Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey

Tambahin mulustrator?


  • Total voters
    533
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
wah sepertinya menarik nih lanjutkan suhu
 
Part 7. Kakakku Tersayang 2

Kak Ranty mendekatiku yang tertunduk, tanpa disangka tiba-tiba dia melingkarkan kedua tangannya di leherku lalu menciumku dengan ganasnya.

"Emmmh...ahhhh..."

"Emmmuahhhh...ahhhh..." Bunyi kecupan kami.

Sesaat kami berpagutan dengan mesra, aku membalas ciuman kakakku yang hot itu. Nampak sepertinya kak Ranty telah menahan rasa itu begitu lama.

Setelah beberapa saat kami berciuman, aku tarik bibirku dari bibirnya. Seakan tidak rela bibir kami terlepas, dia menggigit bibir bawahku sehingga bibir bawahku tertarik olehnya.

Bibir bawahku yang masih berada di dalam mulutnya dia emut seperti dia mengemut permen.

Lalu kakakku melepaskan pagutannya. Kami saling menatap, kening dan ujung hidung kami masih menempel. Masih tersisa bekas air mata di pipinya yang sudah mengering.

Dimainkannya ujung hidung kami dengan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.

Kak Ranty menggigit bibir bawahnya lalu tersenyum.

Aku yang tidak tahan dengan godaan yang ditunjukkan oleh kak Ranty pun kembali memagut bibirnya.

Kami kembali berciuman mesra, kali ini lebih lembut, kami benar-benar meresapi tiap jengkal bibir yang saling menempel.

"Emmhhhh...."

"Emmhhhh...shhhh..." Desahnya.

Aku peluk kakakku itu lalu ku angkat ke atas, kemudian dia melingkarkan kakinya di pinggangku.

Lalu aku pun merebahkannya di tanah yang ditumbuhi sedikit rumput itu.

Setelah kak Ranty rebahan, aku menindih dirinya.

Kami kembali saling memandang, kak Ranty terlihat ngos-ngosan, mukanya sudah berantakan sekali namun terlihat sangat sensual.

Aku tahan tubuhku dengan kedua tangan seperti orang sedang push up.

"Kak!" panggilku lirih.

Dia tidak menjawab melainkan hanya mengangguk seakan setuju dengan apa yang akan aku lakukan terhadapnya.

Mendapat persetujuan aku kembali melancarkan aksiku.

Kali ini ciuman aku arahkan ke lehernya.

"Akhhhh...Randy!" Desahnya memanggil namaku.

Aku hirup, aku cium, aku jilat, aku gigit lehernya. Aku lakukan semua yang bisa aku lakukan.

Aku mulai menindih kakakku sepenuhnya, dada kami saling menempel. Aku rasakan jantungnya berdetak sangat cepat.

Kak Ranty memelukku erat, tangannya menggenggam erat kerah bajuku bagian belakang.

Aku sedikit memiringkan tubuhku, aku arahkan tangan kiriku ke resleting celana jeansnya, kakakku merespon dengan sedikit mengangkangkan kakinya.

Aku turunkan resleting itu beserta pengait jeansnya, setelah celana itu longgar aku masukkan tanganku ke dalam celananya, langsung melewati celana dalamnya.

"Arkhhh...." Kak Ranty mendesah saat jariku mendarat tepat di memeknya.

Dijepitnya tanganku dengan kedua pahanya. Aku singkap memeknya dengan jari telunjuk dan jari manisku, ke kanan dan ke kiri.

Kemudian jari tengahku yang bebas menekan bagian atas lubang memeknya yang berbentuk seperti benjolan.

"Akhhhh......shhhh..ahhhh.." Desah kak Ranty semakin menjadi-jadi saat ku sentuh benjolan kecil itu.

"Ahhh, ketemu juga klitorisnya," batinku.

Kemudian aku putar ujung jari tengahku di sekitar klitorisnya.

"Emphhhh.....Ran...Ran...Ran,, ahhh!!!"

Aku lihat dia kelojotan, kakinya menendang-nendang ke bawah.

Aku percepat aksiku itu, sekarang bukan hanya memutar-mutar melainkan menggosok klitoris mikik kakakku.

Lalu seketika tangan kanan kak Ranti memegang tangan kiriku lalu ditekannya ke arah memeknya dengan keras.

"Shhhtt....akhhhh....smmmmmpeeeee"

Kakinya berkelojotan seperti orang sedang berenang gaya katak, lalu

Srrrrr...srrrr....srrrrr

Aku merasakan cairan memuncrat dari arah memeknya.

"Huhhhh....huhhhh....huhh" nafas kak Ranty setelah merasakan orgasme pertamanya malam itu.

Ku hentikan semua aktifitasku, tanganku masih menempel di memeknya. Aku pandangi wajah kakakku di gelapnya malam itu, kak Ranty terlihat memejamkan mata.

Lalu aku bangkit dan bergerak ke bawah tubuh kakakku. Ku pelorotkan celana jeansnya beserta celana dalamnya sampai ke bawah lutut.

Aku angkat kedua kakinya ke atas sehingga aku dapat melihat memeknya yang merekah meskipun dengan penerangan yang minim.

Aku dekatkan wajahku ke memeknya. Aku cium paha dalamnya, lalu aku jilat menuju ke arah memeknya.

Saat sampai di sana, aku lihat memeknya masih basah oleh cairan orgasme yang sebelumnya.

Aku sibakkan bibir memeknya ke kiri dan ke kanan, sehingga menampakkan lubang memeknya yang merekah.

Kemudian aku majukan bibirku lalu ku cium memeknya. Aku jilat di sepanjang garis memeknya itu.

"Emphhh...mhhh" Kak Ranty mulai mendesah kembali.

Aku cium, aku jilat aku sedot-sedot klitorisnya itu sampai membuat kak Ranty menggelinjang.

"Awhhhhh....Ran.....mphhh..."

Kak Ranty mengangkat pinggulnya dengan kaki yang bersandar di punggungku.

Membuat memeknya semakin menempel di bibirku, aku juga mendorong kepalaku ke arah memeknya sehingga bibirku dengan memeknya semakin erat.

Aku putar kepalaku membentuk lingkaran, pinggulnya mengikuti irama putaranku.

Kak Ranty kemudian menjambak rambutku dan menahan agar kepalaku tidak bergerak.

Dengan mengandalkan kakinya yang bertumpuan di punggungku, dia gerakkan pinggulnya maju mundur membuat wajahku pergesekan dengan seluruh area memeknya.

"Emphhhh....shhhh....mppphhhh"

Aku menjadi seperti alat sex olehnya.

Aku tidak tinggal diam, aku sangga bokongnya dengan kedua tanganku sehingga pinggulnya tidak turun lagi.

Giliranku beraksi.

Kembali aku mengeksplorasi memeknya, aku masukkan lidahku ke dalam memeknya.

Membuatnya kembali gelinjangan.

Aku naikkan intensitas serangan terhadap memek kak Ranty, aku jilat, aku sedot klitorisnya membuat kak Ranty mendesah semakin keras.

Aku tahu kalau sebentar lagi kak Ranty akan mencapai orgasme yang kedua, aku sudah bersiap untuk menerima semprotan cairan kenikmatan kakakku itu.

Namun karena aku masih amatiran, aku tempatkan mulutku dengan membentuk huruf 'O' di lubang memeknya.

Beberapa saat kemudian.

"Awnghhhhhhhhhh........." Teriak kak Ranty sembari menyemprotkan cairan kenikmatannya.

Srrrrr......srrrrrr.......srrrrrr

Ternyata cairan keluar melalui lubang kecil yang ada di bagian atas lubang memeknya, yang mana lubang itu tepat mengarah ke lubang hidungku.

Aku pun panik gelagapan merasakan cairan itu masuk ke hidungku, aku kemudian memundurkan badanku.

Namun karena tertahan oleh celana jeans kak Ranty itu, tubuhnya jadi ikutan tertarik bersama diriku.

Aku buru-buru mengelap wajahku dengan telapak tanganku, dan berusaha untuk mengeluarkan cairan yang sudah keburu masuk ke hidungku, seperti orang mengeluarkan ingus.

"Ehmmm....kenapa Ran?" tanya kak Ranty kepadaku.

"Hidung Randy kak, kemasukan air," jawabku sambil masih mengusap wajahku.

"Hehehe....." Kak Ranty hanya tertawa melihatku.

Bayangkan saja, kami berbicara dengan posisi memeknya berada di hadapanku.

Kemudian aku lepaskan leherku dari jeratan pahanya, kak Ranty ambruk ke kiri.

Aku lalu berbaring di samping kanan kak Ranty, aku gunakan lenganku untuk menjadi bantal untuk kepalanya.

Diam-diam aku lepaskan celanaku lalu ku turunkan hingga mata kaki, sehingga kontolku yang sudah keras maksimal bisa bebas.

Aku tempelkan kontolku di bokongnya, aku pukul-pukul bokongnya dengan tongkat keras milikku itu.

Kemudian aku arahkan kontolku ke lipatan memeknya, aku gesek-gesek sedikit kontolku di sana.

Aku dorong kontolku hingga terbenam di pahanya, kak Ranty belum bergeming, lalu aku cium lehernya.

"Hmmm...." Hanya itu yang keluar dari mulut kak Ranty.

"Kakak tidur kah?" aku bertanya padanya.

Gawat juga kalau kakakku tidur di sini, kita bisa bermalam di tempat ini kalau begitu.

Kontolku yang sedari tadi menggesek pahanya, aku arahkan ke lubang memeknya. Aku tekan-tekan sedikit sembari melihat reaksi dari kak Ranty.

Kak Ranty masih diam saja.

"Wah beneran tidur nih," batinku.

"Kak!" Aku kemudian memberanikan diri untuk memanggilnya.

"Hmm..." Kembali kak Ranty hanya bergumam.

"Tidur?"

"Enggak kok, cuma lemes aja," ujar kak Ranty.

"Kak!" Kembali aku memanggilnya.

"Apa lagi?"

"Masukin yak!" pintaku kepadanya, itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah aku katakan.

"Jangan!" larang kakakku.

"Kenapa kak?" tanyaku lagi.

"Gak boleh!"

Duh saat itu aku sudah sangat ingin melakukannya, ingin merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan sex.

"Yah, boleh dong kak," pintaku lagi, kali ini sambil memelas.

"Emang kalo kamu masukin sekarang kakak bakalan protes apa?" ucapnya.

"Hmm,, bener juga ya, kalo emang gak boleh dimasukin kenapa kakak diem aja waktu kontolku nyodok mau masuk ke memeknya?" tanyaku dalam hati.

"Ihh kakak nih, bilang aja boleh, pake jaim segala."

Aku kemudian mengarahkan kontolku tepat ke lubang memeknya, kak Ranty mengangkat kaki kirinya agar aku mudah untuk memasukkan kontolku ke sana.

Tangan kirinya kemudian menggenggam kontolku dan mengarahkannya ke lubang memeknya.

"Nah kan, sama-sama kepengin, dasarrr kakak nih," gerutuku dalam hati.

Setelah posisinya pas, aku kemudian mendorong kontolku perlahan masuk ke dalam memek kak Ranty.

"Kak perjakaku buat kakak yah."

"Sssshhhttt...emhhhh" lenguh kak Ranty saat inci demi inci kontolku masuk ke memeknya.

Kontolku sudah masuk setengahnya, lalu aku dorong dengan kuat hingga kontolku terbenam seluruhnya.

"Ahhhh....Randyyy!!!!"

"Ahhhh....Kak!!!!" pekik kami bersamaan.

Sejenak aku diamkan kontolku yang ada di dalam memek kak Ranty.

"Emmh..ternyata kaya gini rasanya seks, nikmatnya sampe ke ubun-ubun," ujarku dalam hati.

Kemudian aku gerakkan kontolku keluar masuk secara perlahan, kak Ranty menoleh ke arahku.

Kami saling berpandangan, tatapannya sayu. Aku tak tahu apa yang kak Ranty rasakan saat itu.

"Emhhh...Randy!" panggilnya seraya menyodorkan bibirnya untukku pagut.

Tak aku sia-siakan kesempatan itu, aku pun kemudian mencium kak Ranty. Kami berciuman dengan lembut dan mesra, tidak seperti ciuman kami sebelumnya yang ganas dan penuh nafsu.

Saat itu posisi kepala kami sejajar, jadi kami berciuman sambil mata kami bertemu, kami saling menatap disaat bibir kami saling berpagutan.

Aku merasa ada suatu rasa yang tertulis di mata indahnya, namun tidak bisa dikatakan.

Kemudian pompaan kontolku di memeknya aku percepat, semakin cepat. Bibir kami terlepas, lalu kami memilih fokus untuk menikmati sepenuhnya hujaman kontolku di memek kak Ranty.

"Akhhhhh.....Ran....emphhhh...."

"Arhhhh....Kak.....ahhh...."

Desahan-desahan kami saling bersautan di indahnya malam itu.

Sampai akhirnya aku merasakan kontolku berdenyut-denyut.

"Ahhhh...kak mau keluar nih kak."

"Emphhh....jangan di dalem...shhhh..."

Aku semakin mempercepat pompaan kontolku di dalam memek kak Ranty lalu...

"Akchhhhhh......." Aku mengeluarkan spermaku di dalam rahimnya, tak mengindahkan apa yang dikatakan oleh kak Ranty.

Di saat bersamaan kak Ranty pun menjerit.

"Arkhhhhh........Randy!!!!" Kak Ranty mendapatkan orgasme yang ketiga pada malam itu.

Sesaat setelah orgasme kami barusan, kami masih terengah-engah mengatur nafas.

Aku cabut kontolku yang sudah setengah lemas itu dari memek kak Ranty.

Ploppp....

Cairan berwarna putih keluar dari memek kak Ranty banyak sekali. Aku kembali terlentang hingga mataku dapat melihat bintang di langit malam itu.

"Ran!" panggil kakakku yang kini sama-sama terlentang.

"Iya?" jawabku singkat.

"Kenapa keluar di dalam?"

"Maaf kak, Randy gak tahan."

"Nanti kalo kakak hamil gimana?" tanyanya khawatir.

"Ya udah," jawabku enteng sambil kedua tanganku aku lipat ke belakang kepalaku.

"Ya udah gimana?"

"Ya udah kita nikah aja," ucapku cuek.

"Sembarangan kamu tuh."

"Emang kakak gak punya stok pil anti hamil apa?"

"Mana punya kakak yang begituan."

"Terus waktu kakak main sama kak Reza gimana?"

Tiba-tiba kak Ranty melirik ke arahku lalu melotot.

Aku langsung menutup mulutku dengan tanganku.

Kak Ranty tidak menjawab kemudian bangkit lalu menarik celana jeansnya ketempat asalnya.

Sedikit aku lihat leleran spermaku di paha kak Ranty saat dia membetulkan celananya.

Kami pun kembali mengenakan pakaian kami.

"Yuk kak pulang, udah malem," ajakku kepada kakak.

"Yuk," jawabnya singkat.

Aku tak tahu sekarang jam berapa tapi tampaknya sudah lewat tengah malam.

Kemudian aku memacu motorku dengan kecepatan yang cukup tinggi, karena jalanan sepi aku jadi cukup berani melakukannya.

Sesampainya di rumah ternyata kakakku sudah tertidur di pundakku, lalu aku bangukan dia, namun dengan suara yang lirih takut orang tuaku terbangun.

"Kak, udah sampai kak," ucapku berbisik.

Kak Ranty kemudian terbangun lalu mengucek matanya.

"Aduh Ran, pintunya udah dikunci nih, gimana cara masuknya?" tanya kak Ranty khawatir.

Aku berfikir sejenak, kemudian aku mendapatkan ide.

"Lewat dapur kak,"

"Bisa?"

"Iya bisa," jawabku singkat.

Kami pun berjalan memutar rumah, karena dapurnya ada di bagian belakang. Kami sudah seperti maling saja saat itu.

Setelah sampai aku berusaha untuk membuka jendela, kaca jendela dapur itu pecah karena lemparan batu anak tetangga yang sedang bermain dulu.

Dan lubang pecahan kacanya aku manfaatkan untuk membuka kunci yang ada di dalam.

Klekkk.....

Jendela berhasil terbuka, aku pun masuk duluan. Setelah aku masuk giliran kakakku, namun dia kesulitan untuk naik karena jaraknya cukup tinggi.

"Aduh Ran, susah," ujar kak Ranty.

"Udah sini," balasku

Lalu aku suruh kakakku untuk mengangkat kedua lengannya kemudian tanganku aku letakkan di keteknya dan aku angkat kak Ranty seperti aku mengangkat bayi.

Setelah tubuh kami sejajar, kak Ranty dengan inisiatif memelukku agar aku dengan mudah menariknya ke dalam.

"Kuat banget kamu Ran," ucapnya sambil mengacungkan jempol.

"Iya dong," jawabku singkat.

Sejenak aku melirik ke arah jam

"Jam 2 pagi! Busettt!!" Aku memekik kaget.

Saat itu aku memang sudah sangat mengantuk, tapi aku merasa tubuhku gatal-gatal karena rebahan di tanah tadi jadi aku memutuskan untuk mandi dulu.

Namun kamar mandi kita cuma satu.

"Kakak yang mandi dulu ya Ran," katanya berbisik takut orang tua kita bangun.

"Randy duluan kak," protesku tak mau kalah.

"Kakak dulu lah." jawabnya lalu berlari ke kamar mandi agar dia bisa mandi duluan.

Aku yang sadar kalah start langsung berlari menyusulnya.

Saat kak Ranty sudah masuk ke dalam, dia buru-buru menutup pintunya, namun sebelum pintu itu tertutup ak berhasil menahannya.

Lalu aku berhasil mendorongnya dan ikut masuk ke dalam, kemudian baru aku tutup pintunya, sehingga kami sama-sama berada di dalam kamar mandi.

"Duh, ngapain kamu ikut masuk?" tanya kak Ranty.

"Mau mandi lah."

"Kan udah bilang kakak dulu."

"Kelamaan kak, kakak kan kalo mandi lama," ucapku protes.

"Ya udah, kita mandi bareng aja," ujar kak Ranty memberi saran.

"Beneran kak?" tanyaku tidak percaya.

"Iya biar cepet," jawabnya singkat.

Aku kemudian membuka seluruh pakaianku, karena tubuhku sudah sangat gatal.

Aku melihat kak Ranty membuka bajunya membelakangi diriku, aku kemudian mendekatinya dan memeluk dari belakang.

Kak Ranty hanya menoleh sedikit, aku mulai membantunya melepaskan baju itu dari belakang.

Tiba-tiba terlintas ide yang cukup gila, menurutku.

"Kak, kita berendam yuk!" ajakku kepadanya.

"Hah Berendam? dimana? kita kan gak punya bath tub."

"Di sini dong," ucapku sambil menunjuk ke arah bak mandi berukuran 1x1 meter.

"Gila ya, itu sih bukan jadi bersih malah jadi kotor," tolaknya.

Aku melihat kakakku sudah telanjang bulat, aku kemudian melepaskan celana dalamku yang menjadi pelindung terakhir tubuhku.

Aku melihat kak Ranty menutupi pandangannya ke arah kontolku, kemudian dia langsung mengguyur badannya dengan gayung yang ada di situ.

Posisinya sekarang memunggungi aku, lalu kemudian aku....

Byurrrr......

Aku melompat ke dalam bak mandi itu.

"Ya ampun Randy, airnya lagi buat mandi loh malah nyemplung, jadi kotor kan airnya," omel kak Ranty kepadaku.

Aku hanya cengengesan saja.

"Ayo kak, sini masuk, dingin loh di situ, hehehe..."

Sejenak kak Ranty ragu untuk bergabung denganku, namun beberapa saat kemudian dia setuju.

"Dasar kamu."

Lalu dia naik ke pinggiran bak, aku melihat tubuhnya yang polos itu sangat menggoda.

Dan.

Byurrrr.....

Kak Ranty masuk ke dalam bak mandi, kami duduk berhadapan, karena bak mandi yang cukup sempit membuat kami harus duduk berpangkuan.

Saat itu kontolku sudah ereksi full ditindih memeknya. Aku lihat toketnya menggantung, ukurannya tidak terlalu besar maupun kecil. Saat di bukit tadi aku belum sempat menikmatinya.

Aku pegang toket itu dengan kedua tangan, pas sekali di genggamanku, dia tidak protes. Kemudian aku remas-remas sedikit.

"Ssssshhhhh...." Dia sedikit mendesah.

Aku pilin-pilin putingnya yang berwarna merah jambu itu, betul-betul menggoda.

Lalu kak Ranty sengaja mendekatkan toketnya ke mulutku, memintaku untuk mengulumnya.

Aku melirik ke wajahnya, dia hanya mengangguk pelan.

Tanpa pikir panjang aku langsung melahap toketnya itu, aku emut, aku sedot, aku gigit kecil putingnya. Dia kembali mendesah.

"Akhhhh....Randy terussss.....akhhhh..."

Kemudian aku lanjutkan ke kanan dan ke kiri.

Pinggul kak Ranty lalu bergerak naik turun di sepanjang kontolku.

"Emphhhh....emhhhh....."

Desahan demi desahan keluar dari mulut kak Ranty, kemudian kakakku menghentikan pinggulnya.

Di arahkannya kontolku yang sudah tegang maksimal ke lubang memeknya yang berada di bawah air, dan....

Bless.....

Masuklah kontolku ke dalam memeknya untuk yang kedua kali.

"Awhhhh....Randy!" panggilnya merasakan tubuh kami bersatu.

Pinggulnya ia gerakkan naik turun membuat kontolku keluar masuk memeknya.

Bluppp....bluppp....bluppp...

Bunyi kontolku yang menghujam memek kak Ranty di dalam air.

Diangkatnya daguku oleh kak Ranty, aku lalu melepaskan kulumanku di puting toketnya. Kak Ranty kemudian memagut bibirku, kami berciuman selagi kontolku mengaduk-aduk memeknya.

Saat kami sedang asik melakukan persenggamaan tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.

Cekrekkk....

Kak Ranty yang duduk tepat menghadap pintu secara refleks mendorong kepalaku hingga tenggelam ke dalam air.

"Ehh mamah, ada apa yah mah?" tanya kak Ranty sedikit panik.

"Kamu lagi ngapain Ran?(Ranty), kok berendam di bak mandi gitu?" tanya ibuku.

"Iya mah, lagi kepengin aja hehehe," jawab kak Ranty salting.

"Aneh banget, kamu tadi pulang jam berapa?" tanya ibuku lagi.

"Sekitar jam sepuluh mah."

Aku kemudian iseng menggerakkan kontolku yang masih berada di dalam memek kak Ranty.

"Awhh..." pekik kak Ranty tertahan.

"Bohong, tadi jam sepuluh mama cek kamu belum pulang."

Kak Ranty pun sedikit bingung menjawabnya karena konsentrasinya pecah akibat goyanganku yang tiba-tiba itu.

"Akhh..ehmm..ituuhh mahh, mmakksuddnyahh jjam 10 ddarii rhummah ttemen, sshamppee rrhumah jjam 11"

"Ouh gitu, lain kali jangan pulang malem-malem."

Aku masih menahan nafasku di dalam air, aku hampir kehabisan nafas karena aku tidak melakukan ancang-ancang terlebih dahulu.

"Iiyyya mmhah," jawab kak Ranty

Aku berhenti bergoyang karena aku merasa akan pingsan saat itu juga.

"Dan satu lagi, jangan keseringan mandi malam, apalagi berendam gitu." lanjut ibuku.

"Iya udah mah cepetan keluar, Ranty udah kedinginan nih."

Kemudian setelah ibu keluar kak Ranty pun mengangkat ku.

"Huhhhh....hhhh" aku ngos-ngosan hampir saja pingsan.

"Ran, kamu gak papa Ran?" tanya kak Ranty panik.

"Gak papa kok kak, hehehe," candaku.

Padahal aku hampir saja mati.

"Syukurlah," jawabnya lega.

Aku tersenyum melihat kepanikan kakakku, kenapa tadi aku tidak pura-pura pingsan aja ya? Huh.

"Kak!" panggilku.

"Apa?"

Aku kembali menciumnya, awalnya kak Ranty hanya diam saja, namun beberapa detik kemudian dia membalas ciumanku.

Nafsu kami mulai bangkit lagi, ternyata kontolku masih keras di dalam memeknya.

Kembali di gerakkannya naik turun pinggul kakakku, ku balas dengan menghujamkan kontolku dari arah bawah.

Kembali desahan keluar dari mulut kakakku, aku percepat saja hujaman kontolku di dalam memeknya.

"Ahhh...Randy....ahhh....terus Ran!"

Aku merasakan orgasmeku semakin dekat.

Tubuh kakakku sampai naik turun tak beraturan.

Kemudian dalam beberapa kali hitungan...

Crottt...crottttt...crotttt....

Spermaku kembali masuk ke dalam memek kak Ranty.

Kak Ranty juga memekik merasakan orgasmenya lagi.

"Huh...huh...huhh"

Kami mencoba mengatur nafas setelah kami gas pol di ronde terakhir ini.

Kak Ranty kemudian bangkit dari pangkuanku lalu turun dari bak itu disusul dengan diriku.

Kami lalu mengelap seluruh tubuh kami dengan handuk, lalu handuk itu dipakai kak Ranty untuk membalut tubuhnya kemudian dia keluar menuju kamarnya.

Aku yang tidak kebagian handuk kemudian keluar dengan tanpa busana lalu lari sekencang-kencangnya ke dalam kamarku.

Setelah berganti pakaian aku pun terlelap tidur.

To be continue...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd