"Jangan digerakin dulu. Biarin kaya gini," ujar Randy saat Icha mengangkat pinggulnya. Icha menurut. Pandangannya menelisik mata Randy.

Randy meremas dua gunung kembar Icha yang menggantung. "Aku heran deh Cha. Kamu bilang dulu kamu udah tidur sama banyak cowok, tapi kok masih rapet banget kaya gini."

"Iya, karena udah lama banget aku ninggalin kebiasaan seks bebas itu, terus aku juga ngerawat punyaku baik-baik."

Entah kenapa mendengar Icha tidak menyangkal bahwa dirinya sudah pernah tidur dengan banyak lelaki membuat dadanya sedikit nyeri. Padahal Randy memang sudah tahu tentang kenyataan itu.

"Oh ya? Terus kenapa dari sekian banyak laki-laki yang pernah tidur sama kamu, aku yang beruntung bisa menghamili kamu?" tanya Randy sambil tersenyum menggoda setelah mengucapkan kata 'beruntung'.

"Karena dari sekian banyak laki-laki itu cuma kamu yang bodoh," jawab Icha yang langsung melunturkan senyum di bibir Randy.

Icha terkekeh melihat raut wajah Randy yang terlihat kesal. "Mereka semua selalu pakai pengaman waktu berhubungan sama aku, dan kalaupun enggak mereka selalu keluar di luar."

Icha mengulum bibirnya. "Kenapa? Kamu ragu kalau Aira itu anak kamu?" Randy dengan cepat menggeleng. "Enggak sama sekali. Kamu tau kan? Aira itu mukanya lebih mirip aku daripada kamu."

Icha menunduk dengan wajah memerah karena malu. "Cha, kalo boleh aku tau, udah berapa banyak cowok yang pernah tidur sama kamu?"

"Emm...aku gak pernah ngitung Ran."

"Kisaran aja."

"Emm..." Icha tampak berpikir.

"Lima?"

"Lebih."

"Lebih dari sepuluh?" tanya Randy sambil menahan rasa sesak di dada.

"Emm...mungkin ratusan," jawab Icha yang membuat mata Randy membulat.

"Hah...s...serius?" Icha tergeletak menahan tawa. Sudah dipastikan wanita itu berbohong untuk mengerjai Randy. Melihat wajah Randy yang pucat itu sesuatu yang menyenangkan bagi dirinya.

Icha lalu berbisik di telinga Randy. "Berapa pun laki-lakiku di masa lalu yang jelas untuk saat ini aku cuma untukmu."

Senyum di bibir Randy terbit tatkala Icha mengucapkan kata-kata barusan. "Paling gak sampai kamu menikah sama Annisa dan aku menemukan jodohku sendiri." Senyum Randy langsung pudar. Dia dengan erat memeluk Icha sehingga persneling yang ada di dalam inti tubuh Icha berpindah ke gigi dua, hehehe...

"Kalo kamu nikah sama orang lain, gimana nasib Aira? Aku gak mau Aira dapat ayah seperti Reza lagi. Kamu tau kan Reza hampir membunuh Aira?!"

Icha meringis karena payudaranya tergencet dada Randy. Setelah pelukan Randy sedikit melonggar, Icha baru menimpali. "Tentu aku gak akan sembarangan nikah sama orang. Yang aku utamakan adalah dia bisa nerima dan sayang sama Aira. Aku gak mentingin tentang cinta lagi, karena..."

Icha menjeda kata-katanya. Randy menatap manik mata Icha seraya menunggu wanita itu melanjutkan ucapannya. "Karena cintaku udah aku kasih sepenuhnya ke kamu."

Deggg...

Randy membeku mendengar suara lembut Icha yang penuh kejujuran itu keluar dari mulutnya. Dada Randy bergemuruh ingin meledak bagai kembang api di malam tahun baru.

"Bukannya aku pernah bilang ya sama kamu?" ucap Icha menaikkan sudut bibirnya.

"Iya aku juga ingat, tapi aku kira dulu kamu cuma bercanda."

"Aku gak akan bercanda untuk masalah yang seserius itu. Bohong jika selama kita mengasuh Aira sama-sama gak ada perasaan yang tumbuh di hatiku."

Randy menunduk ke bawah, ke arah dimana kelamin mereka saling bertemu. Pikiran Randy terbang jauh di udara. "A...aku..." kata Randy terbata-bata. Bahkan ia tidak sanggup untuk menyelesaikan kata-katanya.

Melihat ekspresi Randy, lagi-lagi Icha tertawa lirih. Ia menyugar rambut Randy ke belakang hingga tatapan lelaki itu kembali ke matanya.

"Kamu gak usah khawatir Randy. Aku akan menyimpan perasaan ini dalam hati, hanya untukku sendiri. Aku gak mengharapkan balasan cinta darimu. Kamu, kejarlah cintamu sendiri. Kejarlah Annisa, aku akan selalu mendukungmu. Karena aku tau Annisa orang yang tepat mendampingi kamu dan dia juga menyayangi Aira seperti anaknya sendiri."

Setelah menyelesaikan kalimat panjang itu tanpa sadar bulir air mata jatuh dari pelupuk mata Icha. Tidak dipungkiri sangat berat melihat orang yang dicintainya bersama wanita lain, tetapi mengingat Randy juga tidak mencintainya, ia memutuskan untuk ikhlas dan mengubur dalam-dalam perasaannya. Itulah yang ada dipikiran Icha.

"Kejarlah cintamu. Aku dan Aira selalu ada di sini untukmu."

To Be Continue...
 
cerita nya enak hu...meskipun nnt kelanjutan nya minim ena ena gpp..para pembaca khusus nya saya udah terlanjur terbawa dengan alur cerita..
yang kami harap adalah ending nya..ujung dari persoalan tokoh utama nya ..akan bermuara di mnakah dia ..klu soal ena enak mulai dr kisah ini star bagian 1 sampai ke bagian ini udah terlalu byk banget per crotan nya..bahkan kami justru meng skip pas di ena ena nya ..

harapan kami lanjutkan lah kisah ini sampai tamat ..

terima kasih
 
Biarkan imajinasi mengalir apa adanya hu... Jangan paksakan harus ada adegan ngentotnya... Pemanasan juga gk pa"
 
Bimabet
Selalu nunggu update-annya. Suka ceritanya bukan karena ena2nya. Lebih ke dramanya emg. Pliss, lanjut aja
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd