Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey

Tambahin mulustrator?


  • Total voters
    533
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 10. Kakakku Tersayang 5

Pagi itu aku pergi mengantar Ajeng menuju ke bandara, sebelum berangkat kami sempat melakukannya satu kali lagi saat mandi pagi di hotel.

Dengan berat hati kami berpisah di bandara itu, namun kita berjanji untuk bertemu lagi apabila dia kembali ke Jakarta.

Setelah Ajeng pergi, aku pun meninggalkan bandara itu. Saat itu sudah jam 08.30 jadi untuk berangkat sekolah sudah terlambat.

Karena tak tahu mau kemana, iseng aku coba main ke kampus kak Ranty, siapa tahu aku bisa bertemu dengannya. Aku pun memacu motorku ke sana.

Sesampainya di kampus kak Ranty, aku lalu mengirim pesan kepadanya.

"Kak, Randy lagi ada di kampus kakak." Begitulah isi pesanku.

Sembari menunggu balasan dari kak Ranty, aku jalan-jalan di sekitar kampusnya yang lumayan besar itu.

Sedang melihat-lihat area kampusnya tiba-tiba ada yang menyapa.

"Hey!"

Aku reflek menoleh ke arah sumber suara, ternyata seorang mahasiswi di kampus tersebut.

"Kamu pemain basket yang kemarin main di POM itu kan? dari fakultas mana? kok gak pernah keliatan?" tanya gadis itu kepadaku.

Aku bingung harus menjawab apa.

Namun setelah aku pikir, aku teringat dengan jurusan kakakku.

"Fakultas ekonomi," jawabku bohong.

"Oh maba ya? kalo aku dari fakultas hukum." imbuhnya lagi.

Aku hanya mengangguk, karena aku tidak mau pertanyaannya semakin mendetail, nanti aku sendiri yang susah.

"Eh iya habis ini mau kemana? masih ada kuliah?" tanyanya kepadaku.

"Gak ada sih."

"Ya udah, ikut ke kantin yok sekalian biar lebih tau kampus di sini, udah tau kantinnya di mana?"

"Belum, hehe..."

"Ya udah yok!" ajaknya.

"Duh, ini cewek SKSD banget sih," gerutuku dalam hati.

Di kantin kami ngobrol, untungnya dia tidak menanyakan hal macam-macam, dia hanya mengatakan kalau permainanku kemarin hebat, lalu dia mulai bercerita tentang segala hal yang dia tahu.

"Tukang rumpi nih keliatannya," batinku.

Aku pun tak begitu tertarik dengan apa yang dia katakan, aku kemudian mengecek hpku, ada balasan dari kak Ranty.

"Sekarang kamu di mana?" Isi pesan kak Ranty.

"Di kantin kak," balasku singkat.

Tak begitu lama kemudian kak Ranty datang lalu memanggilku.

"Randy!"

Aku lalu berdiri, aku ingin menyahutnya namun masih ada cewek itu di sampingku.

Kak Ranty kemudian mendekatiku.

"Kok kamu bisa ada di sini?" tanya kak Ranty kepadaku.

"Iya hehe..."

"Loh kalian saling kenal?" ucap cewek yang belum ku ketahui namanya itu.

Aku lihat kak Ranty menatap cewek itu sinis.

"Bukan urusanmu!" jawab kak Ranty jutek, lalu menarik tanganku untuk pergi dari situ.

Aku tidak tahu kenapa kak Ranty begitu berang kepada cewek itu, mungkin ada masalah pribadi.

"Ran, kamu jangan deket-deket sama cewek gatel itu!" ujar kak Ranty dengan nada tinggi.

"Emang kenapa kak? kakak ada masalah apa sama dia?"

"Nanti kakak jelasin," jelasnya singkat.

Kak Ranty membawaku ke tempat parkir karena dia tau aku memarkirkan motorku di situ.

"Kita mau kemana kak?"

"Kemana aja, jangan ke rumah!" pintanya.

"Kakak gak ada kuliah?"

"Hari ini udah gak ada kuliah," jawabnya tegas.

Aku pun mengarahkan motorku menuju mall yang dulu pernah kita kunjungi, soalnya aku tidak punya referensi tempat lain.

Setelah sampai, kami pergi ke cafe untuk sekedar nongkrong. Di sana aku kembali menanyakan pertanyaan yang belum kak Ranty jawab.

"Kak, tadi kakak kenapa kok kayaknya sebel banget sama cewek itu?" tanyaku kepada kak Ranty.

"Dia itu selingkuh sama pacar kakak," pungkasnya.

"Maksudnya Reza?"

"Iya lah siapa lagi."

"Kakak tau darimana kalo Reza selingkuh?"

"Sebenernya kakak curiga udah lama, tapi ketauannya baru kemarin."

"Ketauan gimana kak?"

"Jadi waktu kakak gak berangkat kuliah, kakak kasih tau Reza kalo kakak lagi sakit, terus hari itu juga kakak dikasih tau sama temen kakak kalo Reza lagi jalan sama si Icha," jelasnya panjang lebar.

Oh jadi cewek itu namanya Icha.

"Awalnya kakak gak percaya terus besoknya kakak dateng ke kostnya Reza tanpa sepengetahuan Reza," lanjutnya.

"Terus gimana?" tanyaku penasaran.

"Kakak liat Icha keluar dari kost-kosannya Reza!" ucapnya sambil menggebrak meja.

"Sabar kak sabar." Aku berusaha menenangkannya.

Kak Ranty kemudian mengelus dadanya.

"Ya udah kak, gak usah dipikirin lah, kalo perlu kakak putus aja sama Reza itu."

"Itu juga yang lagi kakak pikirin," terang kak Ranty yang entah kenapa membuat aku senang.

Aku pun mengganti topik obrolan yang lebih ringan agar suasana hati kak Ranty menjadi lebih baik.

Setelah ngobrol dan memesan ice cream di cafe tersebut, kemudian kami pergi jalan-jalan di pusat perbelanjaan.

Shopping adalah salah satu kegiatan yang menaikkan mood cewek, jadi tampaknya mall adalah tempat yang tepat.

Meskipun cuma melihat-lihat, aku merasa mood kak Ranty sudah lebih baik. Dia mulai melupakan masalahnya tadi.

Kami berjalan bergandengan tangan layaknya orang pacaran. Kami mulai saling melontarkan candaan, saling tertawa bersama.

Memang cuma kak Ranty lah yang bisa jadi mood boosterku, hanya melihat senyumnya saja hatiku sangat bahagia.

Saat berjalan kami mampir ke sebuah toko tas wanita, sebentar kak Ranty melihat-lihat lalu mengambil salah satu tas yang ada di sana, tampaknya dia menyukai tas itu.

"Kak, suka sama tas itu? Ya udah ambil aja," ucapku dengan santainya.

"Mahal Ran, 2,5 juta kakak cuma pengin megang aja, terbuat dari apa sih kok bisa semahal itu."

Meskipun kakak bilang begitu tapi dari matanya jelas terlihat kalau dia menginginkan tas itu.

"Maksudnya ambil aja terus kabur gitu hahaha..." candaku kepadanya.

"Huu...dasarrr..." jawab kak Ranty seraya mencubit pinggangku.

Kami lalu melanjutkan quality time kami yang tidak bisa kami dapatkan saat di rumah.

Aku sudah tidak lagi menggandeng tangannya melainkan merangkul pundak kak Ranty, dan dia merangkul pinggangku.

Kami pergi ke super market untuk membeli bahan-bahan makanan, kami ingin mencoba untuk memasak di rumah karena hal itu tidak pernah kami lakukan sebelumnya.

Setelah membeli bahan makanan, kami lalu pulang ke rumah. Saat itu pukul 12.00 jadi orang tuaku masih belum pulang.

Kami lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan bahan untuk memasak, aku yang bertugas mengulek bumbu, kak Ranty bertugas untuk memotong sayuran dan memasak.

Saat aku sedang melakukan tugasku tiba-tiba aku mendengar suara kak Ranty menjerit.

"Awwww....."

Aku pun menghampiri kak Ranty, ternyata jarinya kena iris pisau dapur dan mengeluarkan darah.

Lalu seketika aku langsung menyedot darah yang keluar dari jari telunjuknya. Kak Ranty mengernyitkan dahinya dan menggigit bibir bawahnya.

Setelah darah tidak lagi keluar, aku mengambil hansaplast dari kotak obat yang ada di dapur lalu aku menutup lukanya dengan hansaplast itu.

"Udah kak, lain kali hati-hati," ucapku kepadanya.

"Makasih Ran!" balasnya.

Saat itu juga mata kita saling bertemu, entah siapa yang memulai wajah kita semakin dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafas kak Ranty.

Kemudian...

Cuppp....

Bibir kami berciuman, mula-mula perlahan, aku kecup bibir bawahnya lalu aku pegang pinggangnya dan kutarik ke arahku. Kak Ranty melingkarkan tangannya ke leherku.

Ciuman kami berubah menjadi ganas, lidah kami saling melilit, nafas kami memburu.

"Empmm...cpp....mmhhhh...." Bunyi bibir dan lidah kami saling beradu.

Sedang asik-asiknya tiba-tiba kak Ranty melepaskan ciumannya.

"Udah Ran, kita masak dulu, nanti gosong," ucap kak Ranty lalu melepas pelukanku dan kembali memasak.

Sesaat situasi menjadi sedikit awkward, aku kembali mengulek bumbu, kakakku kembali memotong sayuran.

Setelah selesai dengan pekerjaanku, aku lihat kak Ranty sedang mengaduk sup yang sedang dimasaknya.

Iseng aku mendekatinya untuk mencairkan situasi ini.

Aku berdiri tepat di belakangnya, lalu ku dorong tubuhku ke arah punggungnya.

Dia pun memekik,"Randy kakak lagi masak, ati-ati!"

Tak ku hiraukan perkataannya, lalu ku sandarkan daguku di pundak kak Ranty.

"Kak, enak ya kalo punya istri kaya kakak nih, pinter masak," ucapku setengah bergurau.

"Kamu ini ada-ada aja Ran," balas kak Ranty masih sambil memasak.

Ku peluk kak Ranty dari belakang, aku sibakkan rambutnya ke samping lalu kucium tengkuknya.

"Kakak juga pengin punya suami kaya kamu Ran, perhatian," imbuh kakakku.

Duarrrr, hatiku terlonjak kaget saat kak Ranty mengucapkan kalimat itu. Aku tidak tau apakah itu sebuah kode atau hanya sebuah candaan, yang jelas aku sangat senang mendengarnya.

"Ya udah kak, suatu saat kita nikah aja!" pintaku kepadanya.

"Ngaco aja kamu Ran, mana mungkin lah bisa begitu," pungkas kak Ranty memupuskan harapanku.

Benar juga apa yang dikatakan kak Ranty, kita ini kakak adik, mana mungkin kita di restui orang tua kita. Tampaknya khayalanku yang terlalu jauh.

"Kecuali..." Lanjut kak Ranty tertahan.

To Be Continue...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd