Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Bimabet
Icha belum tau bahwasanya cintanya Randy sama besar u/ dia dan Annisa..!
 
Keren kok cerita nya suhu , saran ane tamat kan saja ceritanya kalau feeling nya sudah hilang , dan kalau bisa randy betanggung jawab menikahi icha dan anissa tamatnya :)
 
Pokoknya harus tamatkan...ngk apa kalo endingnya ngk ada x scene yang penting Aira ada adeknya lagi wkwk...
 
Part 22. Ulang Tahun Randy

Icha tengah merebahkan dirinya di atas ranjang sambil menatap layar ponsel miliknya. Aira ada di sampingnya sedang bermain barbie yang beberapa waktu lalu dibelikan oleh Randy. Hari ini Icha libur.

Senyum tampak tersungging di bibir wanita cantik itu. Pasalnya dia mendapatkan notifikasi dari akun m-banking miliknya. Bukan karena mendapatkan transferan dari Randy seperti biasa, melainkan dari akun milik pak Agung selaku pemilik kafe tempat ia bekerja.

Itu adalah gaji pertamanya seumur hidup karena sebelumnya Icha belum pernah bekerja sama sekali. Gaji pertamanya terasa sangat spesial. Itu adalah uang hasil jiri payahnya sendiri, bukan dari hasil minta-minta atau hasil jual diri seperti seseorang yang pernah mengatainya 'lonte'.

Icha lalu meletakkan ponselnya begitu saja dan duduk bersila menghadap anaknya. "Aira, mama gajian!" sorak Icha gembira sambil merentangkan tangannya. Aira yang tidak tahu apa yang terjadi dengan mamanya langsung menghambur ke pelukan sang ibu.

Ternyata bahagia itu sederhana. Mendapatkan gaji pertama adalah salah satunya. Meskipun Icha belum tahu uangnya untuk apa karena Randy sudah memberikan nafkah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka bertiga.

Tak berselang lama Icha kembali mendengar notifikasi dari hp miliknya. Setelah dicek itu berasal dari kalender digital bawaan ponsel.

Dan di situ tertulis 'ulang tahun papanya Aira' dua hari lagi. Icha mulai memfokuskan perhatiannya pada benda pipih itu. Dia pernah menyimpan tanggal lahir Randy di ponselnya karena ingin memberi kejutan dan kini notifikasi tersebut muncul.

"Aira, papa mau ulang tahun. Enaknya kasih hadiah apa ya?" tanya Icha kepada Aira. Meskipun ia tahu jawabannya pasti akan melenceng dari apa yang ditanyakan. "Majinji..." celoteh Aira entah apa maksudnya.

Icha sejenak berpikir. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya sedangkan pandangan mengarah ke langit-langit kamar.

"Ah, mama ada ide! Yuk Aira ikut mama jalan-jalan." Aira diam saja saat ibunya membawanya pergi ke suatu tempat.

Dengan menggunakan taksi online Icha dan Aira sudah berada di sebuah toko sepatu 'ortisnine'. Mereka berdua masuk ke dalam toko tersebut.

"Silahkan kak, mau cari sepatu apa ya?" sapa seorang pegawai dengan ramah.

"Emm...cari sepatu basket ada?"

"Oh, silahkan ke arah sini." Pegawai itu mengantar Icha menuju tempat sepatu-sepatu basket.

Dia mulai menerangkan tentang model-model sepatu yang sebagian besar sama sekali tidak Icha pahami. "Apa aja deh yang penting terasa nyaman di kaki."

"Yang ini udah paling pas kak." Dia kembali menerangkan keunggulan dari sepatu tersebut. "Harganya berapa ya?" tanya Icha.

"Harganya lima belas juta tiga ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus rupiah, bisa diskon, kak."

Icha sangat terkejut mendengar harganya yang selangit itu. "Bisa kurang gak mas?" ujar Icha.

"Berapa?"

"Lima ratus ribu bisa?" tawar Icha tanpa memikirkan perasaan pegawai tersebut.

"M...maksudnya dikurangi lima ratus ribu gitu kak?"

"Bukan, harganya lima ratus ribu maksudnya." Dan hal itu membuat laki-laki tersebut mendengus kasar. Ingin mengumpat tapi wanita itu adalah customer. Nawar gak kira-kira.

"Wah kalo harga segitu gak ada di sini kak. Paling rendah aja satu jutaan."

Icha manggut-manggut seolah-olah mengerti. Pegawai itu sudah misuh-misuh dalam hati. "Menghadapi emak-emak memang harus ekstra sabar," batinnya sambil mengelus dada.

"Yang harga tiga jutaan ada?" tanya Icha lagi. Lelaki itu kembali mengambilkan sepatu sesuai kriteria yang Icha minta.

Dia kembali menjelaskan secara rinci keunggulan sepatu tersebut. "Yang ini harganya tiga juta tiga ratus ribu rupiah, kak."

"Boleh..."

"Udah pas kak harganya segitu," serobotnya yang sudah tahu emak-emak itu pasti akan kembali menawar.

Sejenak Icha sempat berpikir. Itu akan menghabiskan hampir seluruh gaji pertamanya. Tapi setelah dipikir ulang akhirnya Icha mengangguk. "Oke deh yang ini aja."

Pegawai itu tampak mengelus dadanya lega. "Alhamdulillah...ukurannya yang berapa?"

"Yang 45," jawab Icha yakin.

"Siap kak, saya ambilkan dulu ya." Icha mengangguk.

"Huft...untung emaknya cakep, kalo enggak udah gue masukin keranjang!"

Setelah mendapatkan sepatu yang diinginkan Icha dan Aira pergi membeli kertas kado. Mumpung Randy masih belum pulang, Icha memanfaatkan situasi untuk membungkus kado itu di rumah bersama anaknya.

Ibu dan anak itu bekerja sama membungkus kado, walau yang dilakukan Aira hanya merecoki hasil pekerjaan Icha tetapi perempuan itu tetap senang.

•••

Tepat dua hari setelahnya semua sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Baik kado maupun kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka dua dan satu.

Malam hari pukul 8 malam Randy baru pulang setelah menyelesaikan urusan tugas kuliahnya di rumah Justin. Biar tidak dikatakan tidak punya kontribusi apa-apa di dalam perkuliahan.

Randy terkejut karena rumah kontrakannya tampak sepi dan lampu belum dinyalakan. "Icha gak di rumah kah?" tanya Randy dalam hati.

Namun Randy kembali dibuat heran karena pintu sama sekali tidak dikunci. "Teledor amat si Icha, huft..." Randy meraba-raba tembok untuk mencari saklar lampu. Terdengar sayup-sayup suara anak kecil di balik gelapnya ruangan itu. "Aira?"

Ctekkk...

Saat lampu menyala tiba-tiba Randy dikejutkan oleh dua sosok yang tengah berdiri di depan meja sambil memegang sebuah kue ulang tahun.

"Selamat ulang tahun, papa!" seru Icha yang membuat Aira yang berdiri di sampingnya tertawa renyah. "Yeeeee...!!!" Aira bertepuk tangan dengan girangnya.

"Hah, ulang tahun?" ujar Randy bingung. Icha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Randy kemudian buru-buru mengambil ponselnya yang ada di dalam saku. Saat melihat tanggal hari ini, Randy menarik kedua sudah bibirnya. "Hehehe...kok tau sih, Cha. Hari ini aku ulang tahun? Aku sendiri malah gak ngeh kalo aku ulang tahun. Soalnya dari pagi gak ada yang ngucapin, hehehe..."

"Huuu...ulang tahun sendiri sampe lupa," cibir Icha kepada Randy. Pria itu lalu mendekati Icha yang masih setia berdiri hingga mereka berhadapan.

"Seumur-umur baru pertama kali ulang tahunku dirayain begini, biasanya dikasih ucapan selamat doang itu pun cuma beberapa orang yang inget."

"Kamu suka?" Randy mengangguk pasti.

"Suka banget."

"Kalo gitu tiup lilinnya sebelum angka 21-nya habis," ucap Icha setengah bercanda. Mereka pun tertawa kecil.

Icha menaruh kue ulang tahun itu di atas meja. Di sini yang paling excited adalah Aira. Tangannya sudah gatal ingin mengacak-acak kue ulang tahun tersebut. Namun Icha dengan sigap menangkap tangannya.

"Ayo Aira, kita tiup sama-sama ya," ajak Randy kepada sang putri.

Mereka kemudian meniup lilin secara bersamaan meski tidak ada udara yang keluar dari mulut mungil Aira. Lili pun padam dan disambut tepuk tangan penuh semangat oleh anak mereka.

"Yee, Aira pinter..." Aira menatap ibu dan ayahnya secara bergantian dengan senyum lebar yang menambah keimutan dirinya.

Acara potong kue pun dilakukan. Sebenarnya Randy akan memberikan potongan pertama kuenya untuk Icha tetapi Aira tampak memprotes dan langsung merebut kue tersebut dari tangan ayahnya.

Canda dan tawa menyelimuti kehangatan malam itu di antara mereka bertiga. Randy merangkul bahu Icha sedangkan Icha merebahkan kepalanya di bahu Randy. Mereka memandangi anaknya yang tengah sibuk mengacak-acak kue ulang tahun milik Randy.

"Oh iya Ran, aku ada sesuatu buat kamu." Icha bergegas bangkit dan mengambil sesuatu dari kamarnya. Tak berselang lama ia kembali dengan satu kotak kardus yang sudah dibungkus kado berwarna biru.

Icha memberikan kepada Randy. "Ini kado dari Aira."

Randy menatapnya lekat. "Sampai warna favoritku aja kamu tau, Cha," ujar Randy menerima kado tersebut. Icha tak merespon hanya memangku dagunya di atas paha.

Randy membuka bungkus kado itu dengan perasaan dag dig dug. Matanya berbinar serta kedua sudut bibirnya terangkat ke atas ketika melihat isinya.

Sepasang sepatu basket berwarna putih dengan corak hitam. "I...ini kamu yang beli?" tanya Randy tidak percaya.

"Bukan kok, ini Aira yang beli." Icha meringis menampilkan gigi putihnya yang rapi.

Sepatu itu adalah sepatu original meskipun kualitasnya jauh di bawah sepatu milik Randy yang selalu ia pakai untuk bertanding, tetapi harganya pasti tidak bisa dibilang murah untuk ukuran Icha.

"Pasti mahal ya, Cha?" tanya Randy hati-hati takut Icha tersinggung.

"Worth it lah buat kamu. Tapi kamu tenang aja, aku gak ambil sepeserpun kok dari uang yang kamu kasih buat kebutuhan Aira." Randy pun mengarahkan pandangannya ke arah Icha dengan muka terkejut.

"Aku beli dari uang gajian pertamaku di kafe," lanjut Icha yang membuat kadar keterkejutan Randy meningkat seribu persen.

Randy menelan ludahnya dengan susah payah. "K...kamu pake uang hasil kerja kamu buat beliin aku sepatu ini?"

Icha menepuk serta mengelus bahu Randy sembari tersenyum manis. "Gak papa. Lagian bulan depan aku gajian lagi kok."

Sungguh saat itu hati Randy benar-benar terharu dengan ketulusan hati Icha. Dia menghabiskan seluruh gaji pertamanya untuk membelikan sepatu Randy dan kue ulang tahun.

Ibu dan ayah Randy sama sekali tidak mengucapkan barang lewat chat saja. Ranty entah mengucapkan atau tidak karena Randy sudah memblokir nomornya.

Randy memang tidak suka spill apa yang menjadi privasinya di sosial media manapun, terutama soal tanggal lahir. Itu yang membuat tidak ada yang mengucapkan baik dari teman ataupun dari fansnya di luaran sana. Dan yang membuat dirinya sedikit kecewa Annisa, perempuan yang ia cintai sama sekali tidak mengucapkan selamat ulang tahun.

"Kenapa bengong?" tanya Icha tiba-tiba yang mengagetkan Randy saat memandangi sepatu barunya itu.

"Gak papa, Cha. Makasih ya udah bikin surprise ini buat aku. Cuma kamu yang peduli sama aku, bahkan Annisa aja gak ada chat aku sama sekali, apalagi hubungi."

Icha kembali mengusap bahu Randy. Direbahkannya kepala Icha di pundak lelaki itu. "Gak ngucapin bukan berarti dia gak peduli, Ran. Aku yakin Annisa pasti gak tau hari ulang tahunmu. Kamu kan gak pernah kasih tau, kan?"

"Kamu aja gak aku kasih tau, bisa tau," respon Randy sambil mencebikkan bibirnya.

"Itu beda, Ran. Annisa bukan tipe cewek yang suka stalking sama orang lain, gak kaya aku, hehehe..." canda Icha membuat suasana yang sempat down kembali ceria. Randy terkekeh mendengarnya.

Apapun yang terjadi pada Annisa, Icha selalu berpikir positif. Dia tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain atas apa yang terjadi. Ya, mungkin benar Annisa bukan lah orang yang suka stalking. Pikir Randy.

Dia kemudian mencoba memasangkan sepatu pemberian Icha di kakinya. Terasa nyaman dan pas di kaki. "Sampe ukuran sepatuku aja kamu tau, Cha."

Icha mengangguk. "Kamu suka?"

"Suka banget!" jawab Randy dengan penuh antusias. Meskipun kualitas sepatu itu kalah jauh dari miliknya tetapi entah kenapa Randy merasa sepatu pemberian Icha jauh lebih nyaman dipakai.

Saat Randy lengah tiba-tiba saja Icha mencium sudut bibir Randy. Lelaki itu sontak melirik Icha yang tengah tersenyum memandangi dirinya. "Daripada bibirnya nganggur mending aku cium, hehehe..." celetuk Icha penuh canda.

Senyuman Icha benar-benar manis. Randy tidak tahan ingin mengecup si pemilik senyuman itu. Tanpa meminta izin Randy mendekati wajah Icha. Tanpa menolak juga wanita itu menyambut ciuman yang Randy berikan padanya.

Cuppp...

Kedua mata mereka saling terpejam. Tangan kanan Randy merangkul bahu Icha sedangkan jari tangan kirinya memegang dagu Icha. Randy seolah menjadi pelindung bagi Icha dan anaknya. Wanita itu merasa aman dan nyaman berada di pelukan Randy.

Puas berciuman mereka sama-sama tersenyum sambil menempelkan dahi dan ujung hidung mereka. Adegan berakhir dengan Randy yang mengecup punggung tangan Icha. "Makasih atas semuanya," ungkap Randy.

"Mama, papa, uenaaa...!!!" Sadar mereka menoleh ke arah Aira yang sedari tadi seolah menghilang dari pengawasan mereka.

Mata Randy dan Icha membulat ketika mengetahui keadaan Aira. "Ya ampun, Aira. Kok bisa sampe kotor begini sih?" Icha mendudukkan anaknya di kursi sofa.

Wajah Aira putih penuh dengan krim, tangannya belepotan dan pakaiannya sudah tidak karuan lagi. Jangan ditanya lagi keadaan kuenya, sudah hancur lebur dan kembali menjadi adonan.

Icha kemudian membersihkan tubuh Aira yang dibantu oleh Randy. Saat di kamar mandi mereka malah bermain air. Itu karena Randy dengan iseng mencipratkan air ke arah Icha yang dibalas oleh wanita itu. Akhirnya perang air justru tercipta menimbulkan gelak tawa Aira yang menggemaskan.

•••

"Cha!"

"Hmm?" Icha tengah menidurkan Aira di sisi kiri ranjangnya. Kepala Randy menyembul di leher Icha dan melingkarkan tangannya di perut wanita itu.

"Aira udah tidur?" Icha hanya menganggukkan kepalanya.

"Yuk!" ajak Randy sembari mengangkat kedua alisnya secara bersamaan.

"Ayuk kemana?"

"Ke puncak," jawab Randy penuh arti. Icha langsung dapat menangkap maksud dari pria itu. Dia bangkit dan mengambil sesuatu dari nakas melewati atas tubuh Randy.

"Boleh tapi pake ini dulu," ujar Icha seraya menyerahkan benda warna merah yang ia ambil.

"Yah, kok pake ini sih?" Randy sedikit kecewa, dia disuruh menggunakan kondom. Padahal lebih enak tanpa pengaman itu.

"Kamu tau, Ran? Kemarin aku terpaksa minum pil anti hamil. Aku mual-mual, sakit kepala, nyeri badanku nih. Aku tuh alergi pake pil gituan. Makanya aku dulu gak pernah pake."

"Kenapa harus minum pil sih? Kan kita bisa kasih Aira adek." Mendengar pernyataan yang terlampau santai itu, Icha pun memencet hidung Randy dengan kesal.

"Kamu gak mikirin apa konsekuensinya. Annisa mau dikemanain kalo aku hamil lagi anak kamu?"

Randy mengangkat tubuh Icha hingga pantat Icha mendarat di pahanya. Keduanya saling bertatapan. Otomatis kedua tangan Icha melingkar di leher Randy.

"Gimana kalo kita nikah aja? Katanya kamu juga cinta sama aku, kan?"

Deggg...

Ucapan Randy membuat darah Icha berdesir. Apakah Randy sedang memintanya untuk jadi istrinya? Tetapi mendengar nada santai dari mulut Randy sepertinya dia tidak serius. Icha berusaha menahan gejolak yang ada di hatinya. "Gak mungkin Randy serius. Dia kan cintanya sama Annisa."

Icha tersenyum kecut. "Tolong jangan permainkan hati aku dan Annisa, Ran. Aku emang cinta sama kamu tapi aku gak mau kamu berkorban demi aku hanya karena sebuah tanggung jawab. Jangan paksakan hatimu untuk cinta sama aku, kamu cintanya sama Annisa kan? Kejarlah cintamu sampai dapat."

"Gimana kalo aku cinta sama kamu?"

Icha terdiam sejenak. Sorot mata Randy tidak menampakkan sebuah kebohongan. Hal itu membuat Icha bimbang. "Entah lah, Ran. Kalo memang itu terjadi aku merasa sangat bersalah sama Annisa. Aku merasa mengkhianati dia."

Randy menunduk. Tidak tahu pikirannya berkelana kemana. Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung begini. Icha lalu mengangkat wajah Randy hingga menatapnya. "Kalo kamu ada dua, aku mau dong satu, hehehe..." ungkap Icha mencoba mencairkan suasana.

Usaha itu tidak sepenuhnya gagal. Buktinya Randy sempat menarik ujung bibirnya ke atas. Icha mempererat pelukannya di leher Randy. "Katanya mau minta jatah. Aku juga udah kangen sama junior kamu yang nakal ini." Icha mengusap tonjolan di celana Randy.

"Sini, aku mau cium bibir kamu," pinta Randy yang langsung disetujui Icha.

Cuppp...

"Emhhh...ssshhh...cccppp...sssppp..." Kedua bibir mereka saling bertautan. Lidah menari-nari melilit antara satu dengan yang lainnya.

Beberapa saat kemudian bibir mereka terlepas menciptakan saliva yang saling terhubung di antara bibir mereka. "Kalo kamu gak mau pake pengaman gak papa, tapi jangan di dalem yah."

Randy menggigit bibir bawahnya. "Emmm...ya udah aku pake deh," putus Randy. Icha tersenyum lalu mengangguk.

Dia melepaskan seluruh pakaian mereka hingga telanjang bulat. Aira yang tidak di samping mereka tampak tidak terusik dengan aktivitas dewasa antara kedua orang tua mereka.

Sebelum memasangnya, Icha terlebih dahulu menservis kejantanan Randy dengan mulutnya. "Ouhhh...ssshhh..." Randy menikmati kuluman mulut Icha yang basah di kulit penisnya.

Setelah cukup tegang, Icha memasangkan kondom tersebut membungkus senjata Randy yang panjang dan besar.

"Kamu di bawah, Cha." Wanita itu menurut kemudian posisi mereka berbalik.

Pertama-tama Randy mencium bibir Icha, lalu turun ke bawah meninggalkan jejak merah di sekitar dada Icha hingga kedua nipple yang mencuat menjadi sasaran mulut Randy.

Icha hanya memejamkan mata merasakan nikmatnya rangsangan Randy terhadap tubuhnya. Tangan Randy sedari tadi menggosok bibir vagina Icha yang merah merona.

Hingga mulut Randy hinggap di belahan itu, desahan lolos dari mulut Icha. "Achhh...ssshhh...ahhhhhh...!!!" Wanita itu mencengkeram bantal yang ditidurinya dengan keras.

Pelumas alami keluar cukup banyak dari lubang kenikmatan itu, pertanda si pemilik sudah siap untuk disenggamai. "Randyyy...aku udah gak tahan. Masukin sekaranggg..." pinta Icha dengan menarik tubuh Randy ke atas.

Randy memposisikan penisnya di antara lipatan itu. Didorongnya secara perlahan. Icha menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam erat. Sudah beberapa kali mereka bersetubuh namun liang vagina Icha masih saja sempit untuk dimasuki oleh milik Randy.

"Awshhh...sakit, Ran!" pekik Icha.

"Sakit apa enak?"

"Enak!" Randy terkekeh mendengar jawaban Icha yang plin-plan. Randy membenamkan wajahnya di ceruk leher Icha saat proses penyatuan mereka berlangsung khidmat.

Dipandanginya wajah merah Icha yang tengah memejamkan mata. Ekspresinya sangat menggairahkan, manis tapi sensual. "Cha." Icha membuka matanya. "Kamu cantik," ujar Randy disertai tawa lirih. Icha memukul bahu Randy seraya kembali memejamkan mata menunggu pejantannya beraksi mengadu kelamin mereka.

Randy menarik kejantanannya hingga hanya menyisakan helm miliknya di dalam, lalu ia kembali mendorongnya hingga tandas. "Uhhh...assshhh..." desah Icha yang sudah dipenuhi nafsu. Punggungnya melengkung ke belakang membuat dadanya membusung indah.

Randy tidak menyia-nyiakan kesempatan menikmati gunung kembar milik Icha. Sambil memompa inti tubuh wanita itu, Randy memagut nipple Icha yang berwarna coklat.

"Aahh...ssshhh...uhhh...ssshhh...emhhh..."

Desahan demi desahan lolos dari bibir manis Icha. Randy meningkatkan intensitas pompaannya hingga membuat ranjang mereka berdecit. Untung Aira masih terlelap menikmati mimpinya.

"Emmssscccppp...ssslrrrpppp...sssppp..." Randy memagut dan menarik-narik ujung payudara Icha yang besar. Bau serta teksturnya sungguh sangat menggairahkan.

Lima belas menit perjalanan mereka menuju puncak akhirnya Icha merasakan desakan yang ingin keluar dari inti tubuhnya. "Awhhh...Rhannn, aku mau nyhampeee...!!!"

"Ahhh...achhh...ahhhhhh...keluarin Cha!"

Sambil menggigit bibir bawahnya Icha mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi untuk menyongsong orgasmenya yang pertama. "Awnghhhhhh...!!!"

Serrr...serrr...serrr...serrr...serrr...

Tubuh Icha kelojotan di bawah kungkungan Randy. Bagian tubuh yang menyatukan mereka telah basah kuyup diguyur air cinta Icha yang sangat banyak.

Randy menghentikan aktifitasnya sambil memandang raut wajah Icha yang tengah menikmati orgasmenya. Ada rasa bahagia tersendiri melihat seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya merasakan kebahagiaan.

Randy tahu perasaan yang ia punya untuk Icha lebih dari sekedar nafsu semata. Pria itu menyeka keringat yang membasahi kening wanita manis itu.

"Gimana rasanya, Cha?" tanya Randy. Icha tersenyum malu seraya menutup wajahnya dengan telapak tangan. "Kamu tau jawabannya, Ran. Gak usah ditanya lagi."

Randy lantas memeluk Icha penuh kasih sayang. "Aku sayang kamu, Cha. Aku janji akan membahagiakan kamu dan Aira, apapun yang terjadi."

Pria itu mengecup pipi Icha sesaat. Perempuan itu menarik kepala Randy hingga terbenam di lehernya. Dia tidak ingin Randy melihat raut wajahnya saat ini. Tanpa sadar bulir air mata keluar membasahi pipi Icha.

"Sebelum kamu mendapatkan kebahagiaanmu sendiri, aku akan selalu ada bersamamu. Namun jika kamu sudah mendapatkannya, maka aku akan pergi." Isi hati Icha berbicara.

To Be Continue...
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd