Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Sex Journey

Tambahin mulustrator?


  • Total voters
    533
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Part 11. Kakakku Tersayang 6

Part ini bisa diskip!
👇
Benar juga apa yang dikatakan kak Ranty, kita ini kakak adik, mana mungkin kita di restui orang tua kita. Tampaknya khayalanku yang terlalu jauh.

"Kecuali..." Lanjut kak Ranty tertahan.

Aku kembali memperhatikannya.

"Kecuali apa kak?" tanyaku penasaran.

"Kecuali kalo...."

Ckrekkk....

Tiba-tiba ada yang seseorang yang masuk ke dalam rumah. Reflek aku tarik pelukanku dari tubuh kak Ranty.

Setelah aku lihat ternyata ibuku.

"Ma..mamah kok udah pulang?" Aku bertanya dengan nada panik takut ketahuan apa yang baru saja aku lakukan.

"Iya hari ini dagangan mamah cepet habis, jadinya pulang cepet deh, kamu lagi ngapain Ran?" tanya ibuku kepada kak Ranty.

"Lagi masak mah."

"Tumben kamu masak."

"Randy yang minta," jawabnya santai.

"Kok kalian akhir-akhir ini jadi akur banget?"

"Gak suka mah liat kita akur?" ucap kak Ranty.

"Ya bukan gitu, aneh aja dulu kalian diem-dieman aja gak pernah mamah liat kalian ngobrol tiba-tiba kalian jadi akrab gini." pungkas ibuku.

"Tapi mamah seneng kan kita akur?" tanyaku kepadanya.

"Ya seneng dong, yang namanya keluarga itu harus harmonis."

"Iya harmonis lah mah, apalagi nanti kalo udah jadi suami istri hehehe..." kataku dalam hati.

"Ya udah sini mamah bantuin masak," ucap ibuku antusias.

Sepertinya ibuku sangat senang bisa masak bareng anak-anaknya, apalagi hal itu belum pernah kami lakukan.

Ibuku belum tahu saja 'akur' yang dia maksud berbeda dengan 'akur' yang sebenarnya terjadi antara aku dan kak Ranty.

Kalau ibuku dan ayahku tahu, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kepada keluarga kita nanti, yang jelas pasti aku akan dicoret dari kartu keluarga ini.

Hari demi hari berlalu, tibalah saatnya hari pertandingan semi final POM. Aku sedang bersiap-siap untuk berangkat ke pertandingan.

"Kak udah siap belum?" tanyaku dari luar kamar kak Ranty.

"Bentar lagi Ran!" balas kak Ranty dari dalam.

Aku lalu masuk ke dalam kamar kak Ranty tanpa mengetuk pintu. Di sana aku lihat kak Ranty duduk di depan meja riasnya sedang berdandan.

"Kakak gak usah dandan juga udah cantik kok, lagian kalo cantik-cantik nanti banyak yang naksir," ucapku sembari ku sentuh kedua bahunya dengan telapak tanganku lalu ku pandangi wajahnya dari arah cermin.

"Mau dukung adik tersayang harus tampil cantik dong, biar gak malu-maluin."

Ingin ku cium bibirnya saat itu tapi aku urungkan niatku karena kak Ranty sudah memakai lipstik, jadi aku hanya mencium ubun-ubunnya.

Setelah selesai berdandan kami pun lalu berangkat, di dalam perjalanan kak Ranty memelukku dari belakang, dia berkata,"Ran, nanti kakak dukung kamu dari tribun aja ya."

"Emang kenapa kak? gak di bench aja?"

"Gak papa," balasnya singkat.

Aku tahu sebenarnya kak Ranty sedang tidak ingin bertemu dengan Reza, aku hanya sedikit memancingnya barusan.

Sesampainya di venue, kak Ranty turun dari motorku disusul dengan diriku.

"Ran, semangat yah!" ucap kakakku sambil mengepalkan tangan.

"Yah kalo cuma ucapan aja si kurang," jawabku sedikit menggoda.

"Emangnya kamu mau minta apa?"

"Nanti aja deh," jawabku singkat.

Kami pun berpisah di pintu masuk stadium, aku menuju ke tempat tim berkumpul, kak Ranty menuju ke tribun.

"Ran, dateng sama siapa?" tanya Reza kepadaku.

"Sama kakak gue lah."

"Terus sekarang dia dimana?"

"Tadi katanya mau duduk di tribun aja."

"Ohh," balasnya singkat.

Aku merasa kalau Reza ingin mengatakan sesuatu kepadaku namun ia urungkan.

"Ada yang mau lu omongin apa?" tanyaku kepada Reza.

"Gak, gak ada, kita fokus aja sama pertandingan."

Setelah selesai mengobrol kami lalu diarahkan untuk berganti pakaian karena pertandingan akan segera dimulai.

Aku mengganti bajuku dengan kostum basket tim, lalu aku pakai sepatu pemberian kakakku minggu lalu.

"Nyaman banget dibandingin sepatu gue yang kemarin," batinku.

Selesai berganti pakaian, kami dikumpulkan oleh coach untuk diberi arahan strategi.

"Oke di sini tim lawan udah tau permainan kita, jadi kita rubah sedikit taktiknya," pungkas coach.

"Gue prediksikan tim lawan bakalan marking Randy habis-habisan, jadi kita manfaatin di lini lain."

"Reza kali ini lu tugasnya dribble bola dan cetak angka."

"Randy lu open space buat Reza oke?"

"Siap coach!" jawabku tegas.

Setelah arahan dari coach, kami pun memulai pertandingan.

Seperti prediksi aku dijaga habis-habisan oleh lawan, aku meminta bola yang sedang di kuasai oleh Dimas kala itu, namun itu hanya trik untuk mengelabuhi lawan.

Bola kemudian diumpan ke Reza, aku berlari ke sisi lapangan diikuti oleh 2 pemain lawan.

Saat itu posisi Reza sangat bebas tidak ada yang menghalangi jalan, lalu di dribblenya bola itu sampai di depan ring.

Reza melakukan lay up, namun dia melompat dengan jarak yang masih terlalu jauh, alhasil bola hanya menyentuh ring lalu kembali memantul ke lapangan permainan dan direbut lawan.

"Shit! lagi ngapain sih tuh bocah! bebas banget gitu bisa sampe gak masuk," umpatku dalam hati.

Hal itu terjadi beberapa kali, strategi kita berhasil namun sentuhan akhir kita benar-benar buruk. Harusnya kita dapat poin banyak saat itu.

Quarter satu selesai, kedudukan 19-18 untuk keunggulan tim kami.

Saat kita menepi aku menghampiri Reza, lalu...

Bukkkk!!!!

Aku tendang bokongnya dari belakang hingga dia terlonjak kaget, Reza lalu menatapku sambil mengusap-usap bokongnya.

"Woyyy!!! kalo main jangan sambil ngelamun!!!" omelku kepadanya.

"Sorry Ran, gue lagi gak fokus," ucapnya sembari menunduk dan mengurut dahinya.

"Ini pertandingan lu! pertandingan tim lu! harusnya lu fokus ke pertandingan! jangan bawa-bawa urusan pribadi!" Ku bentak dia di tengah lapangan.

Entah kenapa naluri kapten ku saat itu muncul dengan sendirinya, Dimas yang berperan sebagai kapten justru hanya diam saja.

"Apa cuma sampai disini komitmen lu? lu korbanin seluruh tim hanya karena urusan pribadi lu, egois lu tai!" bentakku penuh emosi.

Kami pun kembali diberi arahan oleh coach, aku lihat Reza saat itu duduk dengan menundukkan kepalanya ditutupi oleh handuk di kepalanya.

Quarter kedua dimulai, kami mengganti strategi lagi. Reza digantikan oleh Junet. Aku tidak bisa tinggal diam, Junet sama sekali tidak bisa diandalkan.

Tim lawan semakin percaya diri mengetahui shooting guard tim kita payah.

Aku kembali berperan seperti pada pertandingan pertama yaitu mengambil alih seluruh peran, namun kali ini lawan yang kami hadapi jauh lebih sulit.

Beberapa serangan yang aku lancarkan berhasil, poin demi poin aku dapatkan. Namun hal itu membuat tubuhku menjadi cepat lelah.

Terbukti pada akhir quarter kedua aku mengalami kram pada betisku. Padahal pertandingan baru berjalan setengahnya.

"Udah Ran, jangan dipaksain," ujar Dimas kepadaku.

"Tapi kalo gak ada dia, kita pasti kalah," timpal Gembul yang saat itu belum bermain sama sekali.

"Udah tenang aja, ini cuma kram biasa kok, bentar lagi juga sembuh," ucapku menenangkan.

Aku kemudian di tangani oleh paramedis tim kita, beberapa kali aku meringis kesakitan. Reza yang sedari tadi duduk di bench melihat ke arahku.

Aku yang bukan bagian asli dari tim ini saja bisa berjuang mati-matian begini, tapi dia yang bagian asli tim ini justru tidak punya semangat juang.

Saat quarter ketiga akan dimulai, Reza mulai berbicara kepada coach meminta untuk diturunkan kembali.

"Coach turunin gue," pintanya.

"Lu siap? Oke," jawab coach.

Reza kembali turun, quarter ketiga dimulai. Skor 48-45 untuk keunggulan tim kita.

Aku pun hanya bisa menonton saja di pinggir lapangan sembari memulihkan kakiku yang kram.

Tiba-tiba ada yang datang menghampiriku.

"Ran, kamu gak papa?" Aku menoleh, ternyata kak Ranty yang turun dari tribun.

"Eh kak, gak papa kok kak, cuma kram dikit, bentar lagi juga sembuh," ucapku menenangkan.

"Kakak khawatir banget loh tadi, kalo udah gak kuat gak usah dilanjut," sela kak Ranty.

"Gak papa tenang aja kak."

Terlihat wajah khawatir dari kak Ranty melihat kakiku yang saat itu sedang dikompres.

"Ran!" panggil kak Ranty.

Aku kembali menoleh kepadanya, kak Ranty menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke bibirnya lalu ditempelkan ke bibirku. Seperti ciuman tidak langsung.

"Semangat!" ucap kak Ranty sembari tersenyum.

Menerima kecupan tak langsung itu semangatku langsung membara, seperti popeye setelah memakan sayur bayam.

Quarter ketiga berakhir, situasi kini berbalik, tim lawan unggul jauh 69-58.

Kami kembali merubah strategi, aku kembali turun setelah mengkonfirmasi pulih.

Quarter keempat dimulai, aku menggunakan mode 'rage' setelah mendapatkan 'buff' dari kak Ranty.

Double kill, triple kill, maniac, savage! (Salah server bung!) 🤣

Setiap aku mencetak angka, aku menoleh ke arah kak Ranty, dia tersenyum sambil mengangkat dua jempolnya.

Permainan Reza pun semakin baik, tampaknya dia mulai fokus untuk memenangkan pertandingan ini.

Pertandingan pun berakhir, skor untuk kemenangan tim kami 93-87.

Meskipun akhir pertandingan tidak sedramatis pertandingan sebelumnya namun perjuangan lebih berat untuk meraih kemenangan.

Para pemain bersorak untuk kemenangan tim, namun aku tidak bergabung dalam selebrasi mereka.

Aku lebih memilih untuk menemui kak Ranty. Gayung bersambut kak Ranty kemudian menghampiriku.

"Selamat Randy! Kamu mainnya hebat banget," puji kak Ranty kepadaku.

"Iya dong berkat ini sama ini," ucapku seraya menunjuk sepatuku dan bibirku, tidak perlu ku jelaskan lagi kenapa kan?

"Tapi kamu gak papa kan? bisa jalan?" tanya kak Ranty memastikan keadaanku.

"Bisa dong, nih buktinya." Aku menghentak-hentakkan kakiku di lantai.

"Ya udah, pulang yok, kamu cape kan?" ajaknya hendak berbalik, namun...

"Ranty tunggu!" Reza tiba-tiba menyela.

"Ada perlu apalagi?" ucap kak Ranty ketus.

"Aku mau ngomong sama kamu."

"Gak ada yang perlu diomongin lagi, hubungan kita udah putus."

Kak Ranty kemudian menarik tanganku untuk pergi.

"Ranty tunggu!" panggil Reza lagi namun tidak dihiraukan.

Saat kak Ranty menarik tanganku untuk pulang aku, aku berkata,"Kak, tasku belum dibawa main tarik-tarik aja."

"Eh belum dibawa ya, kamu gak bilang tadi, ya udah sana ambil."

Aku pun kembali untuk mengambil tasku, lalu Reza menahanku.

"Ran, tolong bilangin ke Ranty, gue minta maaf," pinta Reza kepadaku.

"Oke," jawabku singkat kemudian mengambil tasku dan berlalu.

"Mau minta maaf ngapain, hubungan kalian udah berakhir," ucapku dalam hati seraya menjemput kakakku di tempat parkir.

Sesampainya di rumah, aku kemudian mandi untuk membersihkan badanku yang lengket karena berkeringat tadi.

Setelah mandi aku lalu rebahan di ranjangku untuk beristirahat, aku baru merasakan kakiku linu karena pertandingan tadi.

Beberapa saat kemudian kakakku masuk ke kamarku membawakan buah-buahan dan telur rebus.

"Nih Ran, kakak bawain buah sama telur rebus biar badanmu seger lagi," ujar kak Ranty sembari duduk di tepi ranjangku.

"Makasih kak, jadi ngerepotin nih."

Aku kemudian memakan apel yang dibawakan kak Ranty itu.

"Kak, beneran kakak udah putus sama Reza?" Aku bertanya langsung to the point.

"Iya emang kenapa?" ucap kak Ranty, hatiku mendadak tersenyum.

"Emang kapan kak putusnya?"

"Kemarin."

"Kakak udah yakin?"

"Yakin 100%," balasnya tegas.

Kemudian kak Ranty mencoba menyuapiku telur rebus yang tadi ia bawa.

"Sini Randy bisa sendiri kak." Aku berusaha berebut piring itu darinya.

Kak Ranty kemudian menghindar.

"Kemarin kamu yang suapin, sekarang giliran kakak yang suapin," pungkasnya.

"Tapi Randy kan gak sakit kaya kakak."

"Gak usah protes, makan aja."

Ya sudah akhirnya aku menurut saja dengan kak Ranty.

"Berarti sekarang kak Ranty jomblo dong," tanyaku memastikan, siapa tahu kan dia punya pacar lain selain Reza.

"Bukan jomblo, tapi single," ujar kak Ranty yang tidak ada bedanya bagiku.

"Terus rencana nanti malem (malam minggu) mau kemana?"

"Gak kemana-mana," jawabnya singkat.

"Jalan yuk sama Randy!" ajakku kepadanya.

"Mau kemana? jangan jauh-jauh, besok kan kamu ada pertandingan final."

"Gak jauh-jauh kok kak, masih sekitaran sini aja," sahutku penuh harap.

Sejenak kak Ranty berpikir.

"Hmm...oke deh."

To Be Continue...
Mantap Hu gw ampe senyum senyum sendiri bacanya 😍🤣🤣
 
Part 16. Affair Ibuku 4

Cukup sudah penyelidikanku, aku sudah tahu semuanya, Reza adalah seorang maniak sex dan ibuku sudah tega berselingkuh dengan Reza di belakang kak Ranty.

Aku tak akan membiarkan ini terjadi, harus dikasih pelajaran.

Seketika aku turun dari kursi itu lalu bersiap untuk mendobrak pintu kamar kost Reza.

Braaaakkkk!!!!!

Pintu itu terbuka, Reza dan ibuku nampak sangat terkejut dengan dobrakan itu. Reza kemudian bangun.

"Ran, ko...kok lu bisaaa....."

Buggghhhh......

Belum sempat Reza menyelesaikan kata-katanya sebuah pukulan mendarat tepat di ulu harinya sehingga membuat dia roboh.

"Randyyy....cukup Ran..."

Ibuku yang masih dalam keadaan bugil mencoba menghalangiku untuk menghajar Reza.

"Minggir bu! orang ini harus dikasih pelajaran!" seruku penuh amarah.

Ternyata Reza masih bisa bangkit setelah menerima pukulanku itu.

"R...Ran...tunggu Ran..."

Aku kemudian memutar badanku lalu melakukan serangan dengan teknik dwi cagi dan membuat Reza terpental hingga menabrak lemari baju yang ada di kamarnya.

"Arrrkkkhhh....." desis Reza kesakitan.

"Gue habisin lu!!! lu udah ngancurin keluarga gue!!! Bentakku dengan penuh emosi.

"Ran...mamah mohon Ran, hentikan ini mamah bisa jelasin," pinta ibuku kepadaku.

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi mah! Randy udah denger semuanya! selama ini mamah selingkuh sama pacar anak mamah sendiri! dan kalian punya rencana punya anak! ya kan mah??? JAHAT!!!" Murkaku meledak seketika.

"Maafin mamah Ran, mamah emang salah, mamah minta maaf..." ucap ibuku sambil menangis.

"Randy gak bisa maafin mamah, Randy kecewa banget sama mamah!!!"

Aku langsung pergi setelah mengucapkan kalimat terakhir itu.

"Randy tunggu!!!" Ibuku mencoba menahanku dengan memegang tanganku, namun aku dengan mudah melepaskannya.

Kemudian aku naiki motorku dan pergi meninggalkan ibuku dan Reza. Aku tak peduli lagi dengan mereka, perasaanku saat itu tidak karuan.

Lalu aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah aku langsung disambut oleh kak Ranty.

"Ran, udah selesai urusannya?" tanya kak Ranty sembari mencium punggung tanganku. Hal yang janggal saat kakak perempuan mencium punggung tangan adiknya waktu adiknya pulang.

"Iya kak," jawabku singkat.

"Kamu kenapa Ran? kok kayaknya bete begitu?"

Tampaknya kak Ranty menangkap gelagat aneh pada diriku.

"Gak papa kak, tadi Randy ketemu Lisa," jawabku sekenanya.

"Oh, masih marahan?"

"Belum baikan aja."

Aku lalu duduk di sofa disusul oleh kak Ranty.

"Ran!" panggil kakakku.

"Hmm?" Aku hanya bergumam.

"Di rumah sepi nih, cuma kita berdua aja, enaknya ngapain yah?" pancing kak Ranty.

Aku lihat kak Ranty tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya.

"Tapi kan tadi Randy kalah kak, katanya kalo kalah Randy gak dapet jatah."

"Eh...ini kan kakak yang minta, berarti ini jatah kakak dong bukan jatahmu."

Sebenarnya mau jatah siapapun sama saja, karena kita menikmatinya bersama.

"Berarti ini kakak yang minta jatah sama Randy dong?" ujarku memastikan.

Kak Ranty hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku terdiam sejenak, bagaimana kalau ibuku mendapati aku sedang berhubungan sex dengan kak Ranty?

Apakah dia sama terkejutnya denganku ketika aku memergokinya bersama Reza? Apakah dia akan marah padaku? Aku jadi penasaran.

"Ayuk kak, tapi mainnya di sofa aja yah," pintaku kepadanya.

"Jangan dong Ran, nanti kalo ada yang ngintip dari luar gimana?"

"Gak akan kak, tenang aja."

Aku bahkan sengaja ingin menunjukkannya ke ibuku, aku perkirakan ibuku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah setelah aku menangkap basah mereka.

Kamipun ngentot di ruang tengah itu. (karena bukan arc Ranty lagi, maka untuk sex scene tidak saya jelaskan detailnya).

Desahan demi desahan menggema di ruangan itu, aku tahan-tahan klimaksku sembari menunggu ibuku pulang, kak Ranty sudah dua kali keluar.

Namun sudah satu jam ibuku belum pulang juga. Aku jadi curiga apakah mereka meneruskan permainan mereka bahkan setelah aku melabraknya?

"Kalau emang seperti itu, mereka bener-bener kurang ajar!" batinku.

Beberapa saat kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan karena aku melihat kak Ranty sudah tidak sanggup lagi mengimbangi permainanku.

Aku seperti bersenggama dengan boneka, hanya mengangkang dan tidak bergerak.

Seperti biasa, aku tumpahkan spermaku di dalam rahim kak Ranty, dia hanya merintih kecil tanpa bergerak sedikitpun.

"Gagal deh," ucapku dalam hati.

Setelah selesai, aku membangunkan kak Ranty yang sedang memejamkan matanya.

"Kak bangun kak!"

Kak Ranty kemudian membuka matanya.

"Pindah ke kamar kak."

"Aduh Ran, kakak gak kuat berdiri Ran, lemes banget."

"Sini kak, Randy bopong," ucapku seraya membopong kak Ranty.

Kemudian aku bawa kak Ranty ke kamarnya, setelah aku letakkan kak Ranty di ranjangnya, aku beranjak akan pergi namun sejenak kak Ranty menahanku.

"Ran!"

"Iya kak?" Aku mengernyitkan dahiku penasaran dengan apa yang akan dikatakannya.

Kakakku terdiam sambil senyum-senyum.

"Apaan kak ishhh..." tanyaku sekali lagi.

"Kamu mandi dulu Ran, habis pertandingan tadi kamu belum mandi kan? bau tau kakak hampir pingsan tadi, hehehe..." ungkap kakakku sambil tertawa.

"Oh...jadi tadi kakak pingsan gara-gara nyium bau badan Randy?"

"Hehehe...becanda aja kok sayang, lengket aja kulitmu di badan kakak tadi."

"Hmm...ya udah Randy mandi dulu kak."

Aku pun mandi untuk membersihkan keringatku dan mendinginkan pikiranku.

Setelah mandi aku masuk ke kamarku untuk berganti pakaian. Saat aku buka pintunya aku kaget karena di dalam sudah ada ibuku sedang duduk di pinggiran kasur.

"Randy, mamah mau ngomong sama kamu!" ucapnya kepadaku.

"Mau ngomong apa lagi mah? kalo ngomongin masalah tadi mending gak usah, Randy udah cukup tau semuanya," terangku.

"Mungkin kamu sudah tau sebagian, tapi kamu belum tau semuanya, mamah tau apapun penjelasan mamah tidak membuat perbuatan mamah dibenarkan, tapi mamah mohon kamu dengerin dulu baik-baik," jelas ibuku panjang lebar.

Aku memutuskan untuk mendengarkan penjelasan dari ibuku, aku kemudian duduk di sebelah ibuku untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan olehnya.

Saat itu aku hanya mengenakan celana boxer dan handuk yang melingkar di leherku.

"Jadi gini Ran, awalnya..."

Ibuku mulai bercerita tentang kisahnya hingga ia bisa terjerembab dalam hubungan gelap itu.

Aku mendengarkannya dengan seksama, karena aku sangat penasaran dengan cerita ibuku itu.

Jadi dari penjelasan ibuku ternyata Reza itu adalah anak dari saudara jauh ayahku, pertama kali ibuku dan Reza bertemu saat resepsi pernikahan kakak perempuan Reza.

Saat acara itu juga orang tua Reza berencana untuk menjodohkan Reza dengan kak Ranty, saat itu mereka masih SMA dan sedang menjalani ujian kelulusan.

Namun dilain waktu disaat sendiri, Reza tiba-tiba justru menyatakan perasaan cintanya kepada ibuku dan bukan kakakku!

Ibuku menolak mentah-mentah karena hal itu bisa menyebabkan skandal dalam keluarga mereka dan bisa menghancurkan hubungan antara kedua belah keluarga.

Seiring berjalannya waktu, kakakku lulus dari SMA dengan predikat siswa terbaik dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas negeri.

Reza, dengan kekuatan finansial orangtuanya pun bisa masuk ke dalam universitas yang sama dengan kakakku.

Orangtuanya sengaja memasukkan Reza ke universitas itu agar mereka jadi lebih dekat sehingga perjodohan itu jauh lebih mudah.

Setelah itu Reza kemudian berpacaran dengan kak Ranty, namun perasaan cintanya terhadap ibuku belum juga luntur.

Dia masih saja mendekati ibuku untuk meluluhkan hatinya, bahkan dia sering pergi ke pasar tempat ibuku berjualan untuk membantunya menjual sayur.

Setiap hari sepulang kampus, Reza selalu mampir ke lapak ibuku untuk memberikan ibuku bekal makan siang, membantu ibuku berjualan, atau sekedar mengobrol.

Hari demi hari berlalu, sikap perhatian Reza terhadap ibuku akhirnya meluluhkan hatinya.

Pada akhirnya ibuku menerima pernyataan cinta Reza, dan mereka pun menjalani hubungan gelapnya hingga saat ini.

Aku yang mendengarkan penjelasan dari ibuku itu nyaris tidak percaya. Ternyata hubungan mereka sudah sejauh itu.

"Jadi gitu ceritanya, mamah harap kamu bisa maafin mamah," ucap ibuku memohon.

Aku masih belum bisa menerima penjelasan dari ibuku itu, lalu aku kembali bertanya.

"Mamah bener-bener cinta sama Reza atau mamah hanya butuh kepuasan seksual?"

Ibuku terlihat kaget.

"Kenapa kamu ngomong gitu?" Ibuku menjawab dengan mengernyitkan dahinya.

"Randy tau kalo mamah gak puas sama papah, ya kan mah." Aku tersenyum sambil mengangkat alisku.

"Kamu ngomong apa sih Ran!"

"Dan mamah minta dipuasin sama Reza lewat video call."

Ibuku terdiam seketika saat mengetahui bahwa aku tahu apa yang dia lakukan tadi malam.

Aku kemudian mendekatkan bibirku ke arah telinga ibuku lalu berbisik.

"Kalo mamah butuh, Randy siap kok! gak usah jauh-jauh ke tempat Reza!"

Ibuku lalu melotot ke arahku, aku tatap matanya lalu seketika itu kucium bibirnya.

Dia terlihat kaget dan ambruk di atas kasurku karena sedikit dorongan dari diriku, langsung kucumbui lehernya naik turun.

"Ouhhh.....Rhanddyyy...jhhaanghaann...." desis ibuku meronta-ronta seraya meremas dan menjambak rambutku.

To Be Continue...
 
Bimabet
Suwun hu.... mantab

Randy mantap emak kakak embat semua.... sayang boolnya reza belum kena sidekick kalo bener kena tendang boolnya tulang ekor akan hancur bisa lumpuh itu 🤭🤭😈😈 .... ayo randy masih balas dendam dong dengan ngirimin video seks randy ama emaknya biar kena mental rezanya 🤭🤭🤭🤭
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd