Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey (Season 3)

Siapa yang akan dinikahi oleh Randy?


  • Total voters
    645
  • Poll closed .
Part 44. Jebakan Untuk Annisa
NOTE : Part 27-43 ada di wattpad

Hari ini tepat satu bulan sejak ancaman itu dilayangkan kepada Annisa. Malam hari ketika tengah mengerjakan tugas di depan laptopnya, atensinya terusik dengan nada dering yang keluar dari speaker hpnya.

Matanya membulat ketika mendapati sebuah pesan yang dikirimkan oleh pelaku misterius itu. Dan tak berselang lama si pengirim pesan menelpon yang langsung dijawab Annisa.

"Gue terkesan sama usaha lu selama satu bulan ini. Ternyata lu bisa menghindari Randy seperti yang gue minta."

"Mau kamu apa?!"

"Hehehe...apa lu gak pengin dapetin video ini? Sesuai janji gue bakalan kasih video ini setelah satu bulan."


Annisa semakin antusias mendengar pernyataan itu. Dia seolah menemukan titik temu dari masalahnya kini. Belum sempat ia menjawab, si pelaku sudah mengatakan kelanjutan dari tujuannya menelpon wanita itu.

"Oke, gue kasih lokasinya sekarang. Datang sendiri, jangan berani kasih tau siapa-siapa. Kalo lu ketauan kasih tau orang lain, lu bakalan tau akibatnya!"

Telepon ditutup secara sepihak. Dan hanya butuh waktu beberapa detik sebelum kiriman sebuah lokasi muncul di bubble chatnya.

Jari jemari Annisa dengan reflek mencari nama kontak Randy namun buru-buru ia urungkan setelah sadar jika itu sama sekali bukan ide yang baik.

"Dia gak akan peduli!" gumamnya dalam hati.

Ia letakkan lagi ponselnya di atas meja. Memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Tampak berpikir sejenak, apakah dia betulan akan pergi ke sana sendiri atau nekat meminta tolong pada seseorang.

Diakui dirinya sangat takut jika pergi sendirian, pasalnya Annisa pun tak tahu siapa yang akan ditemuinya. Bagaimana jika dirinya dibunuh, dimutilasi, atau lebih parahnya organ tubuhnya dijual di pasar gelap.

Seluruh pikiran negatif itu terus mengelilingi kepalanya. Tapi jika dia diam saja dan mengabaikan permintaan orang tersebut, dia takut aibnya dan Randy akan tersebar ke internet. Meskipun jika dia memilih untuk tetap menemuinya bukan barang pasti hal tersebut tidak akan terjadi juga.

Lalu pikirannya tertuju pada Icha. Ya, mantan kakak iparnya itu berjanji akan membantunya. Annisa pun tak tahu apa yang akan terjadi jika dia memberi tahu Icha perihal pelaku yang mengundangnya untuk bertemu, tapi dia memutuskan untuk mengabarinya.

"Kak, pelaku itu ngajakin Annisa ketemu, Nisa harus gimana?" Begitulah isi pesan yang ia kirimkan kepada Icha.

Dari seberang, Icha yang mendapat pesan dari Annisa buru-buru membalas.

"Hati-hati Annisa, coba kamu ulur waktu. Kakak mau ngabarin Randy dulu."

"Emang gak papa, kak? Ngabarin Randy? Nisa takut."

"Kamu tenang aja. Yang penting kamu jangan sampe ke sana dulu sebelum kakak kabarin."


Annisa bingung. Dia sudah mengetikkan pesan namun ia hapus lagi. Akhirnya dia memilih tidak membalas karena sebuah pesan kembali mengambil atensinya.

"Sampe jam 10 gak dateng, siap-siap besok lu bisa nonton video lu sama Randy di internet."

Annisa meneguk salivanya dengan susah payah. Sekarang sudah jam 9 lebih, itu artinya dia membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk sampai ke sana.

Wanita itu pun beranjak dari tempatnya duduk. Mengabaikan tugas yang sedang ia kerjakan. Berganti baju dengan yang lebih pantas lalu segera pergi dari kamarnya.

Saat melewati ruang tengah, dirinya bertemu dengan Adibah yang heran dengan penampilan Annisa.

"Annisa, kamu mau kemana?" tanya Adibah.

"Mau keluar sebentar, bunda."

"Tapi sekarang udah malem. Kenapa gak besok aja?"

"Ini urusan penting, bunda. Gak bisa besok. Soalnya ini urusan tugas kuliah Annisa. Deadline-nya malam ini," jawab Annisa terpaksa berbohong.

"Kenapa gak dikerjain dari kemarin-kemarin?"

"Annisa juga baru tau. Udah ya, Bun. Nisa pergi dulu. Assalamualaikum." Annisa memberi salam di akhir guna menghindari pertanyaan lain yang semakin detail.

"Waalaikumusalam," balas Adibah singkat. Dia agak curiga melihat raut pucat Annisa saat meninggalkan dirinya di sana. Tapi dia memutuskan untuk percaya saja dengan ucapan anak perempuannya itu.

Di rumahnya, Icha tengah duduk di sofa sembari jari jemarinya bermain di permukaan layar ponsel miliknya.

Aira sedang bermain boneka Barbie pemberian ayahnya sama sekali tak terganggu dengan raut cemas ibunya yang duduk tepat di sisi dia duduk.

Kening Icha semakin terlihat berkilau penuh peluh saat beberapa kali sambungan telepon hanya memunculkan notifikasi memanggil.

"Ahhh...Randy ayo angkat teleponnya!" geram Icha setelah mendapati ponsel milik Randy tidak aktif.

"Kenapa di saat seperti ini!" Frustasi, Icha kemudian mengirimi berondongan pesan serta voice note dan berharap Randy cepat mengaktifkan ponselnya."

•••

"Udah, gak ada yang ketinggalan?" tanya seorang pemuda kepada pemuda yang lain ketika mereka sudah beres packing.

"Udah lah, gak usah bawa barang banyak-banyak. Di sana juga ada fasilitas yang bisa dipake. Segini udah cukup."

Pemuda itu adalah Justin dan Randy. Mereka sedang berada di rumah Justin. Malam ini mereka akan pergi untuk bergabung dengan pelatnas untuk persiapan sea games.

"Serius gak pamitan dulu sama Annisa?"

"Gak usah," timpal Randy pelan. Sebenarnya ada satu lagi yang perlu Randy kabari yaitu Icha dan tidak lupa Aira yang akan ia tinggal selama beberapa bulan.

Randy lalu mengeluarkan ponselnya yang seharian ini tidak ia sentuh sama sekali.

"Shit! Baterai abis lagi. Tin, lu ada charger gak? Hp gue mati nih!"

"Lah tanggung, gak dari tadi. Udah di bis aja nanti pake power bank gue."

Randy diam saja namun matanya masih terpaku ke layar hitam itu. Entah kenapa tangannya gatal ingin memencet tombol power di bagian samping benda tersebut.

•••

Annisa termenung menatap jendela mobil yang membawanya ke suatu tempat. Di dalam taksi online yang ia tumpangi Annisa tampak gelisah memikirkan apa yang akan terjadi saat dia sampai di tempat tujuan.

Dia membiarkan ponselnya dalam mode silent. Pikirannya berkecamuk. Perlahan pikiran negatif itu semakin lama semakin menggerogoti isi otaknya.

Dia menyesal tidak membawa barang apapun yang bisa ia pakai untuk membela diri. Seperti gunting misalnya. Ah, memikirkan gunting, Annisa justru bernostalgia saat dirinya secara tidak sengaja menancapkan sebuah gunting di perut preman yang mencoba untuk memperkosanya.

Bedanya kali ini dia tidak membawa apapun dan tidak ada Randy yang menolongnya di situasi seperti ini. Annisa hanya merapalkan doa semoga tidak terjadi suatu hal yang buruk.

Tak terasa lamunannya sudah berjalan selama tiga puluh menit. Annisa disadarkan oleh pak supir yang menghentikan mobilnya.

"Sudah sampai, neng. Sesuai titik antar, ya?"

Tak langsung menjawab, Annisa mengedarkan pandangannya ke arah luar jendela. Dahinya mengernyit saat mendapati tempat perkebunan dengan banyak pohon yang menjulang tinggi.

"Ini sesuai map kan, pak?" tanya Annisa bingung.

Sungguh, Annisa tidak tahu tempat apa yang ia tuju. Dia cuma mengikuti arah lokasi yang diberi tahu oleh orang misterius itu.

"Bener kok, neng. Coba cek deh. Udah pas banget di titik antar."

Annisa kembali mengecek. Setelah benar-benar yakin dia pun turun setelah membayar ongkosnya.

Tidak ada satu orangpun di sana. Hanya ada sebuah pos kamling yang tak berpenghuni. Bingung harus kemana, Annisa kembali menggulirkan ponselnya.

Dia membuka bubble chat milik orang misterius itu. Namun sebelum berhasil mengetik satu katapun, tiba-tiba dari arah belakang Annisa dibekap dengan sangat kuat.

Dia sempat melihat sebuah tangan dengan kain di telapak tangannya menutup saluran pernafasannya sebelum Annisa benar-benar tidak sadarkan diri.

Entah sudah berapa lama Annisa pingsan. Saat ia membuka mata dia sudah berada di sebuah tempat asing dengan dinding kayu jati bernuansa klasik. Bahkan pijakan kakinya juga berderit.

Annisa kesulitan bergerak. Ia tengok kanan-kiri, ternyata tangan dan kakinya diikat. Pergelangan tangannya diikat tepat di sebelah telinganya sehingga lengannya dipaksa untuk melebar membusungkan dadanya.

"Emmmm...emmmm...!!!" Ternyata belum sampai di situ. Annisa juga kesulitan untuk berbicara apalagi berteriak. Mulutnya disumpal oleh sebuah kain.

Terdengar samar-samar orang berbicara. Annisa tidak tahu siapa tapi suaranya tampak cukup familiar.

Ketika sebuah pintu terbuka tepat sekitar lima meter dari tempat Annisa diikat. Annisa terkejut siapa yang muncul dari sana.

Ikhsan!

"Hello Annisa. Lama gak ketemu yah. Udah gak pernah main ke kosan? Siapa tau koleksi video gue makin banyak, hahaha..."

Annisa menatapnya dengan tatapan sinis. Ternyata dia biang keroknya selama ini. Annisa tak bisa mengumpat karena mulutnya masih dibekap. Dia hanya bisa bergumam.

Ikhsan tahu Annisa kesulitan untuk berbicara. Dia pun mendekati perempuan itu, bukan untuk melepaskan bekapannya, Ikhlas justru menarik lepas jilbab yang dikenakan Annisa.

Ikhlas menatap setiap jengkal wajah Annisa dengan penuh puja. Dari mulai rambut hingga leher, benar-benar tidak memiliki cacat sedikitpun.

"Ternyata kalo diliat dari dekat semakin menggiurkan." Ikhsan tersenyum licik.

Annisa jelas takut, tapi dia berusaha tidak menampilkannya dan terus mengeluarkan tatapan yang seolah membunuh.

Ikhsan kemudian mendekati leher Annisa. Sontak Annisa memalingkan wajahnya yang justru malah membuat lehernya semakin terlihat jelas.

Ikhsan menghirup aroma keringat Annisa yang banjir bag habis kehujanan. Dari situ saja hasrat kelelakian Ikshan langsung berkobar-kobar.

Sial! Dia sungguh-sungguh hampir saja kehilangan kontrol hanya dengan menghirup aroma tubuh Annisa. Wanita itu punya daya tarik seksual yang sangat kuat meskipun pakaiannya tertutup.

Dalam hati Ikhsan iri dengan Randy yang pernah merasakan setiap senti tubuh perempuan cantik itu.

Ketika Ikhsan semakin mendekatkan bibirnya ke pipi Annisa, tiba-tiba terdengar bentakan yang cukup keras dari arah pintu.

"Ikhsan...!!!" Sontak Ikhsan dan Annisa sama-sama menoleh ke arah sumber suara.

Mata Annisa membulat. Hampir saja dia dapat bernafas lega karena ada seseorang yang datang untuk menyelamatkannya. Terlebih orang itu hampir selalu menolongnya di setiap ada kesempatan.

Arif!

"Jangan berani kamu sentuh Annisa! Atau pisau ini bakalan aku tancepin di perutmu!" ancam Arif sambil mengacungkan benda tajam di tangannya.

Anehnya, bukannya takut Ikhsan malah tertawa terbahak-bahak. Sama sekali tidak terintimidasi dengan ancaman itu. Ikhsan tahu, Arif bukan tipe orang yang berani dan nekat untuk melakukan hal itu. Apalagi yang berhubungan dengan yang namanya darah.

"Emmm...emmm...emmm...!!!" Annisa kembali meronta-ronta meminta tolong kepada Arif.

Dengan santainya Ikhsan melepaskan kain di mulut Annisa yang berlumuran air liur.

"Tolongin aku Arif! Tolong!" teriak Annisa dengan wajah memelas.

Melihat Annisa meminta tolong padanya, jiwa pahlawan Arif bergejolak. Apalagi yang meminta adalah Annisa, perempuan yang sudah sejak lama ia cintai.

Saat hendak melangkah, Ikhsan kembali tertawa membuat Arif mengurungkan niatnya.

"Annisa, lu salah minta tolong sama Arif. Lu ada di sini sekarang itu juga semua rencana dari Arif."

"A...apa?!" Annisa sempat tidak percaya.

"Bo...bohong Annisa! Ikhsan bohong!" sanggah Arif. Namun melihat wajah pucat Arif semakin yakin jika apa yang dikatakan Ikhsan benar adanya.
Muka Arif semakin tegang kala melihat raut kecewa dari Annisa.

"Hufhhhh...Arif, apa sih yang lu harepin dari Annisa? Dia bakalan mau sama lu setelah lu nyelametin dia? No! Lu tetep akan jadi sampah di mata Annisa sampai kapanpun!"

Arif menunduk merenungi perkataan Ikhsan. Benarkah selama ini Annisa menganggapnya sampah? Selama ini memang wanita itu hampir tidak pernah menganggapnya ada.

"Mending kita sekarang nikmati momen ini. Menikmati tubuh primadona semasa SMA."

Ikhsan lalu mencium kain yang dipenuhi air liur Annisa. Dia memejamkan mata menikmati aroma yang begitu menggairahkan. Baunya wangi, sama sekali tidak bau mulut.

Arif semakin gamam. Dalam hati kecilnya masih tersisa harapan untuk bisa menikah dan hidup bersama Annisa. Dan dia akan kehilangan kesempatan itu jika menuruti kemauan Ikhsan.

Tapi apakah jika dia memilih untuk mengkhianati Ikhsan dan menyelamatkan Annisa, kesempatan memiliki Annisa seutuhnya masih bisa terealisasi?

"Arif, tolong aku Arif!" pinta Annisa lagi dengan nada semakin memohon. Hati Arif tentu saja tersentil. Tapi dia masih bimbang di antara dua pilihan.

"Hehehe...liat ini, Rif." Ikhsan kemudian menjilat leher Annisa, menyapu keringat yang cukup banyak hingga rasa asin di lidahnya terasa sangat nikmat.

"Ikhsan!" bentak Arif lagi. Terus terang melihat adegan itu dada Arif bergemuruh. Dia cemburu.

"Kenapa, Rif? Ayo lah ini bukan lagi Annisa cewek alim yang kita kenal dulu. Ini Annisa yang haus belaian. Lu liat sendiri rekaman video yang gue kasih kan? Binal banget betina yang satu ini."

"Ikhsan jangan...!!!" Tubuh Arif menegang saat melihat temannya melumat bibir ranum Annisa.

Annisa sendiri sudah berusaha keras untuk menyembunyikan bibirnya di dalam mulut namun Ikhsan meremas pipinya hingga mau tidak mau bibirnya kembali dapat dilumat.

"Mmmsssppp...aaaccchhh...sssppp..." Mulut Ikhsan mengecap-ngecap sedangkan Annisa hanya diam sambil memejamkan matanya.

Ikhsan menyunggingkan senyum sinis kepada Arif. Bermaksud untuk mengejek karena dia hanya diam mematung.

"Rasanya nikmat banget. Bibir Annisa bener-bener empuk." Ikhsan kembali memanas-manasi Arif.

Yang tak terduga, Ikhsan kemudian merobek pakaian Annisa di bagian depan hingga menampakkan payudara yang dibungkus bra berwarna nude.

Darah Arif semakin berdesir melihat pemandangan yang selama ini hanya jadi fantasinya. Dia memang sudah pernah melihat ketelanjangan Annisa di video tapi saat ini dia melihatnya secara langsung.

Tanpa sungkan-sungkan Ikhsan menggunting bra tersebut di bagian tengahnya. Mata Arif nyaris melompat keluar ketika melihat dengan mata telanjang payudara ranum Annisa menggantung bebas.

Annisa meringis menahan tangis. Dia tidak rela bagian sensitifnya terpampang di hadapan laki-laki yang tidak ia harapkan, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Ikhsan yang sudah dilanda birahi lalu menghisap puting payudara Annisa sebelah kanan dan memilin payudara sebelah kiri.

Annisa memejamkan mata kuat sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahan yang hampir lolos dari mulutnya.

Bulu roma Annisa meremang mendapat sentuhan tersebut. Nafasnya tertahan di paru-paru. Hisapan lelaki itu berpindah ke kanan dan kiri.

"Ikhsan, lepas...!!!" Arif kini memberanikan diri untuk menarik bahu Ikhsan hingga hisapannya terlepas.

Baru Annisa dapat bernafas lagi. Dadanya naik turun membuat atensi Arif langsung terfokus padanya.

Ini sungguh gila. Payudara Annisa benar-benar tepat berada di depan matanya. Basah mengkilap terkena saliva Ikhsan. Pucuknya berwarna pink dan sangat mengagumkan. Apalagi dengan posisi tangan Annisa membuat dua gundukan itu semakin membusung.

"Ayo, Arif. Tunggu apalagi? Ini kan yang lu bayangin tiap lu coli? Sekarang lu bisa pegang langsung, lu bisa ngapain aja semau lu," ujar Ikhsan mengompor-ngompori.

Sungguh, bukannya tidak mau, tapi badan Arif kaku luar biasa. Darahnya berdesir, mungkin dia bisa crot hanya dengan memandangi dua bulatan itu.

Annisa menatap wajah Arif dengan nelangsa. Tampak dirinya sudah sangat pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Agak gondok dengan Arif yang masih diam saja seperti patung, Ikhsan kemudian mengangkat tangan kiri Arif lalu meletakkannya di payudara Annisa sebelah kanan.

Sontak saja nafas Arif langsung tersengal-sengal, tangannya mengeras seperti kayu. Bahkan telapak tangannya masih terbuka kendati sudah menempel di payudara Annisa.

"Rif?! Rif?!" Ikhsan menoel tangan Arif ototnya mengeras seperti batu. "Rif, tangan lu keram, Rif?"

Ikhsan mencoba menggerakkan tangan Arif tapi tubuhnya sangat kaku seperti robot. Dia pandangi ke bawah ternyata celana bagian depan Arif sudah basah.

Blammmppp...!!!

Ikhsan tiba-tiba langsung tersungkur sambil meringis kesakitan setelah mendapatkan hantaman cukup keras di bagian leher belakangnya.

"Arrgggghhhh...!!!"

To Be Continue...
 
Makasih updatenya suhu 😍
Yang geplak ikhaan klo ga rendy, icha atau malah pak karso wkwkwk

Seru jg klo Anisa dan icha kejebak bareng, bakal bnyk yg marah marah :getok::lol:
 
part 27-43 ga akan di up disini ya?
Enggak suhu. Buat menghindari plagiarisme.
Makasih, otw wattpad. Nama author nya Malinkss?
Malinksss (s-nya 3) jangan lupa follow yak biar genep 1000 followers 🤣
Makasih updatenya suhu 😍
Yang geplak ikhaan klo ga rendy, icha atau malah pak karso wkwkwk

Seru jg klo Anisa dan icha kejebak bareng, bakal bnyk yg marah marah :getok::lol:
Request suhu yang versi darkside Annisa nanti habis msj tamat yah 😁
 

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd